• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

D. Tinjauan Pustaka

Skripsi ini membahas tentang Perkembangan Kebijakan Kredit Usaha Tani (KUT) pada tahun 1985-1999 menggunakan telaah pustaka sebagai acuan referensi dalam menyusun skripsi. Pustaka pertama adalah laporan penelitian dengan judul

Monitoring KUD Binangun dan KUD Harapan di Daerah Istimewa Yogyakarta”

16Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 75.

17Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial, hlm 136. Baca juga:

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Edisi Kedua), (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 2003), hlm. 91. Baca juga: Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Edisi Baru Cetakan I), (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 2013), hlm. 100.

9

yang disusun oleh Mubyarto.18 Laporan ini menjelaskan mengenai kondisi Koperasi Unit Desa Tani di Binangun, Banguntapan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam hal ini, koperasi dipandang sebagai bangunan usaha untuk menunjukan sifat-sifat organisasi ekonomi yaitu melakukan kegiatan-kegiatan mencari keuntungan. Akan tetapi, koperasi bukanlah murni organisasi ekonomi, melainkan koperasi dipandang juga sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Selain itu, laporan ini menjelaskan mengenai kondisi KUD Harapan di Kabupaten Kulon Progo yang melaksanakan empat unit usaha yaitu unit perkreditan, unit usaha pertokoan, unit usaha pengolahan dan pemasaran hasil produksi, serta unit usaha jasa sewa. Salah satu unit perkreditan dari KUD Harapan yaitu Program Kredit Usaha Tani dengan sistem intensfikasi Supra Insus.

Program itu merupakan kredit intensifikasi pertanian yang relatif masih baru karena pelayanannya dimulai pada tahun 1988. Pada akhirnya, KUD Binangun dan KUD Harapan melalui unit kredit intensifikasi pertanian Program Kredit Usaha Tani belum dapat memberikan keuntungan yang berarti. Selain itu, Program Kredit Usaha Tani yang penyalurannya dilaksanakan melalui dua koperasi tersebut cenderung mengalami kerugian.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam laporan itu menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data-data yang dikumpulkan dalam kondisi alamiah melalui wawancara kepada informan dari staf KUD Binangun dan staf KUD Harapan serta beberapa nasabah kedua KUD tersebut. Selain itu, teori yang dikemukakan oleh Mubyarto sebagai peneliti dalam laporan itu bersifat dasar, artinya teori diperoleh dari penelitian di lapangan. Teori itu kemudian dirumuskan menjadi sebuah kesimpulan atau teori baru. Laporan ini sangat membantu penulis dalam memberikan gambaran sosial dan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di provinsi itu, pertama kali dilaksanakan kredit program di sektor intensifikasi pertanian untuk dijadikan proyek percontohan (pilot project), yang kemudian dikembangkan lebih luas untuk provinsi yang lain di Indonesia.

18Mubyarto, “Monitoring KUD Binangun dan KUD Harapan di Daerah Istimewa Yogyakarta”, (Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan pada Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada, 1991).

10

Pustaka kedua adalah tesis dengan judul “Penyaluran Kredit Usaha Tani di Kabupaten Demak Oleh Bank Pemerintah” yang disusun oleh Siti Jamzanah.19 Dalam tesis ini dibahasa faktor yang menyebabkan tidak dikembalikannya dana Program Kredit Usaha Tani dengan studi kasus di Kabupaten Demak. Faktor itu berasal dari alam maupun karena penyalahgunaan oleh pihak-pihak terkait.

Melalui hal itu, upaya penagihan tunggakan kredit telah dilakukan dengan membentuk tim yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Demak baik melalui pendekatan persuasif maupun pendekatan hukum. Akan tetapi, cara-cara itu tidak berhasil dengan maksimal. Hal itu disebabkan, pemerintah pusat selalu melakukan perubahan regulasi dalam menyelesaikan masalah tunggakan-tunggakan pada Program Kredit Usaha Tani.

Pustaka ini juga menjelaskan mengenai mekanisme penyaluran kegiatan Kredit Usaha Tani di Kabupaten Demak. Selain itu, penulis mendapatkan sumber- sumber hukum sebagai landasan munculnya Program Kredit Usaha Tani dari tesis ini. Pada sisi lain, tesis ini menjelaskan tinjauan yuridis mengenai Program Kredit Usaha Tani. Hal yang mendasar mengenai perbedaan pada tesis ini dengan skripsi penulis adalah penulis lebih menjelaskan pada perkembangan historis kebijakan Program Kredit Usaha Tani ketimbang menjelaskan aspek-aspek yuridis. Pustaka ini mampu memberikan pengetahuan dan menunjukan isu-isu yang berkembang dari sisi yuridis.

Pustaka ketiga adalah skripsi dengan judul “Evaluasi Penyaluran Kredit Usaha Tani dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani: Studi Kasus Penyaluran KUT DT. II Tasikmalaya - Jawa Barat” yang disusun oleh Indrani Dharmayanti.20 Pustaka ini menjelaskan antara lain gambaran-gambaran Kredit Usaha Tani di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat dikemas melalui tinjauan dan pendekatan

19Siti Jamzanah, “Penyaluran Kredit Usaha Tani di Kabupaten Demak Oleh Bank Pemerintah”, (Tesis pada Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Diponegoro tidak diterbitkan, 2004).

20Indrani Dharmayanti, “Evaluasi Penyaluran Kredit Usaha Tani Dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani: Studi Kasus Penyaluran KUT DT. II Tasikmalaya-Jawa Barat”, (Skripsi pada Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor tidak diterbitkan, 1999).

11

sosiologis. Hal lain dalam skripsi ini, dijelaskan pula mengenai hubungan antara produksi yang diperoleh dengan sarana produksi yang digunakan melalui model metode fungsi produksi Cobb-Douglass tentang perbedaan spasial pengelolaan lahan untuk tanaman padi.

Secara garis besar, pustaka-Dharmayanti mengevaluasi sejauhmana keberhasilan Program Kredit Usaha Tani di Kabupaten Tasikmalaya, serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Program Kredit Usaha Tani, sejauhmana pihak perbankan maupun KUD/LSM yang berbadan hukum melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai petunjuk pelaksanaan Program Kredit Usaha Tani. Selain itu, dalam pustaka ini juga dijelaskan kendala-kendala yang dihadapi oleh sejumlah KUD/LSM di Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, pustaka ini membahas mengenai sejauhmana Program Kredit Usaha Tani ini membuat pendapatan petani meningkat dan berhasil mengembangkan intensifikasi pertanian di Kabupaten Tasikmalaya. Oleh karena itu, pustaka ini hanya menjelaskan mengenai keberhasilan Program Kredit Usaha Tani di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

Pustaka keempat adalah tesis yang berjudul “Perkembangan Kredit Sektor Pertanian: Tinjauan pada BPD Jateng”, yang disusun oleh Darmawanto.21 Dalam pustaka ini dikaji peranan strategis kredit perbankan dalam pengembangan sektor pertanian. Dalam perkembangannya kredit di bidang pertanian mengalami pertumbuhan yang lambat. Dalam hal ini, untuk mengatasi rendahnya pertumbuhan kredit pertanian, pemerintah telah melakukan upaya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan di bidang perkreditan untuk intensifikasi pertanian.

Dalam tesis ini dijelaskan mengenai kebijakan kredit di sektor pertanian yang bersifat pragmatis dan disesuaikan dengan perkembangan perekonomian nasional serta bersifat massal. Selain itu, tesis ini menganalisis kebijakan- kebijakan pemerintah yang tidak sinkron dan saling bertentangan ketika kebijakan

21Darmawanto, “Perkembangan Kredit Sektor Pertanian: Tinjauan pada BPD Jateng”, (Tesis pada Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Hukum Universitas Diponegoro tidak diterbitkan, 2008).

12

pemberian kredit intensifikasi pertanian pada implementasi di lapangan. Oleh karena itu, kebijakan itu berdampak jelas pada pertumbuhan kredit intensifikasi pertanian yang sangat lambat dan cenderung menimbulkan kerugian.

Buku kelima, adalah Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah Diferensiasi Sosial di Jawa 1850-1980 yang ditulis oleh Frans Husken.22 Secara garis besar buku ini merupakan sebuah kajian hasil penelitian antropologis yang memadukan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang lainnya terutama sosiologi dan sejarah. Dalam karyanya ini, Frans Husken menolak teori-teori dari Raffles, Du Bus, Boeke, dan Geertz. Menurut pandangan mereka, masyarakat Jawa dilukiskan sebagai masyarakat yang egaliter, dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri (subsisten) atau “pasca-tradisional”. Hal itu berbeda dengan pendapat Husken melalui penelitiannya, yang menunjukan bahwa masyarakat pedesaan di Jawa telah membentuk kelas dan dibagi menjadi tiga kelas. Pertama, berasal dari golongan tuna kisma yang hidupnya tergantung dan terikat pada keluarga petani penguasa tanah. Tuna kisma adalah buruh tani atau petani yang tidak memiliki sawah. Hal yang menarik mereka datang dari desa lain. Kedua, golongan petani kelas menengah (orang kuat desa) yang mendapatkan pembagian tanah tetapi dibebani berbagai kerja rodi dan kerja pancen. Ketiga, para anggota desa yang memiliki tanah dan mendapatkan tanah bengkok yang luas juga berkuasa atas tenaga kerja. Hal menarik dari penelitian Husken adalah menyoroti dampak liberalisasi pertanian di desa yang banyak menimbulkan permasalahan. Dalam konteks itu, di antaranya permasalahan kegagalan Kredit Program Bimas yang ditimbulkan di lapangan.

Secara garis besar buku ini menjelaskan mengenai kehidupan masyarakat pedesaan yang tidak pernah lepas dari kooptasi kekuasaan supradesa. Potret kehidupan petani Jawa digambarkan selalu menjadi klien atau wong cilik dari patron atau penguasa atas. Pada akhir abad ke-19 perubahan sistem ekonomi yang bercorak kapitalistik memaksa petani harus lebih memeras keringat dari

22Frans Husken, Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman: Sejarah Diferensiasi Sosial di Jawa 1850-1980, (Jakarta: Grassindo, 1998).

13

sebelumnya. Secara luas buku ini memberikan pengetahuan dan gambaran umum mengenai latar belakang kondisi pertanian di Jawa. Hal ini diperlukan untuk memahami perkembangan pertanian di Indonesia dan keadaan petani Jawa sejak awal abad ke-19 sampai dengan pertengahan masa Orde Baru.

Berbeda dengan pustaka-pustaka tersebut di atas, skripsi ini difokuskan pada hubungan fungsional antara kebijakan pemerintah dalam pengembangan pertanian di Indonesia dan perkembangan Kredit Usaha Tani sebagai program penyediaan kredit kepada petani yang berlangsung selama periode 1985 hingga 1999. Melalui eksplanasi mendetail berkaitan dengan perkembangan kebijakan Program Kredit Usaha Tani dalam penyediaan pinjaman bagi petani dan keterkaitannya dengan tingkat kesejahteraan petani diharapkan mampu memberikan gambaran komprehensif tentang kebijakan Program Kredit Usaha Tani di Indonesia.

Dokumen terkait