BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
B. Kerangka Teori
28
wadiah dan deposito mudharabah. Sedangkan penelitian terdahulu dengan yang sekarang yaitu terletak pada objek penelitian, variabel penelitian, analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian dua analisis linear berganda dan analisis linear sederhana.
29
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mnedukung investasi yang telah direncanakan.
Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan islam atau istilah teknisnya disebut sebagai aktiva produktif. Aktiva produktif adalah penanaman dana Bank Islam baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga islam, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen, dan kontijensi pada rekening administrative serta sertifikat wadiah.26 2. Tujuan pembiayaan
Pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan, yaitu sebagai berikut:
Berbagai Persoalan Perbankan & Ekonomi Global (Sebuah Teori, Konsep, Dan Aplikasi), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Cet. Ke -1. hlm.
698
26 Ibid. hlm. 681
30
a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil yang diperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah.
b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.27
3. Jenis- jenis pembiayaan
Pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek, diantaranya:28
a. Pembiayaan menurut tujuan, yaitu dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
27Veithzal Rivai, Ariviyan Arifin, Islamic Banking Sistem…,hlm.711
28Ibid, hlm. 712
31
2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengandaan barang konsumtif.
b. Pembiayaan menurut jangka waktu, yaitu dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai 1 tahun
2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu, lebih dari 5 tahun.
4. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Ba’i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al-murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan
32
menentukan suatu tingkat keunungan sebagai tambahannya. Ba’i al-murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah kepada pemesan pembelian (KPP). Dalam kitab al-Umm, imam syafi’I menamai transaksi sejenis ini dengan istilah al-aamir bisy- syira.29
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad mudharabah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual.
Perbedaan antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan margin keuntungan.
Murabahah merupakan salah satu produk atau skim yang paling popular dalam praktik pembiayaan
29 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), Cet. Ke-1. hlm. 101
33
pada perbankan syariah. Selain mudah perhitungannya, bagi nasabah, maupun manajemen bank, produk ini memiliki beberapa kesamaan (yang bukan prinsip) dengan sistem kredit pada perbankan konvensional.
Meskipun demikian, secara prinsip murabahah sangat jauh berbeda dengan suku bunga dalam perbankan konvensional.30
Penjelasan atas pasal 19 ayat (1) undang-undang nomor 21 tahun 2008 menjelaskan bahwa: “yang dimaksud dengan akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati”.
Jadi fitur dan mekanisme pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu untuk transaksi jual beli suatu barang sebesar harga pokok atau perolehan barang
30 Rachmadi Usman, Produk Dan Akad Perbankan Syariah Di Indonesia Implementasi Dan Aspek Hukum, (Jakarta: PT Citra Aditya Bakti, 2009), cet. Ke-1. hlm. 176
34
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank dan nasabah yang mewajibkan nasabah untuk melunasi utang atau membayar tagihan sesuai dengan akad, dimana sebelumnya penjual menginformasikan harga perolehan kepada pembeli.
Pembiayaan murabahah ini ditetapkan untuk perbankan syariah melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/Kep/Dir tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, yang kemudian diperbarui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/35/PBI/2005 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/36/Kep/Dir tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, yang kemudian diperbarui dan disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004 tentang Bank
35
Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/25/PBI/2006. Selanjutnya, ditegaskan kembali dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008.31
Dalam aplikasi bank syariah, bank merupakan penjual atas objek barang dan nasabah merupakan pembeli. Bank menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, dibanding dengan harga beli yang dilakukan oleh bank syariah. Pembayaran atas transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada saat jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu yang disepakati.32
Dasar hukum islam dari jual beli berdasarkan prinsip murabahah ini, dapat ditemukan dalam Al- Qur’an, dan hadis, yaitu:
a. Landasan syariah
31Ibid, hlm. 178
32Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Pranadamedia Group, 2011), cet. Ke-1. hlm. 109
36 1) Al –Qur’an
Artinya: “wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar nsuka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An- Nissa: 29).33
2) As- Sunnah
Dari Su’aib Ar Rumi r.a bahwa Rasulullah bersabda: “tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkatan yaitu, jual beli secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk jual beli (HR. Ibnu Majah).34
Dalam firman Allah dan hadist tersebut jelas bahwa jual beli itu dihalalkan dan tidak perlu diragukan lagi asalakn transaksi jual beli
33Ibid, hlm. 107
34Ibid, hlm. 108
37
yang dilakukan tidak ada unsur pemaksaan, sementara riba itu juga jelas diharamkan.
3) Rukun
Adapun rukun dalam transaksi jual beli yang harus dipenuhi, yaitu:
Pihak penjual yang memiliki objek barang yang akan diperjual belikan. Dalam transaksi perbankan syariah, maka pihak penjualnya adalah bank syariah.
(a) Pembeli dalam aplikasi bank syariah adalah nasabah
(b) Objek jual beli merupakan barang yg akan digunakan sebagai objek transaksi jual beli.
(c) Setiap transaksi jual beli harus disebutkan dengan jelas harga jual yang disepakati antara penjual dan pembeli.
(d) Kesepakatan penyerahan barang dan penerima barang yang diperjual belikan.
38
Ijab Kabul harus disampaikan secara jelas atau dituliskan untuk ditandatangani oleh penjual dan pembeli.
Adapun syarat dalam pembiayaan murabahah, yaitu:35
a) Ada pihak yang berakad yaitu penjual dan pembeli.
b) Adanya obyek akad yang terdiri dari barang yang diperjual belikan dan harga
c) Adanya sighat akad yang terdiri dari ijab dan Kabul.
5. Tabungan Wadiah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Nasabah jika hendak mengambil simpananya dapat
35Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018). hlm. 102.
39
datang langsung ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan atau melalui fasilitas ATM yang diberikan oleh perbankan kepada nasabah untuk menyimpan dananya di bank.36
Dalam hal ini terdapat dua prinsip perjanjian dalam islam yang sesuai di implementasikan dalam produk perbankan berupa tabungan, yaitu wadi’ah dan mudharabah. Hampir sama dengan giro, pilihan terhadap produk ini tergantung motif dari nasabah. Jika hanya motifnya hanya menyimpan saja maka bisa dipakai produk tabungan wadiah, sedangkan untuk memenuhi nasabah yang bermotif investasi atau mencari keuntungan maka tabungan mudharabah yang sesuai. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola dana (mudharib) dalam suatu kegiatan produktif.37
36Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah…,hlm. 87
37Ibid. hlm.88
40
Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam perbankan syariah memilki dua macam produk tabungan, yaitu tabungan wadiah dan tabungan mudharabah. Perbedaan utama dengan tabungan diperbankan konvensional adalah tidak dikenalnya suku bunga tertentu yang diperjanjikan. Yang ada adalah nisbah atau presentase bagi hasil pada tabungan mudharabah dan bonus pada tabungan wadiah.
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No.
21 Tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan wadiah atau investasi dana dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Disamping itu, setiap bank syariah akan memberikan persyaratan tentang jumlah minimal setoran awal, setoran minimal, serta saldo minimal yang harus disisakan. Saldo minimal ini diperlukan
41
pada saat tabungan ditutup, maka masih terdapat saldo dana yang akan digunakan untuk membayar biaya administrasi atas penutupan tabungan nasabah.38
Tabungan wadiah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadiah, bank syariah menggunakan akad wadiah yad adh-dhamanah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada Bank Syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan Bank Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang tersebut.
Menggingat wadiah yad dhamanah ini mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qardh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagihasilkan
38Ismail, Perbankan Syariah…, hlm 59
42
keuntungan harta tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak disyaratkan di muka. Dengan kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan bank syariah semata yang bersifat sukarela.39
Dasar hukum terhadap produk bank syariah berupa tabungan ini dapat kita jumpai dalam islam maupun dalam hukum positif, yaitu sebagai berikut:40 a. Landasan syariah
1) Al- Quran
Artinya:”jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menuanaikan amanantnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Tuhannya”. (Q.S Al- Baqarah:283).
2) Al- Hadist
Artinya: “Dari Abi Hurairah RA ia berkata: Rasulullah bersabda: tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayakan
39Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-3. hlm. 297- 298
40Departemen Agama Republik Indonesia, AL-Quran dan Terjemahnya https://quran.kemenag.go.id/surah/2/283 Di Akses Pada Selasa 20 Agustus 2022
43
(menitipkan) kepadamu dan janganlah engkau berkhianat kepada orang yang menghianatimu.” (HR. At- Tirmidzi dan Abu Dawud).41
Berdasarkan hadist diatas, dijelaskan bahwa jika kita memberikan barang kita kepada orang yang kita percayai maka orang tersebut menjaga barang tersebut dengan amanah dan tanpa imbalan.
3) Ijma
Para tokoh ulama islam sepanjang zaman telah melakukan ijma (kontsensus) terhadap legitimasi al-wadiah karena kebutuhan manusia terhadap hal ini jelas terlihat. Pada dasarnya penerima simpanan adalah yad al- amanah (tangan amanah), artinya ia tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada asset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang
41Atang Abd Hakim, Fiqih Perbankan Syariah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), Cet. Ke-1, Hlm. 208
44
bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena faktor-faktor diluar batas kemampuan).
Seperti yang telah dikemukakan oleh Rasulullah dalam suatu hadist” jaminan pertanggungjawaban tidak diminta dari peminjam yang tidak menyalah gunakan (pinjaman) dan penerima titipan yang tidak lalai terhadap titipan tersebut.42
Adapun ketentuan tentang tabungan wadiah ini juga diatur dalam fatawa DSN-MUI sebagai berikut:
a) Bersifat simpanan
b) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan dengan kesempatan.
c) Tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
42Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking Bank Syariah...,hlm. 86
45
Ketentuan tabungan wadiah ini juga diaturan surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.7/46/PBI/2005, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No.10/14/DPbs tanggal 17 Maret 2008. Dimana dalam penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atas dasar akad wadi’ah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:43
a) Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai penitip dana.
b) Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk, serta hak dan kewajiban nasabah sebagaimana diatur dalam ketentuan bank Indonesia mengenai transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
43Rachmadi Usman, Produk Dan Akad Perbankan Syariah..,hlm 160-161
46
c) Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah.
d) Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan atas pembukaan dan penggunaan produk tabungan atas dasar akad wadiah dalam bentuk perjanjian tertulis.
e) Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-biya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya kartu ATM, buku/cek/bilyet giro, biaya materi, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan rekening.
f) Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah
47
g) Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.
6. Deposito Mudharabah
Deposito adalah simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank, berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya, dimana simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) lebih panjang dan tidak dapat ditarik setiap saat. Menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud dengan deposito merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.44
Artinya jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 1 bulan, maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo. Sarana atau alat untuk menarik uang yang
44Ardhansyah Putra, Dwi Saraswati, Bank Dan Lembaga Keuangang Lainnya, (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2020), cet.
Ke- 1. hlm. 57
48
disimpan di deposito sangat tergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda pula.
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, pengertian dari deposito adalah penanaman modal melalui sistem bagi hasil yang berlandaskan dengan prinsip-prinsip syariah dan adanya kesepakatan anatara dua pihak dimana dalam pengambilan atau penarikan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam penanaman modal ini, mudharib (Bank) menutup biaya operasional deposito melalui nisbah pendapatan. Bank tidak diperolehkan memotong nisbah pendapatan shahibul maal (nasabah) tanpa adanya kesepakatan kedua belah pihak.
Pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan menghasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam
49
akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya.45 Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak dana, terdapat 2 (dua) bentuk mudharabah, yakni:
a. Mudharabah Mutlaqah (Unrestricted Investment Account, URIA)
Pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya.
Dengan kata lain, bank syariah mempunyai hak kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana URIA ini ke berbagai sector bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah (URIA), basis perhitungan adalah hari bagi hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup
45Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis..., hlm. 304.
50
buku, namun tidak termasuk tanggal pembukaan deposito mudharabah mutlaqah (URIA) dan tanggal jatuh tempo.
Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah mutlaqah (URIA) dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu:46
1. Anniversary date
a) Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal pembukaan deposito.
b) Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir.
c) Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai dengan permintaan deposan.
46Ibid, hlm. 305
51 2. End of mont
a) Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan.
b) Bagi hasil bulan pertamadihitung secara proposional hari efektif termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan deposito.
c) Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proposional hari efektif tidak termasuk tanggal jatuh tempo deposito.
d) Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, 31 hari).
e) Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai permintaan deposan.
52
Dalam pencairan deposito mudharabah mutlaqah (URIA) dengan pembayaran bagi hasil bulanan yang dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo, bank syariah dapat menegnakan denda (penalty) kepada nasabah yang bersangkutan sebesar 3% dari nominal bilyet deposito mudharabah mutlaqah (URIA).
b. Mudharabah Muqayyah (Restricted Investment Account, RIA)
Dalam menggunakan deposito mudharabah muqayyadah (RIA) ini terdapat dua macam, yakni:
1) Cluser pool of fund: penggunaan dana untuk beberapa proyek dalam suatu jenis industry bisnis.
2) Specific product: penggunaan dana untuk suatu proyek tertentu.47
47Ibid, hlm. 307
53
Dalam hal ini, bank syariah melakukan pembayaran bagi hasil sesuai dengan metode penggunaan dana RIA, yakni:
1) Cluster pool of fund: pembayaran bagi hasil deposito mudharabah muqayyadah (RIA) dilakukan secara bulanan, triwulan, semesteran atau periodisasi lain yang disepakati.
2) pecific project: pembayaran bagi hasil disesuaikan dengan arus kas proyek yang dibiayai.
Dalam hal ini pencairan deposito mudharabah muqayyah (RIA), terdapat ketentuan sebagai berikut:
1) Khusus untuk cluster, apabila dikendaki oleh deposan, deposito mudharabah muqayyah (RIA) dapat dicairkan atau ditarik kembali sebelum jatuh tempo yang disepakati dalam akad. 48
48Ibid, hlm. 309
54
2) Khusus untuk specific poiject, deposito tidak dapat diacirkan atau ditark kembali sebelum jatuh temponya tanpa konfirmasi dan persetujuan tertulis dari bank. Bank dapat menolak permohonan pencairan sebelum jatuh tempo bila memberatkan bank. Dalam hal bank menyetujui cairan sebelum jatuh tempo, bank dapat mengenakan denda (penalty) sesuai kesepakatan.
Deposito mudharabah muqayyah (RIA) dengan pembayaran bagi hasil secara bulanan dapat dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo dengan dikenakan denda (penalty) sebesar 3% dari nominal bilyet deposito mudharabah muqayyah (RIA).
7. Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari kebijakan serta keputusan yang terangkai bahwa profitabilitas digunakan untuk mengukur kinerja suatu bank.
Profitabilitas juga digunakan sebagai indikator untuk
55
mengetahui tingkat efektvitas suatu perusahaan. Rasio yang umumnya dipergunakan dalam pengukuran kinerja profitabilitas yaitu return on asset (ROA) yang menjelaskan kemampuan bank dalam mengelola asset bank hingga perolehan income.49
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilakn dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.50
Tingkat profitabilitas mencerminkan kemampuan modal bank dalam menghasilkan keuntungan, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat mencerminkan efisien yang tinggi pula. Rasio profitabilitas mengukur
49Yunita Agza, Dawanto, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Musyarakah, Dan Biaya Transaksi Terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, UNDP Semarang. Vol. 10 Nomor 1, 2017, hlm.225-245
50Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. Ke-1. hlm. 117
56
efektivitas bank memperoleh laba, disamping dapat dijadikan sebegai ukuran kesehatan keuangan, rasio profitabilitas ini sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank.51
a. Tujuan penggunaan profitabilitas
Tujuan penggunaan profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:52
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
51Heri Susanto, “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Perbankan Indonesia Financial Ratio Analysis Towart Profitability On Indonesia Banking”, Jurnal EBBANK, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surakarta, Vol. 7. No. 1, Juni 2016. hlm. 11-22
52Mohamad Muslich, Manajemen Keuangan Modern, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2007), cet. ke- 1 hlm. 51
57
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Untuk menilai laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
b. Manfaat profitabilitas
Selain tujuan profitabilitas tentunya ada manfaat yang di dapat, adapun manfaat profitabilitas yaitu:
1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.