• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang berarti „komandan militer pada zaman demokrasi Athena; keseluruhan usaha, termasuk perencanaan, cara yang digunakan oleh militer untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.18Karena memang dikhususkan untuk kepentungan militer semata. Belakangan, istilah tersebut

18 L. Pasaribu dan B. Simandjuntak, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito Bandung, 1983), 76.

19

berkembang luas dan dipergunakan hampir oleh setiap disiplin keilmuan, seperti sosial, ekonomi, pendidikan, dan politik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah strategi dimaknai sebagai sebuah perencanaan yang cermat mengenai kegiatan yang mencapai sasaran khusus. Strategi juga dikaitkan dengan pengetahuan atau seni menggunakan semua sumber daya untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.19

Menurut Craing dan Grant, strategi adalah yakni penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan.20 Sedangkan menurut Wright, strategi adalah respon secara terus menerus dan adaftif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.

Menurut Abuddin Nata, strategi pada intinya adalah langkah-langkah terencana yang bermakna luas dan mendalam yang dihasilkan dari sebuah proses pemikiran dan perenungan yang mendalam berdasarkan pada teori dan pengalaman”.21

Strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindakuntuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dalam hubungannya dengan perwujudan, trategi bisa diartikan sebagai pola

19Petter Salim dan Yenny, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (ttp: tnp, tt), 1463.

20Djamarah, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bineka Cipta, 2006), 6.

21 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 206 .

20

umum kegiatan guru-guru Ponpes Thohir Yasin dalam mewujudkan keluarga madani.

2. Keluarga Madani a. Keluarga

Secara etimologis, kata keluarga berasal dari bahasa Sanskerta:

kulawarga; ras dan warga yang berarti anggota.Ia berasal dari rangkaian kata kawula dan warga. Kawula artinya abdi yakni hamba sedangkan warga berarti angggota.22 Artinya lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Dalam bahasa Arab keluarga biasa disebut ahlun yang artinya ahli rumah, keluarga, famili.

Keluarga secara biologis merupakan kumpulan dari laki-laki dan perempuan yang membentuk suatu ikatan suami isteri dengan atau tanpa anak untuk dapat hidup bersama.23 Dalam sebuah keluarga mempunyai suatu beban atau tugas untuk berkembang biak. Di samping itu adalah tempat di mana seseorang akan mendapatkan kebutuhan biologis yang dibutuhkan sebagai manusia.

Sementara secara psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dan bertempat tinggal sama yang masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehinga terjadi saling mempengaruhi, dan saling memperhatikan.24

22Abu Ahmadi, IlmuPendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 176.

23Tohari Musnamardi, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Pers, 1992), 35. Lihat pula Sayekti Pujo Suwarno, Bimbingan Dan Konseling Keluarga, (Yogyakarta: Menara Mas Offset, 1994), 10.

24 Hasan Shadily, Dalam Rehani, Berawal dari Keluarga, (Jakarta: Hikmah, 2003), 12.

21

Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dariduapribadi yang tergabung karena hubungan darah,hubungan perkawinan atau pengangkatan,di hidupnyadalamsatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masingdan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Keluarga inti atau disebut juga dengan keluarga batih ialah yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga inti merupakan bagian dari lembaga sosial yang ada pada masyarakat. Bagi masyarakat primitif yang mata pencahariaannya adalah berburu dan bertani, keluarga sudah merupakan struktur yang cukup memadai untuk menangani produksi dan konsumsi.

Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga lainnya berkembang karena kebudayaan yang makin kompleks menjadikan lembaga- lembaga itu penting.

Menurut para ahli psikolog, keluarga bisa diartikan sebagai dua orang yang berjanji untuk hidup bersama, memiliki komitmen atas dasar cinta, menjalankan tugas dan fungsi yang saling terkait karena sebuah ikatan batin atau hubungan perkawinan yang kemudian melahirkan ikatan sedarah

Menurut Mattessich dan Hill bahwa keluarga merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas keluarga).

22

Dari aspek sosiologi hukumnya, keluarga merupakan akad kontrak atau perikatan.Dalam UU Nomor 10 Tahun 1992 Pasal 1 Ayat 10 ditegaskan bahwa keluarga adalah suatu unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi, merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi.

b. Madani

Dalam konteks Indonesia, istilah madani pertama-tama dipahami sebagai sebuah istilah yang dihubungkan dengan masyarakat yang dibangun oleh Rasulullah di Madinah. Madani itu sendiri terambil dari nama kota Madinah dan/atau kata madīnah yang berarti civil, atau beradab.

Dawam Raharjo, menegaskan bahwa bermula dari istilah ad-dīn yang berarti agama, kemudian tamaddun yang berarti peradaban, dan hingga menjadi kata madīnah yang berarti kota. Dengan demikian madani mengandung tiga hal; agama, peradaban dan perkotaan. Jika agama adalah sumbernya, kemudian peradaban adalah prosesnya, maka masyarakat adalah hasilnya.25

Nurchalis Majid, dalam hal ini menegaskan bahwa madani itu merujuk pada masyarakat Islam yang pernah dibangun Rasulullah di

25M. Dawam Raharjo, Masyarakat Madani; Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1990), 146.

23

Madinah yang memiliki ciri; kesederajatan, keterbukaan, toleransi, musyawarah, dan menghargai prestasi.26

Dalam konteks sosial modern, istilah madani lebih dihubungkan dengan struktur masyarakat dan kehidupannya. Karena itu ada istilah al- mujtama‟ al-madani (Arab) yang dipadankan dengan civil society atau masyarakat madani. Civil society itu sendiri diartikan sebagai sebuah masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupan.

Kajian kata madani ini semakin diperluas menyangkut nilai, prinsip, dan asas-asas pembangunan suatu masyarakat yang berkeadaban. Karena itu Dawam Raharjo menegaskan, madani adalah suatu proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan bersama berdasarkan suatu pedoman hidup untuk menciptakan persatuan dan integrasi sosial.

c. Keluarga Madani

Dalam gramatika Arab, istilah keluarga sepadan dengan kata al- usrah yang berarti baju besi atau juga sering diidentikkan dengan kerabat lelaki dan seluruh penghuni rumahnya.27 Penyematan kata usrah menjadi sebuah istilah keluarga, tidak semata dikhususkan karena adanya anak- anak dari anggota keluarga, melainkan adanya jalinan kasih sayang dan tali kekerabatan yang sangat dekat, dan itulah sebagai penguatnya.28

26 Nurcholis Majid, “Menuju Masyarakat Madani” dalam Jurnal Kebudayaan dan Peradaban Ulumul Qur‟an, 51.

27Ibn Manzur, Lisān al-„Arab, (Kairo: Darul Ma‟arif, t.t), lema “usrah”, 19-20.

28 Baqir Syarif, Niẓām al-Usrah fī al-Islām; Dirāsatun Muqāranah, (Beirut: Darulaswak, 1998), 21.

24

Keluarga sebagai suatu unit terkecil dalam masyarakat mempunyai nilai yang sangat tinggi dan secar anasional merupakan aset potensi untuk membangun bangsa. Kokohnya pondasi dalam mempertahankan suatu keluarga adalah adanya keberhasilan keluarga tersebut untuk selalu berupaya meningkatkan kesejahteraan lahir danbatin. Hal ini akan dapat dicapai apabila fungsi keluarga dapat dilaksanakan dengan baik oleh setiap keluarga secara serasi, selaras serta seimbang serta dibarengi dengan penuh rasa tanggung jawab.73

Kaitannya dengan keluarga madani, Jamal dalam bukunya al- Madany; al-Mujtama‟ wa al-Usrah menegaskan bahwa di antara nilai pokok yang harus terbangun dalam sebuah keluarga untuk mewujudkan keluarga madani adalah ditegakkannya nilai dan prinsip dalam lima aspek yaitu: 1) agama, 2) sosial, 3) hukum, 4) ekonomi, dan 5) moral.29

Al-Qaimi dalam bukunya Takwīn al-Usrah fī al-Islām menegaskan bahwa cara membangun keluarga yang paling ideal dalam Islam adalah cara Rasulullah, baik dari aspek agama dan mental serta keseimbangan dalam menempatkan sesuatu secara proporsional. Karena itu pula sering disebut dengan keluarga Nabawi (al-usrah an-nabawiy) atau keluarga madani (al-usrah al-madany).30

Jadi, keluarga madani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang dinisbahkan pada cara-cara Rasulullah dalam membangun keluarga yang tercermin dengan terpenuhinya nilai dan prinsip dalam lima

29Abdul Jamal, al-Madany; al-Mujtama‟ wa al-Usrah, (Qahirah: Darul Ma‟arif, 2015), 127.

30 al-Qaimi, Ali,Takwīnu al-Usri fī al-Islām,(Beirut: Darunnubala‟, 1996), 311.

25

aspek. Di dalamnya terdapat standar minimal yang harus terpenuhi untuk kemudian dapat disebut sebagai keluarga madani.

Kelima aspek tersebut dalam skala standar minimalnya adalah:

(1) Aspek agama; standar minimalnya adalah terpenuhinya hak-hak Allah (huqullah) yang meliputi pelaksanaan kewajiban pokok dalam agama.

(2) Aspek pendidikan; standar minimalnya adalah terpenuhinya hak- hak pendidikan para anggota keluarga, paling tidak dapat memahami literasi menulis dan membaca.

(3) Aspek sosio-ekonomi; standar minimalnya adalah terjalinnya relasi dan interaksi sosial mikro antar sesama anggota keluarga dengan baik serta terpenuhinya dan/atau tercukupinya ekonomi keluarga, khususnya mencakup kebutuhan primer sehari-hari (4) Aspek sosiologi hukum; ditegakkannya sanksi dan hukum atas

pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu atau lebih anggota keluarga terkait dengan tata aturan agama dan sosial- kemasyarakatan.

(5) Aspek akhlak; terbentuknya nilai, karakter dan prilaku mulia pada masing-masing individu, baik pada diri sendiri maupun saat berinteraksi dengan sesamanya.

Dalam al-Qurān terdapat tiga kata kunci yang menjelaskan konsep keluarga madani ini, yaitu: min anfusikum (dari dirimusendiri); mawaddah (cinta); dan rahmah (kasih sayang). Kata min anfusikum yang berarti dari

26

dirimusendiri, berarti seorang suami harus menjadikan istrinya sebagai bagian dari dirinya sendiri, pun sebaliknya. Apabila suami isteri tersebut tidaklagi menjadi bagian dari yang satu dengan yang lain maka akan banyak sekali kejadian atau cobaan salah satunya cerai.

Kemudian kata mawaddah yang berarti cinta, berarti antara suami dan istri itu memilki hubungan saling membutuhkan satu sama lain. Akar kata mawaddah itu sendiri bermakna kekosongan jiwa dari berbuat jahat terhadap yang dicintainya. Selanjutnya adalah rahmah yang berarti kasih saying adalah karunia Allah yang sangat bersar diberikan kepada pasangan suami istri tersebut. Meskipun mawaddah mulai berkurang seiring perjalanan waktu namun dengan rahmah ini tetaplah terjaga dan mampu memperekat hubungan antar suami dan isteri sehingga bias langgeng sampai akhir hayat.

Dalam keluarga madani, setiap anggotanya merasakan suasana tenteram, damai, bahagia,aman, dan sejahtera lahir dan batin.Sejahtera lahir adalah bebas dari kemiskinan harta dan tekanan penyakit jasmani.

Sedangkan sejahtera batin adalah bebas dari kemiskinan iman, serta mampu mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Di samping itu, keluarga madani dapat memberi setiap anggotanya kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dasar fitrah kemanusiaan, yaitu fitrah sebagai hamba yang baik, sebagaimana maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia di bumi.

27

Rumah tangga sudah seharusnya menjadi tempat yang tenang bagi setiap anggota keluarganya. Ia merupakan tempat kembali kemanapun mereka pergi. Mereka merasa nyaman di dalamnya, dan penuh percaya diri ketika berinteraksi dengan keluarga yang lainnya dalam masyarakat.

Inilah yang dalam perspektif sosiologis disebut unit terkecil dari suatu masyarakat.

Memelihara kenyamanan dalam keluarga hanyadapat dibangun secara bersama-sama. Melalui proses panjang untuk saling menemukan kekurangan dan kelebihan masing-masing, setiap anggota keluarga akan menemukan ruang kehidupan yang mungkin sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Itulah sebabnya, keluarga pada dasarnya adalah proses pembelajaran untuk menemukan formula yang lebih tepat bagi kedua belah pihak, baik suami-isteri, maupun anak-orang tua. Proses belajar itu akan mengungkap berbagai misteri keluarga. Lebih- lebih ketika kita akan belajar tentang baik-buruk kehidupan keluarga dan rumah tangga.

Itulah sebabnya, dalam nasihat-nasihat perkawinan, keluarga sering diilustrasikan sebagai perahu yang berlayar melawan badai samudera. Kita dapat belajar dari pengalaman siapa pun. Pengalaman pribadi untuk tidak mengulangi kegagalan, atau juga pengalaman orang lain selama tidak merugikan pelaku pengalaman itu.31 Dengan demikian menurut Islam keluarga sakinah yaitu keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan

31 Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur‟an: Kalung Permata Buat Anak-Anakku, (Cet1;

Jakarta: Lentera Hati), 82.

28

seimbang, yang diliputi suasana kasih saying antara keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati danmemperdalamnilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.32

Allah SWT berfirman:

َٖيِنَُّٱبَُّٜيَأَٰٓ َي بَٛ كٞ هَٝ ا ٗهبَٗ َْ ٌيََِِٛأَٝ َْ ٌََ لَٗأ ْآَٰٞ ه ْاٞ َ٘ٓاَء

ًبَُّ٘ٱ َٝ

حَهبَغِؾَُٱ

َٕٞ ٖ َؼَي َّلَ ٞكاَلِّ ٞظ َلَِؿ ٌخٌَِئ َٰٓ ََِٓ بََٜيََِػ ََّللّٱ

بَٓ َٕٞ َِؼَلَيَٝ َْ َٛوََٓأ َٰٓبَٓ

َٕٝ وَٓ َؤ ي ٦

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.Q.S. at-Taḥrīm [66]: 6.

Ayat di atas menjelaskan bahwasanya orang-orang yang beriman diperintahkan untuk memelihara diri dan keluarganya dari api neraka.

Karena keluarga adalah rumah kecil pertama dan bangunan masyarakat.

Kekuatan keluarga dan keterikatannya merupakan sebab kekuatan dan keselamatan masyarakat. Oleh karenanya keluarga haruslah diperintahkan untuk bertakwa, yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, sehingga jika ada salah satu anggota keluarga yang melakukan pelanggaran perintah Allah, maka harus saling mengingatkan (saling memberikan nasihat).

Faktor yang menyebabkan timbulnya ketidakbahagiaan dalam rumah tangga merupakan salah satu masalah sosial yang apabila tidak diselesaikan sebaik-baiknya maka akan menimbulkan masalah social baru

32Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur‟an, Ibid, 4.

29

yang lebih berat danluas, terutama akan berpengaruh terhadap anak.

Apalagi diperparah dengan timbulnya penyelewengan suami/isteri (perselingkuhan), kenakalananak-anak danlain sebagainya.

Rasulullah saw bersabda yang artinya;

قِفأ لػٝ امإٝ ةنً سلؽ امإ :خصلَص نكبُ٘ٔا خيآ .ٕبف ٖٔرا امإٝ

Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila bercakap dia berbohong, apabila berjanji dia mungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianatinya”. (HR. Bukhari).33

Hadits tersebut memberikan petunjuk bahwa jika dalam suatu keluarga tidak ada tanggung jawab, tidak adanya kepercayaan serta banyaknya kedustaan, maka hal tersebut menjadi pertanda bahwa suatu keluarga tersebut sudah mengalami krisis kepercayaan dan tanggung jawab sehingga akan mengarah kepada keretakan rumah tangga.

Penjelasan di atas memberikan landasan bahwa pembentukan keluarga yang sakinah akan senantiasa didambakan oleh setiap insan yang telah mengikatkan diri dalam ruang keluarga. Oleh karenanya mengembangkan sikap dan pola interaksi yang baik antara sesama anggota keluarga modal dasar yang nantinya akan terbentuk adalah keluarga yang dinamis.

Hal tersebut dapat dilihat dari tuntunan Nabi Muhammad bahwa dalam sebuah keluarga haruslah saling mengingatkan dan ayah sebagai kepala keluarga sudah menjadi tanggung jawabnya untuk memimpin bahtera rumah tangga, sehingga keharmonisan dalam keluarga akan

33 Hadis No. 107, Kitab “Iman”, Bab “Penjelasan Tanda-tanda Orang-orang Munafiq”, Imam Muslim, Sahih Muslim, (Riyad: Darut Tayyibah, 2006), I: 46.

30

terbina. Oleh karenanya pola komunikasi yang baik antara sesame anggota keluarga adalah diutamakan yang dengan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, sebuah keluarga tersebut memperoleh rahmat (kesejahteraan).

Pemenuhan cinta dan kasih sayang dalam keluarga tidak akan terpenuhi jika di dalamnya orang tuanya sedang mengalami pertengkaran atau perselisihan, sehingga keharmonisan tidak terjalin. Artinya perhatian dan tanggung jawab yang besar dalam mengatur bahtera rumah tangga sangat ditekankan dalam Islam.

Orang tua dalam keluarga ditempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi dan mulia. Oleh karena kedudukannya itulah maka tanggung jawab dan kewajiban harus ditanggungkan. Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan agama dan tempat beribadat yang secara serempak berusaha mengembangkan amal saleh dan anak yang saleh.34

Untuk membina keluarga yang baik, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Pembinaan penghayatan ajaran Islam

Pencerminan agama dalam tingkah, tutur kata, sikap dan perikehidupan keluarga merupakan tanah subur bagi pembinaan kehidupan beragama bagi anak. Sejak kecil, anak dalam keluarga dibiasakan untuk mengenal ajaran agama sebagai pedoman dasar bagi kehidupannya kemudian. Tanpa bekal agama yang memadai,

34Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Madani, (Bandung: Rosda Karya, 1992), 13.

31

sendi-sendi kehidupan kekeluargaan dan kemasyarakatan akan runtuh.

b) Pembinaan sikap saling menghormati

Hubungan dalam keluarga yang harmonis, serasi, merupakan unsure mutlak terciptanya kebahagiaan hidup. Hubungan harmonis akan tercapai manakala dalam keluarga dikembangkan, dibina, sikap saling menghormati, dalam arti satu sama lain memberikan penghargaan sesuai dengan status dan kedudukannya masing- masing. “yang kecil, yang muda menghormati yang tua”, “dan sebaliknya”. Dengan kata lain di dalam keluarga diciptakan sikap dan perilaku “saling asah, saling asih, saling asuh”. Itulah keharmonisan hubungan dalam keluarga akan tercapai dan pada akhirnya akan memunculkan kehidupan rumah tangga dan masyarakat yang penuh mawaddah warahmah sehingga menjadi sejahtera dan bahagia.

c) Pembinaan kemauan bersama

Hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah Q.S. al- Jumu‟ah [62]: 10 yang menegaskan bahwa Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di mukabumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” Manusia harus senantiasa berusaha, bekerja, agar untuk kehidupannya ada rizki yang bias diperoleh, upaya mencari rizki ini didasari rasa atau sikap saling hormat menghormati.

32 d) Pembinaan sikap efisien

Bersikap efisien bukan berarti bersikap kikir. Pembinaan sikap efisien, hemat, hidup sederhana, tanpa mengorbankan diri itu sangat penting bagi kehidupan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.

Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah Q.S. al- Furqan [25]: 67 yang menyatakan: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih- lebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian.”

e) Pembinaan sikap suka mawas diri

Tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang berbuat alpa dan salah. Sikap ini harus senantiasa tertanam pada setiap diri anggota keluarga. Dengan demikian setiap ada anggota keluarga yang melakukan kesalahan tanpa mencari kambing hitam, segera yang bersangkutan mau menyadari apa yang menjadi kekeliruan dan kesalahannya, dan segera meminta maaf kepada orang yang terkena kesalahannya dan bertaubat kepadaAllah.

Untuk dapat menggapai keluarga madani perlu diketahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan tercapainya keluarga dan untuk dapat bisa diminimalisir penyebab kegagalan tersebut. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gagalnya hal tersebut adalah:

a) Membuka rahasia pribadi

33

Inilah yang kadang-kadang tidak diperhatikan, ketika orang sudah berkeluarga. Segala yang ada dalam isteri, itulah yang menjadi milik suami dan begitu sebaliknya, karena suami atau isteri merupakan belahan diri sendiri. Sehingga ketika ada aib atau kekurangan yang menimpa suami, si isteri tidak perlu membuka atau mengatakannya kepada orang lain. Dengan kata lain kekurangan salah satu pihak berarti kekurangan bersama yang tidak layak untuk diungkit-ungkit.

b) Cemburu yang berlebihan

Cemburu memang boleh, akan tetapi ada batasnya, yaitu dapat diterima dan diartikan sebagai tanda cinta atau setianya suami atau isteri. Akan tetapi cemburu yang tidak beralasan atau berlebihan justru akan menimbulkan terganggunya kebahagiaan.

c) Rasa dendam dan iri

Inilah penyakit yang sangat berbahaya, yang senantiasa menghinggapi rumah tangga seseorang. Hal tersebut bias dilihat jika tetangganya baru saja membeli pesawat TV, keluarga tersebut iri dan mempunyai prasangka yang bukan-bukan. Jikalau sang isteri, misalnya tidak kuat imannya, maka akan memprovokasi suaminya untuk supaya dapat menyaingi tetangga yang baru membeli TV tersebut, padahal suaminya tidak mampu, maka suami tersebut akan tertekan batinnya dan inilah salah satu awal malapetaka ketidak harmonisan keluarga.

34 d) Judi dan minuman keras

Inilah dua aktivitas yang sering membuat keluarga disharmonis dan berantakan, karena judi orang akan melalaikan tugasnya sebagai kepala rumah tangga. Apabila kalah dalam perjudian bisa-bisa seisi rumah dijual dan yang lebih tragis lagi isterinya bias dijual.

Demikian juga orang yang sudah terjerat minum-minuman keras, hidupnya tidak akan puas jika tidak minum minuman keras. Padahal orang yang sedang mabuk, dirinya sendiri sudah tidak tahu dan akan menceritakan keburukan yang ada dalam dirinya dan keluarganya karena lepas kontrol. Di samping lupa diri dia juga melupakan Tuhan dan keluarganya.

e) Pergaulan bebas tanpabatas

Manusia tidak terlepas dari hidup bermasyarakat, sehingga pergaulan mutlak dibutuhkan, akan tetapi pergaulan bebas tanpa batas, lebih-lebih yang menyangkut pria dan wanita pasti akan menjurus kepada gangguan kebahagiaan keluarga. Sehingga segala perbuatan yang mengarah kepada zina harus dijauhi.

f) Kurang menjaga kehormatan diri

Kehormatan adalah harga mati yang tidak dapat ditawar lagi dalam membina hubungan keluarga. Kehormatan keluarga bisa jatuh gara- gara tidak dapat menjaga diri, keluarga dari perkataan maupun sikap atau tingkah laku.

g) Seringnya bernostalgia pribadi

Dokumen terkait