Penduduk 1.021.920
B. Kesehatan
1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan setiap 100.000 kelahiran hidup.
AKI bukan hanya merupakan indikator kesehatan dan status gizi ibu, tetapi dapat juga menggambarkan tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, tingkat efektifitas pengelolaan program kesehatan serta mencerminkan risiko yang dihadapi selama kehamilan dan persalinan.
Angka Kematian Ibu Kabupaten Purbalingga dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 mengalami penurunan, yaitu dari angka 76,76 menjadi 75,05. Namun pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 mengalami
kenaikan dari 81,23 di tahun 2019 kemudian menjadi 81 di tahun 2020 dengan 12 kasus dan meningkat lagi menjadi 191,64 dengan 27 kasus. Jika dilihat dari penyebabnya, kasus terbanyak kematian ibu adalah akibat adanya pendarahan dan eklamsia. Pada Tahun 2020 Covid-19 jadi menyumbang penyebab 2 kasus kematian ibu, termasuk penyakit degeneratif jantung kembali menjadi penyebab kematian ibu sebanyak 3 kasus setelah sebelumnya nir kasus di tahun 2020. Penyebab lainnya masih didominasi oleh perdarahan dan eklamsi, walaupun tren kedua penyebab tersebut mengalami penurunan.
Sumber : Dinkes Kab. Purbalingga, 2022
Gambar 2. 37. Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 – 2021
2. Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
Angka Kematian Bayi dihitung berdasarkan banyaknya kematian bayi (0-11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup. AKB di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2017 adalah sebesar 8,03 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian menurun cukup banyak pada tahun tahun 2020 menjadi 7,77 per 1.000 kelahiran hidup dengan 115 jumlah kasus kematian bayi. Namun pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 9,72 per 1.000 kelahiran hidup dengan 137 jumlah kasus kematian bayi .
Kematian bayi dilatar belakangi oleh tata laksana terhadap ibu hamil dengan resiko tinggi yang kurang optimal, seperti indikasi kurangnya asupan gizi yang berakibat pada BBLR, serta adanya kelainan kongenital, asfiksia, kelahiran premature, sepsis, ikterus dan penyakit penyertaan lain yang diderita ibu hamil.
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah banyaknya kematian anak sebelum mencapai usia 5 tahun per 1.000 kelahiran hidup. AKABA dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan
76.76 75.05 81.23 81.04
191.64
0 50 100 150 200 250
2017 2018 2019 2020 2021
AKI
kesehatan pada balita, serta gambaran kondisi sosial, ekonomi dan sanitasi lingkungan tempat balita tinggal.
AKABA di Purbalingga mengalami penurunan dari tahun 2017 sampai tahun 2021 dimana pada tahun 2017 sebesar 9,8 per 1.000 kelahiran hidup dan pada akhir tahun 2021 turun menjadi 5,8 per 1.000 kelahiran hidup dengan 82 jumlah kasus kematian balita.
Sumber : Dinkes Kab. Purbalingga, 2022
Gambar 2. 38. Tren Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita Tahun 2017 – 2021
3. Angka Kematian Neonatal
Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah banyaknya kematian bayi umur kurang dari 28 hari (0-28 hari) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKN menggambarkan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk antenatal care, pertolongan persalinan dan postnatal ibu hamil. Semakin tinggi angka kematian neonatal berarti semakin rendah tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak.
AKN Kabupaten Purbalingga pada tahun 2017 s.d tahun 2019 mengalami kenaikan dari 80 kasus menjadi 61 kasus. Namun kemudian pada tahun 2020 ada kenaikan jumlah kasus kematian neonatal menjadi 74 kasus dengan AKN sebesar 5 per 1.000 kelahiran hidup. Di tahun 2021, kembali naik menjadi 5,82 dengan 82 kasus.
4. Angka Kesakitan dan Penduduk dengan Keluhan Kesehatan Potret kondisi kesehatan penduduk pada saat tertentu, dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang status kesehatan penduduk secara umum. Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, status kesehatan memberikan pengaruh pada tingkat produktivitas. Tingkat
8.03 7.51 7.58 7.77
9.72
9.8 9.28 9.14 9.25
5.8
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
2017 2018 2019 2020 2021
AKABA AKB
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat keluhan kesehatan atau angka kesakitan yang dialami penduduk. Seseorang dikatakan sakit jika keluhan kesehatan yang dialami menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari sehingga tidak dapat melakukan kegiatan sebagaimana biasanya. Banyaknya penduduk yang sakit disebut dengan angka kesakitan.
Angka kesakitan penduduk Kabupaten Purbalingga pada tahun 2021 mencapai mencapai 11,51 persen menurun dibandingkan dengan tahun 220 dengan angka 19,89. Angka kesakitan pada perempuan 11,98 persen sedikit lebih tinggi dari pada laki-laki 11,02 persen. Setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi angka kesakitan, yaitu gaya hidup, kondisi lingkungan lingkungan, pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Keempat faktor tersebut saling berinteraksi mempengaruhi status kesehatan seseorang.
Sumber : BPS Kab. Purbalingaa, 2018 - 2022
Gambar 2. 39. Angka Kesakitan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Purbalingga Tahun 2017- 2021
5. Persentase Balita Gizi Buruk dan Prevalensi Stunting
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Persentase balita gizi buruk adalah perbandingan jumlah balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita.
Jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan di Purbalingga pada tahun 2021 sebanyak 56 kasus, sedangkan jumlah balita gizi kurang sebanyak 1.865. Secara umum, trend prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Purbalingga selama tahun 2017 – 2018 mengalami penurunan, yaitu dari 0,10 persen pada tahun 2017 menjadi 0,08 pada tahun 2018.
Namun kemudian mengalami kenaikan di tahun 2018 sampai dengan tahun 2021 yaitu menjadi 0,1 di tahun 2018, naik menjadi 0,12 di tahun 2020 dan naik lagi menjadi 0,14 pada tahun 2021.
16.56 16.83
19.85 19.85
11.02 16.86
17.81 19.93
19.93
11.98 16.71
17.32
19.6
19.89
11.51 0
5 10 15 20 25
2017 2018 2019 2020 2021
Laki-laki Perempuan LK+P
Sumber : Dinkes Kab. Purbalingga, 2021
Gambar 2. 40. Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 – 2021
Kekurangan gizi masa anak sering dihubungkan dengan kekurangan vitamin dan mineral yang spesifik dan berhubungan dengan mikronutrien maupun makronutrien tertentu. Kekurangan gizi secara kronis salah satunya ditunjukan dengan kondisi stunting, yaitu gangguan pertumbuhan fisik yang ditandai dengan penurunan kecepatan pertumbuhan akibat kekurangan gizi.
Prevalensi stunting di Kabupaten Purbalingga masih cukup tinggi. Pada tahun 2017 sebesar 28,4 persen, turun menjadi 26,4 persen pada tahun 2018, kemudian perlahan menurun lagi sampai dengan 16,93 persen pada tahun 2020 dan 15,7 persen pada tahun 2021.
Sumber : Dinkes Kab. Purbalingga, 2022
Gambar 2. 41. Prevalensi Stunting di Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 – 2021
6. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Dengan pertambahan jumlah penduduk dan jumlah puskesmas yang tetap, maka rasio Puskesmas dengan penduduk di Kabupaten Purbalingga tahun 2017-2021 menjadi semakin kecil. Dengan demikian, beban pelayanan puskesmas menjadi semakin berat dan dapat berpengaruh pada kualitas
28.4 26.4
17.8 16.93 15.7
0 5 10 15 20 25 30
2017 2018 2019 2020 2021
0.1
0.08
0.1
0.12
0.14
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
2017 2018 2019 2020 2021
pelayanan. Rasio puskesmas terhadap jumlah penduduk sesuai standar Kementrian Kesehatan RI adalah satu Puskesmas maksimal melayani 30.000 penduduk.
Tabel II.23. Rasio Puskesmas Terhadap Jumlah Penduduk di Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 - 2021
Tahun Jumlah Puskesmas (unit)
Jumlah Penduduk
(orang) Rasio
2017 22 955.865 1:43.448
2018 22 985.543 1:44.797
2019 22 1.003.246 1:45.602
2020 22 1.011.425 1:45.974
2021 22 1.021.920 1:46.451
Sumber: Dinkes Kab. Purbalingga, 2022
Ketersediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2017 - 2021 baik berupa rumah sakit maupun puskesmas, mempunyai jumlah yang mampu mewadahi pelayanan kesehatan bagi penduduk di Kabupaten Purbalingga. Secara rinci ketersediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.24. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 - 2021
Indikator Realisasi Kinerja
2017 2018 2019 2020 2021
Jumlah Puskesmas Perawatan 11 11 11 11 11
Jumlah Puskesmas Mampu
Bersalin 14 14 16 16 17
Jumlah Puskesmas Poned 6 7 7 7 5
Jumlah RS Poned 1 2 3 3 3
Jumlah Puskesmas Terakreditasi 15 22 22 22 22
Jumlah RS Terakreditasi 3 6 6 6 6
Sumber: Dinkes Kab. Purbalingga, 2022 7. Ketersediaan Tenaga Kesehatan
Dalam kurun waktu tahun 2016 – 2020 rasio dokter per 100.000 penduduk di Kabupaten Purbalingga secara umum berdasarkan standar rasio ideal kebutuhan tenaga medis masih membutuhkan penambahan jumlah guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan keberadaan tenaga paramedis sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat. Secara rinci capaian ketersediaan tenaga kesehatan di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.25. Perkembangan Rasio Dokter Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 – 2021
Tahun Dokter Umum Dokter Spesialis Perawat Bidan Jumlah Ratio Jumlah Ratio Jumlah Ratio Jumlah Ratio
2017 157 15,7 69 6,9 1088 108,8 582 58,2
2018 158 15,8 127 12,7 1095 109,5 562 56,2
2019 182 18,2 125 12,5 1371 137,1 566 56,6
2020 156 15,6 95 9,5 1056 105,6 604 60,4
2021 194 19,25 101 10,02 1243 123,3 712 70,65
Sumber : Dinkes Kab. Purbalingga, 2022
8. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar (SPM)
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Berbagai pelayanan kesehatan di Kabupaten Purbalingga sesuai dengan indikator SPM berdasarkan Permenkes No.4 Tahun 20019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada SPM Bidang Kesehatan meliputi: Pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, balita, usia pendidikan dasar, usia produktif, usia lanjut, penderita hipertensi, penderita diabetes mellitus, ODGJ berat, tuberkulosisi dan HIV yang dapat dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel II.26. Cakupan Pelayanan Bidang Kesehatan (SPM) di Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 - 2021
No Indikator SPM
(Permenkes No.4 Tahun 20019)
Realisasi Kinerja
2017 2018 2019 2020 2021 1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 95,71 95,83 100 100 79,42 2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 99,71 99,75 99,86 99,88 88,33 3 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 99,84 99,77 99,88 99,95 87,54 4 Pelayanan Kesehatan Balita 97,91 98,5 94,44 81,04 86,94 5 Pelayanan Kesehatan Pada Usia DikDas 85,58 93,16 97,81 93,45 64,99 6 Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif 7,52 6,12 12,34 31,47 24,08 7 Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut 52,43 54,77 52,95 60,14 70,19 8 Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 5,52 13,65 17,48 11,12 10 9 Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes 14,35 28,28 134,5 100 107 10 Pelayanan Kesehatan ODGJ Berat 100,00 100,00 69,42 73,5 78,11 11 Pelayanan Kesehatan Orang Terduga TB 100,00 63,18 79,68 39,76 57,09 12 Pelayanan Kesehatan Pada Orang Berisiko
Terinfeksi HIV 26,92 97,85 134,7 80,79 86,10
Sumber : Dinkes Kab. Purbalingga, 2022
9. Cakupan Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pelayanan kesehatan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial, guna mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan. Beberapa capaian pelayanan kesehatan lingkungan di
Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.27. Cakupan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 - 2021
No Indikator Realisasi Kinerja
2017 2018 2019 2020 2021 1 Cakupan Desa Siaga Aktif 100 100 100 78,24 78,24 2 Cakupan kepemilikan jamban 71,53 73,91 76,4 78,62 79,55 3 Cakupan akses jamban keluarga 84,34 87,59 89 92,53 92,6 4 Cakupan desa memenuhi syarat
kesehatan lingkungan 86,6 87 62,30 61,92 61,92 5 Cakupan sarana air minum yang
dilakukan pengawasan 75,1 75,1 52,3 63,6 90,9
6 Cakupan desa ODF 78 44,77 61,90 64,02 64,9
7 Cakupan rumah tangga ber PHBS 75,6 85 81 86,8 86,8 8 Cakupan Posyandu Mandiri 65 87 69,90 71,5 71,5 9 Cakupan kepesertaan KB aktif 81,3 79,91 81,00 80,90 79,3 10 Cakupan rumah sehat 86,6 71,3 76,55 76,50 61,15 11 Cakupan desa/kelurahan
melakukan STBM 92 95,82 94,1 100 100
12 Cakupan pelayanan kesehatan
kerja pada pekerja formal 65,5 100 100 61 61 13 Proporsi TUPM memenuhi syarat 75,3 75,3 56,30 61,7 65,2
Sumber : Dinkes Kab. Purbalingga, 2022
10. Kondisi Penyakit Menular yang Terdeteksi
Penyakit menular yang menjadi prioritas program di Kabupaten Purbalingga adalah Malaria, HIV/AIDS, Demam Berdarah Dengue (DBD), TB dan kusta yang perkembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel II.28. Kondisi Penyakit Menular yang terdeteksi di Kabupaten Purbalingga Tahun 2017 – 2021
Tahun Prevalensi Malaria
Prevalensi HIV/AIDS
IR DBD per 100.000 pddk
CFR DBD (%)
CNR TB per 100.000
penduduk
Penemuan Kasus Baru
Kusta
2017 0,03 0,002 21,05 2,1 114,60 18
2018 0,03 0,003 (72) 25,42 1,7 124,18 16
2019 0,01 0,003 (89) 53,2 0,8 135,16 25
2020 0,05 0,003 (109) 20,2 2 101 8
2021 0,02 0,01 9,6 5,2 41 12
Sumber : Dinkes Kab. Purbalingga, 2022
Penyakit menular lainnya di Kabupaten Purbalingga adalah sejak tahun 2020 yaitu terjadinya pandemic Covid-19. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang sebelumnya dikenal dengan nama 2019 Novel Corona Virus (2019-nCoV) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS CoV-2) yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya
pada manusia. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Jumlah kasus konfirmasi di Kabupaten Purbalingga sampai dengan 31 Desember 2021 dari puskesmas yang melapor adalah sebanyak 15.365 kasus yang menyebar di seluruh kecamatan, dengan tingkat kematian atau Case Fatality Rate (CFR) sebesar 6,55 % dan tingkat kesembuhan atau Case Recovery Rate (CRR) sebesar 93,36 %.
11. Indeks Keluarga Sehat
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) adalah suatu pendekatan pelayanan kesehatan yang menggali faktor resiko terjadinya penyakit dalam suatu keluarga dan menilai status kesehatan keluarga, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk Indeks Keluarga Sehat (IKS). Nilai IKS ini merupakan akumulasi dari nilai 12 indikator PIS PK dan dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yakni Keluarga Sehat bila nilai IKS >
0,8, Keluarga Pra Sehat bila nilai IKS 0,5 - 0,8 dan Keluarga Tidak Sehat bila nilai IKS < 0,5. Nilai IKS dapat diketahui berjenjang mulai dari tingkat keluarga, tingkat wilayah yang paling kecil (RT) hingga tingkat nasional.
IKS ini juga dapat menunjukkan nilai tiap-tiap indikator yang terdapat dalam 12 indikator tersebut sehingga intervensi yang akan dilakukan dapat didasarkan pada nilai IKS per indikator atau berdasarkan IKS wilayah.
Indeks Keluarga Sehat Kabupaten Purbalingga pada tahun 2020 mencapai 0,16 dan pada tahun 2021 naik menjadi 0,17. Indeks tersebut masuk pada kategori keluarga tidak sehat (nilai IKS < 0,5). Nilai IKS tersebut masih lebih rendah dari IKS Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 0,20 akan tetapi lebih baik jika dibandingkan dengan nilai IKS kabupaten di eks karsidenan Banyumas (Banjarnegara nilai IKS 0.09, Banyumas IKS 0,15, Cilacap 0,12).
C. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang