BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a) Terdapat 4 (empat) strategi utama dalam pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu strategi pengembangan destinasi, kelembagaan, industri, dan pemasaran.
b) Pariwisata menjadi salah satu sumber pendapatan yang dapat menguntungkan negara atau daerah karena dengan pengembangan pariwisata akan menumbuhkan dan menggerakkan berbagai sektor terkait lainnya seperti sektor ekonomi dan sosial.
Kontribusi sektor pariwisata di Sulawesi Tengah sampai Tahun 2019 baru mencapai 4,4 persen dari total PDRB daerah.
89
c) Masih ada obyek pariwisata di wilayah kajian yang bersifat sektoral seperti jalan menuju tempat wisata yang miliki oleh masyarakat dan pihak lain, sehingga pemerintah daerah terhambat untuk melakukan perbaikan infrastruktur karena adanya ego sektoral.
d) Perlu kerjasama dan koordinasi yang intens dan berkesinambungan antar daerah tentang obyek wisata yang berbatasan dari wisata Kepulauan Togean (Kabupaten Tojo Unauna) dengan obyek wisata Pulo Dua (Kabupaten Banggai), serta Objek wisata Danau Poso (Kabupaten Poso). Selain itu perlu dilakukan kerjasama didalam kluster paket wisata antar wilayah Provinsi yaitu antara Kunjungan wisata pada destinasi di wilayah Manado (Sulawesi Utara), Gorontalo (Provinsi Gorontalo) dan kunjungan wisata pada objek wisata di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.
e) Sesuai dengan hasil temuan lapangan perkembangan pariwisata pada destinasi wisata yang menjadi sampel penelitian masih belum berkembang dengan baik seperti Kabupaten Tojo Unauna (Pulau Ketupat, Pulau Wakai, Kepulauan Togean, Ampana Kota), Kabupaten Poso (Siuri Tentena, Danau Poso, Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Poso Kota, Kabupaten Donggala (Wisata bahari Tanjung Karang, Wisata Bahari Bone-Oge, Pantai Kaluku, Wisata Kota Tua Donggala, Anjungan Gonegati, dll). Bahkan untuk menciptakan wisata yang berstandard international masih perlu kesiapan dan daya dukung dalam pembangunan bidang pariwisata.
f) Masih perlunya peningkatan kesadaran dalam Pengembangan Pariwisata di Daerah baik oleh masyarakat, pengelola wisata dan pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota secara konsisten.
g) Perlu adanya branding pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Tengah secara gencar, intens, dan kontinyu dalam kelender event nasional dan internasional, yang tatakelolanya harus semakin baik seperti Tour De Central Celebes (TDCC), Festival Pulo Dua (Banggai), Festival Danau Tektonik Poso, Festival Teluk Tomini, Festival Kepulauan Togean. Sementara masing-masing daerah lainnya hendaknya memiliki Top even daerah yang sama secara terjadwal dan tidak saling tabrakan jadwalnya, jika dimungkinkan saling terkoneksi antara festival satu dengan festival lainnya.
h) Banyak obyek wisata di Provinsi Sulawesi Tengah yang layak untuk go Nasional dan go Internasional hanya perlu pemantapan kesiapan dan daya dukung kota dan
90
daerah di Provinsi Sulawesi Tengah dalam pembangunan bidang pariwisata secara detail.
i) Pendataan pengembangan pariwisata hendaknya dikelompokan menjadi tahap perintisan, tahap pembangunan, tahap pengembangan dan tahap revitalisasi sehingga akan muncul kondisi ideal yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program kerja kota/kabupaten dalam bidang pariwisata.
j) City branding Pariwisata Sulawesi Tengah belum ada ditetapkan, begitupun bagi kota Palu dan kabupaten belum ada seluruhnya sehingga perlu dirumuskan dan ditetapkan melalui peraturan daerah Kemudian disosialisasikan dan dipasarkan dengan baik.
k) Pemasaran pariwisata harus Go-Digital, berbasis Information Technology (IT) agar seluruh destinasi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah diketahui secara nasional dan International (Indikator Keterbukaan International).
l) Pelaku usaha pariwisata kabupaten/kota bekerjasama dengan Online Travel Agency (OTA) seperti Traveloka, Airy, RedDoorz, didalam memasarkan Paket Wisata dan informasi harga sehingga terbentuk kepastian biaya berwisata pada destinasi- destinasi di wilayah Sulawesi Tengah.
m) Pengembangan destinasi pariwisata memerlukan teknik perencanaan yang baik dan tepat. Teknik pengembangan harus menggabungkan beberapa aspek penunjang kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek aksesibilitas (transportasi dan saluran pemasaran), karakteristik infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi sosial, keterkaitan/kompatibilitas dengan sektor lain, daya tahan akan dampak pariwisata, tingkat resistensi komunitas lokal, dan seterusnya. Prinsip perancangan kawasan alam merupakan dasar-dasar penataan kawasan memasukan aspek yang perlu dipertimbangkan dan komponen penataan kawasan tersebut.
n) Atraksi Kepariwisataan pada kajian ini digolongkan menjadi empat hal diantaranya:
wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan, wisata kuliner, dan wisata religi.
Hasilnya semua daerah kajian yang ada memiliki wisata alam, namun tidak semua daerah memiliki wisata budaya, religi maupun wisata buatan dan kuliner.
91
o) Aksesibilitas wisata pada kajian ini dilihat dari prasarana transportasi, sarana transportasi, dan sistem transportasi. Dari semua daerah kajian prasaran transportasi yang dilihat dari pelabuhan, bandara dan Terminal diperoleh hanya tujuh daerah memiliki bandara sebagai pintu masuk Pariwisata atau ada 54 persen sementara yang tidak memeliki ada Enam Kabupaten (Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Morut, Bangkep, Balut). Untuk pintu masuk pelabuhan laut satu Kabupaten yang tidak punya pelabuhan karena daerah daratandan Pegunungan (Sigi), sehingga untuk menuju daerah tersebut bisa dilakukan dengan jalan darat. Dari sisi sarana transportasi didapatkan nilai prosentase yang tertinggi adalah sarana laut (92 persen) artinya sebagian besar daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah dapat ditempuh melalui jalur laut. Sedangkan sistem transportasi diperoleh tidak semua daerah kajian memiliki informasi rute transportasi Udara yang terjadwal (Tojo Unauna) dan cara reservasi tiket jauh lebih mudah karena telah terkoneksi dengan jaringan Online Travel Agency (OTA) seperti Traveloka.
p) Amenitas wilayah kajian ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: Prasarana umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata. sebagian daerah kajian memiliki prasarana umum yang masih terbatas seperti listrik, air, telekomunikasi, dan pengelolaan limbah. Secara khusus diidentifikasi sebagai berikut:
• Ketersedian Elektirifikasi (listrik) pada Destinasi wisata Kepulauan Togean Kabupaten Tojo Unauna sebagian besar masih berlaku pemadaman listrik atau menyala setengah hari (jam 6 sore-Jam 6 pagi) demikian Wisata Pulo Dua kabupaten Banggai.
• Akses jaringan telekomunikasi (signal) yang tidak maksimal (kadang ada dan tidak) khususnya di Keluauan Togean sebagian wilayah masih blank Spot (tidak ada signal),
• Air bersih pada wilayah kajian sebagian besar air bersih harus dibeli bahkan persediannya sangat terbatas seperti di Kabupaten Donggala (Tanjung Karang, Bone Oge, Pusat Laut (pusentasi), Kelupauan Togean (Ketupat, Bomba)
• Kebersihan Lingkungan hampir seluruh destinasi wisata belum terkelola dengan baik termasuk pelibatan pokdarwis didalam pengelolalan sampah belum berjalan serta temat sampah masih perlu diperbaiki baik dari sisi daya tampung ataupun
92
keindahannya. Program Kebersihan lingkungan termasuk kebersihan destinasi atau objek wisata yang paling berhasil dan mendapat penghargaan nasional Adipura adalah Kota Luwuk Banggai adalah Program Gerakan PINASA (Lihat Sampah Ambil), sementara daerah lainnya mulai dicanankan gerakan bersih- bersih lingkungan berkelanjutan Masyarakat agar sadar terhadap kebersihan lingkungannya, namun dalam penerapannya belum konsisten seperti Gerakan Gali Gasa (Kota Palu), Gerakan Sigi Hijau (Kabupaten Sigi), Gerakan Kukita Kutima Sampah (Kukusa-Kabupaten Parigi Moutong, Mongkita Sara Alao/
Morowali Maroa (Kabupaten Morowali),.
• Selanjutnya dilihat dari sisi fasilitas umum yang ada semua daerah kajian sudah memiliki kantor polisi, katagori baik namun lahan parkir dan tempat ibadah di daerah kajian secara rata-rata masih dalam katagori cukup.
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersedia disemua wilayah kajian, namun pengelolannya belum berjalan baik., beberapa destinasi memilki keterbatasan dalam ketersedian Toilet Umum yang memilki standar kebersihan dan sehat.
• Lembaga keuangan pada daerah pulau-pulau tidak tersedia terutama anjungan Tunai Mandiri (ATM) tidak tersedia pada wilayah remot area (100 meter) di lokasi destinasi
q) Asepk lain yang dikaji dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan Masyarakat seperti keberadaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan Desa Wisata di wilayah kajian.
Dari hasil lapangan diperoleh tidak semua daerah kajian memiliki Pokdarwis dan Desa wisata. Juga bila dilihat dari kondisi dan pengamatan lapangan ternyata adanya pokdarwis yang tidak aktif dan tidak memiliki program dalam pengembangan pariwisata daerah demikian halnya dengan desa wisata masih perlu sentuhan lebih untuk lebih memperkenalkannya melalui promosi yang berkesinambungan.
r) Penunjang Pariwisata yang dilihat dalam kajian ini adalah keberadaan PHRI, ASITA dan kepemilikan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah. Dari hasil lapangan diperoleh semua daerah kajian memiliki PHRI dan ASITA. Selain itu rata- rata semua daerah kajian sudah memiliki Rencana induk Pengembangan Pariwisata
93
Daerah yang masih berlaku sehingga pengembangan pariwisata yang ada terus berjalan sesuai dengan perencanaan yang di jadwalkan.