• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketergantungan Makhluk Hidup pada Lingkungannya

hidup yang tergolong dalam satu jenis dinamakan populasi yang bersama-sama memiliki gen unggul (gen pool). Di dalam gen unggul satu dengan yang lain aliran gena (gen flow) dengan perantaraan perkawinan (interbreeding) dalam anggota populasi, akan tetapi antar gen unggul satu dengan yang lain aliran gen tidak dapat berlangsung. Hal ini berarti jika aliran gen tidak dapat berlangsung, maka kedua makhluk hidup itu berbeda jenis atau antara keduanya memiliki gen unggul yang berbeda karena itu masalah utama tantang spesiasi adalah terjadinya penghalang (barier) reproduktif antara makhluk hidup.

VII.2. Ketergantungan Makhluk Hidup pada

langsung, selama perjalanan hidup masing-masing. Biarpun antara sesama makhluk hidup itu saling tergantung, mereka juga bersaing (berkompetisi) untuk memperoleh sumber daya yang menunjang kehidupannya. Kompetisi ini dalam rangka memperoleh makanan, mineral dan air, cahaya dan untuk wilayah kehidupannya (teritorial). Untuk menjelaskan lebih lanjut tentang hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya, dapat dipergunakan konsep- konsep biologik tentang habitat dan relung (Nasia = niche).

Habitat adalah tempat kehidupan makhluk hidup di dalam komunitas biotik. Istilah habitat dapat mengacu kepada wilayah yang luas, seperti padang pasir, perairan laut atau wilayah yang sangat sempit seperti usus manusia sebagai tempat hidup berbagai macam bakteri pembusuk. Maka boleh dikatakan bahwa habitat merupakan “alamat”

makhluk hidup dalam komunitas biotik.

Relung adalah tempat hidup yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup dalam melakukan fungsi-fungsi kehidupannya, sehingga relung merupakan bagian yang lebih sempit dalam suatu habitat yang dan memiliki kekhususan bagi makhluk hidup. Istilah relung mengacu pada peranan makhluk hidup itu di dalam lingkungan biotiknya. Sebagai contoh dalam hal makanan, pertanyaan- pertanyaan tentang bagaimanakah cara makhluk hidup

memperoleh makanan, apakah mineral-mineral yang telah di serap oleh tumbuhan dapat dikembalikan lagi ke lingkungan, apakah makhluk hidup itu sebagai produsen atau konsumen? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membantu kita untuk memahami istilah relung tersebut bila habitat boleh dipadankan (diasosiasikan) dengan kata alamat, maka relung di padankan dengan kata profesi makhluk hidup dalam lingkungan biotiknya. Oleh sebab itu, pengertian istilah relung selain meliputi keadaan fisik dan kimia, juga meliputi faktor-faktor biotik yang diperlukan makhluk hidup untuk memelihara kehidupan dan perkembangbiakan.

Kalau kita meninjau berbagai komunitas biotik makhluk hidup, kita akan memperoleh kenyataan bahwa populasi-populasi penyusun komunitas satu dengan komuunitas lainnya tidaklah sama. Disamping itu seandainya antara komunitas satu dengan komunitas lainnya terdapat populasi jenis tertentu yang sama pada kedua komunitas itu, biasanya distribusi dan kelimpahan (abudance) populasi dalam keduanya tidak sama. Dalam hal penyebaran (distribusi) dan kelimpahan makhluk hidup, ahli ekologi kebangsaan Amerika, yaitu Shelford, mengemukakan sebuah hukum yang dikenal sebagai hukum toleransi “kelimpahan atau penyebaran makhluk hidup

dikontrol (dipengaruhi) oleh faktor-faktor yang melebihi tingkat toleransi maksimum dan minimum bagi makhluk hidup”. Faktor-faktor ini lebih dipusatkan pada keadaan iklim, topografi dan kebutuhan-kebutuhan biologi tumbuhan dan hewan. Jadi makhluk hidup dibatasi oleh beberapa faktor yang berada di atas atau di bawah tingkatan yang dibutuhkan olehnya. Keadaan tersebut mungkin berupa banyak atau sedikitnya cahaya, tinggi atau rendahnya kelembaban udara, banyak atau sedikitnya mineral yang terlarut dalam air tanah, banyak atau sedikitnya predator dan cukup atau kurangnya tempat perlindungan diri, sedikit atau berkecukupannya faktor- faktor yang membantu keseimbangan nutrien, banyak atau sedikitnya makhluk hidup lain yang merupakan patogen, dan sebagainya.

Satu macam faktor sudah cukup menentukan untuk dapat membatasi pertumbuhan makhluk hidup. Sebagai contoh andaikan kandungan nitrogen di udara di atas sebidang sawah sangat sedikit, sedangkan cahaya, air, dan zat kimia lainnya sebagai nutrien berlebihan. Tanaman padi di sawah itu akan berhenti melakukan pertumbuhan setelah nitrogen habis dipergunakan, walaupun faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk kehidupannya masih dalam keadaan berlebihan dari tingkat kebutuhan yang diperlukan. Dalam

keadaan seperti ini nitrogen adalah faktor pembatas pertumbuhan. Hukum yang menyangkut faktor pembatas ini dikemukakan oleh ahli botani berkebangsaan Jerman, Justin Liebig, sehingga dikenal sebagai hukum minimum Leibig. Walaupun sebenarnya Leibig hidup 70 tahun sebelum Shelford, namun karena adanya kemiripan antara kedua hukum tersebut, maka kemudian di gabungkan menjadi hukum toleransi liebing-shelford: ”Keberadaan, kelimpahan, atau distribusi di tentukan oleh satu atau beberapa faktor pembatas yang terdapat dalam keadaan di atas atau di bawah tingkatan yang dibutuhkan oleh makhluk hidup”. Tanaman dan hewan sangat bervariasi di dalam rentangan (range) toleransi terhadap faktor-faktor lingkungan yang berbeda. Secara umum rentangan toleransi dapat digambarkan pada gambar VII.1 dibawah ini.

Gambar VII.1. Rentangan Toleransi sejumlah besar makhluk hidup satu jenis terhadap faktor lingkungan (Miller,1982).

Dengan mengambil contoh toleransi terhadap suhu lingkungan, batas toleransi beberapa jenis makhluk hidup dapat digambarkan pada gambar VII.2. dibawah ini.

Gambar VII.2. Batas toleransi terhadap temperatur berbagai jenis makhluk hidup. Bagian yang diarsir gelap menggambarkan rentangan suhu normal, dan

bagian yang tidak diarsir adalah rentangan toleransi (Sumber : Miller)

Memperhatikan gambar diatas terlihat bahwa antara daerah kematian dengan optimum merupakan tekanan (Stess) lingkungan terhadap makhluk hidup. Sebagai akibat tekanan lingkungan berbagai tingkat organisasi biotik dapat dipengaruhi. Miller mengidentifikasikan berbagai pengaruh tekanan lingkungan pada tingkat organisasi biotik adalah sebagai berikut :

1. Pada tingkat Individu:

a. Perubahan Fisika dan kimia sel tubuh b. Gangguan Mental

c. Sedikit atau tidak sama sekali menghasilkan keturunan

d. Kerusakan genetik (efek mutagenik) e. Kelainan cacat (efek teratogenik)

f. Timbulnya jaringan kanker (efek karsinogen) g. Kematian

2. Pada tingkat Populasi

a. Penurunan ukuran populasi

b. Kenaikan ukuran populasi (jika predator alaminya punah atau berkurang)

c. Perubahan sturktur umur (kematian yang tua, muda atau yang lemah)

d. Seleksi alam dan terbentuknya individu yang memiliki gen-gen resinten terhadap perubahan lingkungan

e. Hilangnya keragaman genetik dan kemampuan adaptasi

f. Kepunahan populasi

3. Pada tingkat komunitas-ekosistem a. Kekacauan dalam aliran energi

1) Perubahan dalam banyaknya input energi matahari

2) Perubahan dalam banyaknya panas yang dihasilkan

3) Perubahan jaringan-jaringan makanan dan pola kompetensi

b. Gangguan dalam daur kimiawi

1) Kebocoran sistem (pergantian/perubahan dari sistem tertutup menjadi sistem terbuka) 2) Adanya zat-zat baru (terkena buatan

manusia, bahan-bahan sintetik) c. Penyederhanaan

1) Keragaman jenis menjadi redah 2) Kehilangan kepekan jenis

3) Makin terdesaknya habitat dan relung makhluk hidup

4) Jaring-jaring makanan menjadi kurang kompleks

5) Stabilitas menurun

6) Kepunahan seluruh atau sebagian struktur dan fungsi ekosistem

7) Kembali kepada tingkat awal suksesi