• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi Gen dalam Populasi (Hukum Hardy- Weinberg)

VI.1. Hukum terkait latar belakang Spesiasi 1. Perubahan Evolutif

3. Variasi Gen dalam Populasi (Hukum Hardy- Weinberg)

3. Variasi Gen dalam Populasi (Hukum Hardy-

ukur untuk menentukan hal ini, namun kita sudah dapat memperkirakannya sendiri. Misalnya, harimau Jawa ada 6 (enam) ekor, atau badak Jawa ada 60 (enam puluh ekor).

Bagaimana pendapat kita mengenai hal ini, belum ada standard yang jelas.

Penelitian yang dilakukan pada semacam harimau yang dikenal dengan nama Cheetah (Aonyx jubatus) menunjukkan bahwa variabilitas jenis ini (diukur dengan tingkat heterosigositas dan polimorfisme) adalah sama dengan nol. Setiap individu jenis ini dapat dianggap sebagai kembar satu telur, karena transplantasi yang dicobakan pada individu yang berasal dari populasi di Afrika Selatan dengan individu yang berasal dari Afrika Tengah yang terpisah beberapa ribu kilometer, ternyata berhasil dengan sukses. Contoh pada penyu hijau (Chelonia mydas) yang berasal dari empat samudera yang berbeda juga menunjukkan bahwa lebih dari 99% gennya adalah identik.

Sedangkan pada umumnya jumlah gen yang mempunyai alel yang berbeda berkisar antara 5% pada mamalia sampai 25% pada serangga dan tumbuh-tumbuhan. Jadi jelaslah bahwa keanekaragaman itu penting sekali. Itulah sebabnya mengapa seringkali kita mendengar para ahli menyatakan bahwa Harimau Jawa atau Badak Jawa sudah punah. Tetapi orang-orang di Indonesia membantah bahwa Harimau Jawa

dan Badak Jawa masih bisa ditemukan. Jelaslah disini bahwa istilah ‘punah’ yang kita dikemukakan para ahli lain berbeda dan bahkan dibantah oleh kita.

Contoh penelitian mengenai Cheetah dan penyu hijau memberikan gambaran bahwa semua individu Cheetah dan penyu hijau di muka bumi yang jumlahnya mencapai ribuan adalah identik atau hampir identik.

Walaupun demikian, secara ekologis, tidaklah logis bila Cheetah dari Kenya dianggap satu populasi dengan Cheetah dari Ethiopia yang terpisah sejauh 6000 km. Dalam ekologi, tempat atau lokasi dipakai sebagai tolak ukur untuk membedakan suatu populasi dengan populasi lainnya yang berada di lokasi yang lain.

Dalam istilah genetika populasi, semua individu kedua jenis di atas diartikan sebagai satu populasi. Adapun alasannya ialah bahwa suatu populasi dicirikan oleh suatu perbedaan dibandingkan dengan populasi yang lain. Alasan apa saja dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk membedakan suatu populasi. Misalnya, frekuensi suatu alel jarang dalam suatu populasi berbeda bila dibandingkan dengan populasi yang lain. Perbedaan ini timbul karena individu suatu populasi akan cenderung untuk kawin dengan anggota populasinya. Batasan ini berbeda dengan batasan yang didefinisikan oleh para ekologiwan, namun

untuk menerangkan proses evolusi kita akan memakai tolak ukur genetika populasi.

Secara terpisah Hardy dan Weinberg menemukan suatu rumusan untuk menyatakan bahwa frekuensi suatu alel dalam populasi akan tetap berada dalam keseimbangan.

Apabila perbandingan genotip dalam suatu populasi tidak berubah dari generasi ke generasi, dapat dinyatakan bahwa frekuensi gen populasi tersebut dalam keadaan seimbang.

Dengan perkataan lain, proses evolusi dapat diartikan sebagai suatu perubahan kumulatif frekuensi alel pada suatu populasi sejalan dengan waktu. Keseimbangan frekuensi alel dalam suatu populasi dinyatakan Hardy-Weinberg dalam rumusan sebagai berikut:

Contoh: Misalnya frekuensi alel A = 0.6 berarti p = 0.6, jika p + q = 1, maka frekuensi alel a = 0.4. (lihat Gambar VI.7 dibawah)

Gambar VI.7. Bagan frekuensi alel menurut hukum Hardy-Weinberg

Adapun rumus Hardy-Weinberg di atas dapat berlaku apabila:

1) Mutasi tidak terjadi, atau mutasi yang menguntungkan sama jumlahnya dengan mutasi yang tidak menguntungkan.

a. Telah diketahui bahwa mutasi yang terjadi tidak selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur atau fungsi. Kejadian mutasi meskipun tidak terlihat, mungkin saja ikut berperan. Misalnya protein yang termutasi meskipun tidak mengubah fungsi, mungkin saja akan menunjukkan pengaruh apabila keadaan lingkungan berubah. Sudah dapat dipastikan adalah bahwa frekuensi gen dalam populasi akan berubah, karena ada satu gen yang berubah.

b. Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan sama banyaknya dengan mutasi yang merugikan tidak mungkin tercapai, karena pada umumnya mutasi yang terjadi bersifat merugikan.

2) Semua anggota populasi tertentu mempunyai kesempatan yang sama untuk mengawini sesama anggota populasinya (perkawinan acak atau

“Panmiksi”).

a. Perkawinan acak hanya mungkin terjadi di daerah yang secara ekologi adalah benar-benar sama.

Biasanya, perkawinan terjadi tidak secara acak.

b. Perkawinan pada umumnya terjadi dengan individu sepopulasi, karena kemungkinan untuk bertemu lebih besar. Meskipun perkawinan terjadi antar individu sepopulasi, umumnya ditemukan adanya suatu mekanisme khusus yang berperan dalam hal ini, misalnya berupa naluri, dan tingkah laku tertentu (etiologi).

3) Tidak terjadi imigrasi atau emigrasi, atau jumlah individu yang berimigrasi adalah sama dengan individu yang beremigrasi.

a. Imigrasi atau emigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen dalam populasi.

b. Pengaruh imigrasi atau emigrasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal atau ukuran populasi yang akan dibentuk.

c. Lebih kecil ukuran suatu populasi asal, maka perubahan frekuensi alel akan lebih besar bagi populasi tersebut.

d. Bagi suatu daerah terisolasi, misalnya suatu pulau, imigrasi suatu spesies ditentukan oleh alel-alel yang ikut dibawa ke daerah tersebut. Karena jumlah individu yang berhasil mencapai dan mengkolonisasi pulau itu dari tidak ada menjadi suatu populasi yang stabil, maka biasanya suatu alel yang tidak berarti frekuensinya dalam populasi asal, akan menjadi penting sekali bagi populasi kecil yang baru dibentuk. Hal ini sering disebut sebagai genetic drift atau founder effect (efek pembentuk populasi) atau sering disamakan juga dengan efek leher botol (bottle neck effect). Di Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, mekanisme seperti ini sering sekali ditemukan.

e. Spesiasi atau subspesiasi (proses pembentukan spesies atau sub-spesies) dapat diterangkan dengan mekanisme di atas, meskipun masih terdapat banyak aspek lain yang turut menunjang.

4) Semua alel mempunyai kemungkinan yang sama untuk berada dalam populasi, tidak ada yang lebih unggul dari yang lain. Dengan kata lain, seleksi alam tidak terjadi.

a. Alel-alel yang berlainan mempunyai tingkat keberhasilan hidup yang berlainan

b. Nilai keberhasilan hidup biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya

c. Nilai keberhasilan hidup dapat berubah-ubah bergantung kepada lingkungan hidupnya. Misalnya, mutan vestigial di alam tidak mungkin dapat bertahan hidup pada lingkungan yang berubah sehingga kita beri nilai keberhasilan hidup sama dengan 0 (nol). Namun, di laboratorium mutan vestigial dapat bertahan hidup meskipun mereka lebih lemah dari bentuk normal. Dengan demikian nilai keberhasilan hidup mutan vestigial di laboratorium tidak mungkin sama dengan 0 (nol).

5) Jumlah populasi tetap, atau jumlah individu yang mati sama dengan jumlah individu lahir.

a. Secara teoritis keadaan populasi yang tetap (stabil) tidak mungkin terjadi meskipun di suatu populasi yang terisolasi.

b. Selain faktor lingkungan yang senantiasa berubah- ubah sepanjang tahun, hal lain yang juga terjadi yaitu selalu ada kelahiran dan kematian.

c. Hasil penelitian tertentu menemukan bahwa pada umumnya suatu populasi berubah-ubah mengikuti suatu siklus tertentu yang spesifik.

6) Populasi berjumlah besar sehingga faktor kebetulan tidak terjadi atau dapat diabaikan.

a. Populasi besar hanya mungkin terjadi pada serangga atau mikroba, namun tidak mungkin terjadi pada populasi hewan mamalia misalnya.

b. Populasi yang besar erat kaitannya dengan resource (sumber) yang tersedia, baik sumber makanan maupun habitat yang cocok.

c. Lebih besar suatu organisme, jumlah makanan dan tempat untuk hidup harus tersedia dalam jumlah yang lebih besar pula.

Berdasarkan penjelasan di atas, ternyata bahwa persyaratan untuk pemberlakukan rumus atau hukum Hardy-Weinberg hampir tidak pernah dapat dipenuhi. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa evolusi itu terjadi.

Rumus atau hukum ini hanya dapat dipenuhi pada satuan waktu yang sangat singkat. Artinya dalam waktu yang sangat singkat rumus dapat terpenuhi, namun dalam jangka

waktu tertentu saja, rumus ini tidak mungkin berlaku, karena ke-enam persyaratan tersebut di atas tidak mungkin terpenuhi sekaligus. Hanya persyaratan ke-tiga, emigrasi dan imigrasi saja yang mungkin dapat terpenuhi pada populasi di pulau terpencil atau pada organisme yang hanya dapat hidup di puncak gunung yang tinggi, suatu perkecualian.

VI.2. Hukum terkait Latar Belakang Seleksi Alam