• Tidak ada hasil yang ditemukan

j. Eliminasi Hibrida melalui Seleksi

Hibrida yang fertil, mempunyai keturunan dan keduanya dapat bertahan hidup dan beranak-pinak, dapat dianggap atau dinyatakan sebagai suatu spesies, spesies baru. Kenyataan menunjukkan bahwa hibrida dan turunannya kurang dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkunganya, sehingga dalam kurun waktu yang tidak lama segera akan mengalami kepunahan. Dikatakan bahwa antara kedua induk dalam perkawinannya terjadi pertukaran gen namun tidak keseluruhan gena bertukar. Pada umumnya perkawinan yang terjadi antara spesies yang sama keturunannya lebih banyak dan lebih adaptif dibanding dengan keturunan hibridanya. Akibatnya seperti tersebut di atas keturunan hibrida tersebut akhirnya tereliminasi oleh alam, punah. Orang mengatakan sebagai koreksi oleh alam.

bahwa ada peluang untuk munculnya spesies baru dalam situasi di mana keadaan sekitarnya memungkinkan. Dalam situasi yang tidak mengalami perubahan yang berarti, keturunan yang berasal dari spesies yang telah ada cenderung untuk lebih mampu bertahan sedang hibridanya lebih-lebih yang mengandung penyimpangan yang agak banyak dari induknya, cenderung untuk mengalami eliminasi, dalam waktu singkat atau perlahan-lahan.

Sebaliknya dalam keadaan dimana situasi berubah, maka ada kencenderungan yang sebaliknya.

Berikut ini diuraikan beberapa gagasan yang menuju pada pembentukan spesies baru.

a. Spesiasi akibat Poliploidi

Hugo de Vries ahli genetika yang terkenal karena teori mutasinya, menemukan kenyataan bahwa ada kemungkinan perubahan jumlah kromosom pada makhluk hidup, yang sebagaimana diketahui sesungguhnya cenderung untuk tidak berubah, dan karenanya dinyatakan sebagai hal menciri makhluk yang bersangkutan. Genothera lamarckiana yang mempunyai kromosom 14, ternyata karena sesuatu hal, dalam hal ini mengalami gagal berpisah (Non-disjuntion) pada saat meiosis, maka jumlah kromosomnya menjadi 28. karena kemudian ternyata bahwa keturunan yang berkromosom 28 tersebut tidak

dapat disilangkan dengan Genothera lamarckiana (induknya), maka kemudian dinyatakan spesies baru, dan selanjutnya diberi nama Genothera gigas.

Peristiwa bertambahnya kromosom dapat terjadi melalui proses penggandaan (Doubling) yang terjadi pada hibridanya. Peristiwa Allploida tersebut dimisalkan spesies tertentu mempunyai gen A, yang karenanya individunya adalah AA, disilangkan dengan individu, disilangkan dengan individu BB. Hibridanya mengandung gen A dan B, dan karena membentuk sinopsis AB pada meiosis, sehingga menyebabkan steril. Dapat terjadi penggandaan gena sehingga pada hibridnya terkandung gena yang berpasangan, AABB. Individu ini vertil dan ternyata tidak dapat disilangkan dengan induknya. Karena orang menempatkannya sebagai spesies baru.

Dikaitkan dengan proses evolusi maka bentuk allopoliploida ini memegang peranan yang lebih besar dengan bentuk diploidanya, juga dengan bentuk autopoliploidanya. Berdasarkan hal ini maka untuk budidaya tanaman tertentu untuk mendapatkan jenis unggul orang memilih dan mengarah pada bentuk-bentuk poliploida. Dikenal misalnya, gandum Tritium monoccacum yang mempunyai kromosom 14, berbiji lebih kecil dangan Tritium dicocoides yang kromosomnya 28, juga bila

dibandingkan dengan Tritium vulgare yang kromosomnya 42. poliploida pada kentang ternayata lebih bervariasi.

Dijumpai Solanum tuberosum yang berkromosom 12, 24, 36, 38, 60, 72, 96, 108, 120 dan 144.

b. Radiasi Adaptif

Kenyataan yang menunjukkan bahwa dijumpai anekaragam spesies dewasa ini, sedang fosil yang terekam menunjukkan bahwa jumlah spesies yang ada dahulu tidak sebanyak itu, membawa orang pada kesimpulan bahwa terjadi proses “Pembelahan” Evolutif spesies. Terjadi radiasi evolusioner, yang juga dapat disebut sebagai evolusi divergen. Proses evolusi yang terjadi sangat erat hubungannya dengan kemampuan beradaptasi suatu spesies dilingkungan yang baru, disamping tidak tidak dimungkinkannya persilangan antara spesies pendatang dengan spesies yang sudah ada, atau antara sesama spesies pendatang yang berlainan spesies.

Contoh yang nyata dari radiasi adaptif adalah burung Finch di Galapagos. Orang berteori bahwa burung Finch yang terdapat di Kepulauan Galapagos berasal dari Amerika Selatan yang berjarak lebih kurang 900 km, yang secara kebetulan terbuncang angin. Keadaan yang gersang dan terpencil menyebabkan bahwa antara penghuni kepulauan tersebut terjadi suatu kompetisi. Spesialisasi

dalam menggunaan bahan makan adalah suatu cara yang

“terhormat” dalam menghindarkan diri dari kekalahan berkompetisi. Dari sinilah kemudian “lahir” bermacam- macam burung Finch, diantaranya yang hidup di tanah dari biji-bijian yang berbeda. Ini dapat terlihat dari bentuk paruh yang berbeda. Berparuh pendek sebanyak 3 spesies, dan yang berparuh panjang 1 spesies, sebagai pemakan biji kaktus. Enam spesies dikenal sebagai burung yang hidup di pohon, sebagai pemakan biji, buah, serangga, di samping yang hidup dari madu. Untuk lengkapnya gambar V.6 dibawah ini dirasakan dapat membantu.

c. Divergensi, Konvergensi, Pergantian

Telah disebut sebelumnya tentang radiasi adaptif, bahwa dari satu spesies dapat berkembang menjadi beberapa spesies. Kalau dibuat garis yang menghubungkan spesies asal dengan bentuk-bentuk perkembangannya, seperti gambar radiasi adaptif burung Finch di Galapagos tersebut, maka terlihat adanya garis yang menyebar, divergen, peristiwanya divergensi. Dalam perkembangan yang sifatnya divergensi, kemiripan-kemiripannya semakin lama semakin berkurang. Dari perkembangan tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan evolusi makhluk hidup tidak merupakan tangga seperti yang pernah dikemukakan

oleh Linnaeus, tetapi berbentuk bangunan yang bercabang- cabang.

Gambar V.6. Radiasi Adaptif Burung Emprit Branjangan (Finch) (Sumber Prawoto, 2001)

Dari fosil-fosil yang dijumpai ternyata bahwa tidak semua bahwa tidak semua bentuk percabangan dapat sampai ke puncak, terjadi kepunahan. Kepunahan dapat

terjadi karena tekanan lingkungan atau disebabkan oleh ketidak mampuan makhluk hidup, seperti dalam uraian

“spesiasi akibat poliploida”, di samping kalah dalam berkompetisi dengan makhluk lain, baik yang satu spesies atau yang berlainan spesies seperti apa yang terjadi pada peristiwa radiasi adaptif. Dalam hal ini makhluk yang mempunyai spesilisasi yang terlalu khas akan lebih mengalami kesulitan untuk bertahan dibandingkan dengan yang tidak terlalu khas, baik yang menyangkut makanan maupun tempat untuk berlindung.

Sebagai contoh dapat dikemukakan disini tentang makhluk herbivora yang hidup dari tumbuhan dapat menunjukkan bahwa binatang tersebut mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan omnivora, karena herbivora tubuhnya dilengkapi dengan memenuhi kebutuhan akan zat-zat makanan yang pada dasarnya sama antara mehluk yang termasuk herbivora dan omnivora.

Namun bila tumbuhan berkurang omnivora menjadi lebih mampu bertahan dari pada herbivora. Ternyata di sini bahwa baik spesialisasi maupun adaptasi yang fleksibel mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri.

Gambar V.7. Ilustrasi mengenai Divergensi dan Konvergensi (Sumber Prawoto, 2001)

Kebalikan dari evolusi divergen adalah evolusi kovergen. Pada peristiwa ini asal-usul dari mehluk yang berevolusi pada dasarnya jauh, jauh berbeda, namun kemudian bila hidup di tempat yang sama, yang memerlukan persyaratan hidup yang khusus, maka dapat terjadi adaptasi yang mirip. Gambar V.7 di atas memberikan gambaran tentang peristiwa divergensi dan konvergensi. Pada peristiwa konvergensi dibedakan antara konvergensi tanpa pergeseran dan konvergensi dengan pergeseran. Gambar V.8 di bawah ini memperjelas tentang beda antara konvergensi tanpa pergeseran dan konvergensi dengan pergeseran.

Gambar V.8. Konvergensi tanpa pergeseran dan konvergensi ada pergeseran (Sumber Prawoto, 2001)

Telah disinggung bahwa dalam perjalanan kehidupan suatu spesies dari masa ke masa dalam waktu ribuan bahkan jutaan tahun tidak semua spesies dapat mampu mencapai puncak. Peristiwa tersebut dinyatakan sebagai bentuk kepunahan spesies. Mengenai kepunahan dikenal adanya kepunahan yang diikuti pergantian dan ada

kepunahan yang tidak diikuti pergantian. Gambar V.9. di bawah ini menunjukkan ilustrasi tentang kepunahan tanpa pergantian dan kepunahan dengan pergantian.

Gambar V.9. Kepunahan tanpa pergantian dan kepunahan dengan pergantian (Sumber Prawoto, 2001)

d. Oportunisme dalam Konvergensi

Pada perkembangan evolusi konvergen sering dijumpai adanya bentuk yang berbeda meskipun fungsi yang di emban sama. Bentuk yang berbeda tersebut dapat

terjadi karena pada dasarnya bentuk asalnya memang berbeda. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini bentuk sayap dari beberapa hewan, seperti pterosaurus, burung, kelelawar serangga yang mempunyai bentuk yang berbeda satu sama lain tetapi mengemban fungsi yang sama, yaitu untuk terbang. Dalam hal ini sering tidak hanya bentuknya saja yang berbeda tetapi juga kerjanya. Peritiwa ini disebut oportunisme, yaitu oportunisme dalam konvergensi.

Beberapa prinsip yang memberi ciri paham oportunisme dalam konvergensi adalah:

1) Apa yang dapat terjadi (akan) terjadi

2) Perubahan terjadi sebagaimana seharusnya, tidak seperti yang dihipotesiskan sebagai yang paling baik.

3) Kesempatan memungknkan akan terjadinya perubahan 4) Pada setiap perubahan yang terjadi pada suatu

kelompok atau oleh suatu kelompok akan membuka peluang terjadinya perubahan pada kelompok lain.

Gambar V.10. Homologi dan Analogi (Sumber Prawoto, 2001)

Gambar diatas merupakan produk peristiwa analogi dan homologi, yang dapat dikaitkan dengan evolusi konvergen, divergen dan menyangkut pula paham oportunisme.

e. Spesiasi Aseksual

Batasan spesiasi yang mengacu pada kemungkinan pertukaran gena, tidak selamanya dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah spesiasi pada makhluk yang berkembang biak dengan Aseksual. Pada makhluk yang berkembangbiak dengan cara Aseksual perkembangan yang menuju pada pembentukan spesies baru adalah bertumpu pada terjadinya variasi dan adaptasi. Struktur dan fungsi tubuh dan bagian-

bagian tubuh merupakan indikator perkembangan pembentukan spesies baru.

f. Spesies Fosil

Untuk menentukan persamaan spesies jelas tidak dapat menggunakan kriteria pertukaran gen. Bagaimana mungkin kalau jarak masa hidupnya adakalanya terpaut waktu ribuan bahkan jutaan tahun. Struktur dan fungsi memegang peranan penting untuk penetapan kedudukan suatu individu dalam suatu spesies.