• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerja keuangan berarti kerja ekonomi untuk membiayai kerja politik dan organisasi. Berhasil atau tidaknya sebuah program tergantung kepada keterlibatan seluruh anggota dalam mensukseskannya, termasuk secara keuangan. Kerja keuangan bersandar pada anggota dan massa lewat iuran rutin

37

(iuran pendaftaran dan iuran bulanan) iuran khusus (iuran yang diserukan organisasi dalam momen tertentu), ekonomi produksi, kerjasama kegiatan yang tidak bertentangan dengan garis politik organisasi, dan sumbangan tidak mengikat dari massa dan aliansi. Dengan kemandirian dalam setiap pekerjaannya, organisasi akan mampu menjaga indepenensi di tengah gempuran tradisi organisasi mahasiswa yang patron dan terikat pada lobby-lobby politik pragmatis demi mendapatkan anggaran.

Garis politik tanpa logistik adalah utopis, dan logistik tanpa garis politik berarti pengkhianatan!

Perencanaan Program dan Penilaian Kerja Massa

Perencanaan berarti persiapan pekerjaan dengan menyusun tujuan dan teknis pekerjaan, menurut arahan organisasi atasan (Program Kerja DPP, Program Kerja Cabang, atau seruan PP) serta hasil investigasi atas situasi, kebutuhan, dan kemampuan kolektif. Rencana Program Kerja berbentuk program (garis besar pekerjaan secara periodik: 6 bulanan/3 bulanan/1 bulanan) dan plan (petunjuk pelaksanaan teknis pekerjaan) yang akan dibagi-bagi pada komite kerja melalui briefing (penugasan) dan dijalankan secara disiplin serta dialektis.

Program Umum Kerja Massa FMN adalah:

A. Politik 1. IS

2. Pendidikan 3. Propaganda 4. Kampanye Massa 5. Pelayanan Rakyat 6. Aliansi

7. Kebudayaan 8. Perempuan

B. Organisasi 1. Rekrutmen 2. Konsolidasi 3. Ekspansi 4. Administrasi 5. Keuangan

6. Ekonomi Produksi

Program yang sudah ditetapkan lalu diturunkan menjadi plan operasional. Plan memuat tujuan dan target, sasaran, bentuk, kebutuhan biaya dan sumber pembiayaan, tahapan-tahapan (persiapan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan), serta sistem komite (tim/kepanitiaan). Menurut tahapan- tahapan pekerjaan, plan kemudian ditugaskan pada komite melalui briefing.

Pasca pelaksanaan, penting untuk melakukan asesmen (penilaian) untuk mengulas capaian dan kelemahan praktek, lalu menemukan rekomendasi. Capaian berisi hasil objektif dari pekerjaan, seperti jumlah peserta dan asal peserta, informasi yang didapatkan, kontak yang dijaring, atau data-data tambahan yang relevan menurut jenis pekerjaan politik dan organisasi yang dilakukan. Penting juga menguraikan kuantitas dalam capaian. Kelemahan berisi (1) hal yang harusnya dikerjakan namun tak terlaksana atau hambatan yang muncul dan (2) faktor/penjelasan mengapa kelemahan tersebut terjadi. Kelemahan tersebut dijawab dengan rekomendasi, yaitu pemecahan masalah yang ditemukan serta respon organisasi atas capaian objektif yang didapatkan. Asesmen dilakukan dengan prinsip kritik-otokritik, agar kolektif dapat memecahkan masalah dan membantu kawan yang melakukan kekeliruan. Asesmen harus segera dilakukan untuk menghindari hilangnya informasi, sehingga penilaian kita semakin komperhensif.

Pelaporan Kerja Massa

Laporan berarti memberitahukan hasil dan penilaian pekerjaan ke organisasi atasan secara periodik (bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan, dan 1 tahunan), sehingga organisasi atasan mampu memberikan seruan dan arahan yang tepat dan sesuai dengan situasi objektif. Laporan yang disusun adalah Data Base anggota, Laporan IS, Laporan bulanan, dan Laporan Khusus.

38

Data Base berisi jumlah anggota, nama, angkatan masuk kuliah, jurusan, fakultas, angkatan masuk FMN, level pendidikan organisasi, dan level anggota (penilaian maju, menengah, terbelakang, yang dinilai oleh kolektif pimpinan organisasi menurut praktek dan peranannya dalam kerja massa). Data Base harus diperbaharui secara berkala ketika ada anggota baru yang direkrut secara periodik, lalu dilaporkan pada organisasi atasan.

Laporan IS berisi hasil investigasi sosial baik investigasi sosial komperhensif maupun investigasi khusus tentang isu panas dan situasi mendesak, yang telah dianalisis menurut teori dan pengalaman praktek organisasi. Laporan ini akan menjadi dasar bagi analisis, kebijakan, dan program organisasi atasan yang akan diserukan.

Laporan Bulanan berisi hasil pekerjaan berupa capaian (secara kuantitas/angka konkret dan kualitas), kelemahan, dan resolusi tiap-tiap bentuk kerja politik dan organisasi, termasuk laporan keuangan organisasi. Perkembangan situasi lokal dan organisasional yang telah diinvestigasi juga turut dilaporkan.

Penutup

Kita harus mempelajari karakter dan prinsip kerja massa ini sebagai dasar teori Kerja Massa Komperhensif FMN. Teori dan praktek memiliki hubungan dialektis dan tak terpisahkan. Tanpa panduan teori maju, kita akan terjebak dalam praktek yang asal-asalan, spontan, tradisional dan empiris sehingga tak akan membawa banyak kemenangan. Sebaliknya, teori tanpa praktek berarti hanya lamunan kosong. Teori maju lahir dari praktek maju. Maka, ketika kerja massa FMN dirumuskan secara sistematis, dijalankan sungguh-sungguh, serta memiliki berkelanjutan, FMN akan menemukan kebenaran objektif dalam kerja pengorganisasiannya.

Selamat bekerja massa!

39

Pertemuan Nasional sebagai konsolidasi sebelum Kongres Luas Biasa FMN, Mataram-NTB;

Diskusi Peringatan Harlah FMN, Lombok Timur-NTB;

Panggung Rakyat FMN Palu-Sulawesi Tengah;

Kawan-kawan FMN Mataram selepas agenda futsal rutin

Sanggar Belajar FMN Solo, “Bintang Timur”;

FMN dalam Aksi menolak pembangunan Geothermal Atadei, Lembata, Kupang-NTT;

Lapak Baca FMN Denpasar;

FMN mengadakan Riset Living Cost Kaum Tani Pangalengan, Bandung.

Rapat Umum Anggota (RUA) kawan-kawan FMN di Ternate-Maluku Utara;

Kawan-kawan FMN Pontianak dan aliansi multisektoralnya mengadakan diskusi publik.

40

TENTANG GERAKAN MAHASISWA DI INDONESIA

Tujuan Materi: Agar peserta memahami sejarah gerakan mahasiswa sebagai bagian perjuangan rakyat Indonesia, dan menegaskan bahwa perjuangan mahasiswa bukan sebatas perjuangan moral, tapi perjuangan yang dapat mendukung perjuangan rakyat yang anti imperialis AS dan feodalisme.

Indikator Capaian: Peserta mampu menjelaskan garis umum sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia, dan mampu menghubungkan perjuangan mahasiswa dengan perjuangan rakyat secara umum sebagai syarat kemenangan gerakan perubahan sosial.

Gerakan Mahasiswa adalah Bagian dari Perjuangan Rakyat Luas

Kedudukan Mahasiswa sebagai pemuda borjuasi kecil intelektual berkarakter aktif, dinamis, mobilitas yang tinggi, cinta perubahan, dan memiliki ilmu pengetahuan serta keterampilan, menjadikan gerakan mahasiswa sangat lekat dengan perjuangan rakyat di belahan dunia manapun. Di seluruh negeri, perlawanan mahasiswa pada sistem penindasan atas sektornya sendiri, mengantarkannya pada perjuangan sektor rakyat yang lebih luas. Mahalnya biaya pendidikan, pengekangan demokrasi kampus, dan pendidikan yang tak ilmiah, akhirnya menggerakkan mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan baru di berbagai negeri.

Di Amerika Latin, gerakan mahasiswa dimulai dari aksi-aksi di Argentina yang melahirkan Manifesto Cordoba tahun 1918, yaitu deklarasi mahasiswa Argentina menuntut kebebasan mimbar akademis, otonomi keilmuan, dan demokratisasi kampus lewat partisipasi mahasiswa dalam pengambilan kebijakan. Adminitrasi lama dinilai sebagai sistem yang otoriter dan mengekang kebebasan mahasiswa berekspresi serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Pengaruh perjuangan dari perlawanan mahasiswa Argentina ini menyebar ke seluruh Amerika Latin.

Perjuangan mahasiswa ini dapat kita temukan di Asia. Pada 4 Mei 1919, mahasiswa Tiongkok melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menolak kebudayaan feodal yang kolot di kampus- kampus, dan akhirnya menyebar ke seluruh negeri untuk memprotes imperialisme asing di Tiongkok.

Gerakan Demokratis Mei menjadi cikal bakal gerakan pembebasan nasional Tiongkok. Di tahun 60-an, pemuda mahasiswa Tiongkok kembali mengorganisasikan diri ke dalam Red Guard (Garda Merah) yang mengobarkan Revolusi Besar Kebudayaan untuk menentang restorasi kapitalisme pasca kemerdekaan negerinya25.

Di Korea, gerakan pemuda intelektual telah melibatkan diri dalam perjuangan pembebasan nasional dari kolonialisme fasis Jepang. Pasca kekalahan Jepang dan kependudukan Amerika Serikat yang membelah Korea, pemuda mahasiswa terus berjuang melawan kebijakan imperialisme yang dijalankan pemerintahan militer boneka AS. Pada 18 Mei 1980, mahasiswa kota Gwanju, Korea Selatan, melakukan aksi menentang kediktatoran militer Chun Doo-Hwan. 165 mahasiswa dan rakyat gugur ditembaki membabi-buta oleh militer Korea Selatan yang disokong AS. Gerakan Gwangju memantik perlawanan besar-besaran di Korea, dan melahirkan Gerakan Demokratis Juni 1989 bersama buruh, tani, dan rakyat, mereformasi sistem politik di Korea Selatan26.

Gerakan mahasiswa juga besar di di Filipina. Sejak masa kediktatoran Ferdinand Marcos, gerakan mahasiswa progresif dengan organisasinya, Kabataan Makabayan (Pemuda Patriotik) yang

25 Ching, Pao-yu. Revolution and Counter Revolution: China’s Continuing Class Struggle Cinse Liberation.

Foreign Language Press. Paris 2021. (https://foreignlanguages.press/wp-content/uploads/2021/11/N11- Revolution-and-Counterrevolution-1st-Printing.pdf)

26 The May 18 History Compilation Committee of Gwangju. The May 18 Gwangju Democratic Uprising.

Gwangju 2013. (https://files.libcom.org/files/May-18-Gwangju-uprising.pdf)

41

memobilisasikan diri bersama rakyat dengan garis politik anti-imperialisme dan anti-feodalisme27. Rezim Marcos pun dapat dihancurkan. Di masa-masa berikutnya, gerakan mahasiswa dimulai dengan penolakan kenaikan biaya kuliah yang secara massif dikampanyekan oleh aliansi sektoral mahasiswa.

Aliansi itu akhirnya berubah menjadi organisasi dengan garis demokrasi nasional, yaitu League of Filipino Student (LFS) yang mengangkat isu-isu pendidikan dan demokratisasi kampus28. Selain itu, gerakan mahasiswa Filipina juga menghubungkan isu-isu pendidikan dan mahasiswa dengan isu dan tuntutan kelas buruh dan kaum tani untuk mewujudkan reforma agraria sejati dan industrialisasi nasional, hingga sekarang.

Sejarah Gerakan Mahasiswa di Indonesia 1. Pra Kemerdekaan

Mahasiswa Indonesia lahir ketika sistem pendidikan formal dibangun Politik Etis Kolonial Belanda.

Menjelang akhir tahun 1870 wakil-wakil golongan liberal menguasai suara di parlemen Belanda, dan mengakhiri Sistem Tanam Paksa (STP). Kalangan liberal yang mengalahkan kaum konservatif berkeinginan agar keuntungan milik kolonial dapat mereka ambil alih. Mereka lalu menerapkan Politik Etis yang dianggap sebagai politik “balas budi”, mencakup kebijakan Edukasi (pendidikan), Irigasi (pengairan), Transmigrasi (perpindahan penduduk).

Dengan diterapkannya politik etis, berdirilah beberapa institusi pendidikan seperti Sekolah dasar (HIS), Sekolah tingkat pertama dan menengah (HBS), Pendidikan Tinggi dengan jurusan Kedokteran yaitu STOVIA (School tot Opleiding voor Indische Artsen) pada 1902, NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) di Surabaya pada 1913, Sekolah Hukum (Rechts School) pada 1909, dan Sekolah Pertanian di Bogor pada 1903-1911. Namun, pada prakteknya pendidikan dalam Politik Etis hanya bisa dinikmati oleh kalangan eropa dan bangsawan kaki tangan Belanda, dan diterapkan untuk melahirkan tenaga- tenaga administrasi dalam perkebunan dan perusahaan mereka, serta mengefesienkan dan mengefektifkan eksploitasi alam dan masyarakat Indonesia. Di sisi lain, dengan diterapkannya Politik etis, lahir pula kaum pelajar dan mahasiswa yang menjadi cikal bakal era kebangkitan nasional.

Keadaan konkrit rakyat Indonesia yang tertindas dan terhisap oleh kolonial belanda, telah mendorong lahirnya gerakan pemuda intelektual di Indonesia. Boedi Otomo adalah organsasi modern pertama, dan menjadi wadah pemuda mahasiswa priyayi yang mempunyai keresahan intelektual pada dominasi kolonial, namun masih lokalistik dan belum mampu menggalang kekuatan rakyat secara nasional.

Setelah itu, bangkit gerakan pemuda-pemuda lokal seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Sunda, Jong Sumatra, dan organisasi pemuda lainnya untuk bersatu secara nasional. Persatuan berbagai macam organisasi pemuda ini terwujud dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda menggairahkan semangat mereka dalam berjuang merebut kemerdekaan.

Pada tahun 1922, mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda mendirikan Indische Vereeninging.

berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia pada 1925. Organisasi Ini berpandangan nasionalis dalam memperjuangkan kemerdekaan. Seiring perkembangan organisasi mahasiswa di Indonesia, lahir semangat mahasiswa untuk mendirikan kelompok diskusi dan studi, namun masih didominasi dari kalangan priyayi.