• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah orde lama berakhir, para aktivis KAMI pun mendapatkan hadiah kursi empuk legislatif serta diangkat dalam kabinet pemerintahan boneka AS Soeharto. Jika pada tahun 1966 gerakan mahasiswa banyak bekerjasama dengan militer dan birokrasi, maka pada tahun 1974 gerakan mahasiswa mulai sadar dan terang-terangan memblejeti kekuasaan Soeharto. Gerakan mahasiswa mulai sadar bahwa banyak kebijakan Orde Baru yang tidak berpihak pada rakyat dan memberikan ruang pada imperialisme asing untuk menguasai kekayaan alam dan mengekspolitasi masyarakat Indonesia.

Seperti korupsi-kolusi-nepotisme yang merajalela, perampasan tanah rakyat lewat pembangunan TMII, dan kenaikan harga BBM. Puncaknya, terjadi peristiwa Malari (Malapetaka limabelas Januari) 1974 dengan gerakan anti invesasi Jepang yang dibawa Soeharto, namun gagal karena mahasiswa masih saja bergantung pada pihak militer, dan berharap militer mampu menjadi kawan perjuangan.

Padahal, sejarah telah membuktikan bahwa militer dan aparat negara adalah kekuatan milik kelas yang berkuasa.

Pasca Peristiwa Malari, nyaris gerakan pemuda dibungkam dan ditiarapkan Soeharto dengan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1978. Kebijakan ini memaksa mahasiswa hanya aktif dalam kegiatan rutinitas kampus semata, seperti penyambutan mahasiswa baru, dies natalis dan penyederhanaan lembaga intra kampus (PEMA, HMD, UKM). Pembentukan lembaga internal kampus sampai ke tingkatan jurusan pun hanyalah taktik rezim untuk memecah persatuan mahasiswa dengan dikotomi organisasi “intra” dan “ekstra”. Mahasiswa dilarang turut campur dalam urusan politik dan pemerintahan. Mahasiswa ITB mendeklarasikan penolakan pada NKK/BKK dan menolak Soeharto menjadi presiden kembali, yang direspon dengan penyerangan militer ke kampus ITB. Gerakan mahasiswa semakin dikerdilkan, dan kampus semakin menjadi menara gading yang terpisah dari kenyataan ekonomi politik rakyat. Gerakan mahasiswa terpecah-pecah, sehingga mengurangi potensi mengancam eksistensi Soeharto dalam melayani tuannya imperialis AS. Fase ini menjadi fase depolitisasi gerakan mahasiswa, mengurung mahasiswa dalam ranah akademik semata.

Akhir tahun 80-an, organisasi internal kampus dan kelompok studi tidak mampu lagi menjadi wadah yang efektif untuk berjuang. Akhir tahun 80-an hingga awal tahun 90-an adalah masa dimana serikat-

29 Weiner, Tim. Kegagalan CIA. Gramedia. Jakarta 2008.

Baca ulasan singkatnya dalam: https://historia.id/politik/articles/dana-untuk-demo-DEn4x/page/2

43

serikat mahasiswa muncul sebagai alternatif bentuk organisasi yang maju pada waktu itu, bahkan dengan identitas nasional. Misalkan Front Aksi Mahasiswa Indonesia (FAMI) dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), namun tidak bertahan lama seiring dengan dialektikanya. Beberapa organisasi yang berkembang dan di luar konsolidasi FAMI dan SMID kemudian membentuk jaringan nasional pada tahun 1995, yang merupakan embrio dari pokja Forum Mahasiswa Nasional, dan menjadi Front Mahasiswa Nasional pasca reformasi.

Pada 1998, gerakan pemuda mahasiswa berhasil menjatuhkan rezim orde baru. Gerakan ini adalah bentuk perlawanan atas penindasan dan penghisapan rezim boneka imperialis AS Soeharto. Gerakan reformis mahasiswa ini juga dilatarbelakangi gejolak pemuda mahasiswa terhadap kediktatoran fasis rezim Soeharto yang membrendel dan menghancurkan nilai-nilai demokratis di Indonesia hampir 32 tahun. Alhasil, pemerintahan otokratik Soeharto harus melepaskan jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998. Namun, gerakan mahasiswa ini masih bersifat momentum dan spontan sebagai reaksi terhadap krisis finansial di Asia 1997. Gerakan mahasiswa 1998 pun cenderung menegasikan keterlibatan rakyat Indonesia, terutama kaum buruh dan tani.

Otokritik Gerakan Mahasiswa Indonesia dan Jalan Keluarnya

Hingga saat ini, gerakan mahasiswa masih memiliki dua kelemahan, yaitu bersifat elitis dan tak memiliki garis politik yang benar dalam berjuang. Gerakan mahasiswa meyakini slogan ‘Agent of Change’ (menganggap dirinya sebagai agen perubahan yang terpisah dari massa ‘biasa’), dan ‘Moral Force’ (membatasi diri hanya sebagai gerakan moral alih-alih menjadi gerakan politis yang aktif merubah masyarakat). Padahal, perubahan adalah karya berjuta-juta massa, dan secara objektif, kekuatan pokok perubahan di Indonesia adalah aliansi buruh dan tani dengan kepemimpinan klas buruh, yang akan mampu menghancurkan imperialisme AS dan feodalisme di Indonesia. Sehingga, mahasiswa harus mampu mendukung perjuangan buruh dan tani serta tidak terpisah dari gerakan rakyat.

Gerakan mahasiswa juga tidak memiliki pandangan komperhensif mengenai karakter masyarakat Indonesia, sehingga tak mempunyai garis politik yang tegas serta orientasi yang jelas dalam berjuang.

Gerakan mahasiswa belum mampu tegas memblejeti dominasi imperialisme AS dan feodalisme sebagai problem pokok masyarakat setengah jajahan dan setengah feodal, dengan mengaitkan masalah di kampus dengan keadaan negeri.

Dari otokritik gerakan mahasiswa tersebut, jelaslah jalan keluar bagi kemandegan gerakan Mahasiswa Indonesia hari ini. Gerakan mahasiswa harus terorganisasi dan berjuang dengan garis politik anti- imperialisme dan anti feodalisme, mendukung perjuangan rakyat mewujudkan reforma agraria sejati dan industrialisasi nasional sebagai solusi bagi penindasan setengah jajahan dan setengah feodal.

Dengan memadukan teori dan praktek perjuangan demokratis nasional, bertautan erat dengan massa, dan konsekuen menjalankan otokritik, maka gerakan pemuda mahasiswa Indonesia pasti mampu merebut hari depan yang gilang-gemilang.

Jayalah Perjuangan Mahasiswa dan Rakyat!

Jayalah Perjuangan Demokratis Nasional!

44

FMN menuntut pemutusan hubungan kerjasama dengan International Monetery Fund (IMF) dan Consultative Group On Indonesia (CGI) di Jakarta, 10 Desember 2003

FMN mengadakan aksi di depan Kedubes Belanda, sebagai protes atas penangkapan Prof. Jose Maria Sison (Ka Joma), seorang pimpinan aktivis massa Filipina, 2007.

Ka Joma adalah cendikiawan progresif yang mempelopori perjuangan di negerinya, dan pada 2022 wafat di pengasingannya di Belanda.

Beliau mengenal baik gerakan demokratis di Indonesia, serta mendukung perjuangan FMN sejak awal kelahiran FMN.

FMN bersama Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), organisasi massa kaum tani, nelayan, dan masyarakat adat, melakukan demonstrasi melawan monopoli dan perampasan tanah, 2010.

FMN bersama Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) melakukan demonstrasi melawan kebijakan pengupahan yang merampas upah buruh, 2015.

45

TENTANG MASYARAKAT INDONESIA

Tujuan Materi: Agar peserta memahami secara komprhensif tentang perkembangan masyarakat Indonesia, mengetahui akar persoalan penghisapan dan penindasan masyarakat Indonesia SJSF, dan mengenal musuh-musuh rakyat Indonesia.

Indikator Capaian: Peserta mampu menjelaskan garis besar perkembangan masyarakat Indonesia sebagai negeri setengah jajahan dan setengah feodal, bukan masyarakat kapitalis industrial modern;

Peserta mampu menjelaskan bentuk penindasan dan penghisapan di Indonesia SJSF sebagai dasar objektif perlawanan pada musuh-musuh rakyat Indonesia.

Hukum Umum Perubahan Masyarakat