• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Kajian Pustaka

3. Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Peran guru dalam penyelanggaraan pendidikan sangat dominan terhadap pencapaian kualitas pendidikan, guru merupakan salah satu unsur yang sangat

penting dalam jenjang sekolah karena dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, emosional, intelektual, fisikal, financial, maupun aspek- aspek lainnya. Oleh karenanya upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia dalam hal ini seorang guru yang professional perlu penegasan yang konkret seperti yang tercantum dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 mengenai guru dan dosen : Guru merupakan jabatan professional. Makna. “ profesional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain. Professional mempunyai makna yang mengacu pada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya’’ ( Surya,2008 ). Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undang.

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang di perlihatkan, atau kemampuan kerja (Kamus Besar Bahasa Indonesia :213), Sulistiyani dan Rosidah(2003:223), menyatakan bahwa kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.

Menurut Bangun ( 2012: 231) kinerja adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan, Supardi, (2014:45) kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan tujuan yang tlah ditetapkan.

Menurut Byars dan Rue (1991: 250). Kinerja atau performance mengacu pada drajat tingkat penyelesaiyan tugas yang melengkapi pekerjaan seseorang hal senada yang dikemukakan oleh Andrew F. Sikula dalam Ambar Teguh Sulistiyani, kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.

Dale Yoder dalam Sulistiyani dan Rosida (2003:87-88). mendefinisikan penilaian kinerja sebagai prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai Sedangkan guru adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Guru merupakan seseorang yang mengajar dan mendidik dengan membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu mengantarkan anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama yang hendak di capai yaitu membimbing anak agar menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara (Zuhairini, 1994:45).

Sedangkan Menurut Dedi Supriadi (1999: 178). Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran, karena gurulah yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan disekolah.

Dari pembahasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja guru adalah suatu aktifitas guru yang dilakukun dalam rangka membimbing,

mendidik, mengajar dan melakukan transfer knowledge kepada anak didik sesuai dengan kemampuan keprofesionalan yang dimilikinya dan hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seorang guru dalam bidang pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh pimpinan lembaga pendidikan terutama kepala sekolah.

b. Aspek-Aspek Kinerja Guru

Supardi (2013:23-25). Kinerja guru merupakan kemampuan dan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran yang ditunjukkan oleh 6 dimensi yaitu:

(1) kemampuan menyusun rencana pembelajaran.

(2) kemampuan melaksanakan pembalajaran.

(3) kemampuan melaksanakan hubungan antar pribadi.

(4) kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar.

(5) kemampuan melaksanakan program pengayaan.

(6) dimensi kemampuan melaksanakan program remedial.

Menurut Muhibbin Syah dalam (Pupuh 2007:45-46). ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu:

a) Menguasai bahan.

b) Mengelola program belajar mengajar.

c) Mengelola kelas.

d) Menggunakan media atau sumber belajar.

e) Menguasai landasan-landasan kependidikan.

f) Mengelola interaksi belajar mengajar.

g) Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.

h) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.

i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

j) Memahami prinsip-prinsip dan menasirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.

Zamroni ( 2013:1 ) untuk menjadi guru professional harus memiliki kemampuan antara lain adalah:

a) menguasai materi yang akan diajarkan.

b) Menguasai metedologi untuk menyampaikan bahan ajar kepada para peserta didik.

c) Memiliki kemampuan untuk bekerja sama sdan berkomunikasi dengan pihak lain, baik dengan kolega guru, peserta didik, orang tua peserta didik, maupun warga masyarakat, dan

d) Memuiliki ilmu tambahan, seperti psikologi massa, metode pidato, menajemen, dan cara memengaruhi orang lain.

Soeditarjo ( 2015:57-58) Kinerja guru merupakan kemampuan dan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran :

a) Merancang dan merencanakan program pembelajaran.

b) Mengembangkan program pembelajaran.

c) Mengelola pelaksanaan program pembelajaran.

d) Menilai proses dan hasil pembelajaran.

e) Mendiagnosis faktor yang memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 5 ayat 1 dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus memerlukan prinsip- prinsip antara lain :

a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism.

b) Memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya.

c) Memiliki kompetensi yang diperlikan sesuai dengan bidang tugasnya.

d) Mematuhi kode etik profesi.

e) Memiliki hak dan keawajiban dalam melaksanakan tugas.

f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.

g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan.

h) Memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

Indikator kinerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur, oleh karena itu indikator kinerja harus dapat mengidentifikasi bentuk pengukuran yang akan menilai hasil dan outcome dari aktivitas yang dilaksanakan. Indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja personil sekolah mengalami perubahan, baik itu perubahan menjadi semakin baik maupun perubahan semakin buruk dari sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu perencanaan program kerja

dan pemanfaatan waktu guru disekolah. Ukuran kinerja disebut sebagai ukuran kriteria atau disebut kriteria saja. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijadikan untuk membuat dasar sebagai indikator kinerja. Didalam mengukur dan mengetahui dari kinerja personil sekolah, yang paling utama.

Indikator kinerja guru dapat dilakukan terhadap tiga kegiatan dalam proses pembelajaran yaitu :

1. Perencanaan program kegiatan pembelajaran yaitu dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar.

Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP).

Sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi pembelajaran sesuai dengan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran

Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas, kemampuan guru dalam melakukan kerja sama dan disiplin siswa dapat diketahui melalui

pelaksanaan piket kebersihan, ketetapan waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran.

guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengakap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya. Serta menggunakan media dan sumber belajar dan menggunakan metode serta strategi pembelajaran seperti menggunakan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam proses pebelajaran untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran.

3. Evaluasi/penilaian pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi sesuai dengan tujuan pembelajaran, dalam evaluasi atau penilaian pembelajaran dengan berbagai teknik dan jenis penilaian formal yang dilaksanakan di sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.

Membicarakan kinerja mengajar guru, tidak dapat dipisahkan dari faktor- faktor pendukung dan pemecahan masalah yang menyebabkan terhambatnya kegiatan belajar mengajar secara baik dan benar dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan guru dalam mengajar. Sebagai guru yang menjadi panutan bagi peserta didik di sekolah maupun dalam keluarga guru itu sendiri sebagai kepala keluarganya dan dalam lingkungan masyarrakat luas guru harus menjadi suri tauladan dan memberikan contoh yang baik bagi masyarakat sekitarnya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kinerja Guru

Undang-Undang R.I. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 Ayat 1, guru sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya mengenai keguruan memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Undang-undang tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menila, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usian dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, guru tentunya memiliki kinerja yang berbeda-beda tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara, faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) (Anwar Prabu 2000:67).

1. Faktor Kemampuan

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kompetensi dan kemampuan kinerja profesi kinerja dalam penampilan aktual dalam proses belajar mengajar, minimal memiliki empat kemampuan, yakni:

a) Merencanakan proses belajar mengajar

b) Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, c) Menilai kemampuan proses belajar mengajar, dan

d) Menguasai bahan pelajar (Udin Syaefuddin 2002:50).

Faktor kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki guru juga dibahas oleh pemerintah Indonesia. Hal ini bisa dilihat berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

Keempat kompetensi di atas pada dasarnya menjelaskan dua bidang kompetensi guru yakni kompetensi kognitif dan kompetensi perilaku. Kompetensi sikap, khususnya sikap profesional guru, tidak tampak. Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kompetensi kinerja profesi keguruan (generic teaching competencies) dalam penampilan aktual dalam proses belajar mengajar, minimal memiliki empat kemampuan, yakni kemampuan:

a) Merencanakan proses belajar mengajar

b) Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar

c) Menilai kemajuan proses belajar mengajar d) Menguasai bahan pelajaran.

2. Faktor Motivasi

Indriyo Gito Sudarmo dan I Nyoman Sudito (Marjono, 2007: 10).

Mengatakan bahwa motivasi adalah faktor-faktor yang ada pada diri seseorang yang menggerakan prilakunya untuk memenuhi berbagai tujuan tertentu.

Motivasi adalah hal yang penting dalam melakukan aktifitas mengajar, sebab motivasi melahirkan dorongan yang kuat untuk melakukan pengajaran secara maksimal. Motivasi bersumber dari dua hal yaitu:

a) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Syaiful Bahri, 2002:115).

b) motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar(Syaiful Bahri, 2002:117).

Selain itu, kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik. Pidarta dalam Saerozi mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu:

a) Kepemimpinan kepala sekolah.

b) Fasilitas kerja.

c) Harapan-harapan, dan

d) Kepercayaan personalia sekolah (Saerozi, 2004:2).

Dengan demikian nampaklah bahwa penerapan manajemen akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja prestasi kerja atau kinerja seseorang antara lain adalaha lingkungan, perilaku manajemen, penilaian kinerja, umpan balik dan administrasi pengupahan”. Lebih lanjut Kopelman dalam Supardi menyatakan bahwa “ kinerja organisasi ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu: lingkungan, karekteristik individu, karakteristik organisasi, dan karakteristi pekerjaan (Supardi, 2013:50).

Pengaruh penerapan menajemen pendidikan terhadap kinerja guru yaitu Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah semestinya memiliki organisasi dan manajemen yang baik agar tujuan pendidikan formal ini dapat tercapai seperti yang telah digariskan dalam Undang Undang Dasar 1945. Hal ini tidak akan terlepas dari manajemen. Manajemen pendidikan mempunyai pengertian bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Kerja sama dalam menyelenggarakan pendidikan harus dibina sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah tersebut dapat mencapai tujuan pendidikan tersebut.

Sebuah institusi agar dapat mewujudkan visi dan misinya harus memiliki manajemen yang dilakukan secara berkesinambungan untuk menghadapi tantangan globalisasi serta menjawab kebutuhan masyarkat akan pendidikan yang bermutu. Dipandang sebagai profesi, karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional dituntut oleh satu kode etik. Manajaemen pendidikan dilingkungan institusi pendidikan dasar.

Juga diungkapkan penerapan manajemen terhadap profesionalisme seorang kepala

sekolah dalam menghadapi tantangan, masalah dan peluang yang terkait dengan dunia pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan sumbangan pikiran terhadap upaya peningkatan profesioanalisme kepala sekolah.

Tertatanya manajemen dalam sebuah institusi pendidikan akan meningkatkan profesionallisme kepala sekolah dan meningkatkan kinerja guru.

Dokumen terkait