• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pelayanan

Dalam dokumen RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS (Halaman 54-102)

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN

2.4 Kinerja Pelayanan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 54 Tabel 8

Besaran Persedian Dinkes Tahun 2020

NO. NAMA SKPD SALDO AWAL

TAHUN 2020

MUTASI SELAMA TAHUN ANGGARAN 2020

SALDO AKHIR (NERACA)

BERKURANG

MENAMBAH HASIL

VERIFIKASI PENGHAPUS AN

KOREKSI PENCATATA N

1 2 6 (3+4-5) 7 8 10 11 (6-7-8-9+10)

1

Belanja Aset akan diserahkan ke Propinsi yang direklas ke Persedian

- -

2

Belanja yang akan di

serahkan ke

masyarakat yang direklas ke Persedian

11,109,850.00

11,109,850.00

TOTAL

11,109,850.00

-

- -

11,109,850.00

Dari Tabel diatas dapat diketahui besaran persedian Dinas Kesehatan mengalami mutasi selama tahun anggaran 2020 yaitu Rp.

11.109.850,-

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 55

Tabel 9

Evaluasi Capaian Indikator Kinerja Renstra

No Indiktor Kinerja

Target IKU

Target IKK

Target SPM

Target Renstra Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 KH

80 110 105 100 90 80 93.4 133.5 167.4 93.6 127 115 72.8 32.6 96 41.25

2 Angka kematian bayi per 1000 KH

<12 <16 <15 <14 <13 <12 11.2 8.5 9.6 10.03 9.7 130 143 131 122 119

3 Jumlah Puskesmas yang telah teraktreditasi madya

23 4 16 23 23 23 4 16 22 23 23 100.0% 100.0% 95.7% 100.0% 100.0%

4 Menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita

<13 <13 <12.5 <12 <11.5 <11 13.2 15.4 10.27 8.8 7.17 98.46 76.80 114 123.4 134.8

Prevalensi balita gizi buruk

0.11 0.06 0.14 0.13 0.12 0.11 0.06 0.35 0.48 0.47 0.4 100% 50% 1.69% 1.91% 1.63%

5 Persentase rumah tangga ber-PHBS

70 70 70 70 70 70 67.7 77 80.6 81 78.9 96.7% 110.0% 115.1% 115.7% 112.7%

6

Persentase penderita penyakit menular berobat sesuai standar

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100% 100% 100% 100% 100%

7 Persentase penderita penyakit tidak menular berobat sesuai

standar 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100% 100% 100% 100% 100%

8 Persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan

masyarakat 80 67.5 72 75 78 80 68.7 72.6 82.9 84 83.8 101.8% 100.8% 110.5% 107.7% 104.8%

9 Jumlah mata yang mendapatkan layanan operasi katarak pada

penduduk miskin 1 16 16 18 18 20 41 8 8 18 0 256.3% 50.0% 44.4% 100.0% 0.0%

10

Terlaksananya pemulihan pasca bencana 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100% 100% 100% 100% 100%

11 Persentase rumah yang memenuhi syarat kesehatan

90 80 82 86 89 90 84.4 88 89 90 90.5 105.5% 107.3% 103.5% 101.1% 100.6%

12 Persentase TPU (Tempat Pelayanan Umum) yang memenuhi syarat

kesehatan 79 75 76 77 78 79 83.1 85.3 86 87 87 110.8% 112.2% 111.7% 111.5% 110.1%

13 Persentase TPM (Tempat Pengolahan Makanan) yang memenuhi

syarat kesehatan 79 75 76 77 78 79 80.5 83.1 84 85 85.5 107.3% 109.3% 109.1% 109.0% 108.2%

14

Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan ibu hamil 100 100 100 100 100 100 78 78.2 94.3 76.9 97.11 78.0% 78.2% 94.3% 76.9% 97.1%

15

Persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan 100 100 100 100 100 100 99.78 73.5 75.9 99.9 99.97 99.8% 73.5% 75.9% 99.9% 100.0%

16 Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan

bayi baru lahir 100 100 100 100 100 100 74.27 73.8 74.06 92.93 97.71 74.3% 73.8% 74.1% 92.9% 97.7%

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 56

17

Persentase anak usia 0-59 bulan yang mendapatkan pelayanan

kesehatan sesuai standar/imunisasi dasar lengkap 100 100 100 100 100 100 64.22 51.56 52.36 99.77 56.06 64.2% 51.6% 52.4% 99.8% 56.1%

18 Persentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan

skrining kesehatan sesuai standar 100 100 100 100 100 100 94.53 91.36 94.52 96 55.85 94.5% 91.4% 94.5% 96.0% 55.9%

19 Persentase warga negara usia 15-59 tahun mendapatkan skrining

kesehatan sesuai standar 100 100 100 100 100 100 n/a 15 44.87 65 19.7 n/a 15.0% 44.9% 65.0% 19.7%

20

Persentase warga negara warga negara usia 60 tahun keatas

mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar 100 100 100 100 100 100 41.78 43.48 27.8 83.7 79.33 41.8% 43.5% 27.8% 83.7% 79.3%

21 Persentase penderita hipertensi mendapatkan pelayanan

kesehatan sesuai standar 100 100 100 100 100 100 15.88 7.1 2.3 90 48.55 15.9% 7.1% 2.3% 90.0% 48.6%

22 Persentase penyandang DM yang mendapatkan pelayanan

kesehatan sesuai standar 100 100 100 100 100 100 7.1 100 29 91 59.38 7.1% 100.0% 29.0% 91.0% 59.4%

23 Persentase ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan kesehatan

jiwa sesuai standar 100 100 100 100 100 100 n/a 66.1 100 100 64.58 n/a 66.1% 100.0% 100.0% 64.6%

24 Persentase orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai

standar 100 100 100 100 100 100 33.3 36.6 36.4 100 100 33.3% 36.6% 36.4% 100.0% 100.0%

25 Pesentase orang beresiko terinfeksi HIV mendapatkan

pemeriksaan HIV sesuai standar 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 57 Analisa permasalahan evaluasi capaian indikator kinerja Renstra 2016-2020 adalah sebagai berikut:

1. Angka kematian ibu (AKI) per 100.000 KH

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000 kelahiran hidup.

Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.

Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs), target AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Determinan dekat yang berhubungan langsung dengan kematian ibu merupakan gangguan obstetrik seperti pendarahan, preeklamsi/eklamsi, dan infeksi atau penyakit yang diderita ibu sebelum atau selama kehamilan yang dapat memperburuk kondisi kehamilan seperti penyakit jantung, malaria, tuberkulosis, ginjal, dan acquired immunodeficiency syndrome.

Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yang berhubungan dengan faktor kesehatan, seperti status kesehatan ibu, status reproduksi, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Determinan jauh berhubungan dengan faktor demografi dan sosiokultural. Kesadaran masyarakat yang rendah tentang kesehatan ibu hamil, pemberdayaan perempuan yang tidak baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, serta kebijakan secara tidak langsung diduga ikut berperan dalam meningkatkan kematian ibu. Adapun tren angka kematian ibu per 100.000 KH dalam lima tahun sebagai berikut:

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 58 Dalam gambar diatas dapat dilihat terjadinya tren yang masih zik zak, meningkat pada tahun 3. Hal ini belum terdapat konsistensi keberhasilan pelaksanaan program dalam penangganan angka kematian ibu. Upaya percepatan penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca persalinan.

Gambaran upaya kesehatan ibu secara sistematis terdiri dari:

a. Pelayanan kesehatan ibu hamil,

b. Pelayanan imunisasi Tetanus bagi wanita usia subur dan ibu hamil,

c. Pemberian tablet tambah darah, d. Pelayanan kesehatan ibu bersalin, e. Pelayanan kesehatan ibu nifas,

f. Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), g. Pelayanan kontrasepsi/KB dan

h. Pemeriksaan HIVdan Hepatitis B.

0 20 40 60 80 100 120

0 1 2 3 4 5 6

Angka Kematian per 100.000 KH

Tahun

Gambar 1

Tren Angka Kematian Ibu Kabupaten Agam

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 59 2. Prevalensi balita gizi buruk

Dalam rangka menerapkan upaya gizi seimbang, setiap keluarga harus mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi yaitu dengan cara menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan, menu makanan yang bervariasi, menggunakan garam beryodium, dan pemberian suplemen gizi sesuai anjuran petugas kesehatan. Suplemen gizi yang diberikan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk Suplementasi Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet tambah darah (TTD), makanan tambahan untuk ibu hamil, anak balita, dan anak usia sekolah, makanan pendamping ASI, dan bubuk multi vitamin dan mineral. Untuk mengukur apakah terjadi atau tidaknya masalah gizi perlu dilakukan pengukuran status gizi.

Pengukuran status gizi didasarkan atas Standar World Health Organization (WHO, 2005) yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Menurut standar tersebut, status gizi balita dapat diukur berdasarkan tiga indeks, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Kategori balita kurus dan sangat kurus merupakan status gizi yang berdasarkan pada indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Balita kurus diukur berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan sebesar minus 3 standar deviasi (-3SD) sampai dengan kurang dari minus 2 standar deviasi (<-2SD). Balita kurus termasuk dalam kelompok rawan gizi yang membutuhkan suplementasi gizi dalam bentuk pemberian makanan tambahan.

Pemberian makanan tambahan diberikan pada balita usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan selama 90 hari berturut-turut. Pemberian

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 60 makanan tambahan (PMT) pada balita kurus dapat diberikan berupa PMT lokal maupun PMT pabrikan seperti biskuit. Bila perbandingan berat badan terhadap tinggi badan telah mencapai atau sesuai dengan perhitungan, maka MT balita kurus dihentikan. Selanjutnya balita tersebut dapat mengonsumsi makanan keluarga yang memenuhi gizi seimbang serta dilakukan pemantauan berat badan secara rutin agar status gizi balita tidak kembali menjadi kurus. Adapun tren persentase balita gizi buruk di Kabupaten Agam adalah sebagai berikut:

Pada gambar diatas dapat dilihat, bahwa kasus anak yang mengalami gizi buruk belum konsisten menurun. Hal ini perlu dilakukan penangganan gizi spesifik maupun sensitif yang melibatkan lintas sektor terkait. Kasus gizi buruk pada balita berpotensi membuka peluang peningkatan kasus stunting yang merugikan masa depan bangsa. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang ditandai dengan tubuh anak pendek dan sangat pendek menurut TB/U. Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai. Adapun tren stunting pada balita di Kabupaten Agam terdapat pada gambar dibawah ini:

0 20 40 60 80 100 120

0 1 2 3 4 5 6

persentase

Tahun

Gambar 2

Tren Prevalensi Balita Gizi Buruk di Kabupaten Agam

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 61 Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa prevalensi balita pendek dan sangat pendek (stunting) cenderung mengalami peningkatan dimana dari tahun 2016 hingga 2018 sebagai dampak jangka panjang dari berbagai kasus balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun sebelumnya. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh salahnya pola asuh, intake makanan dan penyakit bawaan penderita seperti kelainan hati, sanitasi yang tidak memadai sehingga rentan terhadap penyakit diare ataupun cacingan pada balita, serta faktor ekonomi keluarga miskin yang mempengaruhi mutu asupan gizi balita. Selama tahun 2019 dan 2020 angka tersebut mengalami penurunan yang signifikan dari 18,20% pada tahun 2018 menjadi 13,40% pada tahun 2019 dan 8,80% pada tahun 2020. Hal ini seiring dengan semakin baiknya kinerja pelaksanaan berbagai program pemerintah terhadap peningkatan status gizi masyarakat yang dilakukan pada tahun 2018–2020. Langkah pencegahan stunting yang dapat dilakukan adalah:

a. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil. Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen

0 5 10 15 20

0 1 2 3 4 5 6

persentase

Tahun

Gambar 3

Tren Stunting Pada Balita di Kabupaten Agam

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 62 atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.

b. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan. Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro.

Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.

c. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat. Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.

d. Terus memantau tumbuh kembang anak. Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.

e. Selalu jaga kebersihan lingkungan. Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 63 paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.

3. Prevalensi anak usia 0-59 bulan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar/ imunisasi dasar lengkap

Pelayanan kesehatan diberikan kepada semua balita di wilayah kerja Kabupaten Agam sesuai data riil balita yang ada dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan kesehatan balita berusia 0-59 bulan sesuai standar meliputi :

a. Pelayanan kesehatan balita sehat adalah pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan menggunakan buku KIA dan skrining tumbuh kembang, meliputi:

a) Pelayanan kesehatan Balita usia 0 -11 bulan a. Penimbangan minimal 8 kali setahun.

b. Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali /tahun

c. Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/tahun

d. Pemberian kapsul vitamin A pada usia 6-11 bulan 1 kali setahun

e. Pemberian imunisasi dasar lengkap

b) Pelayanan kesehatan Balita usia 12-23 bulan

a. Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun waktu 6 bulan)

b. Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun c. Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/ tahun

d. Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun c) Pelayanan kesehatan Balita usia 24-59 bulan

a. Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun waktu 6 bulan)

b. Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun c. Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/ tahun d. Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun d) Pemantauan perkembangan balita

e) Pemberian kapsul vitamin A.

f) Pemberian imunisasi dasar lengkap

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 64 g) Pemberian imunisasi lanjutan

h) Pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan i) Edukasi dan informasi

b. Pelayanan kesehatan balita sakit adalah pelayanan balita menggunakan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS).

Adapun jumlah balita yang mendapatkan pelayanan sesuai umur dan jenis pelayanan yang diberikan pada balita Tahun 2020 adalah 20.898 jiwa dari 37.281 jiwa balita yang ada di Kabupaten Agam (56,1%). Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

a. Kondisi pandemi covid-19 yang membatasi ruang gerak balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai umur dan jenis pelayanan yang seharusnya diterima balita

b. Masih ada orang tua balita yang menanggap imunisasi bukan hak anak dan menganggap reagen imunisasi haram c. Masih rendahnya kepedulian lintas sektor dalam

pemberdayaan keluarga balita datang ke Posyandu.

Adapun tren pelayanan anak usia 0-59 bulan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di Kabupaten Agam untuk data lima tahunan sebagai berikut:

0 20 40 60 80 100 120

0 1 2 3 4 5 6

persentase

Tahun

Gambar 4

Tren Prevalensi Anak Usia 0-59 Bulan Yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar di

Kabupaten Agam

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 65 Pada gambar diatas dapat dilihat, bahwa persentase anak usia 0-59 bulan belum konsisten dari tahun ketahun mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Perlunya perhatian dalam pemantauan tumbuh kembang balita terutama pada kondisi pandemi covid-19.

4. Persentase anak usia pendidikan dasar yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar

Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar sesuai standar meliputi skrining kesehatan 1 kali dalam 1 tahun ajaran anak kelas 1-9 dan anak usia 7-15 tahun diluar sekolah. Perarutan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990 ditegaskan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun, terdiri atas program enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertam (SLTP).

Anak-anak merupakan kelompok besar masyarakat yang mempunyai tingkatan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok lainnya berdasarkan tingkat kesakitan. Pelayanan kesehatan di sekolah adalah upaya peningkatan (promosi), pencegahan (preventi), pengobatan (kuatif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan tehadap peserta didik dan lingkungannya. Adapun kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan menurut Depkes (2006: 25) meliputi:

a. Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan.

b. Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit.

c. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera/cacat agar dapat berfungsi optimal.

Tujuan pelayanan kesehatan di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 66 hidup sehat, dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat. Juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat, serta menghentikan proses penyakit dan komplikasi akibat penyakit, mengembalikan fungsi dan peningkatan kemampuan bagi yang cedera/cacat agar dapat befungsi optimal. Layanan kesehatan yang baik dan sempurna yaitu apabila pelaksanaan pelayanan sudah mencapai strata pelaksanaan layanan kesehatan yang paripurna dengan melakukan skrining. Pelaksanaan skrining kesehatan anak usia pendidikan dasar dilaksanakan di satuan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS) dan di luar satuan pendidikan dasar seperti di pondok pesantren, panti/LKSA, lapas/LPKA dan lainnya, meliputi:

1. Pemeriksaan status gizi

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital

3. Pemeriksaan kebersihan diri serta kesehatan gigi dan mulut 4. Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran

5. Penilaian kesehatan reproduksi

Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi:

a. Memberikan umpan balik hasil skrining kesehatan b. Melakukan rujukan jika diperlukan

c. Memberikan penyuluhan kesehatan

Adapun pelayanan kesehatan pada anak usia pendidikan dasar di Kabupaten Agam Tahun 2020 sebanyak 31.503 jiwa per 57.375 jiwa total jumlah siswa yang ada (54,9%). Adapun penyebab rendahnya pelayanan kesehatan pada anak usia sekolah terjadi akibat kondisi pandemi covid-19 yang membatasi jarak sosial dan anak sekolah virtual. Adapun tren pelayanan kesehatan sesuai standar untuk anak usia pendidikan dasar di Kabupaten Agam sebagai berikut:

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 67 Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan pelayanan kesehatan pada anak usia pendidikana dasar yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di Kabupaten hal ini di pengaruhi pada kondisi pandemi covid-19.

6. Persentase warga usia 15-59 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar

Pelayanan kesehatan pada usia produktif usia 15 tahun sampai 59 tahun dalam bentuk edukasi dan skrining kesehatan sesuai standar kepada warga negara usia 15-59 tahun (data BPS) di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan kesehatan usia produktif sesuai standar meliputi :

a. Edukasi kesehatan termasuk keluarga berencana.

b. Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia produktif adalah skrining yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular meliputi:

a. Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut.

b. Pengukuran tekanan darah.

c. Pemeriksaan gula darah.

d. Anamnesa perilaku berisiko

Tindak lanjut hasil skrining kesehatan meliputi:

a. Melakukan rujukan jika diperlukan.

0 20 40 60 80 100 120

0 1 2 3 4 5 6

persentase

Tahun

Gambar 5

Tren Prevalensi Anak Usia Pendidikan Dasar Yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar di

Kabupaten Agam

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 68 b. Memberikan penyuluhan kesehatan.-

Pada wanita usia 30-50 tahun yang sudah menikah atau mempunyai riwayat berhubungan seksual berisiko dilakukan pemeriksaan SADANIS dan cek IVA . Pelayanan kesehatan usia produktif diKabupaten Agam Tahun 2020 berjumlah 55.969 jiwa dari 284.228 jiwa usia produktif yang ada (19,6%). Adapun tren prevalensi warga usia 15-59 tahun yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di Kabupaten Agam untuk data 4 tahun sebagai berikut:

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pada tahun terakhir untuk prevalensi warga usia 15-59 tahun yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di Kabuapten Agam terkait pandemi covid-19.

7. Persentase warga negara usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar

Pelayanan kesehatan pada usia lanjut adalah pelayanan pada setiap Warga Negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan dalam bentuk edukasi dan skrining usia lanjut sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan sasaran usia lanjut (berusia 60 tahun atau lebih) di wilayah kabupaten/kota dalam satu tahun menggunakan data proyeksi BPS.

0 20 40 60 80

0 1 2 3 4 5

persentase

Tahun

Gambar 6

Tren Prevalensi Warga Usia 15-59 Tahun Yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar di

Kabupaten Agam

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 69 Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia lanjut adalah skrining yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular meliputi:

a) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut b) Pengukuran tekanan darah

c) Pemeriksaan gula darah

d) Pemeriksaan gangguan mental (Instrumen Geriatric Depression Scale (GDS))

e) Pemeriksaan gangguan kognitif (Instrumen Abbreviated Mental Test (AMT)

f) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut (Form penilaian Activity Daily Living (ADL) dengan instrument Indeks Barthel Modifikasi)

g) Anamnesa perilaku berisiko

Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi:

a. Melakukan rujukan jika diperlukan b. Memberikan penyuluhan kesehatan

Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber Daya Manusia Kesehatan

a. Tenaga kesehatan:

1) Dokter, atau 2) Bidan, atau 3) Perawat 4) Gizi

5) Tenaga kesehatan masyarakat

b. Tenaga non kesehatan terlatih atau mempunyai kualifikasi tertentu, kader kesehatan

Pelayanan kesehatan pada usia lanjut di Kabupaten Agam Tahun 2020 telah diberikan pada 39.524 jiwa dari 49.825 jiwa Lansia (79,3%). Masi terdapat 30,7% usia lanjut usia yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar yang disebabkan kondisi pandemi cocid-19. Adapun tren pelayanan kesehatan pada usia lanjut di Kabupaten Agam untuk data 5 tahun sebagai berikut:

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2021-2026 70 Pada gambar diatas dapat dilihat, terdapat peningkatan tren pada prevalensi warga negara usia 60 tahun yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di Kabupaten Agam, namun dalam kondisi pandemi covid-19 terjadi sedikit kunjungan lanjut usia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

8. Persentase penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar

Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Seringkali, mereka yang mengidap hipertensi tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Itu berarti 76% kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi.

0 20 40 60 80 100

0 1 2 3 4 5 6

persentase

Tahun

Gambar 7

Tren Prevalensi Warga Negara Usia 60 Tahun Yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar di

Kabupaten Agam

Dalam dokumen RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS (Halaman 54-102)

Dokumen terkait