• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Isrâiliyyât

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ISR Â ILIYY Â T

6. Klasifikasi Isrâiliyyât

47

dalam Injil dan Taurat. Konsekuensi satu berita memang mengimplikasikan berbagai kemungkinan.

Dalam hal ini, ad-Dzahabi mengklasifikasikan isrâiliyyât pada tiga sudut pandang, yaitu:44

1. Sudut Pandang Kualitas Sanad

Sudut pandang ini memperhatikan dua bagian, yaitu isrâiliyyât yang shahih dan isrâiliyyât yang dhai‟f

a. Isrâiliyyât yang shahih, contoh: riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dari Ibnu Jarir Ath- Tabari, dari al-Mustsanna, dari Utsman bin Umar, dari Fulaih dari Hilal bin Ali, daro Ata bin Ab Rabbah. Ata berkata:

ِوَّللا ِلوُسَر ِةَفِص ْنَع يِنْرِبْخَأ :ُتْلُقَ ف ،وٍرْمَع َنْب ِوَّللا َدْبَع ُتيِقَل ِوِتَفِصَك ِةاَرْوَّ تلا يِف ٌفوُصْوَمَل ُوَّنِإ ِوَّللاَو ،ْلَجَأ :َلاَق ،ِةاَرْوَّ تلا يِف ِّشَبُمَو اًدِىاَش َكاَنْلَسْرَأ اَّنِإ ،ُّيِبَّنلا اَهُّ يَأَي :ِنآْرُقْلا يِف اًزْرِحَو اًريِذَنَو اًر

َسْيَل ،َلِّكَوَ تُمْلا َكَمْسا َكُتْيَمْسَأ ،يِلوُسَرَو يِدْبَع َتْنَأ ،َنيِّيِّمُلأِل ْنَأِب ،ءاجوعلا وب ميعي ىَّتح للها ضبقي نلَو ،ٍظيِلَغ لاَو ،ٍّظَفِب ًناَذآَو اًفْلُغ اًبوُلُ ق ِوِب للها حتفيو ،ُوَّللا لاِإ َوَلِإ لا :اوُلوُقَ ي ،اِّمُص ا

هذىءاور نم ىلاعتو للها كرابت للها قلخ ،اًيْمُع اًنُ يْعَأَو

“Aku bertemu dengan Abdullah bin Umar bin Ash dan bertanya, “Ceritakanlah olehmu kepadaku tentang sifat Rasulullah Saw., yang diterangkan dalam Taurat, “Ia menjawab, “tentu, demi Allah yang diterangkan dalam Taurat sama seperti yang diterangkan dalam Al-Qur‟an.” “Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan dan pemeliharaan Ummi;

44 Rasihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrâiliyyât dalam Tafsir arh-Thabari dan Ibnu Katsir, h. 33

49

Engkau adalah hamba-Ku; Namamu dikagumi; Engkau tidak kasar dan tidak pula keras. Allah tidak akan mencabut nyawamu sebelum agama Islam tegak lurus, yaitu setelah diucapkan „tiada Tuhan yang patut disembah dengan sebenar- benarnya kecuali Allah, dengan perantara engkau pula Allah akan membuka hati yang tertutup, membuka telinga yang tuli dan membuka mata yang buta.45

b. Isrâiliyyât yang dhaif, contoh: isrâiliyyât tentang lafaz Qaf pada surah Qaf ayat 1, yang disampaikan oleh Ibnu Hatim dari ayahnya, dari Muhammad bin Ismail, dari Laits bin Abi Salim, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, yang menyebutkan sebagai berikut:

“Dibalik bumi ini, Allah meciptakan sebuah lautan yang melingkupinya. Di dasar laut, Allah telah menciptakan pula sebuah gunung yang bernama Qaf. Langit dan bumi ditegakkan di atasnya. Di bawahnya Allah menciptakan langit yang mirip seperti bumi ini yang jumlahnya tujuh lapis.

Kemudian, di bawahnya lagi, Allah menciptkan sebuah gunung yang bernama Qaf. Langit kedua ini ditegakkan di atasnya. Sehingga jumlah semuanya: tujuh lapis bumi, tujuh lautan, tujuh ganung, dan tujuh lapis langit.46

2. Sudut Pandang Kaitannya dengan Islam

Sudut pandang ini memperhatikan dua bagian, yaitu:

a. Isrâiliyyât yang sejalan dengan Islam, contoh: isrâiliyyât yang menjelaskan bahwa sifat-sifat Nabi itu adalah tidak kasar, tidak keras dan pemurah.47

b. Isrâiliyyât yang tidak sejalan dengan Islam, contoh:

isrâiliyyât yang disampaikan oleh Jarir dari Basyir, dari Yazid, dari Sa‟id, dan dari Qatadah yang berkenan dengan

45 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an al-Adzim, Jilid II, h. 253

46 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an al-Adzim, Jilid IV, h.221

47 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an al-Adzim, Jilid II, h. 253

kisah Nabi Sulaiman as. Isrâiliyyât itu menggambarkan perbuatan yang tidak layak dilakukan oleh seorang Nabi, seperti minum arak.48

c. Isrâiliyyât yang tidak masuk bagian pertama dan kedua, contoh: isrâiliyyât yang disampaikan oleh Ibnu Abbas dari Ka‟ab al-Akhbar dan Qatadah dari Wahhab bin Munabbah tentang orang yang pertama kali membangun Ka‟bah, yaitu Nabi Syits as.49

3. Sudut Pandang Materi

Sudut pandang ini memperhatikan tiga bagian, yaitu:

a. Isrâiliyyât yang berhubungan dengan akidah, contoh:

isrâiliyyât yang menjelaskan firman Allah dalam surat Az- Zumar ayat 67:





































“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”

48 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an al-Adzim, Jilid IV, h. 35

49 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an al-Adzim, Jilid I, h. 71

51

Isrâiliyyât itu menjelaskan bahwa seorang ulama Yahudi datang menemui Nabi mengatakan bahwa langit diciptakan di atas jari.50

b. Isrâiliyyât yang berhubungan dengan hukum, contoh:

Isrâiliyyât berasal dari Abdullah bin Umar yang berbicara tentang hukum rajam dalam Taurat.51

c. Isrâiliyyât yang behubungan dengan kisah-kisah.

B. Harut Marut

1. Pengertian Harut Marut

Harut berasal dari kata harata yang berarti mencela, mencerca, menjadi luas orang yang tak dapat menyimpan rahasia dan berkata keji serta lebar sudut bibirnya. Sedangkan Marut berasal dari kata al-martu, yang berarti anah lapang yang tak bertumbuh tumbuhan, tanah tidak bertumbuh-tumbuhan serta badan yang tak berambut.52

Ketika Al-Qur‟an menyebut bahwa: “kami adalah fitnah”, maksudnya adalah manusia diciptakan untuk dijadikan ujian, karena janganlah menjadikan kufur di antara kalian. Manusia diciptakan dalam keadaan diuji, entah dengan dosa, kemudian taubat, kembali lagi berbuat dosa lalu taubat. Ibnu al-„Arabi mengatakan bahwa fitnah yang dimaksudkan adalah pengetahuan (ilmu pengetahuan), ujian, harta benda, anak-anak, kufur, perbedaan pendapat di antara manusia serta terbakarnya di api neraka.

50 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an al-Adzim, Jilid IV, h. 62

51 Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur‟an al-Adzim, Jilid I, h.382

52 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), hlm. 1322 & 1499

Adapun kata Marut sendiri dari kata al-martu yang berarti kebahagian tanpa hasil atau tanah gersang (tanah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan sama sekali) mauoun badan yang tak berambut/berbulu. Sedangkan kata Marut sendiri termasuk nama non Arab. Kata al-Marmarit sendiri mempunyai arti bala‟, musibah atau bencana yang hebat. Artinya marut adalah orang yang mebawa bencana yang besar.

Muhammad Ali sebagaimana yang dikutip oleh Umar Hasyim menyatakan bahwa dlamir (kata ganti) huma kepada dua masalah, yaitu pertama, kepada nabi Sulaiman dan Jin „Ifrit dan kedua, kembali kepada malaikat Harut dan Marut. Sedangkan huruf ma, adalah ma nafi, jadi berarti bahwa “ilmu sihir itu tidak diturunkan kepada kedua malaikat Harut dan Marut”.

Hal senada juga disampaikan Muhyiddin al-Darwisyi bahwa

wa ma unzila „ala al-malakain,” adalah athaf (mengikuti) objek

“yu‟alimuna‟, yaitu sihir. Sedangkan Babil adalah (kata ganti) dari kata al-malakain. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ayat 102 dari surat al-Baqarah merupakan bagian dari ragam balagah yang menunjukan kepastian suatu ilmu, yaitu sihir serta adanya jimat- jimat, walaupun pada akhirnya Allah menegaskan Sulaiman serta melarang besarnya ilmu tersebut. Artinya pada dasarnya semua ilmu adalah Allah yang menurunkan dan boleh dilaksanakan, kecuali sihir yang sudah mendapatkan perintah sebagai ilmu yang dilarang.53

Dokumen terkait