• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Perpindahan

2.4 Jalan

2.4.1 Klasifikasi Jalan

Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki (Setijowarno dan Frazila, 2001 : 107). Menurut peranan pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder, yang dimaksud sistem jaringan jalan primer dan sekunder ialah:

a. Sistem jaringan jalan primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota;

b. Sistem jaringan jalan primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota;

c. Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi untuk masyarakat didalam kota.

Pengelompokkan jalan berdasarkan fungsinya dapat digolongkan menjadi:

1) Jalan Arteri, merupakan jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri- ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, dengan demikian sistem jaringan ini terdiri dari :

a) Jalan Arteri Primer

Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah :

 Kecepatan rencana60 km/jam

 Lebar badan jalan8,0 m

 Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata

 Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan dapat tercapai.

 Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalulintas lokal, lalulintas ulang.

 Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota.

 Tingkat kenyaman dan keamanan yang dinyatakan dengan IP = 2.

b) Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan. kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah :

 Kecepatan rencana30 km/jam

 Lebar badan jalan8,0 m

 Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalu lintas rata- rata

 Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

 IP = 1,2.

2) Jalan Kolektor, merupakan jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan yang masuk dibatasi.

a) Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah : - Kecepatan rencana40 km/jam

- Lebar badan jalan7,0 m

- Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata

- Jalan tidak terputus, walaupun memasuki daerah kota.

- Jalan masuk dibatasi, sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak terganggu.

- IP = 2.

b) Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah : - Kecepatan rencana20 km/jam

- Lebar badan jalan7,0 m - IP = 3.

3) Jalan Lokal, merupakan jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalan dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

a) Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota dibawahnya, atau kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga sampai persil.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah :

- Kecepatan rencana20 km/jam- Lebar badan jalan6,0 m - Jalan tidak terputus, walaupun memasuki daerah desa.

- IP = 1,5.

b) Jalan Kolektor Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan

sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan ini adalah : - Kecepatan rencana10 km/jam

- Lebar badan jalan5,0 m - IP = 1.

Gambar 2.5 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Keterangan :

Kota Jenjang I Kota Jenjang II Kota Jenjang III I

II III

I I

IV

III

II

IV

III

II AP

KP

AP AP

KP KP KP

LP LP LP

Kota Jenjang dibawahnya (persil) AP = Arteri Primer

KP = Kolektor Primer LP = Lokal Primer

Jalan tersebut merupakan jalan umum yang diperuntukkan bagi lalulintas umum. Disamping jenis jalan tersebut, terdapat juga jalan bebas hambatan/jalan tol. Jalan bebas hambatan merupakan alternatif lintas jalan yang ada, dan memiliki spesifikasi tersendiri. Selain jalan umum dan jalan tol masih ada jalan khusus yang dibuat oleh kelompok tertentu untuk kepentingan tersendiri.

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalulintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan

Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat

(ton)

Arteri

I II IIIA

> 10 10

8

Kolektor IIIA 8

IV

IIIB

Lokal IIIC 8

Sumber : TPGJAK – No.038/T/BM/1997

Pembagian kelas jalan diatur oleh PP No.43 tahun 1993 tentang prasarana dan lalulintas jalan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UULLAJ No. 14/1992. Pembagian kelas tersebut adalah :

1. Jalan Kelas I

Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 10000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.

2. Jalan kelas II

Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton.

3. Jalan kelas IIIA

Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

4. Jalan kelas IIIB

Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

5. Jalan kelas IIIC

Jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat pada tabel 2.3.

Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

Tabel 2.3 Klasifikasi Menurut Medan Jalan

No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

1 Datar D < 3

2 Perbukitan B 3 – 25

3 Pegunungan G > 25

Sumber : TPGJAK – No.038/T/BM/1997

Jalan-jalan yang ada di negara Indonesia dibagi pembinaannya berdasarkan jalan nasional, jalan daerah, dan jalan khusus.

1. Jalan Nasional, mencakup :

 Jalan yang pembinaan oleh Menteri

 Jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi.

 Jalan yang memiliki nilai strategis terhadap kepentingan nasional.

2. Jalan Daerah, terdiri atas:

- Jalan propinsi

- Jalan kabupaten/pemkot - Jalan desa

2.a Jalan Propinsi, mencakup :

 Jalan yang pembinaan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I

 Jalan kolektor primer, yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten/pemkot.

 Jalan kolektor primer, yang menghubungkan ibukota kabupaten/pemkot dengan ibukota kabupaten/pemkot lainnya dalam satu propinsi.

 Jalan yang memiliki nilai strategis terhadap kepentingan propinsi.

2.b Jalan Kabupaten/Pemkot, mencakup :

 Jalan yang pembinaan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II

 Jalan kolektor primer, tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi.

 Jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder dalam daerahnya.

 Jalan yang memiliki nilai strategis terhadap kepentingan kabupaten/kota.

 Jaringan jalan sekunder didalam daerah pemerintahan kota.

Gambar 2.6Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan Keterangan :

Ibukota Propinsi N = Nasional

Ibukota Kabupaten/kota P = Propinsi

Ibukota Kecamatan K = Kabupaten

Kota lainnya Strategis Nasional Strategis Propinsi

Strategis Kabupaten / kota I

II III IV

X

Y Z

N N

III III

I I

IV

II

IV

II

N/P N/P

P K K

K K K

X

Y

Z

P

K

2.c Jalan Desa, mencakup :

 Jalan yang pembinaan oleh Pemerintah Desa atau Lurah

 Jaringan jalan sekunder didalam daerah desa.

3. Jalan Khusus, mencakup :

 Jalan yang pembinaan oleh instansi tertentu yang membuat jalan tersebut.

 Jalan khusus meliputi: jalan perkebunan, jalan pertambangan, jalan kehutananan, jalan transmigrasi, jalan komplek dan jalan lainnya.

Dokumen terkait