• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

8. Komplikasi

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik (PERKENI, 2015).

a. Komplikasi Akut

1) Ketoasidosis diabetik (KAD)

KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+). Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mos/mL) . 2) Hiperosmolar non ketotik (HNK)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mos/mL), plasma keton (+), anion gap normal atau sedikit meningkat 3) Hipoglikemia

Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah

>70 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat, gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma.

Adapun beberapa komplikasi hipoglikemia yaitu :

(a) Hipoglikemia Ringan yaitu rentang glukosa darah adalah 54 – 70 mg/dl. Terdapat gejala yang ditimbulkan seperti tremor, papitasi, gugup, takikardi, berkeringat berlebih dan rasa lapar. Dan pasien juga bias mengobati sendiri.

(b) Hipoglikemia Sedang yaitu rentang glukosa adalah 40 – 54 mg/dl. Terdapat gejala yang ditimbulkan seperti, bingung, rasa marah, kesulitan konsentrasi, sakit kepala, mati rasa pada bibir dan lidah, kesulitan berbicara, mengantuk dan pandangan kabur.

(c) Hipoglikemia Berat yaitu glukosa kurang dari 40 mg/dl.

Terjadi kerusakan system saraf, dengan gejala perubahan emosi, kejang, stupor, atau penurinan kesadaran. Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk pemberian karbohidrat, glukagon, atau resusitasi lainnya.

b. Komplikasi Kronik

Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya komplikasi kronik.

Kategori umum komplikasi jangka panjang terdiri dari : 1) Komplikasi Makrovaskular

Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat aterosklerosis dari pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada DM namun dapat timbul lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan penderita DM meningkat 4-5 kali dibandingkan orang normal. Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada hubungan dengan control kadar gula darah yang baik. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu factor resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin dapat menyebabkan terjadinya risiko kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL akan meningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat.

Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh darah jantung atau penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak atau stroke, dan penyakit pembuluh darah. Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskular

2) Komplikasi Mikrovaskular

Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetic

dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan retinopati proliferatif. Retinopati non proliferatif merupakan stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan retinopati proliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Seterusnya, nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah.

Nefropati diabetic ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein dapat masuk ke dalam kemih (albuminuria). Akibat dari nefropati diabetik tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal progresif dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme dan kontrol tekanan darah (Felisitas, 2021).

24 Presipitasi

Produksi insulin tidak

memadai

↓Jumlah sel beta Gangguan kromosom

Pembentukan replicasi sel beta pulau langerhans terganggu

Genetik

Pankreas↓

Usia > 45 tahun

Resistensi insulin

Kurang kepekaan reseptor insulin

Kerusakan prankeas

Menyerang pulau langerhans

Auto imun Imunologi

kemapuan produksi insulin

Terjadinya defisiensi insulin

ETIOLOGI

Prediposisi

Obesitas

Tidak dapat menangkap insulin

↓Kepekaan reseptor insulin Menghalang reseptor insulin

Peningkatan jaringan Jaringan adipose berlebih

Memicu tubuh memproduksi hormon epineprine

Hormon epineprin akan ↑ kadar gula

darah dengan melepas glukosa

Gula darah ↑ secara drastis

Meningkatkan kerja pankreas dalam menghasilkan insulin untuk mengendalikan

gula darah Stres Gaya hidup

Kurang bergerak

Tidak ada pembakaran energi

Terjadi defesiensi insulin Produksi insulin dan jumlah glukosa tidak sebanding

↑Berat badan yang signifikan

↑Konsumsi karbohidrat

↑Glukosa dalam darah

Insulin yang diproduksi tidak seimbang dengan

glukosa

25 Hiperglikemia

Kadar gula darah yang meningkat dalam waktu

yang lama

Tingkat kekentalan darah semakin meningkat

Gangguan elastisitas PD di perifer maupun di jantung

Gangguan peredaran darah perifer

Penurunan suplai Oksigen ke perifer

Hipoksia pada jaringan Penggunaan dosis insulin

terlalu tinggi

Diabetes Melitus (DM Tipe II) - TTGO

- HbA1c - keton urine - pemeriksaan

koletrol, kadar serum trigleserida, angiopati,

Kelebihan Insulin

Hipoglikemia

Gangguan pertahanan fisiologis, penurunan plasma glukosa

Penurunan jumlah kadar glukosa dalam darah

Gula darah menurun < 60 mg/dl

26

darah

SIKI : Manajemen hipoglikemia TG: Pucat, TD

menurun, Nadi cepat dan lemah, tremor

dan gemetar, keringat berlebih,

hipotermi

SDKI : Perfusi tidak efektif SLKI : Perfusi perfifer SIKI : Perawatan sirkulasi

SDKI : Risiko Infeksi SLKI : Tingkat Infeksi SIKI : Pencegahan Infeksi

TG : Luka kemerahan, dan berbau , bengkak

Terjadinya luka ganggren SLKI : Integdritas Kulit

SIKI : Perawatan Luka

Circulation T&G: Luka kemerahan, dan berbau , bengkak

Hipoglikemia Ringan Hipoglikemia Sedang

Kadar gula darah yang rendah

Sistem saraf simpatik mengalami rangsangan

Pelimpahan adrenalin yang terjadi ke dalam

darah

Kadar gula darah yang rendah

Sel otak tidak memperoleh cukup bahan energy untuk bekerja dengan baik

Hipoglikemia Berat

Mengalami gangguan pada SSP Mengalami penurunan nutrsi ke

otak

Respon otak menurun

Kortek serebri kurang suplai energi

TG :

Tremor, takikardia, palpitasi, gelisah, dan

rasa lapar

27 Penurunan Kesadaran

SDKI : Risiko aspirasi SLKI : Tingkat aspirasi SIKI : Manajemen jalan napas

Breathing : Bersihan jalan napas, Lidah jatuh ke belakang.

Circulation TG :

Kejang, lemas, lesu, sakit kepala,TD tidak stabil penurunan kesadaran SDKI : Risiko perfusi serebral tidak efektif

SLKI : Perfusi serebral SIKI : Pemantauan tekanan intrakranial

B. Konsep Dasar Keperawatan

Dokumen terkait