• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN. S DENGAN HIPOGLIKEMIA DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN. S DENGAN HIPOGLIKEMIA DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Tujuan Penulisan

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penulisan

  • Bagi Rumah Sakit
  • Bagi Profesi Keperawatan
  • Bagi Institusi Pendidikan

Metode Penulisan

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Menurut Asociación Americana Diabetes (ADA), tahun 2023 menggunakan batasan 70 mg/dl atau kurang, sedangkan European Medicines Agency (EMA), tahun 2018 menggunakan patokan hipoglikemia ketika kadar gula darah kurang dari 54 mg/dl. Fisiologi Sel Pankreas Kadar glukosa darah sangat dipengaruhi oleh fungsi hati, pankreas, adenohipofisis dan kelenjar adrenal. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas berfungsi mengatur kadar gula darah dalam tubuh.

Penurunan sensitivitas ini juga menyebabkan resistensi insulin sehingga menyebabkan tingginya kadar gula darah (Robithsyah, 2022). Tanda dan gejala neurogenik/otonomik akan terjadi ketika kadar gula darah mencapai kurang lebih 60 mg/dL dan ditandai dengan rasa lapar, pucat, takikardia, dan gelisah. Pemantauan dapat dilakukan secara berkala dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler atau dengan pemantauan glukosa darah secara terus menerus.

DKA merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300–600 mg/dL), disertai tanda dan gejala asidosis dan keton plasma. Pasien dengan kadar glukosa darah tidak stabil akibat hipoglikemia akan mengalami perubahan hemodinamik melalui peningkatan denyut jantung dan tekanan darah sistolik perifer. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hipoglikemia (penggunaan insulin) yang dibuktikan dengan pasien yang menyatakan lemah dan sesak nafas Hasil GDS : 41 mg/dl.

Rencana yang dilakukan selama pasien berada di Unit Gawat Darurat antara lain : Memantau kadar glukosa darah pasien. Lakukan kolaborasi pemberian dekstrosa 40% untuk meningkatkan kadar gula darah dan pemberian cairan dekstrosa 5% untuk menjaga kadar gula darah dalam batas normal. Dalam masalah keperawatan pertama yang melibatkan ketidakstabilan glukosa darah, semua rencana yang dikembangkan oleh penulis dilaksanakan dengan baik saat pasien berada di ruang gawat darurat.

Pada kondisi dimana kadar glukosa darah terlalu rendah, diperlukan tambahan dekstrosa yang berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 1x4 jam pada pasien Tn. Dengan “S” hasil penilaian masalah kadar glukosa darah tidak stabil teratasi, namun hipertermia tidak teratasi.

Anatomi dan Fisiologi

Etiologi

Hal ini terjadi karena DNA pada penderita diabetes juga akan mendapat informasi dari gen berikut, yang berhubungan dengan berkurangnya produksi insulin. Jika salah satu orang tua menderita diabetes tipe II, maka risiko anaknya terkena diabetes tipe II adalah 40%. Kembar identik memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan kembar fraternal.

Selain faktor genetik penyebab penyakit diabetes melitus, juga dapat disebabkan oleh lingkungan yang menyebabkan perubahan pola hidup yang tidak sehat, seperti makanan berlebih (berlemak dan tidak sehat), stres dan kurang aktivitas fisik yang menyebabkan resistensi insulin pada penderita diabetes melitus. d) Pola makan yang salah. Pola makan yang tidak teratur dan kecenderungan terlambat juga akan berperan dalam ketidakstabilan pankreas (Susanti, 2019).

Patofisiologi

Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan reseptor, pra-reseptor, dan pasca-reseptor, sehingga diperlukan insulin lebih banyak dari biasanya untuk menjaga kadar gula darah tetap normal. Jika kadar glukosa turun, glukagon akan merangsang hati untuk memproses glikogenolisis dan melepaskan glukosa kembali ke dalam darah. Penurunan jumlah kadar glukosa dalam darah akan memicu suatu reaksi di dalam tubuh, dimana ketika tubuh mengalami penurunan kadar gula darah maka akan memicu penurunan konsentrasi insulin secara fisiologis, dan akan membuat tubuh menjadi lemas.

Keadaan hipoglikemia ringan adalah ketika kadar gula darah turun, sistem saraf simpatis mengalami rangsangan dan membanjirnya adrenalin dalam darah menimbulkan gejala seperti berkeringat, gemetar, takikardia, jantung berdebar, cemas dan lapar. Jika terjadi penurunan kadar gula darah pada hipoglikemia sedang, sel-sel otak tidak akan mendapat cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik.

Manifestasi Klinik

Sedangkan pada hipoglikemia berat yang terjadi pada fungsi sistem saraf pusat akan terjadi gangguan yang sangat serius, sehingga penderita akan sangat membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat mengatasi hipoglikemia yang dideritanya, dimana gejala tersebut muncul. . Hal ini termasuk perilaku yang dapat menyebabkan disorientasi, kejang, kejang, sulit bangun dari tidur, atau bahkan kehilangan kesadaran. Dehidrasi intraseluler merangsang pelepasan ADH (hormon antideuretik) dan menyebabkan rasa haus serta akan menyebabkan peningkatan asupan cairan. Penurunan jumlah atau sensitivitas insulin untuk memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel menyebabkan penurunan metabolisme dan produksi energi.

Kelelahan dan kelemahan otot terjadi karena terganggunya aliran darah, katabolisme protein pada otot, dan ketidakmampuan organ tubuh dalam menggunakan glukosa sebagai energi sehingga membuat penderita merasa lelah. Hipoglikemia akan menimbulkan gejala dan tanda yang bersifat progresif, mulai dari gejala ringan dan tidak khas seperti penglihatan kabur, penurunan kemampuan konsentrasi, rasa lemas, pusing dan sakit kepala hingga kejang, penurunan kesadaran bahkan kematian.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diabetes melitus yang mengalami hipoglikemia antara lain (Maria, 2021). Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberikan glukosa oral 75 gram) dan kisaran normalnya antara 70-110 mg/dl. Pemeriksaan dengan bahan darah untuk mengetahui kadar gula darah yang sebenarnya, karena pasien tidak dapat mengontrol hasil pemeriksaan dalam waktu 2-3 bulan.

Penatalaksanaan Medis

Edukasi pasien dan keluarganya serta pemantauan mandiri glukosa darah merupakan strategi terpenting untuk mencegah terjadinya hipoglikemia. Pemantauan mandiri terhadap glukosa darah secara teratur adalah cara paling efektif untuk menentukan tren kadar glukosa darah dan mengidentifikasi terjadinya hipoglikemia tanpa gejala. Gunakan obat dalam dosis rendah hingga optimal atau gunakan golongan obat yang memiliki risiko hipoglikemia rendah.

Terapi farmakologis pada diabetes ditujukan untuk mempertahankan kontrol glikemik selama mungkin tanpa risiko hipoglikemia, sehingga pengobatan harus dimulai dengan dosis rendah dan kemudian dititrasi secara bertahap hingga dosis optimal. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antidiabetik digolongkan menjadi dua kategori utama, yaitu kelompok risiko rendah dan kelompok risiko tinggi sebagai penyebab hipoglikemia. Penanganan utama hipoglikemia pada penderita diabetes adalah deteksi dini dan pengobatan kadar glukosa darah rendah agar kadar glukosa darah secepatnya kembali ke kadar normal, sehingga gejala dan masalah hipoglikemia juga cepat hilang.

Periksa kembali kadar gula darah 15 menit kemudian, bila kadar gula darah masih kurang dari 70 mg/dl dapat diulangi pemberian glukosa 15 gram, juga pada 15 menit berikutnya. Periksa kembali 15 menit kemudian, bila kadar glukosa darah masih <70 mg/dl, ulangi pemberian glukosa 20 gram, juga selama 15 menit berikutnya. Jika terdapat gejala neuroglikopenia, sebaiknya pasien diberikan pengobatan parenteral yaitu dekstrosa 40% 25 ml, dilanjutkan infus D50% atau D10% Pantau gula darah setiap 1-2 jam.

Komplikasi

Pada keadaan ini terjadi kenaikan glukosa darah yang sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mos/ml), keton plasma (+), anion gap normal atau sedikit meningkat 3 ) Hipoglikemia. Gejala hipoglikemia berupa jantung berdebar, keringat berlebih, gemetar, lapar, pusing, gelisah, dan penurunan kesadaran hingga koma. Gejalanya seperti kebingungan, marah, sulit berkonsentrasi, sakit kepala, mati rasa pada bibir dan lidah, sulit berbicara, mengantuk, dan pandangan kabur.

Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini karena penderita DM dapat bertahan hidup lebih lama. Komplikasi makrovaskuler pada DM terjadi akibat aterosklerosis pembuluh darah besar terutama arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada DM, namun dapat terjadi lebih cepat, lebih sering, dan lebih parah.

Makroangiopati yang menyerang pembuluh darah besar antara lain penyakit pembuluh jantung atau jantung koroner, pembuluh darah otak atau stroke, dan penyakit pembuluh darah. Komplikasi mikrovaskuler terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah kecil, terutama kapiler, yang terdiri dari retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati nonproliferatif merupakan tahap awal yang ditandai dengan adanya mikroaneurisma, sedangkan retinopati proliferatif ditandai dengan pertumbuhan pembuluh kapiler, jaringan ikat, dan hipoksia retina.

Kerusakan ginjal spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi filter sehingga molekul besar seperti protein dapat masuk ke dalam urin (albuminuria). Akibat dari nefropati diabetik dapat menyebabkan gagal ginjal progresif, dan tindakan pencegahan nefropati meliputi pengendalian metabolisme dan pengendalian tekanan darah (Felistik, 2021). Kejang, lemas, lesu, sakit kepala, tekanan darah tidak stabil, kesadaran menurun SDKI: Resiko tidak efektifnya perfusi serebral.

Konsep Dasar Keperawatan

  • Pengkajian Keperawatan
  • Diagnosis Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan

Kaji adanya keringat berlebih, hipotermia, denyut nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan darah, gemetar dan gemetar, dan GDS < 70 mg/dL. Perubahan fungsional lainnya pada kondisi hipoglikemia adalah aktivasi sistem saraf otonom yang ditandai dengan keringat berlebih, gemetar dan gemetar, penurunan suhu tubuh, takikardia, fibrilasi bahkan kematian mendadak. Kaji tingkat kesadaran pasien, pasien hipoglikemik akan mengalami penurunan fungsi kognitif, kebingungan, kejang, dan penurunan kesadaran.

Dalam pemaparan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengkajian menyeluruh, hipoglikemia lebih banyak terjadi pada klien dengan riwayat penyakit diabetes melitus dan yang perlu dilihat adalah mengetahui apakah terdapat luka/infeksi pada tubuh klien. Pada pasien hipoglikemia, hal yang perlu diperhatikan dan dikaji adalah asupan cairan harian pasien dan haluaran urin. Pada pemeriksaan sekunder biasanya terdiri dari pemeriksaan seluruh tubuh (head to toe) dimana perawat memeriksa seluruh tubuh pasien.

SLKI : Setelah dilakukan intervensi keperawatan tingkat aspirasi menurun dengan kriteria luaran : Peningkatan kesadaran, penurunan sianosis, peningkatan frekuensi pernafasan. a) Pantau tingkat kesadaran, batuk, muntah dan kemampuan menelan. Berkeringat berkurang, rasa lelah/lesu berkurang, kadar glukosa darah meningkat pesat. a) Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia. SLKI : Setelah dilakukan intervensi keperawatan pengendalian risiko meningkat dengan kriteria hasil: kemampuan mengidentifikasi faktor risiko, kemampuan menghindari faktor risiko, dan pemanfaatan fasilitas kesehatan meningkat secara signifikan. a) Pantau tanda dan gejala lokal dan infeksi sistemik. 2) Terapi.

SLKI : Setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi perifer efektif dengan kriteria hasil : penyembuhan luka cukup meningkat, pengisian kapiler membaik, akral membaik (L.02011). a) Identifikasi faktor risiko gangguan peredaran darah (misalnya SLKI: Setelah intervensi keperawatan, integritas kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil: kerusakan jaringan cukup berkurang, kerusakan lapisan kulit cukup berkurang, nyeri cukup berkurang (L .14125) a) Pantau karakteristik luka (misalnya drainase, warna, ukuran, bau). SLKI : Pasca intervensi keperawatan dilakukan perfusi serebral dengan kriteria outcome : peningkatan kesadaran, penurunan kecemasan, peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan tekanan darah diastolik n (L.02014).

PENGAMATAN KASUS

Pengkajian

Analisa Data

Diagnosis Keperawatan

Intervensi Keperawatan

Implentasi Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Untuk mengevaluasi pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Haji Kota Makassar berdasarkan