BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
B. Total Quality Management (TQM)
3. Komponen Total Quality Management
Menurut Goetsch dan Davis (dalam Nasution 2010: 22-24), komponen TQM yang harus diperhatikan dalam menjalankan program pengelolaan kualitas dengan baik adalah sebagai berikut :
a. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik konsumen internal maupun eksternal merupakan driver.
Konsumen eksternal menentukan kualiats produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan konsumen internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
b. Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, konsumen internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level berusaha
melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif “Bagaiman kita dapat melakukannya dengan lebih baik?” bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip “good enough is never good enough”.
c. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dengan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.
Dengan demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
d. Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.Untuk itu, dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula.Oleh karena itu, komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
e. Kerjasama Tim
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering kali diciptakan persaingan antar departmen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak.Akan tetapi, persaingan internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing perusahaan pada lingkungan eksternal.
Sementara itu, dalam organisasi yang menerapkan TQM kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antara karyawan, perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat sekitar.
f. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/lingkungan.Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat makin meningkat.
g. Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan karyawan.Mereka beranggapan bahwa perusahaan bukanlah sekolah, yang diperlukan adalah tenaga terampil siap pakai.
Jadi, perusahaan-perusahaan seperti itu hanya akan memberikan pelatihan sekedarnya kepada para karyawannya. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan global.
Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor fundamental.Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
h. Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting untuk dapat meningkatkan rasa memilki dan tanggungjawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Dalam hal ini, karyawanlah yang melakukan standarisasi proses dan mereka pula yang mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur standar tersebut.
i. Kesatuan Tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.
j. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Katerlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM.Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan, melainkan juga melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti.Usaha untuk melibatkan karyawan membawa dua manfaat utama, yaitu untuk meningkatkan perencanaan dan pengambilan keputusan, serta meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.
4. Manfaat Total Quality Management bagi Perusahaan
Manfaat yang didapatkan perusahaan karena menyediakan barang atau jasa berkualitas baik berasal dari pendapatan jualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah, gabungan keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.Gambar 1.1 adalah suatu model kualitas/laba yang menunjukkan interaksi pengaruh berbagai faktor.Sisi sebelah kiri adalah faktor- faktor yang dipengaruhi oleh kebijakan, program, dan prosedur kualitas perusahaan (Nasution, 2010: 42).
Gambar 1.1
Sumber: Nasution,M.N.,(2010), Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Ghalia Indonesia, Jakarta P
E R B A I K A N
M U T U
Memperbaiki posisi persaingan
Meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan
Harga yang lebih tinggi
Meningkatkan pangsa pasar
Meningkatkan penghasilan
Mengurangi biaya operasi
Meningkatkan laba
Hubungan-hubungan dalam gambar 1.1 (Nasution, 2010: 42-430, dijelaskan sebagai berikut :
a. Pasar yang dilayani oleh industri mencakup konsumen-konsumen dengan kebutuhan barang dan jasa tertentu.
b. Penelitian pemasaran mengidentifikasi kebutuhan tersebut dan mendefinisikannya dalam hal kualitas.
c. Konsumen menganggap produk dan jasa perusahaan lebih berkualitas daripada pesaingnya.
d. Karena dianggap lebih berkualitas, konsumen bersedia membayar harga yang relatif lebih tinggi daripada harga pesaing.
e. Karena dianggap lebih berkualitas dan harganya lebih tinggi, produk tersebut dianggap memiliki nilai yang relatif lebih tinggi.
f. Nilai yang relatif lebih tinggi menghasilkan kenaikan dalam pangsa pasar.
g. Berkat program berkualitasnya, perusahaan dapat mengikuti spesifikasi konsumen lebih bak daripada para pesaing.
h. Efektivitas ini menghasilkan penurunan biaya dengan memproduksi produk yang dibutuhkan secara benar sejak pertama kali.
i. Penurunan biaya digabungkan dengan pangsa pasar yang lebih luas akan menghasilkan biaya yang lebih rendah daripada pesaing.
j. Gabungan dari keunggulan relatif di bidang harga, pangsa pasar, dan biaya untuk menciptakan profitabilitas serta pertumbuhan perusahaan.
Manfaat TQM menurut Rad (2006 dalam Arumugam & Mojtahedzadeh 2011) adalah meningkatkan profit, kepuasan pelanggan, mengembangkan market share dan menciptakan competitive advantage.
Ada beberapa keuntungan pengendalian mutu yang digambarkan Lestari (2011: 13), antara lain :
1. Pengendalian mutu memungkinkan untuk membangun mutu disetiap langkah proses produksi demi menghasilkan produk yang 100% bebas cacat.
2. Pengendalian mutu memungkinkan perusahaan menemukan kesalahan atau kegagalan sebelum akhirnya berubah menjadi musibah bagi perusahaan.
3. Pengendalian mutu memungkinkan desain produk mengikuti keinginan palanggan secara efisien sehingga produknya selalu dibuat sesuai pilihan pelanggan.
4. Pengendalian mutu dapat membantu perusahaan menemukan data-data produksi yang salah.
Perbaikan kualitas yang dilakukan oleh perusahaan tidak lain bertujuan untuk meningkatkan penghasilan perusahaan dan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan laba perusahaan dapat terus berjalan dan tetap hidup dalam persaingan perdagangan yang semakin ketat saat sekarang ini. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan.
5. Implementasi Total Quality Management dalam Perusahaan
Menurut Bhat dan Cozzalino yang dikutip oleh Chairany dan Lestari (2011:14) secara garis besar proses implementasi Total Quality Management (TQM) mencakup:
1. Manajemen puncak harus menjadikan TQM sebagai prioritas utama organisasi, visi yang jelas dan dapat dicapai, menyusun tujuan yang agresif bagi organisasi dan setiap unit, dan terpenting menunjukkan komitmen terhadap TQM melalui aktivitas mereka.
2. Budaya organisasi harus diubah sehingga setiap orang dan setiap proses menyertakan konsep TQM. Organisasi harus diubah paradigmanya, fokus pada konsumen, segala sesuatu yang dikerjakan diselaraskan untuk memenuhi harapan konsumen.
3. Kelompok kecil dikembangkan pada keseluruhan organisasi untuk memahami kualitas, identifikasi keinginan konsumen, dan mengukur kemajuan dan kualitas. Masing-masing kelompok bertanggung jawab untuk mencapai tujuan mereka sebagai bagian dari tujuan organisasi keseluruhan.
4. Perubahan dan perbaikan berkelanjutan harus diimplementasikan, dipantau, dan disesuaikan atas dasar hasil analisis pengukuran.
Manfaat dari implementasi TQM yang dirasakan oleh perusahaan dimasa yang akan datang (Fitriyah dan Ningsih, 2013) adalah :
1. Membuat perusahaan sebagai pimpinan bukan sekedar pengikut.
2. Membantu terciptanya team work.
3. Membantu perusahaan lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan.
4. Membantu perusahaan siap dan lebih muda beradaptasi terhadap perubahan.
5. Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah.
Manfaat tersebut didasarkan pada sistem kerja dari program TQM yang berlandaskan pada perbaikan berkesinambungan atau berkelanjutan. Hal ini akan mengurangi berbagai bentuk pemborosan dan meningkatkan kepuasan pelanggan .keduafaktor tersebut pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan.
Penerapan TQM juga bisa mengalami kegagalan menurut Yamit (2005:
188), faktor-faktor kegagalan TQM yaitu :
1. Manajemen puncak tidak melihat suatu alasan untuk berubah.
2. Manajemen puncak tidak memperhatikan dan mengikutsertakan karyawan.
3. Manajemen puncak tidak bertanggungjawab terhadap program TQM dan penerapannya didelegasikan pada pihak lain.
4. Perusahaan kehilangan minat pada program TQM akibat dari kurangnya komitmen.
5. Manajemen dan karyawan tidak sepakat pada apa yang terjadi.
6. Masalah lain yang mendesak diprioritaskan.
7. Tujuan yang tidak jelas dan tidak ada target atau pengukuran kinerja.
8. Proses tidak dianalisis, sistem lemah dan prosedur tidak ditulis diatas kertas.
9. TQM membebani karyawan dan karyawan tidak menyetujui secara diam- diam, karena tidak memahami peranan.
Agar penerapan TQM memperoleh keberhasilan, perusahaan harus memiliki pedoman yang jelas dan terarah dan mengacu pada atribut efisiensi.
Atribut efisiensi tersebut adalah (Oakland dalam Fitriyah dan Ningsih, 2013) :
1. Komitmen. Komitmen untuk menyediakan produk atau layanan yang efisien dan menguntungkan harus ditunjukkan oleh manajemen dan perusahaan.
2. Konsistensi. Perusahaan harus menyediakan produk dengan kinerja yang konsisten, misalnya ketepatan waktu, kebersihan ruangan, kesabaran dalam memberikan pelayanan, dan sebagainya.
3. Kompetensi. Perusahaan harus menyediakan pekerja dengan kemampuan atau kompetensi yang unggul untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang diberikan, sehingga mendukung pencapaian sasaran perusahaan.
4. Hubungan. Perusahaan harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan konsumen, karena tujuan perusahaan adalah menyediakan produk yang sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen.
5. Komunikasi. Perusahaan harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan konsumen, agar spesifikasi produk yang diinginkan konsumen bisa diterjemahkan dengan baik oleh perusahaan.
6. Kredibilitas. Perusahaan harus memperoleh kepercayaan dari konsumen dan juga harus mempercayai konsumen agar hubungan komunikasi akan terjalin dengan baik.
7. Perasaan. Perusahaan harus memiliki rasa simpati terhadap konsemen eksternal, terutama menyangkut kebutuhan-kebutuhan dan harapan mereka dan terhadap konsumen internal menyangkut hak pekerja.
8. Kesopanan. Perusahaan melalui para pekerja harus menunjukkan sikap sopan kepada konsumen, terutama pekerja yang langsung berhubungan langsung dengan konsumen.
9. Kerjasama. Perusahaan harus bisa menciptakan iklim kerjasama yang baik, antara pekerja maupun perusahaan dengan konsumen.
10. Kemampuan. Perusahaan harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengembalian keputusan dan melakukan tindakan yang berkaitan dengan penyedia produk atau layanan.
11. Kepercayaan. Perusahaan harus memiliki rasa percaya diri bahwa perusahaan mampu menyediakan produk atau layanan sesuai kebutuhan dan harapan konsumen. Rasa percaya diri harus tertanam ke dalam seluruh pekerja.
12. Kritik. Perusahaan harus bersedia menerima kritik dan masukan dari siapapun, baik dari pekerja maupun dari pihak eksternal, terutama kritik dari konsumen.
6. Aspek-aspek Total Quality Management
Untuk mencapai manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) perlu diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut (Siswanto 2015: 195)
1. Perhatian pada pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.
2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap mutu.
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
4. Memiliki komitmen jangka panjang.
5. Membutuhkan kerjasama tim.
6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan.
7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
8. Memberikan keterbatasan yang terkendali.
9. Memiliki kesatuan tujuan.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
7. Karakteristik Total Quality Management
Menurut (Thomas Sumarsan 2013: 191) karakteristik Total Quality Management atau manajemen mutu terpadu adalah sebagai berikut :
1. Fokus pada pelanggan 2. Perencanaan mutu 3. Peningkatan mutu 4. Pengendalian mutu
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan bahan untuk referensi penelitian ini adalah sebagai berikut :
Korry M. Siahaan (2008), melakukan penelitian mengenai “Hubungan Total Quality Management dengan biaya kualitas produk”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Total Quality Management berpengaruh signifikan terhadap biaya kualitas.
Zulaika (2008), meneliti tentang “Pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja manajemen pada PP Lonsum Indonesia, Tbk”.Peneliti mengambil sampel 30 orang manajer pada perusahaan.Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda.Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji reliabilitas dan validitas data.Sedangkan uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.Pengujian
hipotesis yang digunakan adalah menunjukkan bahwa TQM berpengaruh terhadap kinerja manajemen secara simultan. Tetapi jika dilihat secara persial, variable fokus pada pelanggan serta pendidikan dan pelatihan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajemen
Pane (2010), melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja manajerial”.Penelitian tersebut menggunakan metode regresi linier berganda, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable fokus pelanggan dan variable perbaikan berkesinambungan berpengarih positif terhadap kinerja manajerial.Variable pendidikan dan pelatihan serta variable perlibatan dan pemberdayaan karyawan berpengaruh negatif terhadap kinerja manajerial.
Rahmiawati (2010), melakukan penelitian mengenai ”Ímplikasi praktek TQM terhadap daya saing , kepuasan konsumen, dan kinerja bisnis pada perusahaan manufaktur di kota Makassar”. Hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa praktek TQM yang baik dapat meningkatkan daya saing, kepuasan konsumen, dan kinerja bisnis. Meskipun daya saing secara langsung tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap kinerja bisnis, akan tetapi daya saing mampu meningkatkan kinerja bisnis melalui kepuasan konsumen.
Lastanto (2010), dalam penelitiannya “pengaruh Total Quality Management (TQM), sistem penghargaan, dan sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial PT. Garam (Persero).Tidak semua variable yang diujikan menunjukkan pengaruh yang signifikan.Dari ketiga variable tersebut hanya Total Quality Management yang mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja manajerial, sedangkan sistem penghargaan dan sistem pengukuran kinerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.
Dhyahrini dan Hasanah (2011), penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh implementasi Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja operasional.Variable independennya adalah fokus pada pelanggan, continuos improvement, keterlibatan penuh. Penelitian dilakukan pada PT. Kerata Api Indonesia (KAI). Dengan penyebarkan 38 sampel yang berdasarkan simple random sampling melalui kuesioner yaitu dari staf sampai manajer.Hasil penelitiannya adalah tiga variable independen tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja operasional secara parsial maupun simultan.
Agnes Yoan Renata (2012), melakukan penelitian tentang “Pengaruh Total Quality Management pada sistem pengukuran kinerja terhadap pengembangan produk dan efisiensi biaya pada PT. Bintang Alam Semesta”. Penerapan TQM pada PT. Bintang Alam Semesta memberikan pengaruh yang positif terhadap sistem pengukuran kinerja perusahaan yang meliputi proses pengembangan produk dan tingkat efisiensi biaya, melalui pengembangan produk sesuai kebutuhan pasar yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan juga berhasil menghemat biaya di tahun 2009 dengan melakukan pengendalian, pengawasan, tindakan korektif, tindakan pencegahan, serta perbaikan yang berkesinambungan terhadap mutu produk.
Renata (2012), dalam penelitiannya “pengaruh Total Quality Management pada system pengukuran kinerja terhadap pengembangan produk dan efisiensi
biaya pada PT. Bintang Alam Semesta”. Penerapan TQM pada PT. Bintang Alam Semesta memberikan pengaruh yang positif terhadap sistem pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses pengembangan produk dan tingkat efisiensi biaya, melalui pengembangan produk sesuai kebutuhan pasar yang memberikan nilai tambah bagi perusahaan juga berhasil menghemat biaya atau mencapai tingkat efisiensi di tahun 2009 dengan melakukan pengendalian, pengawasan, tindakan korektif, tindakan pencegahan, serta perbaikan yang berkesinambungan terhadap mutu produk.
Reza (2013), dengan judul “Karakteristik Total Quality Management dalam mempengaruhi Kinerja Manajerial” untuk menganalisis hubungan Total Quality Management yaitu fokus pada pelanggan, perbaikan berkesinambungan, perlibatan dan pemberdayaan karyawan, serta pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja manajemen menggunakan analisis linear berganda. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variable fokus pelanggan, variable perlibatan dan pemberdayaan karyawan serta variable pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Sedangkan variable perbaikan berkesinambungan berpengaruh negatif terhadap kinerja manajerial.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran bertujuan untuk mempermudah suatu proses penelitan.
Gambar 1.2
E. Hipotesis
Diduga bahwa implementasi Total Quality Management (TQM) pada PT.
Hutama Tirta Makassar sudah tepat dalam pencapaian tujuan perusahaan.
PT. Hutama Tirta Makassar
Total Quality Management
Analisis Data
Hasil
Fokus pada Pelanggan
Perbaikan Berkesinamb
ungan
Komitemen Manajemen
Pendidikan dan Pelatihan
Pemberdaya an Karyawan
31 A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Hutama Tirta Makassar yang beralamatkan di jalan Malino Km 25 Kamp Beru, Gowa, Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Selatan.Waktu penelitian kurang lebih 2 bulan, dari bulan Maret – Mei 2017
B. Jenis dan Sumber Data
Data kualitatif yaitu data yang diperoleh tidak dalam bentuk angka-angka tetapi berupa gambaran umum perusahaan, sejarah singkat perusahaan, maupun informasi-informasi lisan yang menyangkut kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung seperti data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara seperti catatan, dokumen atau laporan historis perusahaan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesinoner (angket) dan wawancara (interview).
1. Kuesioner (Angket)
Menurut Sugiyono (2008) kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Pembagian kuesioner dilakukan pada karyawan PT. Hutama Tirta Makassar.
Kuesioner yang dibagikan diukur dengan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Variable yang diukur dijabarkan menjadi indikator variable, kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2008).
2. Wawancara (Interview)
Wawancara dilakukan langsung kepada responden atau pemilik dari PT.
Hutama Tirta Makassar yang masing-masing dijadikan responden dalam penelitian ini. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permsalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2008).
D. Definisi Operasional
Definisi operasional variable yang diteliti adalah :
1. Total Quality Management adalah sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi yang di desain untuk menciptakan budaya perusahaan yang
memilki fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif pekerja, dan perbaikan kualitas terus-menerus dengan tujuan agar sesuai dengan harapan konsumen (Purnama, 2006: 51).
2. Kualitas produk adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten (Amstrong, 2008).
3. Kualitas sumberdaya manusia merupakan masalah utama yang patut mendapat perhatian organisasi, karena kualitas sumberdaya manusia dipandang mampu untuk meningkatkan peran serta anggota atau karyawan tergadap organisasi (Husnawati, 2006).
4. Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
5. Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan penelitian.
E. Metode Analisis Data
Untuk mendeskripsikan permasalahan penerapan TQM, dianalisis dengan metode analisis statistic deskriptif kualitatif. Metode kualitatif menggunakan data- data yang masuk dengan cara dikelompok, ditabulasikan dan diberi penjelasan.
Objek penelitiannya yaitu karyawan PT. Hutama Tirta Makassar sebanyak 40 orang yang terdiri dari :
1. Menurut Gender Pria : 16 Wanita : 24
Perempuan dalam hal ini dijadikan sebagai sarana untuk mengidentifikasi produk untuk menciptakan visibilitas ataupun citra produk. Dalam menawarkan produk, produk air minum dalam kemasan tersebut tidak sekedar mempromosikan fungsi dan kelebihann air minum tersebut, tetapi mengaplikasikan ke kehidupan rumah tangga yang secara sosial dapat diterima oleh customer.
2. Menurut Umur
a. 23 = 6 f. 29 = 5
b. 25 = 7 g. 31 = 5
c. 26 = 1 h. 35 = 3
d. 27 = 6 i. 42 = 2
40%
60%
Gender
Pria Wanita
e. 28 = 3 j. 43 = 2
Umur merupakan faktor yang paling menonjol dalam menentukan pencapaian perusahaan. Semakin kita muda, maka semakin ide-ide baru akan muncul untuk bisa lebih meningkatkan volume penjualan misalnya dengan cara pembaharuan produk agar konsumen tidak merasa bosan dan akan lebih tertarik dengan produk baru yang kita hasilkan.
3. Pendidikan Terakhir a. SMA : 19 b. S-1 : 17 c. S-2 : 4
15%
17%
2%
7% 15%
13%
13%
8%
5% 5%
Umur
23 25 26 27 28 29 31 35 42 43
Pendidikan merupakan upaya dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepada kita. Jadi, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang semakin penting agar generasi Indonesia bisa bersaing dalam persaingan lokal maupun Interlokal agar perusahaan yang dinaungi bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.
Metode persentase yaitu P= (F/N) X 100%
Dimana,
P : Persentase
F : Frekuensi dari setiap jawaban yang telah menjadi pilihan responden N : Jumlah responden
Kelima penilaian tingkat kepentingan diberikan bobot sebagai berikut : 1. Jawaban sangat setuju diberi bobot 5
2. Jawaban setuju diberi bobot 4
45% 51%
4%
Pendidikan Terakhir
SMA S-1 S-2
3. Jawabn netral diberi bobot 3
4. Jawaban tidak setuju diberi bobot 2
5. Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot 1