• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Gambar Umum Lokasi Penelitian

A. Gambar Umum Lokasi penelitian Di Desa Kampili Kecamatan Pallangga

1. Kondisi Sosial dan Budaya

Keadaan Sosial yang ada lokasi penelitian sebagaimana masyarakat umumnya yang ada di Kecamatan yang sangat menjunjung tinggi rasa saling menghargai dan kepedulian antar masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat setempat sangat menanamkan rasa kepedulian terhadap sesama yang saling membutuhkan bantuan. Selain daripada itu, mereka juga terbuka terhadap orang-orang yang membutuhkan informasi tentang kondisi setempat.

b. Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuahkelompok orang, dan diwariskan dari generasi kegenerasi; Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

2. Kehidupan Keberagamaan

Menurut data statistik pemerintah di Desa Kampili Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa menunjukkan bahwa mayoritas (100%) penduduknya ber Agama islam. Kesadaram masyarakat Desa Kampili yang kuat akan pentingnya shalat lima waktu, sifat religius itu terlihat dari keseharian ketika waktu shalat tiba mereka terlihat antusias melaksanakan kewajibannya sebagai umat Islam terutama masyarakat Desa Kampili yang berdomisili di sekitar mesjid yang datang dengan berjalan kaki. Namun ada juga yang shalat di mesjid yang jauh dari rumahnya datang dengan menggunakan sepeda motor miliknya.Namun pada hari jum’at masyarakat Kampili dari pihak laki-laki tidak pernah meninggalkan shalat jum’at walaupun tugas atau pekerjaan yang sementara mereka kerjakan itu ada.

Namun disisi lain, masih ada sebagian masyarakat Desa Kampili yang tidak melakukan kewajiban sebagaimana yang biasa dilakukan umat muslim lainnya yang meluangkan waktu hanya untuk beraktivitas tanpa melihat waktu shalat telah tiba.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Upaya pengembangan Makanan Tradisional Gogos dalam Mengembangkan Usahanya di Desa Kampili, Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

Perkembangan pedagang kakilima dari waktu kewaktu sangat pesat jumlahnya, karena pedagang kaki lima dapat lebih mudah untuk dijumpai konsumenya dari pada pedagang resmi yang kebanyakan bertempat tetap. Situasi tempat dan keramaian dapat dimanfaatkan untuk mencari rezeki halal sebagai pedagang kaki lima, misalnya makanan dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki dapat dipakai sebagai salah satu modal untuk mencari ataupun menambah penghasilan. Hal ini memberikan legitimasi tentang perlunya jaminan hak hidup, hak untuk berkembang, dan hak untuk dibina bagi usaha kecil agar dapat berkembang menjadi usaha yang tangguh, sehat, dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha besar.

Salah satu masyarakat, Zubaeda Dg. Mayang(36tahun) merupakan informan saat di wawancarai oleh peneliti untuk informasi bahwa:

Upaya yang di lakukakan untuk mengembangkan usahanya yaitu dengan cara mempromosikan gogos sebagai usahanya ini agar tidak hanya terkenal di Gowa tapi juga dapat dikenal di luar daerah’’ (Wawancara, 05 Januari 2020).

38

Berdasarkan pendapat dari Zubaeda Dg. Mayang Yang berusia 36tahun.maka saya mengambil kesimpulan bahwa yaitu dengan mempromosikan gogos sebagai usahanya agar dapat di kenal.

Seorang ibu penjual gogos yang bernama, Dg.Kebo yang berusia(40tahun) sebagai informan saat di wawancarai oleh peneliti:

Sejak menjual gogos selama 10 tahun gogosnya semakin laku(laris) selama ada wisata je’ne tallasa di pallangga.

(Wawancara 07 Januar 2020)

Berdasarkan pendapat dariDg.Kebo maka saya mengambil kesimpulan bahwa gogosnya semakin laku (larisi) selama ada wisatawan di Pallangga karna pengunjung wisatawansinggah mencicipi makanan tradisional gogos.

Menurut Ibu, Dg.Halija (40 tahun) merupakan informan saat di wawancarai oleh penelti untuk memberikan informasi:

Cara membuat gogos dengan menual dan masih menggunakan tradisi adat orang gowa yaitu menggunakan beras kentang hitam dan putih di kukus terlebih dahulu bersamaan dengan santan kelapa dan di kukus selama 15-20 menit. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah proses pembungkusan dengan daun pisang lalu dibakar dengan menggunakan arang. (Wawancara, 08 Januar 2020)

Berdasarkan pendapat dari Dg. Halijamaka saya mengambil kesimpulan bahwa masi menggunakan menual dengan cara menggunakan daun pisang dan bambu yang di bentuk dengan lidi untuk menusuk ujung-ujung makanan tradisional gogos ini agar bisa berbentuk panjangdan masih menggunakan arang kayu bakar.

Dg. Pa’jja (64 tahun)yang merupakan informan mengatakan bahwa :

Menarik perhatian konsumen atau pembeli dengan serentak menjual gogos dengan harga Rp.3000 per biji dan ukuran Makanan tradisional gogos yang sama agar pembeli dan pengunjung wisatawan permandian je’ne tallasa di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa merasa puas dan menarik (Wawancara, 09 Januari 2020).

Berdasarkan pendapat dari Dg. Pa’ja maka saya mengambil kesimpulan bahwa menjual gogos serentak dengan harga Rp.3000 per biji ukuran dan bentuk makanan tradisonal gogos serentak ukuranya tidak ada penjual gogos di Desa Kampili gogosnya yang kecil atau besar semuanya sama-sama besar (sama ukuranya) maka pengunjung wisata semua singgah untuk mencicipinya gogos itu.

Anak penjual gogos yang bernama, Meri (13 tahun) yang menceritakan pengalamanya menjual gogos saat di wawancara :

Dalam melakukan menjual makanan tradisonal gogos agar tidak dapat mengalami kerugian dengan cara mengatasi jualannya disimpan d dalam kulkas dan di panggang kembali ke esokan harinya dan membatasi bahan gogos yang harus di buat ke esokan harinya agar tdak dapat terulang lagi.(Wawancara 09 Januari 2020)

Berdasarkan pendapat, Meri maka saya mengambil kesimpulan bahwa menjual makanan tradisonal gogos harus membatasi bahan jualan gogos agar tidak mengalami kerugian tersebut.

Pendapat Saturi Dg. Caya (43 tahun) mengatakan tentang makanan tradisional gogos :

Melakukan pembakaran gogos agar tidak gosong dan rasanya gurih dengan caramenggunakan arang yang dari serbuk kayu dengan arang api yang sedang. (Wawancara 10 Januari 2020).

Berdasarkan pendapat dari Saturi Dg. Caya maka saya mengambil kesimpulan bahwa menggunakan serbuk kayu untuk dijadikan pembakaran gogos agar gogos tidak gosong dan aroma gogos harum dan gurih.

Penjual gogos Dg. Ngugi (40 tahun) menjelaskan tentang gogos pada saat di wawancarai bahwa :

keuntungan dalam menjual gogos dalam sehari kurang lebih dari Rp.50.000. karna pembeli tidak perna bosang dengan makanan tradisonal gogos ini apa lagi di sajikan dengan lelur asing.

(Wawancara 11 Januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Dg. Ngugi maka saya mengambil kesmpulan bahwakeuntungan menjual gogos setiap hari kurang lebih dari Rp.50.000. per hari.

Pedagang makanan tradisional gogos yang bernama Dg. Saming (65 tahun) mengatakan saat di wawancara oeh peneliti bahwa :

Memilih menjual gogos di Desa Kampili ini karna tidak ada saingan harga diantara penjual gogos di tempat penjualan ini.

(Wawancara 12 Januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Dg. Saming maka saya mengambil kesimpulan bahwa memilih menjual gogos karena tidak ada saingan harga di antara penjual gogos di Desa ini.

Rohani Dg. Jintu (65 tahun) saat di wawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa :

Menjualgogos dari jam 06.00 pagi - 11.00 malam karna pembeli gogos masi banya di malam hari jadi masi menjual sampe malam (Wawancara 13 Januar 2020)

Berdasarkan pendapat dari Rohani Dg. Jintu maka saya mengambil kesimpulan bahwa menjual gogos mulai dari jam 06.00 pagi - 11.00 malamkarena pembeli masih banyak yang cari gogos untuk di jadikan makan malam.

Salah satu penjual gogos di Desa kampili yang bernama Dg. Nani (34 tahun) saat di wawancarai oleh peneliti mengatakanbahawa:

Harga gogos yang dijual per biji Rp.3000. maka dari itu pengunjung wisata dan masyarakat- masyarakat yang lain banyak yang ingin membeli gogosini karna murah dan enak.

(Wawancara, 14 Januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Dg. Nani maka saya mengambil kesimpulan bahwa pembeli banyak yang tertarik karna harga makanan tradisional gogos ini sangat murah hanya dengan harga Rp.3000 per biji.

Salah satu masyarakat, Jumati Dg. Ngona (54 tahun) merupakan nformasi saat di wawancarai oleh peneliti untuk informasi bahawa:

Bahan yang digunakan untuk memuat gogos yaitu beras ketan hitam, beras ketan putih, santang kelapa, daun pisang dan garam itu semua bahan-bahan pembuatan makanan tradisional gogos.

(wawancara,15 januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Jumatia Dg. Ngona maka saya mengambil kesimpulan bahwa harus menyediakan bahan-bahan pembuatan gogos sereti beras ketan hitam, beras ketan putih,santang kelapa, daun pisang, garam dan lidi jika tidak ada salah satu dari bahan-bahan itu maka rasanya tidak enak dan tidak guri.

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan Usaha Gogos di Desa Kampili, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

Salah satu penjual Gogos di Desa Kampili yang bernama , Zubaeda Dg.

Mayang (36 tahun) merupakan Informasi saat di wawancarai oleh peneliti untuk informasi bahawa:

Faktor pendukung pengembanga usaha para pedagan makanan tradisional gogos di desa kampili,kecamatan pallangga kabupaten gowa karna cara pembuatan gogos mempunyai rasa yang berbeda dari daerah lain sedangkan faktor penghambat jarak penjual gogos di desa kampili ini berdekatan, sehingga mereka hanya mengandalkan kesabaran dalam menjual gogos. (wawancara,16 januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Zubaeda Dg.Mayang (36 tahun) maka saya mengambil kesimpulan bahwa faktor pendukun dan penghambat pengembangan usaha para pedangan makanan tradisional gogos di desa kampili rasa gogosnya sangat gurih dan enak dibandingkan dengan daera-daera lain hambatanya karna penjual berdekatan jadi sebagai penjual harus sabar untuk menjual.

Jumati Dg.Ngona (54 tahun) saat di wawancarai oleh peneliti untuk membahas mengenai penjualan gogos :

Dampak positif dan negatif selama menjual gogos dengan cara untuk menarik perhatian pembeli dengan cara serentak menjual gogos dengan harga Rp.3000 per biji dan ukuran gogos yang sama supaya pembeli merasa puas dan menarik sedangkan dampak negatif banyak pesaing dalam menjual gogos jadi penjual gogos tdk bisa untung besar. (wawancara,16 januar 2020)

Berdasarkan pendapat dari Jumati Dg.Ngona maka saya mengambil kesimpulan bahwa Dampak positif harus menjual gogos dengan harga Rp.3000 per biji jka menjual diatas dari Rp. 3000 maka jualan gogos tdk laku karna semua

pedangan makanan tradisional gogos hanya harga gogos yang di jualnya Rp.3000 per bij sedangkan dampak negatifinya banyak pesaingan dalam menjual gogos jad tidak bisa untung banyak untuk menjual gogos.

Masyarakat Dg.Halija (40 tahun) merupakan informasi saat di wawancarai oleh peneliti untuk :

Alasan menjual gogos karna saya bisa membuat gogos dan dulu keluarga saya juga jualan gogos jadi saya teneruskan usaha keluarga saya ini dan juga mengingat posisi tempat saya menjual ini cukup stratengi dipinggir jalan yang banyak dilalui kendaraan dan pengunjung-pengunjung para wisatawan dari permandan je’ne tallasa. (wawancara,19 januar 2020)

Berdasarkan pendapat dari Dg. Halija maka saya mengambil kesimpulan bahwa ingin meneruskan usaga keluarga dan setuasi dan lokasi juga sangat memungkinkan jadi ingin meneruskanya.

Seorang informan yang bernama Dg.Pa’jja (64 tahun) mengatakaninformasi saat di wawancarai oleh peneliti :

Peminat makanan tradisional gogos ini sangat banyak apa langi ada wisatawan di dalam kampung ini yaitu permandian je’ne tallasa jadi para pengunjung ini semua singga untuk mencicipinya apa lagi sangat enak dan murah hanya Rp.3000 per biji.

(wawancara,20 januari 2020).

Berdasarkan pendapat dari Dg.Pa’jja maka saya mengambil kesimpulan bahwa masi banyak peminat makanan tradisional gogos ini karna di desa saya ini ada tempat wisata yang setiap hari Saptu dan Minggu sangat ramai jadi para wisatawan yang pulang dari sana singgah membeli gogos.

Saturi Dg.Caya (43 tahun) menceritakan pengalamanya saat di wawancarai oleh peneliti untuk informasi bahawa:

Perna saya mengalami kerugian yaitu apabila beras kentan harganya naik di pasaran disitu saya mengalami kerugian jika di kurangi ukuran gogos maka pelanggan tidak membeli makanan tradisional gogos saya karna ukuranya kecil. (wawancara,21 januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Saturi Dg. Caya maka saya mengambil kesimpulan bahwa merasa rugi ketika harga beras ketan naik pasaranya.

Meri (13 tahun) salah satu seorang anak penjual gogos yang merupakan informasi saat di wawancarai oleh peneliti:

Dalam pembuatan gogos sangat sulit karna beras kentan direndam selama 2 jam dan masih banyak lagi bahan-bahan lainnya yang digunakan Seperti santan, terutama daun pisang yang dipakai untuk membungkus sebelum di panggang atau di bakar jadi saya seorang anak hanya memanggang saja karna saya tidak tau buat gogos karna saya masi berusia 13 tahun. (wawancara, 23 januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Meri maka saya mengambil kesimpulan bahwa memanggang gogos yang suda di buat oleh orang tua karna sulit untuk membuatnya dan masi anak kecil masi berusia 13 tahun.

Dg.Ngugi (40 tahun) yang merupakan informan pada saat di wawancarai bahwa :

Menjual gogos Tentu saja kita harus mendapatkan surat izin dari kepala desa karna para penjual gogos yang menjual gogos disini itu bermukim di pinggir jalan ini. (wawancara, 25 januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Dg. Ngugi maka saya mengambil kesimpulan bahwa jika ingin menjual gogos maka harus memiliki sutat izin dari kepala desa.

Dg. Saming (64 tahun) memberikan informan saat di wawancarai oleh peneliti:

Hasil menjual gogos suda mencukupi keluarga ibu alhamdulillah walaupun mendapatkan keuntungan yang pas-pasan tapi bagi saya itu sudah cukup. (wawancara, 27 januari 2020 )

Berdasarkan pendapat dari Dg. Saming maka saya mengambil kesimpulan bahwa selama menjual gogos suda mencukupi keluarganya.

Penjelasan dari salah satu informan yang bernama Rohani Dg. Jintu (64 tahun) bahwa :

jika sewaktu-waktu terjadi kenaikan harga sangat tinggi kadang terpaksa barang danganganya otomatis saya kurangi ukuran gogos yang saya jual (di perkeci) sampe harga turung lagi maka ukuran gogos di normalkan kembali. (wawancara, 28 januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Rohani Dg. Jintu maka saya mengambil kesimpulan bahwa mengurangi ukuran gogos jika sewaktu-waktu harga bahan dangangan naik jika tidak di naikkan maka mengalami kerugian untuk menjual makanan tradisional gogos ini.

Salah satu masyarakat, Dg. Nani (34 tahun) merupakan informasi saat di wawancarai oleh peneliti untuk informasi bahwa:

Untuk membuat pelanggan saya agar merasa puas untuk membeli gogos saya harus menggunakan banyak santan terhadap gogos saya karna apa bila santanya banyak rasanya juga sangat renyah dan guri ditambah saya juga menjual telur asing jadi pelanggan sangat puas. (wawancara, 29 januari).

Berdasarkan pendapat dari Dg. Nani maka saya mengambil kesimpulan bahwa sebagai penjual gogos harus memanggang gogos secara rata (gurih) agar pelanggang merasa puas dan tidak bosan untk mencicipinya.

Dg. Kebo (40 tahun) merupakan informasi saat di wawancarai oleh peneliti untuk informasi bahwa:

Selama kita menjua makanan tradisional gogos ini kita tidak perna di usir oleh sappol PP karna kita suda di kasi surat izin dari kepala desa untuk menjual gogos di pinggir jalan ini. (wawancara, 30 januari 2020)

Berdasarkan pendapat dari Dg. Kebo maka saya mengambil kesimpulan bahwa tidak akan diusir oleh sappol PP karna memiliki izin dari kepala desa.

B. Pembahasan

Dalam pembahasan menjelaskan terkait dari hasil penelitian menurut pemahaman oleh peneliti yang di tuangkan dalam pembahasan, sehingga dapat memberikan pemahaman terhadap pembaca terkait apa yang telah di teliti.

1. Upaya Pengembangan Usaha Pedagang Gogos a. Fokus

Fokus merupakan salah satu tips memulai bisnis kuliner hingga sukses bagi pemula, yaitu mengatur pemasaran dan keuangan bisnis. Para pedagan kuliner kaki limadi Desa Kampili Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa menfokuskan pada satu jenis usaha yaitu menjual gogos dengan cita rasa yang sama.Dalam teori Sugianto (2013), yaitu sosiologi ekonomi yang mendasar dalam pemahaman tentang tindakan sosial individu (actor) yaitu tindakan rasional instrumental yang ber orintasi pada pencapaian tujuan yang di dasarkan pada pilihan rasional.

b. Konsisten

Konsisten yaitu tetap pada pendirian, tidak ber uba-uba, dan fokus pada tujuan, awal yang dimana tujuan akhir dari tuntutan itu adalah menjadi pribadi yang baik dan mendekatkan diri pada kesuksesan. Jika dikaitkan dengan tempat penelitian para penjual gogos di Desa kampili Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa konsisten dalam menjalankan (melakoni) penjualan bahkan cara pembuatanya pun tidak beruba-uba. Mulai dari persiapan bahan sampe ke pemasaran mereka konsisten menjalankan usahanya.Jika di kaitkan dengan teori Abdulsyani (2020), maka kedudukan posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktifitas yang di jalankanya seperti kegiatan ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis ruma tinggal, dan jabatan dalam organisasi.

c. Berpikir kreatif

Berpikir kreatif merupakan ide bagi pebisnis atau pedagang kaki lima untuk menciptakan kreasi unik pada daganganya untuk menarik perhatian para pembeli misalnya, kreatif dalam bentuk model gogos yang lebih besar. Para pedangan gogos di Desa Kampili berbeda dengan penjual gogos di daera lain, perbedaan itu terlihat dari segi bentuk yang lebih besar di banding gogos di tempat lain sehingga memuaskan bagi para pen cinta gogos atau pembeli. Kreatif jika di kaitkan dengan teori Soekanto yaitu sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibanya dalam hubunganya dengan sumber daya.

d. Mempromosikan

Mempromosikan yaitu cara penjual memperkenalkan daganganya kepada khalayak banyak atau kepada lingkungan sekitarnya. Pada era modernisasi seperti saat ini para pedagang lebih mudah mempromosikan barang dagangnya melalui media sosial.Sehingga terjangkau luas oleh masyarakat. Dalam teori Weber (1970), tindakan tersebut berorintasi nilai-nilai atau sering di sebut rasionalitas nilai yaitu tindakan yang berorientasi pada tujuan, upaya yang dilakukan untuk mengembangakn usahanya yaitu dengan cara mempromosikan gogos sebagai usahanya ini agar tidak hanya terkenal di Gowa tapi juga dapat dikenal di luar daerah.

e. Kemauan

Kemauan telah menjadi dinamika dan aktivitas manusia yang di arahhkan pada pencapaian hidup tertentu.Dasar dari sebuah usaha yang paling penting adalah kemauan dan tekad yang sungguh-sungguh di karenakan pada dasarnya tekad (kemauan) adalah landasan keberhasilan dalam sebuah usaha.Kemauan pasti ada dalam diri manusia, dimana kemauan merupakan keinginan pada setiap manusia untuk membentuk diri secara nyata dan tanpa terhalang.Para penjual gogos di Desa Kampili Kecamatan Pallangga, Kabupaten gowa memiliki keinginan atau tekad menjual gogos untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari walaupun dengan pas-pasan.Sehinggal masyarakat yang menjalani penjualan gogos tersebut memiliki kemauan yang tinggi untuk menjual gogos di pinggir jalan dengan saingan yang terdapat disepanjang jalan kampili tersebut.

Selain itu jika di kaitkan dengan teori weber yaitu dalam tindakan ini tindakan khusus aktor ditempatkan pada suatu urutan motivasi yang bisa dimengerti, dan pemahamannya bisa dianggap sebagai suatu penjelasan dari kenyataan berlangsungnya perilaku.

2. faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan usaha para pedagang makanan tradisional gogos di desa kampili, kecamatan pallangga, kabupaten gowa.

Berdasarkan hasil wawancara, maka ditemukan ada 5 faktor pendukung pengembangan usaha pedagang makanan tradisional gogos di Desa Kampili Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, yaitu :

Faktor pendukung pengembanga usaha para pedagan makanan tradisional gogos di desa kampili,kecamatan pallangga, kabupaten gowa karna cara pembuatan gogos mempunyai rasa yang berbeda dari daerah lainsedangkan.

Faktor penghambat jarak penjual gogos di desa kampili ini berdekatan, sehingga mereka hanya mengandalkan kesabaran dalam menjual gogos.

Selain itu dampak positif untuk menarik perhatian konsumen (pembeli) serentak dengan cara menjual gogos dengan harga Rp.3000/biji dan ukuran gogos yang sama supaya pembeli merasa puas dan menarik. Selain itu dampak negatif banyak persaingan dalam menjual gogos jadi penjual gogos tidak bisa untung besar karna penjul gogos berdempet-dempetan jadi kita sebagai penjual gogos jika ada konsumen (pempeli) ingin membeli gogos penjual ber bondong-bondong melayaninya agar pembeli berminat untuk membeli.

Pedagang makanan tradisional gogos memilih berjualan gogos karna bahanya mudah di dapat maka dari itu saya memilih menjual gogos. Maka bengitu pun dengan cara pembuatanya sangat mudah bagi saya karna nenek moyan saya mengajari saya membuat gogos dari kecil sampe sekarang, maka dari itu saya meneruskanya untuk menjual gogos di pinggir jalan ini karna lokasinya juga sangat memungkingkan untuk menjual makanan tradisional gogos.

Selain itu konsumen (pembeli) masih banyak sekali yang minat untuk membeli gogos dan mencicipinya karna gogos ini sangat enak dan gurih.Bagi pembeli makanan tradisional gogos ini sangat enak dan murah hanya Rp.3000/biji.

Masyarakat pedagang makanan tradisional gogos di desa kampili,kecamatan pallangga, kabupaten gowa, selama menjual gogos tidak perna mengalami kerugian yang sangat serius karna bisah mengkontrol (mengatasi) bahan-bahan yang dibuat untuk membuat gogos yang akan di jual dan bisa melihat setuasi dan kondisi pembeli yang hari esokanya maka dari itu tidak perna mengalami kerugian yang sangat serius sampe sekarang.

Dalam pembuatan gogos bagi penjualan gogos di desa kampili sangat mudah dikarnakan mereka membuat dan menjual setiap hari.Mereka membuat gogos dengan cara menual maka penjual makana tradisional gogos ini sangat cekatan (lincah) dalam membuat gogos dengan tangan mereka sendiri dan dari bahan alami yang mudah di jumpai atau di temukan di sekitar kita.

Para penjual gogos di desa kampili, kecamatan pallangga, kabupaten gowa harus mengantongi surat izin dari pemerintah setempat. Meskipun penjualan kuliner ini merupakan usaha yang termasuk kedalam usaha pedagang kaki lima.

Dokumen terkait