BAB II. KAJIAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
3. Konsep Dasar Implementasi Budaya Religius Dalam
a. Olah hati terdiri dari beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patrioti;
b. Olah pikir terdiri dari cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktyif, reflektif;
c. Olah raga terdiri dari bersih, sehat, sportif, tangguh andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria,, dan gigih;
d. Olah rasa dan karsa terdiri dari kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air, bangga menggunakan bahasa dan produk indonesia, dinamis, kerja keras dan beretos kerja.
Dari nilai-nilai karakter di atas, kemendikbud mencanangkan empat nilai karakter utama yang menjadi ujung tombak penerapan karakter di kalangan peserta didik di sekolah, yakni jujur (olah hati), cerdas (olah pikir), tangguh (olah raga), dan peduli (olah rasa dan karsa).
3. Konsep Dasar Implementasi Budaya Religius Dalam membentuk
Islam pada awal kejayaan Islam, jauh dari aktivitas masyarakat sosial sekarang). Maka sikap yang tepat adalah melestarikan hal yang baik dari masa lampau dan mencari hal baru yang lebih baik lagi.64
Berdasarkan pernyataan ini, sebagai manusia yang berbudaya tidak perlu kaku dalam mengimplementasikan budaya-budaya yang diduga kuat akan memberikan dampak positif dalam kehidupannya.
Mengimplementasikan budaya dengan baik dan benar bukan berarti harus mengabaikan kebiasaan-kebiasaan lama kemudian selalu mengapresiasi kebiasaan-kebiasaan yang baru. Akan tetapi prinsipnya adalah mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama yang berdampak baik kemudian mengambil kebiasaan-kebiasaan baru atau kebudayaan baru yang memberi manfaat dalam kehidupannya. Manfaat pada dirinya dan bermanfaat bagi orang lain. Mengingat pentingnya budaya religius, maka budaya religius perlu diimplementasikan dengan baik dan proporsional.
Mengimplementasikan sebuah nilai bukan hanya sekedar melaksanakan sebuah aktivitas dan kegiatan namun juga harus mengikuti mendasarkan norma-norma dan peraturan-peraturan yang telah disepakati. Karena Inti dari implementasi adalah adanya aktivitas, aksi, tindakan, dan mekanisme dari suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar
64Ali Maschan Musa,NU, Agama dan Demokrasi (Surabaya:Pustaka Dai Muda bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2002),150.
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh (penuh komitmen) berdasarkan acuan normatertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.24
Berdasarkan tataran teori implementasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi budaya religius di sekolah dapat dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan berupa budaya 4 S.
1. Senyum
Senyum meruapakan salah isyarah yang menggambarkan kelembutan hati seseorang senyum bukan hanya bisa memberi kebahagiaan bagi orang yang melakukannya tapi juga bagi orang lain. Selain itu senyum merupakan salah satu tanda mulianya akhlak dan budi pekerti seseorang. Karena itu maka senyum merupakan bagian dari pada shodaqah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad SAW.
ٌﺔَﻗَﺪَﺻ ﻚَﻟ َﻚﻴِﺧَأ ِﻪْﺟَو ِﰲ َﻚُﻤﱡﺴَﺒَـﺗ
Artinya “Senyummu di depan saudaramu, adalah sedekah bagimu”(
H.R. Tirmidzi).65 2. Sapa
Dalam kamus besar bahasa Indonesia sapa dimknai sebagai perkataan untuk menegur (mengajak bercakap-bercakap dan sebagainya). Terlepas dari pengertian sapa merupakan salah budaya yang harus terus menerus dibudayakan. Karena sapa atau menyapa menunjukkan suatu terjalinnya suatu keakraban. Bertegur sapa menunjukkan seseorang tidak memutus
65 Imam Turmudzi. Sunan Turmudzi (Bandung: CV Diponegoro),1956
silaturrahim. Tidak bertegur sapa atau memutuskan hubungan dengan sesama muslim tidak dibolehkan; karena Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
َِﳛ َﻻ ِﻟ َﺮ ﱡﻞ ُﺟ ٍﻞ ْن َأ ُـﻳ ْﻬ َﺮ َأ ِﺠ َﺧ ُﻩﺎ َا ْﻟ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ُﻢ َـﻓ ْﻮ َق َﺛ َﻼ َـﻳ ، ٍث ْﻠ َﺘ ِﻘ َﻴ َـﻓ ُـﻴ ِنﺎ ْﻌ ِﺮ ُض َﻫ َو ا َﺬ ُـﻳ ْﻌ ِﺮ ُض َﻫ َﺬ ا
َو َﺧ ْـﻴ ُﺮ َا ﺎ َُﳘ
ّﻟ ِﺬ ْي ُـﻳ ْﺒ ِﺪ ُأ ِﺑ ﱠﺴﻟﺎ َﻼ ِم
Artinya: “Tidak halal bagi seseorang apabila ia memutuskan hubungan dengan saudaranya sesama muslim melebihi tiga hari, keduanya saling bertemu namun saling mengacuhkan satu sama lain dan yang terbaik dari keduanya adalah yang memulai menegur dengan mengucapkan Salam.”.66
3. Salam,
Makna salam adalah selamat, tanda hormat, ucapan selamat/takzim.
Mengucapkan salam merupakan hal yang penting untuk terus menerus dibudayakan karena salam pada hakikatnya adalah do’a. Pada dasarnya mengucapkan salam adalah amal yang sangat dianjurkan. Terkait dengan salam, Allah SWT. Mengeaskan sebagai berikut.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. {Qs. An-Nur (24): 27}.67
Ayat ini memberikan penegasan bahwa mengucapkan salam dan memberi salam adalah budaya yang perlu dibiasakan. Oleh karena itu budaya merupakan salam adalah perekat terbangunnya karkter religius.
66 Imam Bukhari. Hadits Shohih Bukhari. No. 5727
67 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 547
4. Sopan Santun.
Sopan artinya hormat dengan takzim menurut adat yang baik.
Orang yang membudayakan sikap sopan akan tertanam dalam dirinya rasa hormat dan saling menghormati baik kepada temannya maupun kepada gurunya. Hormat kepada guru dengan cara mencium tangannya ketika bertemu merupakan salah satu aplikasi nyata dimilikinya sikap sopan.
Santun artinya baik dan halus budi bahasa serta tingkah lakunya. Pengertian ini menunjukkan bahwa santun bukan hanya berkaitan denagan tutur kata yang baik dan halus tapi juga berkaitan dengan tingkah laku (perilaku). salah satu tanda dimilikinya sikap santun adalah mengedapankan etika dalam berucap dan berbuat. Dalam kontek di lingkungan sekolah membudayakan sikap sopan santun sangatlah penting terutama bagi peserta didik kepada pendidiknya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam az-zarnuji sebagai berikut.
Artinya: “Ketahuilah, bahwasanya peserta didik (santri) tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan bermanfaat ilmunya, kecuali dengan menghormati/mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.68
b. Implementasi Budaya Religius dalam membentuk karakter kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan sungguh- sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas
68 Imam az-Zarnuji, Ta’liim al-Muta’allim Thoriiq al-Ta’lim (Semarang: Karya Putra), 16
kewajiban serta berprilaku sebagaimana mestinya menurut aturan- aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu. Realisasinya harus terlihat (menjelma) dalam perbuatan atau tingkah laku yang nyata, yaitu perbuatan tingkah laku yang sesuai dengan aturan-aturan tata karma yang semestinya.
Kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam mendidik karakter. Banyak orang sukses dengan menegakkan kedisiplinan.
Sebaliknya, banyak upaya membangun sesuatu tidak berhasil karena kurang atau tidak disiplin. Banyak agenda yang telah ditetapkan tidak dapat berjalan karena kurang disiplin.69
Menurut Mac Millan: Kedisiplinan berasal dari Bahasa latin
“Disciplina” yang menunjukkan pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan istilah Bahasa Inggrisnya yaitu “Discipline”
yang berarti 1)tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral; 3) Hukuman yang diberikan untuk melatih dan memperbaiki;
4) Kumpulan atau sistem- sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.70
Berdasarkan uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah sikap seseorang yang menunjukkan ketaatan atau
69 Hidayatullah, M. Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta:
Yuna Pustaka, 2010), hlm. 45.
70 Kedisiplinan Sarana Meningkatkan Hasil Belajar (http://www.kompasiana.com, diakses Jum’at, 30 Maret 2019 jam 15:26)
kepatuhan terhadap perturan atau tata tertib yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati dan kesadaran diri. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan. Jadi disiplin itu tidak tumbuh dengan sendirinya, tapi melalui kebiasaan dan latihan.71 Disiplin mempunyai tiga aspek:
a) Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.
b) Pemahaman yang baik mengenai system atau perilaku, norma, etika, dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam bahwa ketaatan akan aturan tadi merupakan syarat mutlak mencapai sukses.
c) Sikap kelakukan yeang wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.72
Disiplin itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang di dalm system nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat.
Terdapat unsur pokok yang membentukdisiplin, yakni sikap yang telah ada pada diri manusia dan nilai budaya yang ada di dalam masyarakat.
71 Irmin, Soejitno & Rochim, Abdul, Membangun Disiplin Diri Melalui Kecerdasan Sproituak dan Emosional, (Jakarta: Batavia Press, 2004, Cet 1), hlm. 75.
72 Irmin, Soejitno & Rochim, Abdul, Membangun Disiplin Diri Melalui Kecerdasan Sproituak dan Emosional…, 5
Sikap atau attitude tadi merupakan unsur yang hidup d dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tigkah laku atau pemikiran. Sedangkan system budaya nilai (cultural value system) merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai pedoman bagi kelakua manusia.
2. Jenis-jenis Disiplin
Ditinjau dari ruang lingkup berlakunya ketentuan atau peraturan yang harus dipatuhi, maka disiplin dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Disiplin Diri
Disiplin diri (disiplin pribadi atau swadisiplin), yaitu apabila peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan itu hanya berlaku bagi diri seseorang. Misalnya disiplin, belajar, disiplin bekerja, dan disiplin beribadah. Disiplin diri (self- discipline) adalah kontrol diri dari konsistensi diri.73
b. Disiplin Sosial
Disiplin social adalah apabila ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan itu harus dipatuhi oleh banyak orang atau masyarakat. Misalnya disiplin lalu lintas, dan disiplin menghadiri rapat.
73 Danim, Sudarman, Pengantar Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2011), hlm. 137.
c. Disiplin Nasional
Disiplin nasional apabila peraturan-peraturan atau ketentuan- ketentuan itu merupakan tata laku bangsa atau norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dipatuhi oleh seluruh rakyat.
Misalnya disiplin membayar pajak, dan disiplin mengikuti upacara bendera.74
2. Indikator Karakter Disiplin
Indikator dari nilai disiplin ialah: (a)Membiasakan hadir tepat waktu, (b) Membiasakan mematuhi aturan, dan (c) Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan75 sedangkan E. Mulyasa membagi disiplin belajar menjadi empat macam, yaitu; ketaatan terhadap waktu belajar, ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran, ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan ketaatan menggunakan waktu datang dan pulang”.76
Berdasarkan pendapat yang telah disebutkan, maka dapat kita ketahui bahwa indikator dari nilai disiplin pada dasarnya ialah disiplin waktu, disiplin menegakkan peraturan, dan disiplin perilaku. Hal tersebut diungkapkan juga oleh Jamal Ma’mur bahwa dimensi dari
74 Mas’udi, Asy, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: PT Tiga Serangkai, 2000), hlm. 88-89.
75 Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 26
76 E. mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 191
disiplin ialah disiplin waktu, disiplin dalam aturan, disiplin sikap, dan disiplin ibadah. 77
a. Disiplin Waktu.
Disiplin waktu artinya adalah menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektit dan semanfaat mungkin. Artinya menggunakan waktu secara efektif dan efesien dalam melaksanakan tugas, kewajiban, dan tanggung jawabnya.
Menggunakan waktu secara efektif artinya menggunakan waktu setepat mungkin. sedangkan Istilah efisien dalam kamus bahasa indonesia artinya adalah rapi, cermat, paling sesuai, tepat, hemat waktu, biaya, dan tenaga.78 Disiplin waktu sangatlah penting.
orang yang memiliki disiplin waktu termasuk orang yang beruntung. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an mengenai pentingnya disiplin waktu sebagai berikut.
Artinya: “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)” {Qs. Al- Lail (92): 1}.79
Artinya: “Demi fajar”{Qs. Al-Fajr (89): 1}.80
77 Jamal Ma’mur Asmani,Pendidikan Karakter di Sekolah (jogjakarta: Diva press, 2011), 94
78Pius A Paratanto dan M. Dahlan Al-Barry,. Kamus Iilmiah Populer (Surabaya: Arkola Surabaya2001), 129
79 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 1067
80 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan …, 1057
Artinya; “demi waktu matahari sepenggalahan naik” {Qs. Al- Dhuhah (93): 1}.81
Artinya: “(1)demi masa, (2)Sesungguhnya manusia itu benar- benar dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran {QS. Al-Ashr:
(103): 1-3}.82
Ketika Allah shubhaana wa ta’ala bersumpah dengan sesuatu dari makhluk-Nya, maka hal itu menunjukkan urgensi dan keagungan hal tersebut. Dan agar manusia mengalihkan perhatian mereka kepadanya sekaligus mengingatkan akan pentingnya dan manfaatnya yang besar. Karena itu disiplin waktu akan memberi manfaat dan keberuntungan yang besar.
b. Disiplin Aturan.
Aturan atau peraturan adalah perangkat yang berisi patokan dan ketentuan untuk dijadikan pedoman yang merupakan hasil dari keputusan yang telah disepakati dalam suatu organisasi yang bersifat mengikat, membatasi dan mengatur dan harus ditaati serta harus dilakukan untuk menghindari sangsi dengan tujuan
81 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan …, 1070
82 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan …, 1099
menciptakan ketertiban, keteraturan, dan kenyaman”.83 Taat pada aturan artinya mematuhi peraturan yang sudah ditentukan. Terkait dengan aturan Dalam al-Qur’an Allah swt. Menegaskan
Artinya: ” Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya {Qs. An-Nisa’
(4): 59}.84
ayat di atas memberikan penegasan bahwa setiap orang diperintahkan untuk mentaati aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah, Rasul Allah, dan para pemimpin. Karena itu mentaati aturan adalah termasuk disiplin dalam aturan.
c. Disiplin Sikap.
Sikap artinya adalah perilaku. dalam bahasa arab disebut dengan akhlaq. sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau
83 http/definisi aturan/peraturan. Diaskes jam 07.00 tanggal 17 Mei 2019
84 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 128
kelompok.85 Dalam implementasinya disiplin sikap dalam pendidikan karakter membutuhkan contoh secara konkrit dan aplikatif. Yang dalam bahasa al-Qur’an dikenal dengan istilah uswah hasanah. Uswah hasanah artinya adalah keteladan yang baik.
Keteladanan merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki oleh pendidik. Menurut Jamal Ma’mur dalam pendidikan karakter, keteladanan yang dibutuhkan oleh pendidik, yaitu berupa konsistensi dalam menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya, kepedulian tehadap nasib orang-orang yang tidak mampu, kegigihan dalam meraih prestasi secara individu dan sosial, ketahanan dalam menghadapi tatantangn, rintangan, godaan, serta kecepatan dalam bergerak dan beraktualisasi. Selain itu, dibutuhkan pula kecerdasan pendidik dalam membaca, memanfaatkan, dan mengembangkan peluang secara produktif dan kompetitif.86 Dalam hal ini Allah swt. Berfirman dalam al-Qur’an
Artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. {al - Ahzab (33), 21}.87 Ayat ini menegaskan bahwa disiplin dalam sikap membutuhkan contoh dan keteladanan yang baik.
85 https://makna dan difinisi tentang sikap/ diakses pada tanggal 17 mei 2019
86Jamal Ma’mur Asmani,Pendidikan Karakter di Sekolah (jogjakarta: Diva press, 2011), 74-75
87Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Surabaya: Alhidayah, 1971), 670
d. Disiplin Menjalankan Ibadah.
Ibadah artinya menghambakan diri kepada Allah swt. Pada dasarnya Ibadah dalam arti luas dapat dibagi menjadi dua yaitu ibadah kepada Allah dan kepada sesama manusia. Dalam melaksanakan ibadah dibutuhkan kedisiplinan. Disiplin menjalankan ibadah artinya melaksanakan ibadah sesuai dengan waktunya. Misalnya seperti sholat dll. Terkait dengan disiplin dalam melaksanakan ibadah, Allah swt. Dalam al-Qur’an menegaskan sebagai berikut.
Artinya; “peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'” {Qs Al-Baqarah (2): 238}.88
Terkait dengan disiplin Ibadah, dalam ayat lain Allah berfirman sebagai berikut
Artinya “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” {Qs. An-Nisa’
(4): 103}.89
88 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 58
89 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan …, 138
Ayat di atas memberikan penegasan bahwa sebagai seorang hamba harus disiplin dalam melaksanakan Ibadah termasuk melaksanakan sholat sesuai dengan waktunya. Hal ini semakin mempertegas pentingnya disiplin dalam melaksanakan Ibadah, baik Ibadah kepada Allah SWT. Maupun kepada sesama manusia.
C. Kerangka Konseptual
Kerangka adalah Suatu hubungan atau kaitan antara konsep – konsep atau variable – variable yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilaksanakan.
Kerangka Konseptual Implementasi Budaya Religius dalam membentuk Karakter Peserta Didik di SMP Negeri 2 Tenggarang
Konteks Penelitian
Fokus Penelitian
Bagaimanakah bentuk-bentuk budaya religius dalam
membentuk karakter religius peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggarang?
Bagaimanakah bentuk- bentuk budaya religius dalam membentuk karakter disiplin peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggarang?
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk budaya religius dalam membentuk karakter religius peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggarang 2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk budaya religius dalam membentuk
karakter disiplin peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggarang Teori: Budaya Religius, karakter
religius, dan karakter disiplin Metode Penelitian Paparan dan Analisis Data Temuan Penelitian
1. Bentuk-bentuk budaya religius dalam membentuk karakter religius peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggarang
2. Bentuk-bentuk budaya religius dalam membentuk karakter disiplin peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggarang
Kesimpulan dan Saran
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kulitatatif deskriptif. penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.90
Pendekatan ini digunakan untuk menggambarkan secara mendalam tentang budaya religius dalam membentuk karakter peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggarang yang meliputi: Bentuk-bentuk implementasi budaya religius dalam membentuk karakter religius peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggrang dan Bentuk-bentuk implementasi budaya religius dalam membentuk karakter disiplin peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggrang.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study). Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan bahwa study kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem
90Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 54.
yang bisa berupa program, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang terkait oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu.91
Jenis penelitian ini digunakan dengan alasan karena studi ini lebih menekankan pada sistem, program, kegiatan, dan peristiwa yang terjadi di SMP Negeri 2 Tenggarang yang mencakup pada; Bentuk-bentuk implementasi budaya religius dalam membentuk karakter religius peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggrang dan Bentuk-bentuk implementasi budaya religius dalam membentuk karakter disiplin peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggrang .
B. Lokasi Penelitian
SMP Negeri 2 Tenggarang Bondowoso merupakan salah satu lembaga formal yang berada di kabupaten Bondowso. Terletak di Jl. Raya Situbondo No.96, Krajan, Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Lokasi ini dipilih karena memiliki kelebihan yaitu terkait dengan budaya religius.
1. Melaksanakan sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur berjamaah
2. Penanaman rasa cinta terhadap Al Qur’an dengan mengadakan kegiatan Baca tulis Al Qur’an, Khotmil qur’an, mengadakan kajian keagamaan.
3. Membiasakan bersedekah.
C. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif merupakan suatu keharusan.
Karena penelitian ini lebih mengutamakan temuan observasi terhadap fenomena yang ada maupun wawancara yang dilakukan peneliti sendiri sebagai
91Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 64.
instrumen peneliti (key instrumen) pada latar alami penelitian secara langsung.
Untuk itu, kamampuan pengamatan peneliti untuk memahami fokus penelitian secara mendalam sangat dibutuhkan dalam rangka menemukan data yang optimal dan kridibel, itulah sebabnya kehadiran peneliti untuk mengamati fenomena-fenomena secara intensif ketika berada di tempat penelitian merupakan suatu keharusan.
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif cukup menentukan dalam hasil penelitian. Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti hadir secara langsung ke lembaga yang diteliti yakni SMP Negeri 2 Tenggarang dengan membawa segala peralatan yang dibutuhkan sebagai seorang peneliti.
D. Subjek Penelitian
Teknik yang digunakan dalam subyek penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi atau data-data tentang Budaya Religius dalam membentuk karakter peserta didik, yang mencakup Bentuk-bentuk implementasi budaya religius dalam membentuk karakter religius peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggrang dan Bentuk-bentuk implementasi budaya religius dalam membentuk karakter disiplin peserta didik di SMP Negeri 2 Tenggrang.
Sedangkan subyek penelitian dalam penelitian ini, yaitu;
1. Kepala sekolah SMP Negeri 2 Tenggarang Bondowoso, bapak Drs.
Muchsin, M.Pd
2. Wakasek bidang kesiswaan, Bapak Ridho Kurniawan S.Pd