• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen PDF TESIS - digilib.uinkhas.ac.id (Halaman 128-170)

BAB VI. PENUTUP

B. Saran

Saran merupakan hal yang sangat urgen untuk diberikan dalam rangka membangun suatu aktivitas ke arah yang lebih baik dan sempurna. adapun saran yang dapat peneliti berikan kepada pihak-pihak terkait adalah sebagai berikut.

1. Kepala SMP Negeri 2 Tenggarang

Hendaklah senantiasa memberi dukungan penuh kepada guru PAI dan Budi Pekerti untuk mengimplementasikan budaya religius dalam membentuk karakter religius dan dan disiplin peserta didik dan senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dorongan, dan motivasi kepada peerta didik untuk menjadi manusia yang berkarakter.

2. Waka Kesiswaan SMP Negeri 2 Tenggarang

Hendaklah senantiasa memberikan dukungan kepada setiap upaya dalam Implementasi budaya Religius dalam membentuk karakter religius dan disiplin peserta didik.

3. Guru PAI SMP Negeri 2 Tenggarang

Guru PAI dan Budi Pekerti untuk selalu memotivasi, mendorong, dan mengarahkan peserta didik untuk selalu membiasakan aktivitas yang dapat menjadikan peserta didik memiliki karakter religius dan disiplin.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. jogjakarta: Diva press

Asri, Budiningsih. 2004. Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta

Asy, Mas’udi. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta:

PT Tiga Serangkai

Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2010, diakses 30 maret 2015 Basri, Hasan. 2009. Filsafat pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Balai Pustaa

Drajat, Zakiah. 1979. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang

Hornby. 1974. Oxford advanced Learners’s Dictionary of Current English.

Oxford University Press. Gret Britain

http:/analisi-data-penelitian-kualitatif-kacamatapustaka.com diakses 24 Mei 2019 http/definisi aturan/peraturan. Diaskes jam 07.00 tanggal 17 Mei 2019

https://makna dan difinisi tentang sikap/ diakses pada tanggal 17 mei 2019

Imam az-Zarnuji, Ta’liim al-Muta’allim Thoriiq al-Ta’lim. Semarang: Karya Putra

Imam Bukhari. Hadits Shohih Bukhari. No. 5727

Imam Turmudzi. Sunan Turmudzi. Bandung: CV Diponegoro

Kedisiplinan Sarana Meningkatkan Hasil Belajar (http://www.kompasiana.com, diakses Jum’at, 30 Maret 2019 jam 15:26)

Kementerian Agama RI. 1971. Al-Qur’an dan terjemahnya. Surabaya: Alhidayah

Lickona, Thomas. 2012. Character Matters (Persoalan Karakter): Bagaimana Membantu Anak Mengembangkan Penilaian yang Baik, Integritas, dan Kebajikan Penting Lainnya. Jakarta: Bumi Aksara.

M. Echols, John dan Shadily, Hassan Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Jakarta

M. Furqon , Hidayatullah. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuna Pustaka

Madjid, Nurcholis. 1997. Masyarakat Religius. Jakarta: Paramadina

Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. yogyakarta: Fakultas tarbiyah dan keguruan SUKA bekerjasama dengan Pustaka Pelajar

Miles, Matthew B. dan Huberman, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Press.

Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Munawwir , A. W. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Surabaya: pustaka progressif

Musa, Ali Maschan. 2002. NU, Agama dan Demokrasi. Surabaya:Pustaka Dai Muda bekerjasama dengan Pustaka Pelajar

Nashir, Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya.

Yogyakarta: Multi Presindo

Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta:UIPress Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Ndraha, Taliziduhu. 1997. Budaya Pemerintahan dan Dampaknya Terhadap Pelayanan Masyarakat. Jakarta. Jurnal Ilmu Pemerintahan Edisi Ketiga Ouchi G, William & Alan L, Wilkins. 1985. Organizational Culture. Annual

Review of Sociology

Paratanto, Pius A dan Al-Barry, M. Dahlan. 2001. Kamus Iilmiah Populer.

Surabaya: Arkola Surabaya

Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. yogyakarta: Fakultas tarbiyah dan keguruan SUKA bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2013

Permana, Johar 2011. Pendidikan Karakter: Teori dan Praktek di Sekolah.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rahmani Abdi. Membangun Nilai-Nilai Budaya Dalam Pendidikan: Inspirasi Dari Novel “Sang Pemimpi” Karya Andrea Hirata(Jurnal Al-Risalah, Volume 5, Nomor 2, Juli – Desember 2009)

Rochim, Irmin, & Abdul. 2004. Membangun Disiplin Diri Melalui Kecerdasan Sproituak dan Emosional. Jakarta: Batavia Press

S Sunarti. 2008. Nilai-Nilai Budaya Dalam Novel Tiba-Tiba Malam. Karya Putu Wijaya:

Samani, Muchlas 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sayyid Syarif Abdillah bin Alawai, Risalah al-Mu’awanah. Surabaya: Maktabah al-Hidayah

Setiadi, Elly M. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Soekamto, Sarjono. 2000. Kamus Sosiologi. Jakarta: RajawaliPress

Sudarman, Danim. 2011. Pengantar Pendidikan, (Bandung: ALFABETA,), hlm.

137.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Supriadi, Dedi. 2008. Seajarah peradaban islam. Bandung: Cv Pustaka Setia Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta:Kencana

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Arruzz Media

Syarifuddin. 2016. Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam. yogyakarta Syekh Nawawi al-Jawi. Muroqiyul ‘Ubudiyah. urabaya: Nurul Hidayah

Tim Penulis Rumah Kitab. 2014. Pendidikan karakter Berbasis Tradisi Pesantren. Jakarta: Rene Book

Tinjauan Semiotik. prints.ums.ac.id/2357/1/A310040041.pdf. Diunduh pada tanggal 31 Desember 2017.

Undang-Undang Sekretariat Negara RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wibowo, Agus 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar,),

Zayadi, 2001. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Pramedia Group

A. VISI SEKOLAH :

“Unggul dalam prestasi dilandasi iman dan takwa serta terwujudnya sekolah sehat, berbudaya dan peduli lingkungan”

B. MISI SEKOLAH

1. Meningkatkan mutu pembelajaran

2. Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan pendekatan CTL

3. Membekali siswa dengan ketrampilan hidup teknologi informatika

4. Melaksanakan peningkatan profesionalitas pendidikan dan tenaga kependidikan

5. Melaksanakan pengembangan sarana / prasarana dan fasilitas sekolah 6. Melaksanakan manajemen sekolah yang partisipatif dan akuntabel

(Manajemen Berbasis Sekolah)

7. Melaksanakan pengembangan sistem penilaian yang sesuai dengan KTSP

8. Melaksanakan upaya-upaya penggalangan biaya pendidikan

9. Membudayakan karakter ketakwaan, kedisiplianan, dan kepribadian yang mulia

10.Menyediakan makanan sehat dan terbebas 5 P (Pengenyal, Pewarna, Penyedap, Pengawet, Pemanis) di kantin sekolah

11. Menggolongkan, mengelola dan memanfaatkan sampah.

12. Mengelola sumber daya air dengan efisien

13.Mengembangkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan motivasi yang mengarah pada sikap, nilai-nilai dan mentalitas hidup sehat, cinta dan peduli lingkungan

14. Menciptakan lingkungan sekolah sebagai tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah. masyarakat sekitar.

1. Biasakan mengawali kegiatan dengan berdoa

2. Biasakan melangkahkan kaki untuk kebaikan dengan kaki kanan

3. Biasakan makan dengan tangan kanan

4. Biasakan membasuh tangan sebelum dan sesudah makan 5. Biasakan membuang sampah pada tempatnya

6. Biasakan menjaga kebersihan dan kesehatan 7. Biasakan mengahiri kegiatan dengan berdoa.

“Kemalasan adalah sumber air mata kesengsaraan; Kerajinan,

kesungguhan, ketekunan dan kesabaran adalah mata air

kebahagiaan”.

A. KEWAJIBAN – KEWAJIBAN

1. Hal Masuk Sekolah

a. Hari senin siswa wajib datang di sekolah sebelum pukul 06:30 WIB dan pada hari selasa sampai hari sabtu sebelum pukul 07.00 WIB.

b. Setelah tanda masuk berbunyi, siswa wajib memasuki kelas dan duduk di kursi masing- masing dengan rapi.

c. Siswa yang terlambat datang ke sekolah, boleh masuk kelas setelah memperoleh izin masuk dari guru piket.

d. Siswa tidak masuk sekolah, diharuskan mengirim surat dari orang tua atau Keterangan dokter jika sakit kepada sekolah.

e. Siswa yang absen hanya karena sungguh-sungguh sakit atau keperluan sangat penting.

f. Urusan keluarga harus dikerjakan di luar sekolah atau waktu libur sehingga tidak menggunakan hari sekolah.

g. Siswa yang absen karena alasan sakit berlaku 3 hari, lebih dari 3 hari harus menggunakan Surat Keterangan Dokter.

h. Siswa yang absen karena alasan kepentingan keluarga hanya berlaku maksimal 2 hari dan harus izin langsung ke sekolah.

i. Siswa yang absen dan tidak dapat mengirim surat ke sekolah dapat

memberitahukan melalui telepon sekolah dan ketika masuk sekolah segera menyerahkan surat izin susulan dengan membawa surat-surat yang diperlukan (Surat Dokter atau Orang Tua).

2. Pakaian seragam

Siswa wajib mengenakan pakaian seragam sekolah dengan ketentuan sebagai berikut :

A. Ketentuan Umum

a. Hari Senin dan Selasa memakai seragam putih biru lengkap dengan atribut, dasi, ikat pinggang hitam, topi pada saat upacara hari senin, kaos kaki putih berlogo SMP Negeri 2 Tenggarang dan sepatu hitam.

b. Hari Rabu dan Kamis memakai seragam almamater lengkap dengan atribut, dasi, ikat pinggang hitam, kaos kaki putih berlogo SMP Negeri 2 Tenggarang dan sepatu hitam.

c. Hari Jumat dan Sabtu memakai seragam pramuka lengkap dengan atribut, kaos kaki hitam berlogo SMP Negeri 2 Tenggarang dan sepatu hitam.

d. Seluruh siswa wajib memakai atribut, dasi, topi pada saat upacara, ikat pinggang hitam, kaos kaki berlogo SMPN 2 Tenggarang.

e. Atribut terdiri dari nama dada, badge, tanda lokasi (kelas VII hijau, kelas VIII Kuning dan kelas IX merah).

f. Saat pembelajaran Penjasorkes siswa dibolehkan memakai sepatu olahraga selain warna hitam dan setelah pembelajaran penjasorkes selesai, maka siswa diwajibkan bersepatu hitam lagi.

g. Seragam olahraga hanya dipakai pada saat pembelajaran berlangsung dan tidak diperkenankan memakai seragam olahraga dari rumah.

h. Topi hanya dipakai saat upacara dan tidak dicoret-coret.

B. Khusus laki-laki

di Mushola.

C. Khusus Perempuan

a. Baju dimasukkan kedalam rok.

b. Panjang rok hingga mata kaki.

c. Bagi yang berjilbab, panjang rok sampai mata kaki dan warna jilbab untuk hari Senin sampai Selasa warna putih, Rabu sampai Kamis warna jilbab disesuaikan dengan warna rok almamater, Jumat sampai Sabtu warna jilbab coklat tua.

d. Jenis jilbab instan (langsung pakai untuk muslimah).

3. Perilaku, Ketertiban/Kedisiplinan dan Kerapian

3.1. Siswa wajib melaksanakan kegiatan keagamaan di sekolah antara lain:

a. Sholat sunnah Duha dan sholat Duhur berjamaah.

b. Jumat Religi.

c. Peringatan hari besar Islam bagi yang beragama Islam.

d. Untuk siswa penganut agama selain Islam akan diatur oleh sekolah.

3.2. Siswa wajib melaksanakan prinsip 4S ; Senyum, Salam, Sopan, Santun kepada seluruh warga sekolah dan tamu dari luar.

3.3. Siswa wajib menjaga nama baik diri sendiri, orang tua, guru dan karyawan di dalam maupun di luar sekolah.

3.4. Taat kepada kepala sekolah, guru, karyawan, semua civitas sekolah, dan orang tua.

3.5. Siswa wajib menjaga, memelihara, merawat semua sarana dan prasarana sekolah dan barang pribadi orang lain.

3.6. Siswa melaksanakan 7 K (Ketaqwaan, Kebersihan, Kesehatan, Ketertiban, Keamanan, Kekeluargaan dan Kerindangan) .

3.7. Siswa wajib mengikuti pembelajaran dan kegiatan sekolah dengan penuh tanggung jawab dan berdisiplin tinggi.

3.8. Siswa kelas VII dan VIII wajib mengikuti pengembangan diri Pramuka dan diperbolehkan mengikuti 2 jenis pengembangan diri yang telah dipilih lainnya.

3.9. Siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib dan sungguh-sungguh.

3.10. Siswa putra wajib merawat rambut dengan teratur, potong pendek dan rapi.

Siswa Putri wajib untuk tidak berhias dan tidak mengenakan perhiasan berlebihan.

3.11. Siswa wajib memelihara kebersihan diri, kelas dan lingkungan sekitar.

3.12. Menempatkan sepeda di tempat yang ditentukan dalam keadaan terkunci.

3.13. Mematuhi tata tertib yang berlaku khusus di laboratorium, perpustakaan, UKS, ruang media, musholla dan ruang-ruang penunjang pendidikan lainnya.

3.14. Mengikuti upacara hari Senin dan Hari Besar Nasional.

B. LARANGAN-LARANGAN

1. Siswa dilarang berada di luar kelas saat pembelajaran dan pergantian jam pembelajaran.

2. Siswa dilarang meninggalkan kawasan sekolah sebelum waktu yang ditentukan.

3. Siswa dilarang berkelahi, berbuat jahil, menghina, mengejek, berkata jorok, serta membuat keributan dan kekacauan dengan dalih apapun.

4. Siswa dilarang mengendarai sepeda motor ke sekolah.

5. Siswa dilarang membawa handphone ke sekolah.

6. Siswa dilarang mewarnai rambut.

9. Siswa dilarang bertato.

10. Siswa dilarang mengambil/mencuri barang orang lain atau milik sekolah.

11. Siswa dilarang melompat pagar dan merusak fasilitas sekolah.

12. Siswa dilarang mencoret tembok, dan mebeler milik sekolah.

13. Siswa dilarang membawa senjata tajam dan benda-benda lain yang berbahaya.

14. Siswa dilarangmembawa/menggunakan narkoba, sabu-sabu, minuman keras dan obat – obatan terlarang lainnya.

15. Siswa dilarang melakukan perbuatan asusila.

16. Siswa dilarang membawa, merokok di sekolah atau di luar sekolah.

17. Siswa dilarang membawa dan mempertontonkan buku bacaan/gambar yang bertentangan dengan agama dan negara.

18. Siswa dilarang melakukan tindakan kriminal.

19. Siswa dilarang bermain atau berada di lahan parkir sepeda siswa dan guru.

C.PELANGGARAN DAN SANKSI

Siswa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam tata tertib sekolah, dikenakan sanksi dan skor sebagai berikut:

No Sanksi Skor

1 Teguran Lisan Mulai 5 – 79

2 Peringatan Tertulis (Pemanggilan Orang Tua) 80 3 Skorsing 1 hari (Pemanggilan Orang Tua) 100 4 Skorsing 3 hari (Pemanggilan Orang Tua) 200 5 Skorsing 6 hari (Pemanggilan Orang Tua) 300 6 Dikembalikan kepada orang tua Lebih dari 300

JENIS PELANGGARAN SKOR

A. KATEGORI RINGAN

1. Terlambat datang ke sekolah lebih dari 10 Menit 10 2. Berada di luar kelas saat pembelajaran dan pergantian pelajaran 10 3. Memakai kopyah pada saat pembelajaran selain keagamaan 10 4. Tidak membawa buku sesuai jadwal pembelajaran 10 5. Berambut panjang untuk putra / tidak rapi (dinyatakan panjang apabila

rambut belakang melewati krah baju dan jika disisir kearah depan menutupi alis mata)

10

6. Memakai jaket, sweater atau rompi di sekolah tanpa ada izin dari wali

kelas atau guru piket 10

7. Tidak memakai seragam atau atribut sekolah sesuai ketentuan 20 8. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan (surat orang tua/Dokter/SMS) 20 9. Tidak mengerjakan tugas dari guru mata pelajaran atau pembina

pengembangan diri 20

10. Tidak mengikuti kegiatan pengembangan diri yang dipilihnya sendiri

atau yang ditentukan sekolah 20

dalam proses pembelajaran atau praktikum

15. Menerima tamu/teman tanpa seizin sekolah, kecuali orang tua/wali

siswa. 20

16. Membawa/menggunakan penghapus cair (tipe X) 20

17. Membawa/menggunakan penggaris yang terbuat dari besi 20

B. KATEGORI SEDANG

1. Memakai perhiasan dan berdandan berlebihan yang tidak sesuai

dengan kepribadian seorang pelajar 30

2. Mewarnai rambut, memelihara/mewarnai kuku dan bertato 30

3. Merusak barang milik orang lain 30

4. Melindungi teman berbuat salah 30

5. Mengganggu teman saat pembelajaran berlangsung atau melakukan

tindakan yang menghambat kelancaran kegiatan belajar mengajar 30

6. Berpacaran di lingkungan sekolah 50

7. Membuang sampah tidak pada jenis dan tempatnya 50 8. Tidak melaksanakan kegiatan sholat duha dan sholat duhur 50

9. Meninggalkan sekolah tanpa izin 50

10. Mengendarai kendaraan bermotor ke sekolah 50

11. Berbohong atau membuat pernyataan palsu 50

12. Membawa handphone (HP) kecuali mendapat izin dari guru atau

kegiatan praktikum di sekolah 50

13. Merayakan ulang tahun di lingkungan sekolah dengan cara yang tidak

wajar 50

14. Membaca komik, majalah, novel dan sejenisnya saat kegiatan belajar

mengajar berlangsung, kecuali mendapat tugas atau izin dari guru 50 15. Tidak mengikuti upacara (HUT RI) atau kegiatan di luar lingkungan

sekolah tanpa izin atau keterangan dari orang tua siswa atau wali siswa

50

16. Menulis surat/keterangan palsu ketika siswa tidak masuk 80 17. Berbicara kotor, mengumpat, bergunjing, menghina atau menyapa antar

sesama siswa atau warga sekolah dengan sapaan atau panggilan yang tidak senonoh atau memanggil nama siswa dengan nama orang tua

80

18. Bertindak tidak sopan terhadap Kepala sekolah, guru, karyawan atau

sesama teman 80

19. Menerobos atau melompat jendela, pagar sekolah 80 20. Merusak/mencoret sarana dan prasarana sekolah 80 21. Berkelahi, main hakim sendiri di lingkungan sekolah atau lingkungan

sekitarnya. 80

C. KATEGORI BERAT

1. Membawa atau merokok di lingkungan sekolah 100 2. Membawa, membaca atau mengedarkan bacaan, gambar sketsa,

audio atau video pornografi 100

3. Membawa senjata tajam atau alat-alat lain yang membahayakan keselamatan orang lain kecuali mendapat izin dari guru atau kegiatan

praktikum di sekolah

100

sekolah pada umumnya)

6. Memalsukan tanda tangan Kepala sekolah, orang tua, guru/karyawan 100 7. Melakukan penganiayaan/pemukulan pada siswa lain di lingkungan

sekolah atau di luar lingkungan sekolah 150

8. Melakukan pemalakan/meminta dengan paksa uang atau barang pada

siswa lain di lingkungan sekolah atau di luar lingkungan sekolah 200 9. Berjudi di lingkungan sekolah atau luar lingkungan sekolah 200 10. Berbuat asusila di lingkungan sekolah atau luar lingkungan sekolah,

baik dilakukan suka sama suka, dilakukan dengan sesama jenis atau lawan jenis. Termasuk pelecehan seksual (memegang, meraba, mencolek, meremas aurat laki-laki atau perempuan. Baik dilakukan pada sesama jenis atau pada lawan jenis)

200

11. Mengambil hak milik orang lain/mencuri 200

12. Membawa, mengedarkan, menggunakan dan menyimpan miras atau

narkoba. 350

E. PEMBINAAN SISWA

1. Setiap ada pelanggaran tata tertib akan dilaksanakan pembinaan secara bertahap, disesuaikan dengan jenis pelanggaran dengan pola pembinaan yang bersifat mendidik, disamping juga pemberian sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran.

2. Hasil pembinaan sekolah dicatat sebagai data pelanggaran siswa.

3. Hasil pembinaan dijadikan bahan pertimbangan penilaian akhlak mulia dan kepribadian.

4. Partisipasi orang tua/wali siswa:

a. Panggilan orang tua:

Setiap ada pelanggaran dengan kriteria tertentu akan diadakan pembinaan dengan orang tua siswa.

b. Apabila orang tua tidak memenuhi undangan sekolah sampai undangan kedua maka siswa yang bersangkutan (kasus) dikembalikan sementara kepada orang tua/wali siswa sampai orang tua/wali siswa datang ke sekolah.

c. Semua orang tua/wali siswa dimohon secara sadar dan positif membantu agar peraturan tata tertib sekolah ditaati.

5. Skor yang diperoleh oleh siswa hanya berlaku selama satu tahun pelajaran.

F. LAIN – LAIN

1. Hal-hal yang belum dicantumkan dalam tata tertib ini akan diatur oleh sekolah.

2. Peraturan tata tertib ini berlaku sejak dicantumkan.

Tenggarang, 14 November 2018 Kepala,

Drs. Muchsin, M.Pd.

NIP.195906071982021007

Nama : MUFIDAH NIM : 0849315023 Program : Pascasarjana

Prodi : Pendidikan Agama Islam Tempat tanggal lahir : Sidoarjo, 27 September 1987

Alamat : Dawuhan RT/RW 019/003 Grujugan Bondowoso Riwayat Pendidikan: 1. SDN 03 Tenggarang lulus tahun 1999

3. SLTP Ibrahimy lulus tahun 2002 4. SMA Nurul Jadid lulus tahun 2005 5. S1 STAIN Jember lulus tahun 2009

Oleh Mufidah

Mahasiswa Pascasarjan IAIN Jember ABSTRACK

The context of this research is: Given that there are still many students who lack religious and disciplinary character, then the implementation of religious culture is the solution to the formation of religious character and discipline of students.

This study aims to describe empirically the parts that have been formulated in the focus of research, namely: the implementation of religious culture in shaping the religious character of students at SMP Negeri 2 Tenggarang and implementation of religious culture in shaping the character of students' discipline at SMP Negeri 2 Tenggarang.

This study uses a descriptive qualitative approach. The data source uses primary and secondary data sources. Data collection techniques are observation, interviews and documentation. The data analysis is descriptive qualitative analysis with three components, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing. Checking the validity of the data using triangulation of data sources, methods, and theories.

The results of this study are: First, the implementation of religious culture in shaping the religious character at SMP Negeri 2 Tenggarang through two forms namely; 5 S stands for Smile:, Sapa, Greetings, Polite, and Courtesy. Whereas religious activities include: daily activities: the initial and final do'a of the lesson, the prayer in the congregation in congregation, the presentation of short letters, the dhuhur prayer in congregation, and the reading of asma'ul Husna. Weekly activities include: religious Friday, Friday. Monthly activities include: Istighotsah and Khotmil Qur'an. Annual activities include:

Commemoration of Isra 'mi'raj, maulid Nabi, zakat fitrah, Rhomadhon boarding school, slaughter and distribution of qurban meat. Second, the implementation of religious culture in shaping the character of the discipline at SMP Negeri 2 Tenggarang is implemented through time discipline: the goal is so that students can use their time effectively in various activities, including discipline when they come to school when they are disciplined in attending school activities. Discipline in the rules: in enforcing the order requires exemplary. And every regulation has educative sanctions that can change in a better direction. Attitude discipline: giving deep understanding, practice and giving exemplary. Giving understanding and practice through religious activities, giving exemplary through Uswah Hasanah which starts from ourselves. and Discipline of Worship: indicated by the discipline of students in carrying out the services that have been cultivated in schools such as prayers before and after lessons, prayers of dhuhah, recitation of short letters, dhuhur prayers in congregation and recitation of asma'ul husna. These services are carried out in accordance with the time.

Key word: Implementation of religious culture, religious character, and character of discipline

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1

Dalam UU Ssidiknas No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangasa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil satu pemahaman penting bahwa pendidikan bukan hanya soal bagaiamana mengembangkan intelektualitas peserta didik atapi juga membangun dan membentuk kepribadian, akhlak mulia, moral, akhlak, dan karakter peserta didik. Membangun dan membentuk karakter peserta tidak cukup hanya dengan mengajar peserta didik tapi juga perlu dilakukan langkah strategis yaitu melalui pembiasaan. Pembiasaan dalam pengertian ini adalah membudayakan nilai-nilai kebaikan yang sesuai dengan ajaran agama. dalam kata lain dikenal dengan istilah budaya religius.

Budaya Religius berasal dari dua kata yaitu budaya dan religius. Budaya dalam kajian etimologi disebut sebagai sebagai pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang; sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah.34 Ini dapat dipahami bahwa budaya adalah pembangunan yang didasarkan pada kekuatan manusia, baik pembangunan jiwa, pikiran, dan semangat melalui latihan dan pengalaman.5 Dalam kajian terminologi budaya adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lainnya serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh manusia dari masyarakat.6

Sedangkan religius ditinjau dari pengertian etimologi dimaknai sebagai keagamaan, ketaatan, sholeh, beribadat, dan beriman.7 Ditinjau dalam pengertian terminologi Religius artinya menjalankan

1 Undang-Undang Sekretariat Negara RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

2 Undang-Undang Sekretariat Negara RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Balai Pustaa, 1991), 149.

4 Hornby. Oxford advanced Learners’s Dictionary of Current English. Oxford University Press. Gret Britain. 1974. H. 210

5 Dedi Supriadi. Sejarah peradaban islam. H. 16

6 Haedar Nashir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya (Yogyakarta: Multi Presindo, 2013), 32.

7 Pius A Paratanto dan M. Dahlan Al-Barry,. Kamus Iilmiah Populer (Surabaya: Arkola Surabaya, 2001), 89

Dalam dokumen PDF TESIS - digilib.uinkhas.ac.id (Halaman 128-170)

Dokumen terkait