• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Neonatus

Dalam dokumen SAFIRA NURZANNAH NIM. P07224117029 (Halaman 94-99)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

L. Konsep Dasar Neonatus

Makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein, sayur dan buah buahan

Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama 14 gels sehari

Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan daerah kemaluan, ganti pembalut sesering mungkin

Istirahat cukup, saat bayi tidur istirahat

Cara menyusui yang benar dan hanya memberi asi saja Perawatan bayi yang benar

Jangan biarkan bayi menangis terus menerus

Lakukan stimuasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin bersama suami dan keluarga

Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pelayanan KB setelah persalinan

b. Kunjungan neonatus 1) Definisi

Kunjungan neonatus adalah kontak neonatus dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dasar dan pemeriksaan kesehatan neonatus, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan ke rumah. Bentuk pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatus dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi) pemberian vitamin K dan penyuluhan neonatus di rumah menggunakan buku KIA (Depkes RI, 2014).

2) Tujuan

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah.

Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan komprehensif, manajemen terpadu bayi muda untuk bidan/perawat, yang meliputi:

a) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, dan berat badan rendah.

b) Perawatan tali pusat, pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir, imunisasi Hepatitis B bila belum diberikan pada saat lahir.

c) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asi eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.

3) Kategori (Depkes RI, 2014).

a) Kunjungan Neonatal 1 pada 6-48 jam setelah lahir.

b) Kunjungan Neonatal 2 pada hari ke 3-7 setelah lahir.

c) Kunjungan Neonatal 3 pada hari ke 8-28 setelah lahir.

Tabel 2.18 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir ( Kementrian kesehatan RI, 2016)

JENIS PELAYANAN KUNJUNGAN 1

( 6-48 jam )

KUNJUNGAN 2 ( 3-7 hari )

KUNJUNGAN 3 ( 8-28 hari ) Berat badan

Panjang badan Suu

Frekuensi nafas

Frekuensi denyut jantung

Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi berat

Memeriksa ikterus Memeriksa diare

Memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian ASI/minum

Memeriksa status Vit K1

Memeriksa status HB0, BCG, Polio 1

4) Pemeriksaan fisik neonatus

a) Kepala: Fontanel anterior harus teraba datar. Bila cembung, dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial, sedangkan fontanel cekung menandakan terjadinya dehidrasi.

b) Mata: Inspeksi mata untuk memastikan bahwa keduanya bersih, tanpa tanda-tanda rabas. Jika terdapat rabas, mata harus dibersihkan.

Perlihatkan cara membersihkan mata pada orang tua.

c) Mulut: Mulut harus terlihat bersih dan lembab. Adanya bercak putih harus diperiksa lebih jauh, karena hal ini dapat mengindikasikan terjadinya infeksi jamur.

d) Kulit: harus diperiksa untuk adanya ruam, bercak, memar atau tanda- tanda infeksi atau trauma. Bercak septik harus dideteksi secara dini dan dilakukan pengobatan bila perlu.

e) Umbilikus: tali pusat dan umbilikus harus diperiksa tanda-tanda pelepasan dan infeksi (kemerahan di sekitar tali pusat, tali pusat dapat berbau busuk dan menjadi lengke). Tali pusat biasanya lepas dalam 5- 16 hari.

f) Berat badan: bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-10.

Bayi dapat ditimbang pada hari ke 3 atau ke-4 untuk mengkaji jumlah penurunan berat badan(Johnson, 2011).

5) Faktor yang mempengaruhi kunjungan neonatus yaitu tingkat pengetahuan orang tua, paritas ibu, status sosial ekonomi, sosial dan budaya, dan sarana pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan dapat juga mempengaruhi rendahnya kunjungan neonatus ke puskesmas. Banyaknya jenis sarana pelayanan kesehatan yang ada disekitar puskesmas dan kurang memadainya fasilitas yang ada di puskesmas memungkinkan masyarakat

mencari alternatif pengobatan yang lebih memadai dan mudah dijangkau (Notoatmodjo, 2011).

c. Dasar Teori Diagnosa Potensial

Ikterus neonatorum adalah akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah yang ditandai dengan jaundice pada kulit, sklera, mukosa dan urin (Mitayani, 2009). Ikterus terjadi ketika bilirubin disimpan di dalam jaringan subkutan dan terlihat ketika tingkat serum bilirubin melebihi enam mg/dL (Mansjoer, 2000). Ikterus disebabkan oleh proses normal terjadi pada 25% sampai 50% dari semua bayi yang baru lahir cukup bulan yang sehat (Deslidel, 2012). Peningkatan kadar bilirubin lebih sering terjadi pada bayi kurang dari 38 minggu masa gestasi (American Academy of Pediatrics, 2004).

Penentuan derajat ikterus menurut pembagian zona tubuh oleh Kramer (1969) yaitu Kramer I ikterus di daerah kepala dengan perkiraan bilirubin total ± 5-7 mg/dl, Kramer II di daerah dada sampai pusat dengan bilirubin total ± 7-10 mg/dl, Kramer III mulai perut dibawah pusat sampai dengan lutut dengan bilirubin total ± 10-13 mg/dl, Kramer IV bagian lengan sampai dengan pergelangan tangan, tungkai bawah sampai dengan pergelangan kaki dengan bilirubin total ± 13-17 mg/dl, dan Kramer V sampai dengan telapak tangan dan telapak kaki dengan bilirubin total >17 mg/dl.

Pemberian ASI secara dini pada neonatus dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologis. Adanya dorongan gerakan usus dan mempercepat pengeluaran mekonium sehingga enterohepatik bilirubin

berkurang. Tata laksana pada neonatus dengan hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi adalah pemberian fototerapi dengan pencahayaan lampu dengan jarak antara 10-50 cm. Fototerapi dianjurkan apabila kadar bilirubin serum total > 12 mg/dl pada neonatus usia 25-48 jam pasca lahir, dan wajib dilaksanakan apabila kadar bilirubin serum total 15 mg/dl.

Transfusi tukar dianjurkan apabila fototerapi yang sudah dilaksanakan selama 2 x 24 jam tidak dapat menurunkan kadar bilirubin serum total menjadi kurang dari 20 mg/dl. Pemeriksaan laboratorium ke arah penyakit hemolisis dilakukan apabila kadar bilirubin serum total lebih dari 15 mg/dl pada usia 25-48 jam pasca kelahiran.

L. Konsep Dasar Keluarga Berencana

Dalam dokumen SAFIRA NURZANNAH NIM. P07224117029 (Halaman 94-99)