BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
E. Asuhan Bidan Pada Trimester III
3. Pre-Eklampsia
a). Definisi Preeklampsia
Preeklampsia paling sering diartikan sebagai kombinasi dari hipertensi dan proteinuria dan defenisi dari NHBPEP terdiri onset baru hipertensi (sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg) setelah 20 minggu kehamilan dengan proteinuria yang didefenisikan sebagai penampilan ≥ 0.3 gr/24 jam protein urin atau ≥ 1 + membaca di dipstik yang berkolerasi dengan ≥ 0.3 gr/24 jam. Jika protein urin negatif tetapi salah satu gangguan organ spesifik positif mampu menegakkan diagnosa. Preeklampsia berat didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg ditambah dengan proteinuria ≥ 0.3 gr/24 jam dan jika proteinuria negatif tetapi salah satu gangguan organ spesifik positif maka mampu menegakkan diagnose (Peterson, 2010; Kemenkes RI, 2013; Patricia Medeiros Falcao et al., 2016; POGI, 2016; Achadiat, 2003).
Preeklampsia adalah hipertensi yang disertai dengan proteinuria pada ibu dengan usia kehamilan di atas 20 minggu, dengan catatan bahwa tidak semua ibu dengan preeklampsia memperlihatkan edema.
Jika gejala yang muncul adalah gejala preeklampsia dan ditambah dengan gejala lain, seperti koma dan/atau kejang, maka hal tersebut diklasifikasikan sebagai eklampsia.
Faktor Risiko Preeklampsia Menurut dr. Taufan Nugroho,2012:3, Ada beberapa aspek yang mendasari faktor risiko Preeklampsia:
1) Primigravida
2) Riwayat Preeklampsia
3) Tekanan darah yang meningkat pada awal kehamilan dan badan yang gemuk
4) Adanya riwayat Preeklampsia pada keluarga 5) Kehamilan ganda
6) Riwayat darah tinggi pada maternal 7) Diabetes pregestasional
8) Sindroma antifosfolipid
9) Penyakit faskulara atau jaringan ikat 10) Usia maternal yang lanjut > 35 tahun b). Aspek Klinik Pre-eklampsia
1) Preeklampsia Ringan
a) Definisi Preeklampsia ringan
Adalah suatu syndroma spesifik kehamilan dalam menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasiendotel. Preeklamsi ringan merupakan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih, yang ditandai edema umum pada kaki, jari tengah, dan mukan
kenaikan berat badan 1 kg atau lebih perminggu. Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream. (Nanda,2016:186)
b) Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema.
(1).Hipertensi:sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg
(2) Proteinuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstik.
(3) Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka danperut, edema generalisata (Prawirohardjo,2010:543).
c). Pengelolaan
(1) Pengelolaan rawat jalan:
(a) Tidak mutlak harus tirah baring (b) Diet regular: tidak perlu diet khusus (c) Tidak perlu restriksi konsumsi garam
(d) Tidak perlu pemberian deuretik, dan antihipertensi (e) Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu (dr. Taufan
Nugroho,2012:56).
(2) Pengelolaan rawat inap:
(a) Indikasi preeklampsia ringan dirawat inap yaitu hipertensi yang menetap selama > 2 minggu, proteinuria menetap > 2 minggu, hasil test laboratorium yang abnormal,
(b) Rujuk ke rumah sakit (dr. Taufan Nugroho,2012:6)
2) Preeklampsia Berat
a) Definisi Preeklampsia berat
Preeklampsia dengan tekanan darah systolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gr/ 24 jam (Prawirohardjo, 2010:544).
b) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum di bawah ini.
Preeklampsia di golongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:
(1) Tekanan darah systolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu sudah di rawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
(2) Proteinuria lebih 5 gr/ 24 jam atau 3 + dalam pemeriksaan kualitatif
(3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam c) Pengelolaan:
(1) Segera rujuk ke rumah sakit
(2) Tirah baring ke kiri secara intermitten
(3) Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5% (
(4) Pemberian anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai pencegahan dan terapi kejang.
- Dosis awal : 20cc larutan MgSO4 20% di larutkan dengan 10 ml
- Dosis lanjutan : 20 cc larutan MgSO4 40% dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam.
atau pemberian obat Anti hipertensi, diberikan bila tensi ≥ 180/100 atau MAP ≥ 126
(a) Obat: nivedipin: 10 – 20 mg oral, diulang setelah 20 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam.
Nifedipine tidak dibenarkan sublingual karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makanan.
(b). Tekanan darah diturunkan secara bertahan:penurunan awal 25% dari tekanan sistolik, tekanandarah diturunkan mencapai: < 160/105 atau MAP <125 (dr. Taufan Nugroho, 2012:7)
MAP adalah tekanan darah antara sistolik dan diastolik, karena diastolik berlangsung lebih lama daripada sistolik maka MAP setara dengan 40 % tekanan sistolik ditambah 60
% tekanan diastolik (Woods, Froelicher, Motzer, & Bridges, 2009). Adapun rumus adalah tekanan darah sistolik ditambah dua kali tekanan darah diastolik dibagi 3
Tabel. 2.9 Nilai MAP
(Sumber: Woods, Froelicher, Motzer, & Bridges, 2009)
4. TFU Tidak Sesuai Masa Kehamilan a). Perubahan Uterus di Masa Kehamilan
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai saat persalinan.
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2009).
Pada minggu-minggu pertama kehamilan, uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang uterus akan bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan
Kategori Nilai MAP
Normal 70-99 mmHg
Normal Tinggi 100-105
Stadium 1 (hipertensi ringan) 106 - 119 mmHg Stadium 2 (hipertensi sedang) 120 - 132 mmHg Stadium 3 (hipertensi berat) 133 - 149 mmHg Stadium 4 (hipertensi maligna / sangat
berat)
150 Hg atau lebih
berbentuk oval. Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar. Pada akhir kehamilan kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan ke atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati (Prawirohardjo, 2009).
b). Hal yang Memengaruhi Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Banyak peneliti telah menyebutkan berbagai hal yang dapat memengaruhi besar kecilnya Tinggi Fundus Uteri (TFU), diantaranya adalah: 1) Menurut Gardosi J dan Francis A (2012) a) Tinggi Ibu b) Kenaikan Berat Badan Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0.4 kg.
Tabel 2.10 Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan (gram) Jaringan dan
cairan
10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu
Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650
Cairan Amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan Ekstraseluler
0 30 80 1480
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500
(Sumber : Prawirohardjo (2009)).
1) Usia Ibu Hamil
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ- organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat mennggapai kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.
2) Maternal Obesitas
Tingkat obesitas ibu sangat mempengaruhi berat janin, semakin besar berat ibu, semakin besar janin yang dilahirkan. Berat ibu dan berat janin berhubungan langsung dengan berat badan lahir bayi (Sahu MT, Agrarwal A, Das Vinita et al, 2007).
3) Pertambahan Berat Selama Kehamilan
Pertambahan berat ibu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dalam kandungan, semakin besar pertambah berat badan ibu, semakin besar janin yang akan dilahirkan (Steer PJ et al, 2005).
4) Pemeriksaan Kehamilan
Tujuan utama pemeriksaan kehamilan adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu dalam rangka menjalani kehamilan dan persiapan persalinan, memonitor
kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan perkembangan bayi normal, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa (Nanny dan Tri Sunarsih, 2012).
5). Penyakit Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah cacar air, dan penyakit infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytoegalovirus, dan Herpes). Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi 34 yaitu Toxoplasmosis, Rubella, Cytoegalovirus, dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat mengganggu janin yang dikandungnya. Bayi yang dikandung akan terkena mata katarak, tuli, hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa) (Leveno, Kenneth J, dkk. 2009).