• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Teori Persalinan a. Pengertian Persalinan

Dalam dokumen BAB III - Repository Poltekkes Kaltim (Halaman 125-132)

Kala IV Persalinan

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan 1. Konsep Dasar Teori Kehamilan

2. Konsep Dasar Teori Persalinan a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK- KR. 2008).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).

b. Tanda-Tanda Persalinan

Karakteristik persalinan sesungguhnya (Sumarah. dkk, 2009) :

Persalinan sesungguhnya

a) Serviks menipis dan membuka

b) Rasa nyeri dan interval teratur

c) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek d) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah

e) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar ke depan f) Dengan berjalan bertambah intensitas

g) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri

h) Lendir darah semakin nampak i) Ada penurunan bagian kepala janin

j) Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi

k) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya.

c. Faktor Persalinan

Peran dari penolong adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin tejadi pada ibu dan janin. Penanganan yang terbaik dapat berupa observasi yang cermat, dan seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses persalinan yaitu passage (jalan lahir), power (his dan tenaga mengejan), dan passanger (janin, plasenta dan ketuban), serta faktor lain seperti psikologi dan paktor penolong (Sumarah. dkk, 2009).

1) Passage

Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-tulang panggul dan sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-otot, jaringan, dan ligament). Tulang-tulang panggul meliputi 2 tulang pangkal paha, 1 tulang kelangkang, dan 1 tulang tungging.

2) Power (His dan Tenaga ibu)

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam (Manuaba, 2010). Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya dihitung dalam waktu 10 menit.

Lamanya his terus meningkat, mulai dari hanya 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada akhir kala I atau permulaan kala II. Interval adalah waktu relaksasi/jangka waktu antara 2 kontraksi (Saifuddin, 2009).

3) Passanger

Kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan keras daripada bagian-bagian lain janin yang akan dilahirkan. Janin dapat memengaruhi jalannya persalinan dengan besarnya dan posisi kepala.

a) Kepala janin

b) Badan janin Ukuran badan janin yang lain (Saifuddin, 2009):

(1) Lebar bahu, jarak antara kedua akromion (12 cm).

(2) Lingkar bahu (34 cm).

(3) Lebar bokong, diameter intertrokanterika (12 cm).

(4) Lingkar bokong (27 cm).

4) Psikologi ibu

Keadaan psikologis adalah keadaan emosi, jiwa, pengalaman, adat istiadat, dan dukungan dari orang-orang tertentu yang dapat memengaruhi proses persalinan. Psikologi ibu dapat memengaruhi persalinan apabila ibu mengalami kecemasan, stress, bahkan depresi. Hal ini akan memengaruhi kontraksi yang dapat memperlambat proses persalinan. Selain itu, ibu yang tidak siap mental juga akan mempengaruhi persalinan karena ibu akan sulit diajak kerjasama dalam proses persalinannya. Sangat penting bagi Bidan dalam mempersiapkan mental ibu menghadapi proses persalinan (Prawirohardjo, 2008).

5) Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.

Dalam hal ini proses persalinan tergantung dari kemampuan atau

ketrampilan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan. Setiap tindakan yang akan diambil harus lebih mementingkan manfaat daripada kerugiannya. Bidan harus bekerja sesuai dengan standar. Standar yang ditetapkan untuk pertolongan persalinan normal adalah standar asuhan persalinan normal (APN) yang terdiri dari 60 langkah dengan selalu memerhatikan aspek 5 benang marah asuhan persalinan normal (Prawirohardjo, 2008).

d. Tahap dalam Persalinan 1) Kala I (Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir darah, karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) kala dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10cm) lamanya kala I untuk primigravida berlangsung ±12 jam, sedangkan pada multigravida sekitar ± 8 jam. Berdasarkan kurva friedman pembukaan primi 1cm/jam, sedangkan pada multi 2cm/jam (JNPK-KR, 2008).

Kala pembukan dibagi menjadi dua fase, yaitu:

a) Fase Laten : pembukaan serviks, sampai ukuran 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.

b) Fase Aktif : berlangsung ± 6 jam, di bagi atas 3 sub fase yaitu:

(1) Periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4cm

(2) Periode dilatsi maksimal selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm

(3) Periode deselerasi

2) Kala II (kala pengeluaran janin)

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi (JNPK-KR, 2008).

Gejala dan tanda kala II persalinan (JNPK-KR, 2008) :

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi b) Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum/pada

vaginanya

c) Perineum menonjol

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

3) Kala III (kala uri)

Kala III adalah waktu dari keluarnya bayi hingga pelepasan atau pengeluaran uri (plasenta) yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (JNPK-KR, 2008).

a) Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu:

(1) Adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus

(2) Tali pusat memanjang

(3) Semburan darah mendadak dan singkat

b) Manajemen aktif kala III, yaitu:

(1) Pemberian suntikan oksitosin

(2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (3) Massase fundus uteri

4) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu. Harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua (Saifuddin, 2010).

Asuhan dan pemantauan kala IV (JNPK-KR, 2008)

a) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat

b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan

c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan

d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan(laserasi atau episiotomy)perineum)

e) Evaluasi keadaan umum ibu

f) Dokumentasikan semua asuhan selama persalinan kala IV dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan dan penilaian dilakukan.

e. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Dalam dokumen BAB III - Repository Poltekkes Kaltim (Halaman 125-132)