• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Konsep Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Pengertian dan substansi mengenai kebijakan publik secara langsung ataupun tidak langsung sudah dikenal luas pada masyarakat, seiring menggunakan banyak sekali kenyataan dan aktivitas yang terjadi pada pada pemerintahan. Terdapat banyak pendapat yang dikemukakan sang para pakar ahli menggunakan definisi yang beragam. Kebijakan publik berdasarkan Dye didefinisikan sebagai “Whatever governments chooses to do or not to do”.

Kebijakan publik merupakan apa yang pemerintah pilih untuk melakukan atau atau melakukan sesuatu (Dye, dalam Saraswaty, 2018).

Kebijakan publik dilandasi kebutuhan buat penyelesaian kasus yang terjadi di masyarakat. Kebijakan publik ditetapkan sang para pihak (stakeholders), terutama pemerintah yang diorientasikan dalam pemenuhan kebutuhan dan kepentingan. Makna menurut pelaksanaan kebijakan publik adalah suatu interaksi yang memungkinkan mencapai tujuan-tujuan atau target menjadi hasil akhir menurut aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah. Kekurangan atau kesalahan kebijakan publik akan bisa diketahui setelah kebijakan publik tadi dilaksanakan, keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik bisa ditinjau menurut efek yang disebabkan menjadi hasil penilaian atas pelaksanaan suatu kebijakan.

(Ramdhani & Ramdhani, 2017).

Menurut Charles O. Jones dalam (Nuryanti, 2016) kata kebijakan (policy) dipakai pada praktek sehari-hari tetapi digunakan untuk menggantikan aktivitas atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan menggunakan tujuan (goals), program, keputusan (decision), standar, proposal dan grand design. Tetapi demikian, meskipun kebijakan publik mungkin kelihatan sedikit abstrak atau mungkin bisa dicermati menjadi sesuatu yang terjadi terhadap seseorang, tetapi sebenarnya sebagaimana beberapa contoh yang sudah disebutkan terdahulu pada dasarnya kita telah dipengaruhi secara mendalam oleh banyak kebijakan publik pada kehidupan sehari-hari,

Kemudian, menurut James Anderson dalam (Setiawan & Alexandri, 2021) mengungkapkan secara generik istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk memilih perilaku seseorang aktor (misalnya seseorang pejabat, suatu kelompok, maupun juga suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang aktivitas tertentu. Pengertian kebijakan misalnya ini bisa digunakan dan relatif memadai untuk keperluan pembicaraan-pembicaraan bisa, tetapi jadi kurang memadai untuk pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis kebijakan publik. Oleh karenanya diperlukan batasan atau konsep kebijakan publik yang lebih tepat.

Kebijakan bisa berasal dari suatu individu juga kelompok yang melaksanakan serangkaian tindakan/aktivitas/ juga program dalam mencapai tujuan tertentu. Kebijakan pula diartikan menjadi sebuah sistem yang terdiri berdasarkan input, proses dan output (Hanafi and Ma`sum, dalam Desrinelti et

al., 2021). Input kebijakan merupakan rencana pemerintah juga isu dan informasi yang terjadi. Proses kebijakaan terdiri berdasarkan proses perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan. Proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan dilaksanakan oleh sekelompok penekan atau yang dikenal menggunakan kata elit politik. Output sebuah kebijakan adalah kinerja kebijakan. Oleh karena itu sebuah kebijakan tidak bersifat permanen.

Kebijakan bisa dilahirkan pada rentang ketika yang tidak bisa dipengaruhi dan menjadi bentuk pemecahan permasalahan atas insiden-insiden yg terdapat dalam masyarakat (Sirajuddin, 2017).

Kebijkan publik juga dapat diartikan sebagai: 1) Tindakan yang bertujuan pada proses pencapai tujuan dari pada tindakan yang dilaksankan secara kebetulan; 2) Tindakan yang saling berhubungan dan terdapat pola-pola yang menuju kepada pencapaian tujuan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan bukan oleh keputusan diri sendiri; 3) Kegiatan yang dilakukan dengan sadar, sengaja, dan terarah yang dilakukan oleh pemerintah dalam suatu bidang; 4) Pedoman oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan tertentu dan sebuah keputusan untuk tidak melakukan tindakan sesuatu (Jann and Wegrich, dalam Desrinelti et al., 2021).

Kebijakan publik yang telah dirumuskan dan direkomendasikan untuk dipilih oleh pembuat kebijakan bukanlah jaminan bahwa kebijakan publik tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik baik yang bersifat individu maupun kelompok atau institusi pelaksana implementasi

kebijakan publik. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya pembuat kebijakan (policy makers) untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran (Hidayat dkk., 2018).

Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa kebijakan publik adalah usaha untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dan juga menjadi bentuk pada memecahkan permasalahan menggunakan fasilitas tertentu dan pada waktu yang sudah ditetapkan. Sebuah kebijakan bersifat mendasar. Hal ini dikarenakaan kebijakan bisa dijadikan sebagai pedomaan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan bersama.

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas atau proses dalam mengatasi masalah publik yang didalamnya mengandung konsep atau nilai- nilai yang selaras menggunakan konsep dan nilai yang dianut oleh masyarakat.

Kebijakan publik disusun melalui tahapan-tahapan tertentu, dimana terdapat seseorang atau sekumpulan aktor pada di setiap tahapan-tahapan penyusunan kebijakan publik tersebut. Menurut Dunn (2003) pada tahapan-tahapan kebijakan publik terdiri dari :

a. Tahap Penyusunan Agenda, tahap penyusunan agenda. Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan perkara pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk bisa masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada, akhirnya beberapa perkara masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan.

b. Tahap Formulasi Kebijakan, masalah yang sudah masuk ke agenda kebijakan lalu dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tersebut didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.

Pemecahan masalah tadi dari menurut berbagai alternatif yang ada. Pada tahap ini masing-masing alternatif bersaing untuk bisa dipilih menjadi kebijakan yang diambil untuk memecahkan sebuah masalah.

c. Tahap Adopsi Kebijakan, dari beberapa alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu cara lain kebijakan tadi diadopsi menggunakan dukungan menurut mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan, keputusan program kebijakan yang telah diambil menjadi alternatif pemecahan masalah wajib diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan pemerintah pada tingkat bawah.

kebijakan yang sudah diambil dilaksanakan oleh badan-badan pemerintah yang memobilisasi sumberdaya finansial dan manusia.

e. Tahap Penilaian Kebijakan, pada tahap ini kebijakan yang sudah dijalankan akan dievaluasi atau dinilai untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah dibuat. Ditentukan ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

Dilihat dari uraian diatas mengenai tahapan pembuatan kebijakan publik, maka dapat disimpulkan bahwa dalam perumusan kebijakan publik tidaklah mudah. Mengingat banyaknya masalah-masalah yang ada dalam masyarakat tentunya juga membutuhkan pemecahan masalah yang tepat dan sesuai untuk

kondisi masyarakat yang ada. Oleh karena itu dalam menentukan kebijakan pada aktor harus benar-benar mengkaji dengan tepat sehingga tidak merugikan masyarakat.

Dokumen terkait