BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
6. Konsep Nilai
a. Pengertian Nilai
Drajad (1977:85) menjelaskan bahwa nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang baik atau buruk, atau segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subyek. Batasan nilai dapat mengacu pada berbagai hal seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban dan hal-hal lain yang berhubungan dengan orientasi seleksi.
Gold (1992: 743) menjelaskan bahwa dalam ilmu-ilmu sosial, perkataan nilai menunjukan beberapa arti : (1) unsur-unsur dari obyek yang relevan dan berhubungan antara orang diobservasikan dan benda; (2) relevansi obyek antara unsur-unsurnya dengen sikap dan keinginan orang yang diamati; (3) suatu standar (dalam kebudayaan) untuk mengukur relevansi moral, estetika dan kognitif dengan sikap keinginan dan kebutuhan yang diselidiki; (4) sesuatu yang berguna bagi obyek; (5) suatu konsep yang implisit atau eksplisit yang membedakan yang ada pada individu atau karakteristik kelompok yang ingin mempengaruhi pemilihan cara dan tujuan suatu perbuatan.
Kluckhohn (Zafaloni, 1975:23) mendefenisikan nilai sebagai: “…a conception explicit or implicit, distincitive of an individual or characteristic of a group, of the desirable which influence the selection from available modes, means and ends of action.” (sebuah konsep tentang pembedaan individu atau karakter kelompok yang tampak atau tidak tampak dari apa yang diminati yang mempengaruhi pemilihan dari model yang ada, sarana dan akhir aksi).
Isu penting yang menurut Zavalloni (1975:24) perlu diperhatikan dalam pemahaman tentang nilai adalah, nilai seseorang dapat sama seperti nilai semua orang lainnya, sama dengan sebagian orang, atau tidak sama dengan semua orang lain. Defenisi Zavallani di atas menggambarkan bahwa nilai selain mewakili keunikan individu, juga dapat mewakili suatu kelompok tertentu. Hal ini mulai mengarah kepada pemahaman nilai yang universal. Dalam perkembangannya, Schwartz (1973:12) dengan tegas mengatakan bahwa asumsi dasar dari konsep nilai adalah bahwa setiap orang, dimana saja, memiliki nilai-nilai yang sama dengan derajat yang berbeda (menunjukan penegasan terhadap konsep universalitas nilai).
Schwartz (1994:43) menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkahlaku atau tujuan akhri tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertinngkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya ‘diinginkan’. Di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi
pemiihan tujuan akhir tingkah laku ‘lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
b. Tipe-Tipe Nilai
Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang berbagai nilai itu terbentuk. Schwartz (1992:41) berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu:
1. Kebutuhan individu sebagai organisme biologis
2. Persyaratan interaksi sosial yang membutuhkan koordinasi interpersonal.
3. Tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok.
Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, Schwartz mengemukakan teori bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan dalam kebutuhan organism, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial. Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif ( tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi / individu (Power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism, security). Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan oleh suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan orang tua, agama, kelompok tempat kerja) atau pengalaman pribadi yang unik.
Penelitian Schwartz mengenai nilai salah satunya bertujuan untuk memecahkan masalah apakah nilai-nilai yang dianut oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe nilai (value type). Lalu masing-masing tipe tersebut terdiri pula dari sejumlah nilai yang lebih khusus. Setiap tipe nilai merupakan wilayah motivasi tersendiri yang berperan memotivasi seseorang dalam bertingkah laku. Karena itu, Schwartz juga menyebut tipe nilai ini sebagai motivational type of value. Dari hasil penelitianya di 44 negara, Schwartz (1992:33) mengemukakan adanya 10 tipe nilai (value types) yang dianut oleh manusia, yaitu :
1. Kekuasaan (Power)
Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu tipe kebutuhan yang universal, yaitu transformasi kebutuhan individu akan dominasi dan kontrol yang diidentifikasi melalui analisa terhadap motif sosial. Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pencapaian status sosial dan prestise, serta kontrol atau dominasi terhadap orang lain atau sumber daya tertentu. Nilai khusus (spesific values) tipe nilai ini adalah : social power, authority, wealth, preserving my public, image dan social recognition.
2. Prestasi (Achievement)
Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan menunjukan kompetensi sesuai standar sosial. Unjuk kerja yang kompoten menjadi kebutuhan bila seseorang merasa perlu untuk mengembangkan dirinya, serta jika interaksi sosial dan institusi menuntutnya. Nilai khusus yang terdapat pada tipe nilai ini adalah: Succesful, capable, ambitious, influential.
3. Kesenangan (Hedonisme)
Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang diasosiasikan dengan pemuasan kebutuhan tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan kesenangan dan kepuasan untuk diri sendiri. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: pleasure, enjoying life.
4. Rangsangan (Stimulation)
Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan ransangan untuk menjaga agar seseorang tetap pada tingkat yang optimal. Unsur biologis mempengaruhi variasi dari kebutuhan ini, dan ditambah pengaruh pengalaman sosial, akan menghasilkan perbedaan individual tentang pentingnya nilai ini. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah kegairahan, tantangan dalam hidup. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: daring, varied life, exciting life.
5. Pengarahan Diri (Self - Direction)
Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak terikat (independent), seperti memilih, mencipta, menyelidiki. Self-direction bersumber dari kebutuhan organismik akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta interaksi dari tuntutan otonomi dan ketidak terikatan. Nilai khusus yang tidak termasuk tipe nilai ini adalah: creativity, curious, fredoom, choosing own goals, independent.
6. Menyeluruh (Universalism)
Tipe ini termasuk nilai-nilai kematangan dan tindakan prososial. Tipe ini mengutamakan penghargaan, toleransi, menghormati orang lain, dan perlindungan
terhadap kesejahteraan umat manusia. Contoh nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah: broad-minded, social justice, equality, wisdom, inner harmony.
7. Kebijakan (Benevolence)
Tipe nilai ini lebih mendekati defenisi sebelumnya tentang konsep prososial.
Bila prososial lebih pada kesejahteraan semua orang pada semua kondisi, tipe nilai benevolence lebih kepada orang lain yang dekat dari interaksi sehari-hari.
Tipe ini dapat berasal dari dua macam kebutuhan, yaitu kebutuhan interaksi yang positif untuk mengembangkan kelompok, dan kebutuhan organismik akan afiliasi. Tujuan motivasional dari tipe nilai 6 adalah peningkatan kesejahteraan individu yang terlibat dalam kontak personal yang intim. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : helpful (sangat), honest (jujur), forgiving (Pemaaf) , responsible (bertanggung jawab), loyal (setia), true friendship (keakraban yang baik).
8. Kebiasaan (Tradition)
Kelompok dimana-mana mengembangkan simbol-simbol dan tingkah laku yang merepresentasikan pengalaman dan nasib mereka bersama. Tradisi sebagian besar diambil dari ritus agama, keyakinan, dan norma bertingkah laku. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah penghargaan, komitmen, dan penerimaan terhadap kebiasaan, tradisi, adat istiadat, atau agama.
Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : humble, devout, accepting my portion in life, moderate, respect for tradition (menghormati tradisi).
9. Di Terima (Conformity)
Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku, dorongan-dorongan individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau norma sosial. Ini diambil dari kebutuhan individu untuk mengurangi perpecahan sosial saat interaksi dan fungsi kelompok tidak berjalan dengan baik. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : politeness, obedient, honoring parents and elders, self discipline (disiplin diri).
10. Keamanan (Security)
Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni, dan stabilitas masyarakat, hubungan antar manusia, dan diri sendiri. Ini berasal dari kebutuhan dasar individu dan kelompok. Tipe nilai ini merupakan pencapaian dari dua minat, yaitu individual dan kolektif. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah national security, social order (pesanan sosial), clean, healthy.
Abdurrauf Tarimana dalam majalah Ilmiah Unhalu Nomor 1 Tahun IV (1989:62-64), mengemukakan bahwa: Kebudayaan tertarik untuk dipelajari dan dikembangkan karena kebudayaan itu mempunyai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yakni nilai teknololgi, nilai ekonomi, nilai sosial, nilai etika, nilai ritual, nilai estetik dan nilai logika”.
J Wayan Koyan (2000 : 12) membedakan nilai secara spesifik menjadi:
1. Nilai logika, yaitu nilai yang berkenaan dengan “benar atau salah”.
2. Nilai estetika, yaitu nilai yang berkenaan dengan “indah atau buruk”.
3. Nilai etika, yaitu nilai yangberkenaan dengan “adil atau tidak adil”.
4. Nilai agama atau nilai religius, yaitu nilai yang berkenaan dengan “halal atau dosa/haram”.
5. Nilai hukum, yaitu nilai yang berkenaan dengan “sah atau absah”.
J Wayan Koyan (2000: 12) menyebutkan bahwa nilai-nilai tersebut berkembang dalam kehidupan manusia yang memiliki berbagai ragam budaya.
Apabila nilai ini telah mempribadi dalam kehidupan seseorang, maka akan tampak dalam pola, pola sikap, niat dan perilakunya. nilai-nilai ada yang bersifat dasar atau inti, yaitu nilai yang tidak berubah dan berlaku secara universal. Di samping itu ada nilai-nilai yang bersifat subyektif, yaitu nilai yang bergantung pada budaya, waktu dan tempat.
Klasifikasi nilai J Wayan Koyan sejalan dengan pendapat Kohlberg (J Wayan koyan, 2000:12). Nilai objektif atau universal atau nilai dasar untuk yang bersifat intrinsik, yakni nilai yang hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal.
Misalnya tentang hakikat kebenaran, keindahan dan keadilan, selalu hidup dan ada secara universal. Nilai-nilai yang subjektif atau nilai yang sudah mempunyai warna, isi dan corak tertentu, sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu. Atas dasar nilai subyektif ini, maka ukuran "baik atau buruk"
akan berbeda bagi satu bangsa yang memiliki corak budaya yang berbeda.
Selanjutnya, menurut (Munandar Soelaiman 1988:190) menyatakan bahwa nilai yang di terimah sebagai konsep diinginkan adalah hasil pengaruh seleksi prikaku.
Batasan nilai yang sempit adalah adanya suatau perbedaan penyusunan antara apa yang di butuhkan dan apa yang diinginkan dan seharusnya dibutuhkan, nilai-nilai tersusun secara hirarkis dan mengatur ransangan kepuasan hati dalam mencapai tujuan kepribadianya. Kepribadian dari sistem sosial budaya merupakan syarat
utama dalam suasana kebutuhan rasa hormat terhadap suatu kehidupan sosial yang besar. Jadi nilai itu pada dasarnya adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai obyek, menyangkut segala sesuatu yang baik dan yang buruk yang bersifat abstrak serta dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia itu sendiri.