PENGEMBANGAN UANG: PRICING
A. Konsep Penetapan Pricing
Selain bagi hasil yang digunakan dalam mengembangkan uang, Islam juga memperkenalkan pricing pada transaksi jual beli dan atau sewa berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’ dan atau ijarah dan ijarah muntahiyah bitamlik (IMB). Secara teknis yang dimaksud dengan pricing menurut Karim (2008), adalah penentuan harga jual/sewa terhadap suatu barang dengan marjin. Marjin adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan marjin keuntungan secara harian, dan jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari. Perhitungan pricing secara bulanan dalam setahun ditetapkan 12 bulan. Pada umumnya, nasabah pembiayaan melakukan pembayaran secara angsuran. Tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan atau sewa berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’ dan atau ijarah dan IMT disebut sebagai piutang.
Besarnya piutang tergantung pada plafond pembiayaan, yakni jumlah pembiayaan (harga beli ditambah harga pokok) yang tercantum di dalam Perjanjian Pembiayaan.
Penetapan pricing pada produk pembiayaan yang berbasis natural certain contracs menurut Karim (2008), berdasarkan rekomendasi, usul, dan saran dari tim ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan referensi berikut, yaitu: (1) Direct Competitor’s Market Rate (DCMR), yakni tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat marjin keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung, atau tingkat marjin keuntungan bank syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung terdekat, (2) Indirect Competitor’s Market Rate, yakni tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam
rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung yang terdekat, (3) Expected Competitive Return for Investors (ECRI), yakni target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga, (4) Acquiring Cost, yakni biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga, (5) Overhead Cost, yakni biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. Ikhtisan referensi marjin keuntungan dapat disajikan pada gambar 7.1.
Gambar 7.1. Ikhtisar Referensi Marjin Keuntungan
Setelah mendapatkan referensi marjin keuntungan, bank syariah melakukan penetapan harga jual. Harga jual adalah penjumlahan harga beli/harga pokok/harga perolehan bank syariah dan marjin keuntungan. Formulasinya dapat disajikan seperti gambar 7.2.
Gambar 7.2. Formulasi Harga Jual Bank
Setelah itu, Karim (2008) mengatakan bahwa bank syariah akan melakukan penetapan angsuran harga jual. Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli/harga pokok dan angsuran marjin keuntungan. Penetapan angsuran jenis ini dapat dihitung dengan menggunakan empat metode, yaitu: (1) Marjin Keuntungan Menurun, (2) Marjin Keuntungan Rata-Rata, (3) Marjin Keuntungan Flat, dan (4) Marjin Keuntungan Annuitas.
Pertama, Marjin Keuntungan Menurun. Marjin Keuntungan Menurun adalah perhitungan marjin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan marjin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun. Marjin menurun karena adanya angsuran harga beli.
Illustrasinya dapat disajikan seperti gambar 7.3.
Gambar 7.3. Marjin Keuntungan Menurun
Kedua, Marjin Keuntungan Rata-Rata. Marjin Keuntungan Rata-Rata adalah marjin keuntungan menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan marjin keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan. Marjin menurun telah diperhitungkan secara tetap. Illustrasinya dapat disajikan seperti gambar 7.4.
Gambar 7.4. Marjin Keuntungan Rata-Rata
Ketiga, Marjin Keuntungan Flat. Keuntungan Flat adalah perhitungan marjin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya,
walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran pokok. Illustrasinya dapat disajikan seperti gambar 7.5.
Gambar 7.5. Marjin Keuntungan Flat
Keempat, Marjin Keuntungan Annuitas. Marjin Keuntungan Annuitas adalah marjin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan marjin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan marjin keuntungan yang semakin menurun. Illustrasinya dapat disajikan seperti gambar 7.6.
Gambar 7.6. Marjin Keuntungan Annuitas
Akan tetapi perlu diketahui bahwa Marjin Keuntungan = f (plafon) hanya bisa dihitung apabila komponen-komponen yang di bawah ini tersedia: (1) Jenis perhitungan marjin keuntungan, (2) Plafond pembiayaan sesuai jenis, (3) Jangka waktu pembiayaan, (d) Tingkat marjin keuntungan pembiayaan, dn (5) Pola tagihan atau jatuh tempo tagihan (baik harga pokok maupun marjin keuntungan).
Perhitungan marjin keuntungan pada produk pembiayaan murabahah dapat disajikan contoh seperti berikut: CV adyaksa melakukan negosiasi pada 1 April 20xx dengan Bank Amanah Syariah untuk memperoleh fasilitas Murabahah dengan pesanan untuk pembelian Mobil kantor dengan rincian sebagai berikut:
- Harga barang :Rp. 150 juta
- Uang muka :Rp. 15 juta (10% dari harga barang) - Pembiayaan oleh bank :Rp. 135 juta
- Marjin :Rp. 27 juta (20% dari pembiayaan oleh bank)
- Harga jual :Rp. 177 juta (harga barang plus marjin) - Jumlah bulan angsuran :24 bulan
- Biaya administrasi :1 % dari pembiayaan oleh bank
Angsurannya perbulan dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan angsuran, yaitu: Angsuran/bulan = (Jumlah piutang – uang muka) dibagi Jangka waktu angsuran. Misalkan data murabahah dengan kasus di atas, di mana jumlah piutang Rp. 177 juta, uang muka Rp. 15 juta, jangka waktu 24 bulan, maka angsuran per bulan dapat dihitung sebagai berikut: Angsuran perbulan = Rp. 177.000.000 – Rp. 15.000.000 24 = Rp. 6.750.000, dan cara perhitungan pendapatan marjin, yaitu: Pendapatan marjin = total marjin/total piutang bersih X 100%, yakni: Rp. 27.0000.000/Rp. 177.000.000 X 100% = 15,25423%. Jadi, pendapatan marjin perbulan sebesar Rp.
1.029.660,- (6.750.000 x 15,25423%).