• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pengelolaan Sampah

Dalam dokumen peran dinas tata ruang dan cipta karya (Halaman 43-53)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Konsep Pengelolaan Sampah

dilaksanakan oleh pihak lain.

d. Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah.

e. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan

f. Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.

2. Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diatur dengan peraturan menteri.

telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam.

Pada setiap kegiatan yang menggunakan sumber daya, sampah selalu dihasilkan. Sampah terkumpul di dalam lingkungan dan sangat tergantung pada kemampuan lingkungan untuk menghasilkannya, jumlah sampah akan semakin bertambah dan tidak sepenuhnya dapat diserap oleh lingkungan. Menurut Hadiwiyoto (dalam Fian Afandi 2010:13), ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan dan pencemaran, sampah dapat menimbulkan gangguan sebagai berikut: tumpukan sampah dapat menimbulkan kondisi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan yang normal, biasanya dapat menyebabkan kenaikan suhu dan perubahan pH tanah. Keadaan ini dapat mengganggu keadaan sekitarnya. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena selama proses pembusukan menimbulkan gas-gas beracun, bau tak sedap, daerah becek dan lumpur terutama pada saat musim penghujan. Akan terjadi kekurangan O2 di tempat pembuangan sampah, keadaan ini disebabkan karena selama proses perombakan sampah menjadi senyawa sederhana diperlukan O2 yang diambil dari udara sekitarnya sehingga mengganggu kehidupan flora dan fauna. Tumpukan sampah menjadi media berkembang biaknya hewan pembawa penyakit terutama lalat, serangga, tikus dan anjing. Secara estetika sampah dapat digolongkan sebagai bahan yang dapat mengganggu pemandangan dan keindahan

lingkungan.

Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

1. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa – sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit buah, daun dan ranting.

2. Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non- hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk – produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng,

(Gelbert dkk, 1996 dalam Artiningsih 2008:20).

Menurut Gilbert dkk, 1996 dalam Artiningsih 2008:19, terdapat berbagai sumber timbulan sampah:

1. Sampah dari pemukiman penduduk, pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu, plastik dan lainnya.

2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah lainnya.

3. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah.

4. Sampah dari industri, dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam perusahaan kayu dan lain – lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang

dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering abu, sisa-sisa makanan, sisa bahan bangunan.

5. Sampah Pertanian, sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil saja dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari - hari. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah.

Berdasarkan keadaan fisiknya sampah dikelompokkan atas : 1. Sampah basah (garbage)

Sampah golongan ini merupakan sisa-sisa pengolahan atau sisa sisa makanan dari rumah tangga atau merupakan timbulan hasil sisa makanan, seperti sayur mayur, yang mempunyai sifat mudah membusuk, sifat umumnya adalah mengandung air dan cepat membusuk sehingga mudah menimbulkan bau.

2. Sampah kering (rubbish)

Sampah golongan ini memang diklompokkan menjadi 2 (dua) jenis a. Golongan sampah tak lapuk.

Sampah jenis ini benar-benar tak akan bisa lapuk secara alami, sekalipun telah memakan waktu bertahun-tahun, contohnya kaca dan mika.

b. Golongan sampah tak mudah lapuk.

Sekalipun sulit lapuk, sampah jenis ini akan bisa lapuk perlahan-lahan secara alami. Sampah jenis ini masih bisa dipisahkan lagi atas sampah yang mudah terbakar, contohnya seperti kertas dan kayu, dan sampah tak mudah lapuk yang tidak bisa terbakar, seperti kaleng dan kawat (Gelbert dkk., 1996 dalam Artiningsih 2008:21).

Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumber daya, yang menuntut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja yang tertentu (Prajudi, dalam Fian Afandi 2010:15). Dari limbah yang dihasilkan dapat dilakukan penanganan dengan beberapa kemungkinan yaitu daur ulang menjadi bahan baku pada suatu proses produksi (kertas, karton, plastik, logam, botol dan sebagainya), diolah menjadi kompos (umumnya dari jenis sampah organik), ditumpuk di tempat pembuangan sampah akhir.

Neolaka (dalam Rama 2013) berpendapat bahwa pengelolaan sampah merupakan upaya menciptakan keindahan dengan cara mengolah sampah yang dilaksanakan secara harmonis antara rakyat dan pengelola atau pemerintah secara bersama-sama. Sedangkan menurut Alex (dalam Rama 2013) pengelolaan sampah adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendauran ulang atau pembuangan dari material sampah.

Menurut Undang Undang Nomor 18 tahun 2008, tentang Pengelolaan sampah, dalam pasal (3), pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistimatis menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penangan

sampah. Dalam amanah ini, disebutkan bahwa pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab azas berkelanjutan, asas mamfaat, asas keadilan. Asas kesadaran, kebersamaan, keselamatan, dan memiliki nilai ekonomi.

Menurut Arif, 2010: 70 ada tiga tahap dalam pengelolaan sampah:

1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber

Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga.

2. Tahap pengangkutan

Dari dipo, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh pemerintah (Dinas).

3. Tahap pemusnahan

Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:

a. Sanitary Landfiil

Sanitary Landfiil adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam

metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat.

b. Incineration

Incineration atau insinerasi merupakan satu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.

Dalam pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan dampak maka sangat diharapkan peran aktif pemerintah dengan pelibatan masyarakat untuk turut peduli menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah yang telah digunakan. Bahwa dengan kepedulian yang tinggi, menyeluruh yang diiringi seruan, himbauan dan sosialisasi persuasif yang digagas pemerintah, dapat membuahkan hasil maksimal dalam penanganan pengelolaan sampah.

Pengelolaan sampah yang efektif dan efisien tentunya memerlukan siklus pendekatan menyeluruh, mulai sumber, dari tingkat proses produksi suatu kegiatan (barang dan jasa) sampai pada akhir proses pengelolaannya, dan pengepakan, pengiriman dan akhir pemusnahannya melalui kebijakan Regulai “3 R” Reuse, Reduce dan Recyle. Dalam pasal (20) UU Nomor 18 tahun 2008, mengenai pengurangan sampah perlu mendapat perhatian karena keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola secara baik dan benar akan menimbulkan gangguan dan dampak terhadap lingkungan. Salah satu solusi

pengelolaan sampah, sebagaimana termaktub dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah Pembatasan timbulan sampah, Pendauran ulang sampah; dan/atau, Pemanfaatan kembali sampah atau biasa disebut dengan sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle).

Rencana pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan sumber sampah, lokasi, pergerakan/peredaran, dan interaksi peredaran sampah dalam suatu lingkungan wilayah. Penanganan sampah yang tepat, selain dapat menjadi jalan keluar dari masalah keterbatasan lahan untuk penumpukan/pembuangan sampah, juga dapat memberikan manfaat atau nilai ekonomis. Pengelolaan Sampah terpadu 3R berbasis masyarakat merupakan paradigma baru dalam pengelolaan sampah. Paradigma baru tersebut lebih ditekankan kepada metode pengurangan sampah yang lebih arif dan ramah lingkungan. Metode tersebut lebih menekankan kepada tingkat perilaku konsumtif dari masyarakat serta kesadaran terhadap kerusakan lingkungan akibat bahan tidak terpakai lagi yang berbentuk sampah. Pengurangan sampah dengan metode 3R berbasis masyarakat lebih menekankan kepada cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu, rumah, atau kawasan seperti RT ataupun RW.

Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable) dan penerapan pembuangan limbah

yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen) yang tepat dalam pelaksanaannya. Prinsip pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga Recyle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru. Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu cara penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada daur ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas,dan lain-lain.

Prinsip dasar pengelolaan sampah yang ramah lingkungan mesti diawali oleh perubahan cara pandang dan perlakuan terhadap sampah. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir, sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru, yakni memandang sampah sebagai sumber daya yang bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan kembali, seperti pembuatan Kompos. Salah satu cara menanggulangi timbulan sampah adalah dengan menerapkan prinsip 3R (Reuse-Reduce-Recycle), dan itu mesti dimulai dengan membangun kebiasaan memilah sampah. Namun mengajak

masyarakat memilah sampah sangat sulit karena menyangkut kebiasaan, budaya, pemahaman dan ketidakpedulian sebagian masyarakat yang sangat rendah.

Dalam dokumen peran dinas tata ruang dan cipta karya (Halaman 43-53)

Dokumen terkait