• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen peran dinas tata ruang dan cipta karya (Halaman 55-59)

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian untuk memperoleh data dan informasi telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan mulai bulan Mei sampai Juli 2014.

Kabupaten Bulukumba merupakan target daerah yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian, mengingat Kabupaten Bulukumba dalam kurung waktu beberapa tahun terakhir ini telah berhasil meraih sejumlah penghargaan nasional serta mampu mempertahankan prestasi tersebut. Penelitian ini akan dilaksanakan di Ibu kota Kabupaten Bulukumba tepatnya di Kecamatan Ujungbulu.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Kualitatif adalah jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti serta menggunakan tipe penelitian deskriktif sebagai usaha mengungkap suatu masalah atau keadaan peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkap fakta dan memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti.

C. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata – kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain – lain.

Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan

informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. Data Sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari bahan bacaan, bahan pustaka dan laporan – laporan penelitian.

D. Informan Penelitian

Penelitian mengenai Peran Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Dalam Pengelolaan Sampah Di Kabupaten Bulukumba, memerlukan informan yang menjadi target dalam penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat. Adapun teknik penentuan informan yang digunakan adalah Purposive Sampling. Informan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba (1 orang).

2. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana (1 orang).

3. Kepala Seksi Kebersihan, Pertanaman dan Pemakaman (1 orang).

4. Tokoh Masyarakat (4 orang).

E. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara yaitu kegiatan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari informan yang telah ditetapkan.

2. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala – gejala yang diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap obyek penelitian ini untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal – hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

F. Tehnik Analisis Data

Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu analisis yang berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan dan makna dari data yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan – pernyataan, tafsiran – tafsiran setelah menggali data dari beberapa orang informan kunci yang ditabulasiakn dan dipresentasekan sesuai dengan hasil temuan (observasi) dan wawancara mendalam penulis dengan para informan, hasil pengumpulan data tersebut diolah secara manual, direduksi (memilih hal – hal pokok) selanjutnya hasil reduksi tersebut dikelompokkan dalam bentuk segmen tertentu (display data) dan kemudian disajikan dalam bentuk conten analisis dengan penjelasan – penjelasan, selanjutnya diberi kesimpulan, sehingga dapat menjawab rumusan masalah, menjelaskan dan terfokus pada representasi terhadap fenomena yang hadir dalam penelitian.

G. Pengabsahan Data

Triangulasi bermakna yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data

yang akan dikumpulkan dari berbagai sumber data dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau tehnik tertentu diuji kekuatan atau ketidak akuratannya.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengumpulan data.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Sejarah Singkat Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu "Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti

"masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya".Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing. Bangkeng Buki' (secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng Buki' sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.

Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis "Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba". Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten.

Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah

Tingkat II di Sulawesi yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang Lambang Daerah.

Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994. Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan pelantikan bupati pertama, yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.

2. Slogan Kabupaten Bulukumba

Paradigma kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan memberikan nuansa moralitas dalam sistem pemerintahan yang pada tatanan tertentu menjadi etika bagi struktur kehidupan masyarakat melalui satu prinsip "Mali’ siparappe, Tallang sipahua." Ungkapan yang mencerminkan perpaduan dari dua dialek bahasa Bugis Makassar tersebut merupakan gambaran sikap batin masyarakat Bulukumba untuk mengemban amanat persatuan di dalam mewujudkan keselamatan bersama demi terciptanya tujuan pembangunan lahir dan batin, material dan spiritual, dunia dan akhirat.

Nuansa moralitas ini pula yang mendasari lahirnya slogan pembangunan

"Bulukumba Berlayar" yang mulai disosialisasikan pada bulan September 1994 dan disepakati penggunaannya pada tahun 1996. Konsepsi "Berlayar" sebagai

moral pembangunan lahir batin mengandung filosofi yang cukup dalam serta memiliki kaitan kesejarahan, kebudayaan dan keagamaan dengan masyarakat Bulukumba. "Berlayar" merupakan sebuah akronim dari kalimat kausalitas yang berbunyi "Bersih Lingkungan, Alam Yang Ramah". Filosofi yang terkandung dalam slogan tersebut dilihat dari tiga sisi pijakan, yaitu sejarah, kebudayaan dan keagamaan.

a. Pijakan Sejarah (History)

Bulukumba lahir dari suatu proses perjuangan panjang yang mengorbankan harta, darah dan nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba terhadap kolonial Belanda dan Jepang menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945 diawali dengan terbentuknya "barisan merah putih" dan

"laskar brigade pemberontakan Bulukumba angkatan rakyat". Organisasi yang terkenal dalam sejarah perjuangan ini, melahirkan pejuang yang berani mati menerjang gelombang dan badai untuk merebut cita–cita kemerdekaan sebagai wujud tuntutan hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara.

b. Pijakan Kebudayaan (Culture)

Dari sisi budaya, Bulukumba telah tampil menjadi sebuah "legenda modern" dalam kancah percaturan kebudayaan nasional, melalui industri budaya dalam bentuk perahu, baik itu perahu jenis phinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis lepa–lepa yang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia internasional. Kata layar memiliki pemahaman terhadap adanya subjek yang bernama perahu sebagai suatu refleksi kreativitas masyarakat Bulukumba.

c. Pijakan Keagamaan (Religion)

Masyarakat Bulukumba telah bersentuhan dengan ajaran agama Islam sejak awal abad ke–17 Masehi yang diperkirakan tahun 1605 M. Ajaran agama Islam ini dibawa oleh tiga ulama besar (waliyullah) dari Pulau Sumatera yang masing–masing bergelar Dato Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang (Makassar) dan Dato Patimang (Luwu). Ajaran agama Islam yang berintikan tasawwuf ini menumbuhkan kesadaran religius bagi penganutnya dan menggerakkan sikap keyakinan mereka untuk berlaku zuhud, suci lahir batin, selamat dunia dan akhirat dalam kerangka tauhid "appasewang" (meng-Esa-kan Allah SWT).

3. Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba

Kabupaten Bulukumba terletak dibagian selatan dari jazirah Sulawesi Selatan dan berjarak 153 km dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan).

Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,7 km² atau 2,5 % dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bulukumba terdiri dari 10 kecamatan yaitu Kecamatan Ujungbulu (Ibukota Kabupaten), Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa, Kecamatan Ujungloe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Tiga kecamatan sentra pengembangan pertanian dan perkebunan yaitu Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale dan Kecamatan Bulukumpa.

Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.

Batas-batas wilayahnya adalah:

Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai Sebelah Selatan: Laut Flores Sebelah Timur: Teluk Bone

Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng

Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke Utara dengan ketinggian 100 sampai dengan diatas 500 meter dari permukaan laut meliputibagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82°C – 27,68°C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Berdasarkan analisis Smith – Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembab atau agak basah.

Sungai di kabupaten Bulukumba ada 32 aliran yang terdiri dari sungai besar dan sungai kecil. Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang adalah sungai Sangkala yakni 65,30 km, sedangkan yang terpendek adalah sungai Biroro yakni 1,50 km. Sungai-sungai ini mampu mengairi lahan sawah seluas 23.365 Ha. Kepadatan penduduk Kabupaten Bukumba pada tahun 2009 yaitu rata-rata 340 jiwa per km². Kecamatan Ujungbulu mempunyai kepadatan yang tinggi dikarenakan sebagai ibukota kabupaten dan aktivitas yang tinggi dengan jumlah penduduk yang besar dan luas daerah relatif kecil jika dibandingkan kecamatan lainnya.

4. Profil Kecamatan Ujungbulu

Kecamatan Ujung Bulu adalah salah satu Kecamatan dari sepuluh Kecamatan di Kabupaten Bulukumba. Luas Kecamatan Ujung Bulu hanya 14,44 km² atau 1,25 % dari luas Kabupaten Bulukumba (BPS, 2013:6). Dengan luas 14,44 km², ini menjadikan Kecamatan Ujung Bulu sebagai Kecamatan paling kecil di antara Kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Bulukumba. Meskipun menjadi Kecamatan paling kecil, menjadi Ibu Kota dari Kabupaten adalah keistimewaan dari Kecamatan ini, menjadi pusat segala aktivitas masyarakat Bulukumba mulai dari kegiatan pemerintahan, kegiatan sektor swasta dan lain- lain. Kecamatan Ujung Bulu menjadi Kecamatan dengan tingkat kesibukan penduduk yang paling tinggi di Kabupaten Bulukumba, ini dikarenakan jumlah penduduk yang mencapai 48.816 jiwa dimana jumlah penduduk laki-laki 23.456 jiwa dan perempuan 25.360 jiwa (BPS, 2013:51) ditambah dengan penduduk dari daerah lain yang setiap harinya berativitas di dalam Kecamatan Ujung Bulu.

Secara geografis Kecamatan Ujung Bulu terletak pada koordinat antara 5°30” sampai 5°32” Lintang Selatan dan 120°12” sampai 120°30” Bujur Timur serta berada pada ketinggian 0-25 di atas permukaan laut (BPS, 2013:7). Dari luas 14,44 km², Kecamatan Ujung Bulu terbagi dalam 9 Kelurahan, 29 lingkungan, 80 RW serta 168 RT (BPS, 2103:17), dimana Ibu Kota dari kecamatan Ujung Bulu sendiri adalah Kelurahan Terang-terang.

5. Profil Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba mempunyai

kedudukan sebagai unsur lembaga teknis dibidang perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang dalam melaksanakan tugasnya di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris daerah.

Tugas pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, dalam mendukung terwujudnya tujuan sistem perencanaan pembangunan nasional antara lain: mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah; menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

a. Tugas Pokok

Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam menentukan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan, penilaian, pelaksanaan pembangunan dan pengembangan daerah.

b. Fungsi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

Untuk melaksanakan tugas pokok dimaksud, Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tungasnya.

4. Pelaksanaan tugas lain yang ditentukan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Visi dan Misi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karaya

Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi juga dapat diartikan sebagai imajinasi, konsep dan atau proyeksi tentang gambaran masa depan yang lebih baik untuk mungkin bisa dicapai. Fungsi visi adalah, memberikan arahan dan motivasi yang merangsang semua orang dalam organisasi untuk mengejar masa depan yang lebih sukses. Adapun visi Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba adalah “Terwujudnya Penataan Ruang dan Lingkungan Perumahan dan Permukiman yang Aman, Nyaman, Sehat dan Teratur.”

Untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, setiap organisasi (SKPD) harus mempunyai misi yang jelas. Misi merupakan uraian tentang amanah yang diemban oleh organisasi. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Suatu pernyataan misi secara eksplisit menyatakan apa yang ahrus dicapai oleh organisasi dan kegiatan, spesifik apa yang harus dilaksanakan dalam mencapai hal tersebut. Misi mengidentifikasi langkah-langkah utama yang akan timbul untuk mendukung pencapaian visi. Misi dalam hal ini dimaksudkan sebagai kegiatan/usaha/upaya

pokok yang ditentukan untuk dapat mewujudkan kondisi/keadaan yang diharapkan visi. Dari visi yang ada, dapat dijabarkan misi sebaga berikut:

1. Mewujudkan Rencana Tata Ruang sebagai alat pengendali pemanfaatan ruang.

2. Mewujudkan mutu perumahan dan permukiman yang siap huni.

3. Mewujudkan peningkatan dan pengembangan infrastruktur yang optimal.

B. Karakteristik Informan

1. Pegawai Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya

Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri (Wibowo 2014).

Data yang dihimpun dari informan diperoleh dari pegawai Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba untuk memperoleh data-data tentang peran Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba.

Untuk lebih jelasnya karakteristik informan Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya dapat dilihat pada halaman selanjutnya:

No. Nama Inisial Umur Jabatan

1 Drs. Pasakai, M.Si PA 52 Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

2 H. Muh. Syahrir, S.Sos MS 52 Kepala Bidang Sarana dan Prasarana

3 A. Ady Syam Adnan AA 47 Kepala Seksi Kebersihan, Pertanaman dan Pemakaman

2. Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat merupakan orang yang memiliki pengaruh dan dihormati oleh masyarakat karena kekayaan pengetahuannya maupun kesuksesannya dalam menjalani kehidupan. Ia menjadi contoh atau teladan bagi orang lain karena pola pikir yang dibangun melalui pengetahuan yang dimiliki sehingga dipandang sebagai seseorang yang pandai dan bijaksana juga menjadi panutan bagi banyak orang.

Data yang dihimpun dari informan diperoleh dari tokoh masyarakat di Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba untuk memperoleh data-data tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Untuk lebih jelasnya karakteristik informan tokoh masyarakat dapat dilihat dari tabel berikut ini:

No. Nama Inisial Umur Jabatan

1 Yakub YA 42 Ketua RT 01 Kelurahan Ela-ela 2 Muh. Alief MA 40 Ketua RT 02 Kelurahan Terang-terang 3 Juma' JU 45 Ketua RT 02 Kelurahan Bentenge 4 Muh. Aming MA 48 Ketua RT 02 Kelurahan Loka

C. Peran Dinas Tata Ruang Dan Cipta Karya Dalam Pengelolaan Sampah Di Kabupaten Bulukumba

1. Implementor

Implementor adalah aktor yang mengimplementasikan kebijakan, sedangkan Implementasi kebijakan merupakan tahap yang penting dalam kebijakan. Tahap ini menentukan apakah kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah benar-benar aplikabel di lapangan dan berhasil untuk menghasilkan output seperti yang telah direncanakan.

a. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah merupakan bentuk teknis kegiatan menyatukan sampah dalam suatu wadah. Bentuk kegiatan pengumpulan sampah adalah membersihkan jalan raya yang sekaligus merupakan proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan jalan dari segala jenis sampah. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba terkait dengan pengumpulan sampah yang dilakukan:

”Berbicara mengenai teknisnya, itu dilakukan oleh petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah di jalan, dimana para petugas menyapu sampah yang ada di jalan raya kemudian mengumpulkannya di bak-bak sampah yang ada di pinggir jalan.”

(wawancara dengan PA. Senin, 12-05-2014).

Analisis dari hasil wawancara dengan informan terkait dengan bentuk teknis pengumpulan sampah yang dilakukan adalah untuk masalah teknis pembersihan atau pengumpulan sampah itu dilakukan oleh petugas kebersihan, dimana para petugas penyapu mengumpulkan sampah tersebut kedalam wadah yang telah di

siapkan.

Senada dengan itu, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba mengatakan bahwa:

”Kalau bentuk teknis dari pengumpulan sampah itu sendiri adalah para petugas penyapu jalanlah yang melakukan pengumpulan tersebut. Para petugas tersebut mengumpulkan sampah yang berserakan di pinggir jalan kemudian menyatukannya dalam satu wadah yang nantinya akan diangkut oleh petugas yang lainnya.” (Wawancara dengan MS. Rabu, 21-05-2014) Analisis dari hasil wawancara dengan informan adalah bentuk teknis dari pengumpulan sampah ialah para petugas penyapu jalan mengumpulan sampah di pinggir jalan dalam satu wadah yang kemudian nantinya akan diangkut oleh petugas lainnya.

Lanjut dari itu Kepala Seksi Kebersihan, Pertanaman dan Pemakaman Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba juga mengatakan bahwa:

”Dalam melakukan pengumpulan sampah kami telah melakukan apa yang kemudian menjadi tugas kami. Para petugas mengumpulkan sampah yang berserakan di jalan kemudian menampungnya di bak-bak sampah yang ada di pinggir jalan. Hal ini dilakukan oleh para petugas menyapu jalan mulai hari senin-sabtu kecuali petugas yang bertugas di dalam pasar sentral/terminal tetap bekerja pada hari minggu, dari jam 07.15-11.00 adalah jadwal bagi petugas penyapu. Tidak seperti di daerah lain yang mungkin petugas penyapunya bergantian mulai dari pagi, siang dan sore, hal seperti ini terjadi karena persoalan anggaran dan bahkan tidak semua jalan disapu oleh petugas, oleh sebab itu kebersihan jalan tidak dapat tercipta secara maksimal. Adapun jumlah petugas penyapu jalan sebanyak 98 orang kami bagi dalam 10 zona, yakni pada zona 1 sebanyak 13 orang, zona 2: 11 orang, zona 3: 8 orang, zona 4: 15 orang, zona 5: 7 orang, zona 6: 10 orang, zona 7: 10 orang, zona 8: 5 orang, zona 9: 8 orang dan zona 10: 11 orang. Tetapi meskipun seperti itu sejauh ini pemerintah sangat bersyukur dengan keterlibatan masyarakat secara langsung yang sadar akan lingkungannya. Keterlibatan masyarakat secara langsung tersebut bisa membantu pekerjaan dari kami sekaligus menutupi

kekurangan yang kami miliki.”

(wawancara dengan AA. Jumat, 16-05-2014).

Analisis dari hasil wawancara dengan informan terkait dengan bentuk teknis pengumpulan sampah yang dilakukan adalah Seksi Kebersihan, Pertanaman dan Pemakaman mengumpulkan sampah kedalam bak-bak yang ada di pinggir jalan dan telah melakukan pembagian tugas bagi para petugas penyapu jalan untuk melakukan pengumpulan sampah serta menetapkan jadwal dari para petugas tersebut. Dialain sisi keterlibatan masyarakat dengan kesadarannya akan lingkungan sangat membantu tugas dari pemerintah.

b. Pengangkuatan Sampah

Pengangkutan sampah merupakan proses pemindahan sampah dari suatu tempat ke tempat lain. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba terkait dengan pengangkuatan sampah yang menyatakan bahwa:

”Untuk tahap pengangkutan itu terbagi dua, yakni: pengangkutan dari sumber ke TPS (pengangkuatan ini dilakukan oleh petugas motor sampah dengan cara mengangkut sampah yang terkumpul di bak-bak sampah yang sebelumnya ditampung oleh petugas penyapu jalan, begitupun dengan sampah-sampah dari masyarakat yang ditampung di bak-bak tersebut) dan dari TPS ke TPA (dilakukan oleh petugas pengangkut, pengangkuatan ini dilakukan dengan cara sampah yang sebelumnya terkumpul di TPS kemudian diangkat menggunakan amb roll/mobil sampah dan ada juga truk dan pic up yang langsung membawa sampah tersebut dati TPS ke TPA).” (wawancara dengan PA. Senin, 12-05-2014).

Analisis dari hasil wawancara dengan informan terkait dengan upaya pengangkuatan sampah yang dilakukan adalah ada dua tahap pengangkuatan yang dilakukan yakni pengangkuatan dari sumber ke TPS dengan menggunakan motor

Dalam dokumen peran dinas tata ruang dan cipta karya (Halaman 55-59)

Dokumen terkait