tidak berada di kawasan rawan bencana dengan kategori tinggi. Sedangkan, perencanaan pembangunan lingkungan hunian baru dapat dilakukan pada kawasan yang belum terbangun. Adapun Perencanaan pembangunan kembali lingkungan hunian dapat dilakukan apabila kawasan sudah tidak sesuai sebagai peruntukan permukiman atau mengalami kerusakan, kemunduran atau degradasi.
Gambar 2. 14 Contoh Rencana Pengembangan dan Pembangunan Lingkungan Hunian
c. Kawasan peruntukan permukiman dalam RTRW namun kondisi eksistingnya mengalami kerusakan, kemunduran atau degradasi dan direncanakan pembangunan kembali melalui rehabilitasi, rekonstruksi dan peremajaan.
2) Mempertimbangkan kondisi pelayanan PSU dalam mewujudkan arahan pengembangan perumahan dan permukiman.
3) Rencana Pengembangan Lingkungan Hunian
Rencana pengembangan lingkungan hunian dilakukan pada kawasan yang peruntukannya dalam RTRW sesuai dengan kondisi eksisting yang telah ada sebagai kawasan perumahan dan permukiman untuk dilakukan pengembangan dan peningkatan kualitas LH menuju permukiman yang layak huni dan berkelanjutan (tidak dalam kategori mengalami kerusakan, kemunduran atau degradasi lingkungan).
4) Rencana Pengembangan Lingkungan Hunian (LH) Perkotaan mencakup penyusunan:
a. Rencana peningkatan efisiensi potensi lingkungan hunian perkotaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan perkotaan.
b. Rencana peningkatan pelayanan lingkungan hunian perkotaan;
c. Rencana peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan hunian perkotaan;
d. Rencana pencegahan terhadap tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
e. Rencana pencegahan tumbuh dan berkembangnya lingkungan hunian yang tidak terencana dan tidak teratur.
5) Rencana Pengembangan Lingkungan Hunian (LH) Perdesaan mencakup penyusunan:
a. Rencana peningkatan efisiensi potensi lingkungan hunian perdesaan dengan memperhatikan fungsi dan peranan perdesaan;
b. Rencana peningkatan pelayanan lingkungan hunian perdesaan;
c. Rencana peningkatan keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum lingkungan hunian perdesaan;
d. Rencana penetapan bagian lingkungan hunian perdesaan yang dibatasi dan yang didorong pengembangannya;
e. Rencana peningkatan kelestarian alam dan potensi sumber daya perdesaan.
6) Rencana Pembangunan Lingkungan Hunian Baru
Rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru Perkotaan dan perdesaan dilakukan pada Kawasan yang peruntukannya dalam RTRW sebagai kawasan perumahan/ permukiman namun kondisi eksistingnya belum terbangun (lahan kosong) dan direncanakan sebagai LH baru skala besar atau bukan skala besar dengan PSU, yang lokasi pembangunannya diusulkan oleh Badan Hukum bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman atau Pemda dan ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
Kriteria dan pertimbangan bagian LH atau SP yang dikategorikan pada pembangunan LH baru, yaitu:
1) Kawasan yang peruntukannya dalam RTRW sebagai kawasan perumahan/
permukiman namun kondisi eksistingnya belum terbangun (lahan kosong) dan direncanakan sebagai LH baru skala besar atau bukan skala besar dengan PSU, yang lokasi pembangunannya diusulkan oleh Badan Hukum bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman atau Pemda dan ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
2) Mempertimbangkan usulan lokasi pembangunan LH baru oleh Badan Hukum bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman atau Pemerintah daerah.
3) Mempertimbangkan penyediaan tanah berupa pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.
4) Mempertimbangkan aspek tingkat kebutuhan dan keterjangkauan.
5) Mempertimbangkan ketersediaan alokasi ruang untuk fungsi hunian baru.
6) Mempertimbangkan integrasi PSU eksisting dan rencana pembangunan PSU.
Perencanaan pembangunan lingkungan Hunian baru perkotaan meliputi perencanaan:
a. Lingkungan hunian baru skala besar dengan Kasiba;
Lingkungan hunian baru skala besar merupakan lingkungan hunian yang direncanakan secara menyeluruh dan terpadu yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
b. Lingkungan hunian baru bukan skala besar dengan PSU.
Lingkungan hunian baru bukan skala besar lingkungan hunian yang direncanakan secara menyeluruh dan terpadu yang pelaksanaannya diselesaikan dengan jangka waktu tertentu.
Sedangkan perencanaan pembangunan lingkungan Hunian baru perdesaan meliputi perencanaan lingkungan hunian baru sesuai RTRW. Rencana pembangunan Lingkungan Hunian baru Perkotaan dan perdesaan mencakup penyusunan:
a. Rencana penyediaan lokasi permukiman;
b. Rencana penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum permukiman; dan c. Rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
7) Rencana Pembangunan Kembali Lingkungan Hunian
Rencana pembangunan kembali lingkungan hunian dilakukan pada kawasan yang peruntukannya dalam RTRW sebagai kawasan perumahan/permukiman yang mengalami kerusakan, kemunduran atau degradasi lingkungan sehingga perlu dilakukan pemindahan (relokasi ke kawasan budidaya atau relokasi ke kawasan yang lebih aman dari bencana). Perencanaan pembangunan kembali lingkungan hunian dilakukan dengan:
a. Rehabilitasi
Pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan melalui perbaikan dan/atau pembangunan baru untuk memulihkan fungsi hunian secara wajar sampai tingkat yang memadai.
Rencana rehabilitasi mencakup:
(1) Identifikasi lokasi dari lingkungan hunian perkotaan yang membutuhkan rehabilitasi;
(2) Identifikasi aspek-aspek dari lingkungan hunian perkotaan yang membutuhkan rehabilitasi;
(3) Indikasi program pelaksanaan rehabilitasi lingkungan hunian perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau setiap orang.
b. Rekonstruksi
Pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan melalui perbaikan dan/atau pembangunan baru dengan sasaran utama menumbuhkembangkan kegiatan perekonomian, sosial, dan budaya. Rencana rekonstruksi mencakup:
(1) Identilikasi lokasi dari lingkungan hunian perkotaan yang membutuhkan rekonstruksi;
(2) Identifikasi aspek-aspek dari lingkungan hunian perkotaan yang membutuhkan rekonstruksi; dan
(3) Indikasi program pelaksanaan rekonstruksi lingkungan hunian perkotaan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau setiap orang.
c. Peremajaan
Pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan yang dilakukan melalui penataan secara menyeluruh. Rencana peremajaan mencakup:
(1) Identifikasi lokasi dari lingkungan hunian perkotaan yang membutuhkan peremajaan;
(2) Identifikasi aspek-aspek dari lingkungan hunian perkotaan yang membutuhkan peremajaan;
(3) Indikasi program pelaksanaan peremajaan lingkungan hunian perkotaan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau setiap orang.
2.3.3 Rencana Keterpaduan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum
Keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman dilakukan sebagai pengikat satu kesatuan sistem perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan hierarkinya berdasarkan RTRW, hal tersebut sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2011 Pasal 90 ayat (1). Keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum diselenggarakan sesuai hierarkinya pada tiap-tiap entitas perumahan dan permukiman, yaitu:
a. rumah;
b. perumahan;
c. permukiman;
d. lingkungan hunian; dan e. kawasan permukiman.
Kriteria Keterpaduan prasarana, sarana, dan utilitas umum pada perumahan dan kawasan permukiman antara lain:
a. tersedianya prasarana jaringan jalan yang saling terhubung pada seluruh area perumahan dan kawasan permukiman dengan tingkat kerataan permukaan jalan yang sesuai standar teknis serta lebar yang sesuai dengan hierarki Perumahan dan Kawasan Permukiman;
b. jaringan jalan pada setiap permukiman dapat terjangkau dengan moda transportasi umum sehingga memudahkan penghuninya menuju pusat pelayanan atau tempat ativitas lainnya;
c. tersedianya jaringan drainase yang terintegrasi dalam sistem drainase perkotaan yang meliputi jaringan primer, sekunder, tersier, dan saluran lokal pada perumahan dan kawasan permukiman dengan kualitas konstruksi drainase yang baik dan terpelihara sehingga air hujan yang jatuh dapat mengalir dan tidak menimbulkan genangan sesuai standar pelayanan minimal;
d. tersedianya SPAM jaringan perpipaan yang terintegrasi dengan sumber air baku atau SPAM bukan jaringan perpipaan yang terlindungi dengan memperhatikan aspek ekologis sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan air minum aman sesuai standar pelayanan minimal;
e. tersedianya sistem pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi persyaratan teknis yang terintegrasi pada perumahan dan kawasan permukiman sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, dan melindungi kualitas air baku dari pencemaran air limbah domestik;
f. tersedianya pengelolaan persampahan yang memadai pada perumahan dan kawasan permukiman dan terintegrasi dalam sistem pengelolaan persampahan berupa pewadahan dan pemilahan dari sumber, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan sekitar;
g. tersedianya persampahan yang terpelihara pada perumahan dan kawasan permukiman dan terintegrasi dalam sistem pengelolaan persampahan berupa pewadahan dan pemilahan domestik, pengumpulan lingkungan, pengangkutan lingkungan, pengolahan lingkungan dan pemrosesan akhir sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah;
h. tersedianya sistem proteksi kebakaran;
i. tersedianya sarana yang memadai dengan kapasitas pelayanan yang sesuai dengan besaran area serta jumlah penduduk yang dilayani;
j. tersedianya ruang terbuka hijau yang memadai sebagai area resapan air dan penyeimbang sirkulasi udara serta fungsi lainnya dengan mempertimbangkan luas wilayah dan jumlah penduduk;
k. tersedianya jaringan listrik pada setiap unit rumah dan jaringan telekomunikasi pada setiap Perumahan; dan
l. tersedianya jaringan gas rumah tangga yang aman.
A. Keterpaduan Jaringan/Sistem Prasarana