• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan

Rencana sistem jaringan pergerakan pada Kawasan Perkotaan Sungailiat meliputi rencana peningkatan kelas jalan, rencana dimensi jalan, dan rencana sirkulasi lalu lintas.

Rencana pembangunan dan pengembangan jalan pada wilayah perencanaan antara lain Pengembangan jaringan jalan lingkar timur penyediaan jaringan transportasi Lingkar Timur dari Pangkalpinang – Sungailiat.

Rencana pengembangan jaringan jalan antara lain:

(1) Jalan kolektor primer

Jalan kolektor primer merupakan jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan jenjang kedua lainnya dan atau kota jenjang kedua dengan jenjang ketiga. Jalan ini direncanakan untuk kecepatan paling rendah 40 km/jam dengan lebar badan jalan lebih dari 7 meter. Rencana Pengembangan jalan kolektor primer yang ada pada Kawasan Perkotaan Sungailiat yaitu:

a) Rencana peningkatan jalan negara Pangkalpinang – Sungailiat;

b) Pangkalpinang – Sungai Liat – Simpang Lumut - Belinyu –Tj.Gudang c) Sungailiat – Puding Besar

d) Sungailiat – Bakam

e) Air Kenanga – Rebo – Sungailiat (2) Jalan Lokal Primer

Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jalan masuk dibatasi atau jalan yang menghubungkan antar kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jalan yang masuk kategori ini adalah jalan yang menghubungkan antar kawasan di Kawasan Perkotaan Sungailiat. Jalan lokal yang ada pada Kawasan Perkotaan Sungailiat yaitu:

Tabel 2. 6 Jalan Lokal Primer di Kawasan Perkotaan Sungailiat

No Ruas Jalan Fungsi Jalan Panjang Jalan (KM)

1 Jalan STIPER (Bappeda) Lokal Primer 319

2 Jalan Diponegoro Lokal Primer 1,000

3 Jalan STIPER Lokal Primer 0,137

4 Jalan PDAM Tirta Bangka Lokal Primer 0,350

5 Jalan Bukit Siam Lokal Primer 0,556

6 Jalan Sekolah Lokal Primer 0,26

(3) Jalan Lokal Sekunder

Merupakan jalan umum berfungsi untuk menghubungkan pusat-pusat lingkungan.

Tabel 2. 7 Jalan Lokal Sekunder di Kawasan Perkotaan Sungailiat

No Ruas Jalan Fungsi Jalan Panjang Jalan (KM)

1 Jalan Air Anyut Lokal Sekunder 0,975

2 Jalan Talang Semut I Lokal Sekunder 3,250

3 Jalan Talang Semut II Lokal Sekunder 0,500

4 Jalan Rempuding Lokal Sekunder 0,900

5 Jalan P. Peker / Jalan Camar Lokal Sekunder 0,800

6 Jalan Perbakin I, II, III Lokal Sekunder 1,199

No Ruas Jalan Fungsi Jalan Panjang Jalan (KM)

7 Jalan Dieng Lokal Sekunder 0,400

8 Jalan Dieng Lokal Sekunder 2,000

9 Jalan Maras, Malabar & Mangkol Lokal Sekunder 0,550

10 Jalan Menumbing Lokal Sekunder 1,200

11 Jalan Galunggung Lokal Sekunder 1,615

12 Jalan Jaya Wijaya Lokal Sekunder 1,000

13 Jalan Muria Lokal Sekunder 0,200

14 Jalan Samping Orom Lokal Sekunder 0,400

15 Jalan Rinjani / Rantau Lokal Sekunder 0,200

16 Jalan Senang Hati Lokal Sekunder 0,200

17 Jalan Sudirman – Rajabasa Lokal Sekunder 0,950 18 Lingk. Perbakin - Jalan Dieng Lokal Sekunder 0,800

19 Jalan Dempo Lokal Sekunder 0,143

20 Jalan Sawah Lokal Sekunder 0,583

21 Jalan SDN 2 - Sripemandang (PGRI) Lokal Sekunder 0,750

22 Jalan Angsa – Sempalet Lokal Sekunder 0,880

23 Perum. Guru Belakang SDN. 15 Lokal Sekunder 2,000

(4) Jalan Lingkungan

Jalan lingkungan adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dengan kecepatan rendah. Jalan yang masuk kategori ini adalah jalan-jalan yang menghubungkan antar permukiman di seluruh kelurahan yang ada di Kawasan Perkotaan Sungailiat.

b. Rencana Perparkiran

Rencana Perparkiran yang akan dikembangkan di Kawasan Perkotaan Sungailiat adalah pengaturan perparkiran on street parking (parkir di pinggir badan jalan) dan pengembangan perparkiran off street parking (parkir di luar badan jalan).

Rencana penertiban parkir di bahu jalan (on street) di Kawasan Perkotaan Sungailiat adalah:

(1) Membatasi parkir di badan jalan terutama pada daerah dengan tingkatan tarikan pergerakan tinggi, seperti pada pusat kota, Jalan Pemuda dan di sekitar Kawasan Komersil.

(2) Pemasangan rambu larangan parkir dengan jarak yang optimal pada setiap persimpangan ruas-ruas jalan utama disertai mekanisme sanksi yang tegas terhadap pelanggarannya.

(3) Pemasangan rambu dan marka jalan yang jelas pada area-area yang diperbolehkan untuk parkir on street.

(4) Pengorganisasian yang tertib dalam pengelolaan parkir on street yang didukung oleh sumber daya manusia pengelola parkir yang disiplin dan bertanggung jawab serta manejemen pengelolaan yang baik.

c. Angkutan Umum dan Terminal

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bangka tahun 2010 – 2030 Kawasan Perkotaan Sungailiat memiliki 1 terminal angkutan umum Tipe C yaitu Terminal Sungailiat. Lokasi terminal sekarang berada pada pusat kegiatan ekonomi di kawasan perkotaan Sungailiat dan berada di tepi jalan utama (Jalan Jendral Sudirman) dengan lahan seluas ± 10.000 m2, akan tetapi dipertahankan untuk melayani kebutuhan Kota Sungailiat hingga tahun 2030.

Untuk mengantisipasi kebutuhan wilayah, maka Pemerintah Kabupaten Bangka merencanakan membangun terminal Sungailiat di lokasi baru, yaitu di Kecamatan Pemali dan ditingkatkan menjadi terminal tipe B, lokasi terminal tersebut direncanakan dibangun di kelurahan Air Ruay di atas lahan seluas 5 Ha.

Dalam mengatasi permasalahan pergerakan yang disebabkan oleh angkutan umum, maka dilakukan penataan angkutan umum dan pengembangan terminal. Penataan ini dilakukan dengan menyusun sistem tata transportasi lokal guna melayani jaringan trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang. Penataan sistem transportasi lokal diharapkan dapat berkontribusi signifikan terhadap kondisi jaringan jalan kabupaten.

Gambar 2. 7 Rute Trayek Angkutan Kota Dalam Wilayah Kabupaten Bangka

Tabel 2. 8 Trayek Angkutan Kota Dalam Wilayah Kabupaten Bangka

Kode Rute Trayek

Batas Jumlah Kendaraan

dalam Trayek

Jenis Perjalan

an AA Terminal - Jl. Jend. Sudirman - Jl. Pemuda - Jl. Jend. A. Yani Jalur II

- Sp. Gedung Juang - Jl. Jend. Sudirman / Parit Padang - Terminal 110 Komuter AB Terminal - Jl. Jend. Sudirman - Sp. 3 Sri Ayu - Jl. Bathin Tikal - Sri

Penamdang - Air Ruai - Pemali. 50 PP

AC Terminal - Jl. Muhidin - Jl. Kapten Suratman Arief - SMP 3

Jelutung / Sinar Jaya - Kp. Cit 75 PP

AA Terminal - Jl. Jend. Sudirman - Jl. Pemuda - Jl. Jend. A. Yani Jalur II

- Sp. Gedung Juang - Jl. Jend. Sudirman / Parit Padang - Terminal 110 Komuter AD Terminal - Jl Muhidin - Jl. Pahlawan XII ( belakang Kantor Timah

) - Jl. Yos Sudarso - Jl. RE Martadinata - Jl. Raya Tjg. Pesona - Sp.

Objek Wisata Tj. Pesona.

30 PP

AE Terminal - Sp. 5 Kuday - Kp. Pasir - Jl. Raya Matras - Pantai

Matras. 30 PP

AF Terminal - Jl. Jend. Sudirman - Sp. 4 Taman Sari - Kp. Jawa - Jl.

Jend. A. Yani ( Kantor Camat Sungailiat ) - Sp. 4 Rumah Dinas Sekda - Sp. 4 Kantor Kades Air Ruai

15 PP

AG Sp. 3 SMP. 4 Pemali - Lubuk Kelik - Sp. 4 Gedung Juang - Jl. Jend.

Sudirman - Sp. 3 Rebo ( Puskesmas Kenanga ) - Desa Rebo - Pantai Rebo.

15 PP

2) Rencana Sistem Jaringan Utilitas a. Rencana Sistem Air Bersih

Rencana kebutuhan air bersih dialokasikan untuk unit konsumsi sejumlah 120 liter/orang/hari sesuai dengan standar kimpraswil. Dari asumsi tersebut diketahui bahwa kebutuhan air bersih masyarakat Kawasan Perkotaan Sungailiat dengan dihitung berdasarkan standar sebagai berikut:

(1) Fasilitas sosial dan kantor membutuhkan 15% dari kebutuhan rumah tangga.

(2) Fasilitas komersial/Industri membutuhkan sebesar 30% dari kebutuhan rumah tangga.

(3) Hidran umum sebesar 40% dari kebutuhan rumah tangga.

(4) Cadangan kebocoran 20% dari kebutuhan total.

Perhitungan kebutuhan air bersih di atas menunjukkan kebutuhan air bersih di Kawasan Perkotaan Sungailiat tahun 2033 sebesar 51.910,7 m³/hari. Kebutuhan air bersih sebagai salah satu kebutuhan pokok penduduk tentunya akan meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk.

Adapun komponen unit distribusi pada sistem penyediaan air bersih Kawasan Perkotaan Sungailiat terdiri dari :

(1) Reservoar distribusi

Fasilitas penampungan air distribusi ini dapat terletak di tanah atau menara untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh daerah permukiman.

(2) Perpipaan distribusi

Perpipaan untuk distribusi air bersih di Kawasan Perkotaan Sungailiat adalah sebagai berikut:

a) Pipa ukuran 300 mm meliputi kelurahan Parit Padang b) Pipa ukuran 250 mm meliputi kelurahan Sri Menanti

c) Pipa ukuran 200 mm meliputi kelurahan Kuday dan Sri Menanti

d) Pipa ukuran 150 mm meliputi kelurahan Kuday, Parit Padang, Sinar Baru, Sri Menanti dan Sungailiat

e) Pipa ukuran 100 mm meliputi kelurahan Kuday, Parit Padang, Sinar Baru, Sri Menanti dan Sungailiat

f) Pipa ukuran 80 mm meliputi kelurahan Kenanga Kuday, Parit Padang, Sinar Baru, Sri Menanti dan Sungailiat

g) Pipa ukuran 50 mm meliputi Desa Karya Makmur, Kelurahan Sri Menanti, Sungailiat, dan Kuday

Penambahan jaringan perpipaan sangat diperlukan untuk menjangkau daerah-daerah yang belum terlayani kebutuhan air bersihnya. Penambahan jaringan dan perawatan pipa distribusi perlu adanya pengontrolan kebocoran fisik, agar pemenuhan kebutuhan air dapat sampai ke masyarakat. Pengembangan sistem pelayanan tidak saja diperuntukkan bagi pelayanan ke rumah tangga saja, tetapi juga pelayanan untuk kepentingan umum.

Pengembangan pelayanan tersebut dilakukan dengan cara:

(1) Pelayanan kran umum, terutama pada daerah-daerah permukiman padat yang belum terpenuhi kebutuhan air bersihnya secara memadai.

(2) Pelayanan hidran pemadam kebakaran, diprioritaskan di pusat-pusat kegiatan.

Terkait dengan pengembangan kebutuhan air bersih di Kawasan Perkotaan Sungailiat, terdapat arahan pengembangan strategis PDAM sebagai berikut :

(1) Blok Utara meliputi Daerah – daerah : Sinar Jaya – Deniang – Ake – Matras – Hakok – Bukit Kuala – Jalan Laut.

(2) Blok Barat meliputi Daerah : Parit 4 – Karya Makmur – Air Ruay – Parit 7 (3) Blok Pusat Kota meliputi Daerah : Maria Goreti

(4) Blok Timur meliputi Daerah : Rambak – Parit Padang – Air Merapin – Jelitik (5) Blok Selatan meliputi Daerah : Air Kenanga – Kenanga Permai – Kenanga – Parit 7 Target yang dicanangkan pemerintah dalam RTRW Kabupaten Bangka Tahun 2010- 2030 diharapkan 80% penduduk perkotaan dapat terlayani oleh air bersih.

b. Rencana Sistem Drainase

Jenis saluran drainase yang akan dikembangkan merupakan sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup serta jaringan drainase sistem terbuka yang dibuat di sebelah kiri dan atau kanan jalan, dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat.

Rencana sistem jaringan drainase pada Kawasan Perkotaan Sungailiat antara lain:

(1) Sungai-sungai besar atau anak sungai yang melintas digunakan sebagai saluran utama/ primer. Untuk itu diperlukan suatu penanganan yang serius dalam menjaga kualitas sungai ini, seperti penanganan pencemaran air, penghijauan di sepanjang aliran sungai maupun penertiban bangunan-bangunan yang berada di

sempadan sungai (Peraturan Menteri PU Nomor : 63/PRT/1993 tentang garis sempadan sungai).

(2) Perbaikan, meliputi perawatan dan peningkatan saluran pembuangan yang sudah ada. Peningkatan konstruksi saluran dilakukan pada saluran yang sudah ada tetapi tidak berfungsi dengan baik.

(3) Pembangunan saluran drainase baru pada lingkungan perumahan yang belum memiliki saluran pembuangan. Pembangunan saluran drainase ini sangat penting untuk mendukung jaringan jalan yang ada. Kegiatan pembangunan saluran drainase ini disesuaikan dengan karakteristik wilayah setempat.

(4) Pembuatan kolam retensi.

(5) Sistem perpompaan.

(6) Membuat pintu air pada saluran drainase primer.

(7) Peningkatan daya serap air, kegiatan ini dilakukan dengan cara pembangunan sumur resapan secara komunal pada daerah yang sudah terbangun dan pembangunan wajib bagi permukiman baru sebagai syarat pengurusan IMB. Hal ini ditujukan bagi pengembang (developer) agar menyediakan lahan untuk resapan air hujan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sistem jaringan drainase, antara lain:

(1) Kondisi topografi

(2) Besarnya air buangan rumah tangga yang diasumsikan sekitar 80% dari kebutuhan air bersih dibuang kembali menjadi air limbah/buangan.

(3) Debit air (liter/detik), intensitas hujan (mm/jam), luas daerah pengaliran (Ha) dan waktu konsentrasi (menit) yaitu waktu yang menggambarkan saat berkumpulnya air dari daerah tadah hujan sehingga pada waktu tersebut debitnya dapat maksimum.

(4) Panjang dan kemiringan saluran.

Sistem jaringan drainase juga dapat ditingkatkan kemampuannya dengan didukung dengan pengadaan sumur-sumur resapan. Sumur resapan dibuat pada awal aliran dan dapat ditentukan dengan mengukur kedalaman dari permukaan air tanah ke permukaan tanah di sumur disekitarnya pada musim hujan. Dalam penempatan sumur resapan air hujan harus memperhatikan persyaratan jarak terhadap tangki septik, bidang resapan tangki septik/cubluk/saluran air limbah, sumur air bersih dan sumur resapan yang lainnya.

Jarak minimal dari penempatan sumur resapan dari tempat-tempat tersebut adalah 2-5 meter. Sumur-sumur resapan dapat dibuat secara individual di dalam kawasan permukiman oleh masyarakat, dan juga dapat dibuat oleh pemerintah daerah terutama pada kawasan ruang terbuka publik.

c. Rencana Sistem Persampahan

Pola pelayanan persampahan di Kawasan Perkotaan Sungailiat menggunakan pola individual tidak langsung, yaitu mengumpulkan dan memindahkan sebelum diangkat ke

TPA. Sebagian masyarakat yang tidak terlayani oleh petugas kebersihan mengumpulkan sampah dan membakarnya.

Proyeksi tingkat volume sampah dapat diketahui dengan menggunakan standar sebagai berikut:

(1) Sampah domestik : 2,5 liter/orang/hari (2) Sampah sarana umum : 0,6 liter/orang/hari (3) Sampah komersial : 0,7 liter/orang/hari d. Rencana Sistem Sanitasi

Perhitungan buangan air limbah diperoleh dari kebutuhan air bersih rata-rata, dimana kebutuhan domestiknya 120/liter/orang/hari dengan beban air limbah domestiknya 70%.

Untuk menghitung perkiraan buangan air limbah digunakan standar perhitungan sebagai berikut:

(1) Buangan Limbah : 70% x kebutuhan air bersih rata-rata (2) Septiktank pribadi : 1 unit per 5 penduduk

(3) Septiktank umum : 1 unit per 1000 penduduk

Arahan pengembangan pengelolaan sistem pembuangan air limbah di Kawasan Perkotaan Sungailiat adalah sebagai berikut :

(1) Untuk Limbah Rumah Tangga

a) Menerakan sistem limbah cair bercampur yaitu dengan memanfaatkan saluran atau selokan air hujan yang telah ada dengan cara merehabilitasi fungsi saluran atau meredesain saluran yang ada

b) Bagi kawasan baru dan perumahan atau real estate harus merehabilitasi saluran air hujannya dengan menggunakan sistem tercampur atau mendesain bagi yang belum terbangun.

c) Pengelolaan air limbah masih memungkinkan untuk diterapkan sistem on site (2) Untuk Limbah Cair Rumah Sakit

a) Setiap rumah sakit harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan pengelolaan secara baik.

b) Setiap rumah sakit juga harus melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan air.

c) Pengolahan limbah toksik seperti limbah cair sisa obat-obatan dan suntikan, harus dipisahkan dari pengolahan limbah cair yang bersifat non toksi.

(3) Untuk Limbah Cair Industri

a) Setiap industri mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan melakukan pengelolaan secara baik.

b) Perlunya monitoring dan pengawasan terhadap limbah cair yang dibuang ke badan air melalui inventarisasi jenis industri guna memudahkan monitoring dan pengawasan.

e. Rencana Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan listrik, didapat jumlah kebutuhan listrik di Kawasan Perkotaan Sungailiat sampai akhir tahun 2030 sebesar 69.440 KVA. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bangka Tahun 2010-2030, strategi pengembangan prasarana jaringan listrik sebagai berikut :

(1) Memanfaatkan serta mengoptimalkan kemampuan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Merawang untuk menyuplai kebutuhan listrik rumah tangga, produksi, jasa dan kegiatan sosial ekonomi lainnya di Kawasan Perkotaan Sungailiat;

(2) Mengembangkan pusat pembangkit listrik baru di Sungailiat dan Merawang;

(3) Pengembangan jaringan listrik yang diprioritaskan pada penyediaan sambungan baru ke wilayah atau desa-desa yang belum teraliri listrik. Pengembangan listrik meliputi penentuan lokasi yang akan dilayani, jenis pelayanan, distribusi jaringan (tegangan menengah, distribusi dan sebagainya) serta distribusi gardu.

(4) Membangun jaringan pemancang listrik untuk menjangkau daerah-daerah yang belum teraliri listrik dengan mengikuti koridor sistem jaringan jalan utama dan berhirarki sesuai dengan klasifikasi jalan serta mengarahkan pengembangan infrastruktur kelistrikan sesuai dengan pola pengembangan ruang aktifitas. Pada pusat kota dan pada jaringan-jaringan utama serta kawasan-kawasan khusus menggunakan sistem jaringan kabel listrik bawah tanah.

(5) Pola jaringan kabel listrik direncanakan mengikuti pola jaringan jalan yang ada kecuali untuk jaringan tegangan tinggi dapat melintasi daerah tertentu. Sementara untuk jaringan kabel listrik tegangan menengah dan rendah direncanakan di sisi kiri jalan satu jalur dengan pipa air bersih di bawah tanah. Untuk jaringan kabel tegangan tinggi pengamanannya terhadap lingkungan yaitu 25 meter ke samping di sisi jaringan tersebut merupakan ruang jalur hijau tanpa bangunan.

Rencana penyaluran listrik sampai ke kavling-kavling akan mengikuti pola ruang dan jaringan jalan yang telah direncanakan, serta sesuai dengan rencana PLN yang telah ada.

(1) Jaringan primer, merupakan jaringan distribusi tegangan menengah yang diarahkan pada sistem tegangan 20 KV. Untuk Kawasan Perkotaan Sungailiat, khususnya di sepanjang jaringan jalan dapat direncanakan berbentuk hantaran udara dengan tiang beton setinggi 14 meter.

(2) Jaringan sekunder, yaitu jaringan distribusi tegangan rendah dengan sistem tegangan 220/380 V. Jaringan ini pada umumnya berbentuk hantaran udara sebagaimana terdapat pada wilayah perencanaan, khususnya pada kompleks- kompleks perumahan yang ada.

(3) Gardu distribusi, diperlukan untuk menurunkan tegangan dari 20 KV menjadi 220/380 V dan didistribusikan melalui jaringan tegangan rendah.

(4) Peremajaan jaringan dan mengganti jaringan distribusi hantaran udara kawat terbuka menjadi jaringan distribusi kabel udara (atau kabel tanah) disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada.

(5) Menambah jaringan distribusi baru, baik SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) maupun SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah).

(6) Penambahan kapasitas gardu distribusi lama yang melayani beban lama dan juga untuk memenuhi penambahan kebutuhan daya.

(7) Penerangan Jalan Umum (PJU) yang direncanakan di seluruh jalan kolektor sekunder, lokal primer, serta fasilitas umum dan sosial.

Arahan penanganan kebutuhan listrik di Kawasan Perkotaan Sungailiat:

(1) Pengembangan jaringan listrik diarahkan mengikuti pola tata ruang dan jaringan jalan yang ada.

(2) Mengoptimalkan jaringan distribusi yang ada dan memasang jaringan distribusi baru untuk memenuhi kebutuhan listrik.

(3) Lampu penerangan jalan ditempatkan pada beberapa ruas jalan terutama pada daerah rawan kecelakaan, dimana ditempatkan tiang-tiang listrik dengan jarak diatur sedemikian rupa dengan jalur lalu lintas, sehingga hal ini tidak akan menyulitkan jika ada program pelebaran jalan.

(4) Melakukan pengamanan terhadap SUTT dan SUTET.

Pengamanan terhadap loncatan listrik instalasi di atas atap bangunan didasarkan pada Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/1992, yaitu jarak minimum titik tertinggi bangunan (pohon) terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 KV harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

(1) Jarak minimum titik tertinggi bangunan tahan api terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 KV adalah 8,5 meter.

(2) Jarak minimum titik tertinggi jembatan besi titik terendah kawat penghantar SUTET 500 KV adalah 8,5 meter.

(3) Jarak minimum jalan perkeretaapian terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 KV adalah 15 meter.

(4) Jarak minimum lapangan terbuka terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 KV adalah 11 meter.

(5) Jarak minimum titik tertinggi bangunan tidak tahan api terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 15 meter.

(6) Jarak minimum jalan raya terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 KV adalah 15 meter.

(7) Ruang bebas adalah ruang sekeliling penghantar yang dibentuk oleh jarak bebas minimum sepanjang SUTT atau SUTET yang di dalam ruang itu harus dibebaskan dari benda-benda dan kegiatan lainnya. Ruang bebas ditetapkan berbeda-beda dalam luas dan bentuk. Sementara ruang aman adalah ruang yang berada di luar ruang bebas. Dalam ruang aman pengaruh kuat medan listrik dan kuat medan magnet sudah dipertimbangkan dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku.

(8) Ruang bebas dan ruang aman dapat diatur besarnya sesuai kebutuhan pada saat mempersiapkan rancang bangun. Ruang aman dapat diperluas dengan cara meninggikan menara dan/atau mempendek jarak antara menara, sehingga bila ada pemukiman yang akan dilintasi SUTT/SUTET yang akan dibangun berada di dalam ruang yang aman.

f. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan jaringan telekomunikasi penduduk, didapat jumlah kebutuhan jaringan telepon di Kawasan Perkotaan Sungailiat sampai akhir tahun 2033 sebanyak 34.994 sambungan.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bangka Tahun 2010-2030, strategi pengembangan prasarana jaringan telekomunikasi sebagai berikut :

(1) Pembangunan jaringan prasarana telekomunikasi yang mengikuti jaringan jalan utama dan berhierarki sesuai dengan klasifikasi jalan dengan cakupan pelayanan ke seluruh pusat pelayanan dan wilayah pengembangannya di setiap ibukota kecamatan termasuk Kawasan Perkotaan Sungailiat.

(2) Pengembangan dan peningkatan jaringan telepon umum pada kawasan pusat-pusat pelayanan umum, seperti pasar serta jalan-jalan utama di tiap-tiap pusat pelayanan dan wilayah pengembangannya.

(3) Mengembangkan sistem telekomunikasi nirkabel (selular) sebagai alternatif pengganti telekomunikasi sistem kabel, melalui pembangunan BTS di seluruh wilayah Kabupaten Bangka sehingga dapat menjangkau daerah yang jauh sekalipun.

(4) Pembangunan BTS memperhatikan kebutuhan lahan dan lokasi penempatan BTS.

Tower BTS direncanakan tersebar merata agar dapat digunakan dan dirasakan oleh semua masyarakat Kabupaten Bangka serta lokasinya tidak dekat dengan permukiman atau tempat kegiatan/aktifitas penduduk.

(5) Membatasi pembangunan tower BTS dan menerapkan sistem penggunaan tower bersama.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan tower standar radio sistem antena dan standard konstruksi sistem menaranya adalah masalah perijinan, kebijakan penggunaan menara bersama, mekanisme pengawasan dan lain sebagainya.

Pembagian zona menara telekomunikasi di Kawasan Perkotaan.

Zona bebas menara dan sub zona menara bebas visual sebagai berikut : (1) Koridor Jaringan Jalan Utama

(2) Koridor RTH Kota (3) Koridor Pantai (4) Koridor Sungai Besar

Daya dukung lahan untuk pendirian menara di atas lahan (green field). Persyaratan daya dukung lahan meliputi :

(1) KDH minimal pendirian menara adalah 30 (tiga puluh) persen.

(2) Kaveling menara yang berlokasi pada sisi jaringan jalan harus berada di luar ruas jalan.

(3) Ketentuan jarak bebas bangunan menara terhadap jaringan jalan menggunakan kriteria jarak terjauh yang diukur berdasarkan ketentuan:

a) GSB yang berlaku; dan b) Tinggi menara, yaitu:

i. Tinggi menara di atas 60 meter, maka jarak bebas bangunan menara terhadap jaringan jalan adalah selebar kaki menara atau pon`dasi.

ii. Tinggi menara di bawah 60 meter, maka jarak bebas bangunan menara terhadap jaringan jalan adalah selebar setengah kaki menara atau pondasi.

iii. Tinggi menara di atas 60 meter, maka jarak bebas bangunan menara terhadap bangunan terdekat di sekitarnya adalah 2 (dua) kali lebar kaki menara atau pondasi.

iv. Tinggi menara di bawah 60 meter, maka jarak bebas bangunan menara terhadap bangunan terdekat di sekitarnya adalah selebar kaki menara atau pondasi.

Pendistribusian jaringan sambungan/kabel telepon dari STO ke masing-masing pelanggan atau pemakai lainnya (telepon umum) melalui jaringan-jaringan sebagai berikut:

(1) Jaringan distribusi utama/primer (jaringan kabel tanah yang menghubungkan STO dengan terminal utama/pembagi/MDT/Main Distribution Frame dan RK, dan antar RK)

(2) Jaringan distribusi sekunder (jaringan kabel tanah dan atau udara yang menghubungkan RK dengan DP).

(3) Jaringan distribusi tersier (jaringan kabel udara yang menghubungkan DP dengan masing-masing pelanggan).

Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam PP 26 tahun 1985 tentang ruang bebas yang berada di dalam batas damaja, maka penempatan jaringan/kabel telepon dilakukan di bawah jalur kaki/trotoar diluar perkerasan jalan.

Rencana pengembangan jaringan tekelomunikasi di wilayah perencanaan diarahkan sebagai berikut:

(1) Peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya, dengan upaya:

a) Penyediaan tower BTS (base transceiver station) yang digunakan secara bersama menjangkau seluruh wilayah kota;

b) Pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon rumah tangga dan telepon umum;

(2) Peningkatan jumlah dan mutu telematika tiap wilayah, dengan upaya:

Dokumen terkait