• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS

8.9 Lampiran

Adapun lampiran pada pemeriksaan ini meliputi : 1) Form Praktikum Abrasi.

2) Foto pada saat pengujian.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

ABRATION TEST (SNI 2417-2008)

NO. CONTOH : -

HARI/TANGGAL: 2 Maret 2023 PELAKSANA : Kelompok IV

SUMBER CONTOH : Martadah JENIS CONTOH : Batu Pecah

UNTUK : Praktikum Perkerasan Jalan

UKURAN SARINGAN (mm) GRADATION

CLASS B

LOLOS TERTAHAN

¾ ½ 2500

½ 3/8 2500

BERAT BENDA UJI ( W1 ) 5000

JUMLAH BOLA BAJA 11

JUMLAH PUTARAN BEJANA LOS

ANGEL (gr) 500

BERAT TERTAHAN NO. 12 ( W2¿ (gr) 4133,6

KEAUSAN W1W2

W1 x100 % (%) 17,33

SPESIFIKASI (%) < 40%

Gambar 8.1 Pengambilan Benda Uji Gambar 8.2 Penimbangan Benda Uji

Gambar 8.3 Memasukkan Benda Uji

ke dalam Mesin Los Angeles Gambar 8.4 Penimbangan Benda Uji Setelah Pengujian Abrasi

BAB IX

INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN (RSNI T-01-2005)

9.1 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum Indeks Kepipihan dan Kelonjongan yaitu :

Maksud

Maksud dari percobaan ini untuk menentukan kelayakan penggunaan agregat pipih dan lonjong sebagai bahan perkerasan jalan raya.

Tujuan

Maksud dari percobaan ini untuk menentukan kelayakan penggunaan agregat pipih dan lonjong sebagai bahan perkerasan jalan raya.

9.2 Pengertian

Istilah dan definisi yang digunakan dalam pengujian ini sebagai berikut : 1) Butiran agregat kasar, agregat yang berdiameter

lebih besar dari 9,5 mm (3/8 inci)

2) Butiran agregat berbentuk lonjong, agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.

3) Butiran agregat berbentuk pipih, agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.

4) Butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong, agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap tebal lebih besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.

5) Jangka ukur rasio (proportional calliper device),

9.3 Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk pengujian butiran agregat harus disesuaikan dengan perbandingan ukuran yang diinginkan.

1) Jangka ukur rasio (The proportional calliper device);

Jangka ukur rasio dapat dilihat pada Gambar 9.1. Alat ini terdiri dari plat dasar dengan dua tonggak tetap dan sebuah lengan yang dapat diatur bukaannya dengan perbandingan yang konstan. Posisi sumbu dapat disesuaikan dengan perbandingan ukuran bukaannya. Gambar ini mengilustrasikan sebuah alat yang diatur dengan perbandingan 1 : 2, 1 :3, dan 1 :5. Angka 2, 3, dan 5 pada gambar menunjukkan rasio yang bersesuaian.

2) Timbangan.

Timbangan yang digunakan harus mempunyai ketelitian sampai dengan 0,5% dari berat contoh.

9.4 Benda Uji

Contoh benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) Pengambilan contoh agregat kasar dari lapangan harus sesuai dengan SNI 03-6889-2002;

2) Dari contoh uji agregat kasar, diambil sejumlah contoh untuk diuji sesuai dengan tata cara penyiapan benda uji dari contoh agregat (SNI 13-6717-2002). Benda uji agregat kasar harus dalam keadaan kering, dan berat benda uji disesuaikan dengan ukuran nominal maksimum agregat tersebut. Berat benda uji untuk masing-masing ukuran nominal maksimum adalah sebagai berikut:

Tabel 9.7 Berat Minimum Contoh Uji untuk Ukuran Nominal Maksimum Ukuran Nominal Maksimum Berat Minimum Contoh Uji

mm (inci) kg

9,5 (3/8) 1

12,5 (1/2) 2

19,0 (3/4) 5

25,0 (1) 10

37,5 (1 ½) 15

50,0 (2) 20

63,0 (2½) 35

75,0 (3) 60

90,0 (3½) 100

100,0 (4) 150

112,0 (4½) 200

125,0 (5) 300

150,0 (6) 500

9.5 Cara Pengujian

Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1) Pengujian ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu berdasarkan berat dan jumlah butiran. Jika dinyatakan dalam berat, contoh uji dioven pada temperatur 110 ± 5̊ C sampai beratnya tetap. Jika dinyatakan dalam jumlah butiran, pengeringan agregat tidak diperlukan;

2) Contoh agregat kasar di saring sesuai dengan metode pengujian SNI 03-1968-1990. Kurangi dari masing-masing ukuran agregat yang lebih besar dari saringan 9,5 mm (3/8 inci) sebanyak 10% atau lebih dari berat contoh uji semula sesuai dengan SNI 13-6717-2002. Jumlah contoh yang didapat setelah pengurangan sampai kira-kira diperoleh 100 butir;

3) Pengujian kepipihan agregat dan pengujian kelonjongan agregat;

Lakukan pengujian untuk masing-masing ukuran butiran agregat dan

kelompok agregat pipih, kelompok agregat lonjong, serta kelompok agregat tidak pipih dan tidak lonjong. Adapun langkah-langkah pengujian masing-masing ukuran butiran agregat adalah sebagai berikut:

a. Gunakan jangka ukur rasio (proportional calliper device) pada posisinya dengan perbandingan yang sesuai, seperti ditunjukkan pada Gambar A.2, lampiran A.

- Uji kepipihan

Atur bukaan yang besar sesuai dengan lebarnya butiran.

Butiran adalah pipih, jika ketebalannya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil.

- Uji kelonjongan

Atur bukaan yang besar sesuai dengan panjangnya butiran.

Butiran adalah lonjong, jika lebarnya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil.

b. setelah butiran dikelompokkan, tentukan perbandingan contoh dalam masing-masing kelompok dengan menghitung jumlah butirnya atau beratnya, tergantung kebutuhan.

4) Pengujian kepipihan dan kelonjongan agregat.

Lakukan pengujian untuk masing-masing ukuran butiran agregat dan kelompokan dalam salah satu dari 2 kelompok agregat, yaitu kelompok agregat pipih dan lonjong atau kelompok agregat tidak pipih dan lonjong.

a. Gunakan jangka ukur rasio (proportional calliper device) pada posisinya dengan perbandingan yang sesuai, seperti ditunjukkan pada Gambar A.2, lampiran A.

b. Atur bukaan yang besar sesuai dengan panjang butiran. Butiran disebut pipih dan lonjong, jika ketebalan dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil.

c. Setelah butiran dikelompokkan, tentukan perbandingan contoh dalam masing-masing kelompok dengan menghitung jumlah butirnya atau beratnya, tergantung kebutuhan.

9.6 Perhitungan

Berikut merupakan perhitungan dari hasil pengujian ini : Diambil contoh perhitungan pada sampel 1.

Data Hasil Pengujian : - Kepipihan

p1 = 0 f1 = 0 p2 = 10 f2 = 2,5 p3 = 13,8 f3 = 5,9

p4 = 10,2 f4 = 17,3 - Kelonjongan

p1 = 0 e1 = 0 p2 = 10 e2 = 0 p3 = 13,8 e3 = 2,5

p4 = 10,2 e4 = 3,2 - Tidak pipih tidak lonjong

p1 = 0 nfne1 = 0 p2 = 10 nfne2 = 97,5 p3 = 13,8 nfne3 = 91,6 p4 = 10,2 nfne4 = 79,5

Dari data tersebut dilakukan perhitungan : 1) Kepipihan

F = p1xf1+p2xf2+p3xf3+p4xf4

pt =

2) Kelonjongan

E = p1xe1+p2xe2+p3xe3+p4xe4

pt =

0x0+10x0+13,8x2,5+10,2x3,2

34 = 1,97 %

3) Tidak pipih tidak lonjong

NFNE = p1xNfNe1+p2xNfNe2+p3xNfNe3+p4xNfNe4 pt

= 0x0+10x97,5+13,8x91,6+10,2x79,5 34

= 89,70 %

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan.

9.7 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan didapatkan untuk sampel 1 Kepipihan dan kelonjongan berturut-turut sebesar 8,32% dan 1,97%. Sedangkan untuk sampel 2 didapatkan Kepipihan dan kelonjongan berturut-turut sebesar 4,098% dan 4,77 %.

Agregat yang mempunyai nilai Indeks Kepipihan dan Indeks Kelonjongan yang kecil di dalam struktur perkerasan jalan tidak mudah patah sehingga tidak akan mempengaruhi gradasi agregat dan memperkuat interlocking. Kinerja interlocking agregat yang kuat akan memberikan campuran yang tahan terhadap deformasi akibat beban lalu lintas, hal ini karena semakin berkurangnya kadar pipih dan kelonjongan agregat akan mengurangi kadar aspal sehingga akan meningkatkan nilai kekakuan campuran.

Menurut Spesifikasi Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2 pada tabel 6.3.2.(1a) tentang ketentuan agregat kasar menyaratkan bahwa besarnya kepipihan dan kelonjongan maksimal adalah 10%. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa agregat yang ada memenuhi spesifikasi yang ada karena nilainya lebih kecil dari 10% (< 10%).

9.8 Lampiran

Adapun lampiran pada pemeriksaan ini meliputi :

2) Foto pada saat pengujian.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

PENGUJIAN AGREGAT PIPIH DAN LONJONG (RSNI T-01-2005)

NO. CONTOH:

HARI / TANGGAL: -

PELAKSANA: Kelompok XXIII

SUMBER CONTOH : - JENIS CONTOH: -

UNTUK: Praktikum Perkerasan Jalan Berat contoh uji (wt) = 6000 gram

Ukuran Gradasi %Tertahan Berat Berat tertahan Butiran yang pipih (fl) Butiran yang lonjong

tertahan setelah (el)

Saringan Agregat (pl) (Wl) gram pengurangan

10% Rasio 1 : 5 Rasio 1 : 5

gram1) gram1) % gram1) %

A B C d = c*Wt/pt E F g =

f/e*100 h I =

h/e*100

1" 100 0 0 0 0 0 0 0

3/4" 90 10 1764,7 115 2 1,7 113 98,3

1/2" 76,2 13,8 2435,3 115 6 5,2 109 94,8

3/8" 66 10,2 1800 125 9 7,2 116 92,8

Total % tertahan (p1 = p1+p2+p3+….) = 34% Rata-rata2) (%) = 4,8 Rata-rata2) (%) = 95,2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

PENGUJIAN AGREGAT PIPIH DAN LONJONG (DALAM BERAT(gram)) (RSNI T-01-2005)

NO. CONTOH:

HARI / TANGGAL: -

PELAKSANA: Kelompok XXIII

SUMBER CONTOH : - JENIS CONTOH: -

UNTUK: Praktikum Perkerasan Jalan Berat contoh uji (wt) = 6000 gram

Ukuran Gradasi %Tertahan Berat Berat tertahan

Butiran yang pipih (fl) Butiran yang lonjong

tertahan setelah (el)

Saringan Agregat (pl) (Wl) gram pengurangan

10% Rasio 1 : 5 Rasio 1 : 5

gram1) gram1) % gram1) %

A B c d =

c*Wt/pt e F g =

f/e*100 H I = h/e*100

1" 100 0 0 0 0 0 0 0

3/4" 90 10 1764,7 1613,3 21,8 1,4 1591,5 98,6

1/2" 76,2 13,8 2435,3 610,3 27,4 4,5 582,9 95,5

Total % tertahan (p1 = p1+p2+p3+….) = 34% Rata-rata2) (%) = 4,1 Rata-rata2) (%) = 95,9

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

PENGUJIAN AGREGAT PIPIH DAN LONJONG (DALAM JUMLAH BUTIR) (RSNI T-01-2005)

NO. CONTOH:

HARI / TANGGAL: -

PELAKSANA: Kelompok XXIII

SUMBER CONTOH : - JENIS CONTOH: -

UNTUK: Praktikum Perkerasan Jalan Berat contoh uji (wt) = 6000 gram

Ukura

n Grada

si %Tertah an

Berat Berat

tertahan Butiran yang pipih (fl) Butiran yang lonjong

tertahan setelah (el)

Saring

an Agreg

at (pl) (Wl) gram pengurangan

10% Rasio 1 : 5 Rasio 1 : 5

butir1) butir1) % gram1) %

A B C d = c*Wt/pt E F g = f/e*100 h I = h/e*100

1" 100 0 0 0 0 0 0 0

3/4" 90 10 1764,7 115 2 1,7 113 98,3

1/2" 76,2 13,8 2435,3 115 6 5,2 109 94,8

3/8" 66 10,2 1800 125 9 7,2 116 92,8

Total % tertahan (p1 = p1+p2+p3+….) = 34% Rata-rata2) (%) = 4,8 Rata-rata2) (%) = 95,2

Gambar 9. 1 Alat Jangka Ukur Rasio

Gambar 9. 1 Pengujian Berbentuk Lonjong

Gambar 9. 2 Pengujian Butiran Berbentuk Pipih

Gambar 9. 3 Agregat Lonjong

\Gambar 9. 4 Agregat Pipih Gambar 9. 5 Agregat Tidak Pipih dan Tidak Lonjong

Gambar 9. 6 Agregat Pipih dan Lonjong

BAB X

PELAPUKAN AGREGAT DENGAN CCL4 (SNI 3407-2008)

10.1 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum Pelapukan Agregat dengan CCL4 adalah sebagai berikut :

Maksud

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian-pengujian di laboratorium untuk mengetahui sifat kekekalan batu terhadap proses pelarutan dengan cara perendaman di daerah larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.

Tujuan

Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh index ketangguhan batu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan pada bangunan air

10.2 Ruang Lingkup

Cara uji ini mencakup tata cara pengujian untuk menentukan kekekalan agregat dari proses disintegrasi oleh larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat jenuh. Hal tersebut dilakukan dengan cara perendaman agregat secara berulang- ulang di dalam larutan natrium atau magnesium sulfat jenuh yang diikuti dengan pengeringan menggunakan oven untuk menguapkan sebagian atau keseluruhan garam terlarut di dalam ruang pori permeabel. Gaya ekspansif internal, berasal dari rehidrasi garam pada saat perendaman kembali, sebagai simulasi dari sifat ekspansif air pada proses pembekuan. Cara uji ini membantu memberikan informasi yang lengkap pada saat menentukan sifat kekekalan agregat terhadap pengaruh cuaca.

10.3 Pengertian

Berikut merupakan beberapa pengertian istilah-istilah yang digunakan pada percobaan ini :

1) Agregat bersifat kekal adalah agregat yang sangat sedikit atau tidak bereaksi dan atau disintegrasi terhadap larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.

2) Benda uji adalah bagian dari contoh yang sudah siap untuk diuji 3) Berat asal benda uji adalah berat benda uji dalam keadaan kering

sebelum pengujian

4) Berat benda uji tertahan saringan adalah berat benda uji yang tertahan saringan tertentu dalam keadaan kering

5) Berat bagian benda uji yang hilang adalah selisih berat benda uji awal sebelum pengujian dengan berat benda uji tertahan saringan setelah pengujian

6) Indeks kekekalan agregat adalah nilai kekekalan agregat terhadap proses pelarutan, disintegrasi oleh sebab perendaman di dalam larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.

10.4 Peralatan

Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut : 1) Saringan

Ukuran saringan yang digunakan seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 10.1 untuk menyaring contoh uji yang ada dalam pasal 6, pasal 7 dan pasal 9.

Tabel 10.8 Ukuran Saringan untuk Agregat Halus dan Agregat Kasar Ukuran saringan untuk

agregat halus

Ukuran saringan untuk agregat kasar

4,75 mm (No.4) 63 mm (2 ½ inci)

4,00 mm (No.5) 50 mm (2 inci)

2,40 mm (No.8) 37,5 mm (1 ½ inci)

1,20 mm (No.16) 31,5 mm (1 inci)

600 μm (No.30) 25,0 mm (3/4 inci)

300 μm (No.50) 16,0 mm (5/8 inci)

150 μm (No.100) 12,5 mm (1/2 inci)

9,5 mm (3/8 inci) 8,0 mm (5/16 inci) 2) Wadah contoh uji

Kawat saringan tahan sulfat dengan diameter 203,2 mm (8 inci) untuk masing-masing ukuran fraksi agregat selama pengujian.

CATATAN 1. :

Kawat saringan dengan diameter 203,2 mm (8 inci) dapat diganti dengan wadah lain yang memudahkan masuknya larutan ke dalam contoh uji dan pengeluaran larutan dari contoh tanpa kehilangan contoh agregat. Penggantian dengan wadah yang lain dapat mempengaruhi hasil pengujian. Pengujian pemisahan, pengujian pembanding atau pengujian agregat yang akan digunakan harus disesuaikan dengan menggunakan saringan diameter 203,2 mm (8 inci).

a. Wadah untuk agregat kasar

b. Kawat kasa berbentuk tabung yang bagian atasnya terbuka yang mempunyai ukuran bukaan saringan 2,36 mm (No.8).

c. Wadah untuk agregat halus

d. Kawat kasa berbentuk tabung yang bagian atasnya terbuka yang mempunyai ukuran bukaan saringan 250 μm ( No.60).

e. Peralatan untuk merendam contoh uji dalam larutan

f. Apabila diperlukan, peralatan untuk menahan wadah saringan yang berisi contoh uji yang akan direndam dalam larutan harus disusun sedemikian rupa agar memudahkan masuknya larutan ke dalam contoh uji dan pengeringan larutan dari contoh uji.

g. Pengatur temperatur

h. Peralatan yang sesuai untuk mengatur temperatur contoh uji selama perendaman dalam larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.

i. Termometer

j. Sebuah termometer yang mempunyai rentang temperatur yang

k. Pencatat temperatur

l. Suatu alat yang dapat mencatat temperatur minimum larutan setiap 10 menit sekali selama waktu pengujian dengan ketelitian sampai 0,3°C.

m. Timbangan

n. Timbangan harus mempunyai kapasitas yang cukup, dengan ketelitian minimal sampai 0,1 persen dari berat contoh uji.

o. Oven pengering

p. Oven harus dapat memanaskan secara terus menerus pada temperatur (110 + 5)°C dan laju penguapan pada daerah temperatur tersebut sedikitnya 25 g/jam selama 4 jam. Selama periode tersebut pintu oven harus selalu tertutup rapat. Besarnya laju dapat ditentukan dengan mengukur kehilangan berat air dalam wadah gelas berkapasitas 1 liter, masing- masing gelas berisi 500 gram air yang ditempatkan di setiap sisi dan tengah oven.

q. Alat pengukur berat jenis

r. Sebuah hidrometer yang sesuai dengan yang disyaratkan dalam ASTM E 100 atau suatu kombinasi yang sesuai antara gelas ukur dan timbangan, yang mampu mengukur berat jenis larutan dengan ketelitian + 0,001.

10.5 Benda Uji

Benda uji yang digunakan pada percobaai ini adalah sebagai berikut : 1) Agregat halus

Agregat halus yang akan diuji harus lolos saringan ukuran 9,5 mm (3/8 inci), contoh uji harus mempunyai jumlah yang cukup untuk membentuk suatu kumpulan dengan berat tidak kurang dari 100 gram untuk masing-masing ukuran. Seperti yang ditunjukan pada Tabel 10.2 berikut :

Tabel 10.9 Ukuran Saringan yang Digunakan untuk Agregat Halus Lolos saringan Tertahan saringan

9,5 mm (3/8 inci) 4,75 mm (No.4)

4,75 mm (No.4) 2,36 mm (No.8)

2,36 mm (No.8) 1,18 mm (No.16)

1,18 mm (No.16) 600 μm (No.30)

600 μm (No.30) 300 (No.50)

2) Agregat kasar

Agregat kasar yang akan diuji harus tertahan saringan ukuran 4,75 mm (No.4), contoh uji harus mempunyai jumlah yang cukup untuk membentuk suatu kumpulan dengan berat masing-masing ukuran seperti yang ditunjukan pada Tabel 10.3 berikut :

Tabel 10.10 Ukuran saringan dan berat contoh yang diperlukan untuk pengujian agregat kasar

Ukuran saringan Berat contoh uji (gram) Lolos 63 mm tertahan 37,5 mm ( 2 ½ inci - 1 ½ inci ) 5000 + 300

Terdiri dari :

Lolos 50 mm tertahan 37,5 mm ( 2 inci – 1 ½ inci ) 2000 + 200 Lolos 63 mm tertahan 50 mm ( 2 ½ inci – 2 inci ) 3000 + 300 Lolos 37,5 mm tertahan 19 mm ( 1 ½ inci – ¾ inci ) 1500 + 50

Terdiri dari :

Lolos 25 mm tertahan 19 mm ( 1 inci – ¾ inci ) 500 + 30 Lolos 37,5 mm tertahan 25 mm ( 1 ½ inci – 1 inci ) 1000 + 50

Lolos 19 mm tertahan 9,5 mm ( ¾ inci – 3/8 inci ) 1000 + 10 Terdiri dari :

Lolos 12,5 mm tertahan 9,5 mm ( ½ inci – 3/8 inci ) 330 + 5 Lolos 19 mm tertahan 12,5 mm ( ¾ inci – ½ inci ) 670 + 10 Lolos 9,5 mm tertahan 4,75 mm ( 3/8 inci – No.4 ) 300 + 5 Untuk contoh uji yang jumlahnya kurang dari 5 % dari jumlah

10.6 Cara Pengujian

Cara pengujian pada percobaan ini adalah sebagai berikut : 1) Perendaman contoh uji dalam larutan

a. Rendamlah contoh uji dalam larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat yang telah disediakan selama minimum 16 jam dan maksimum 18 jam dengan jumlah yang cukup sehingga larutan tersebut dapat merendam seluruh permukaan contoh uji dengan ketinggian kurang lebih 12,5 mm (1/2 inci).

b. Tutuplah wadah dengan rapat untuk mengurangi penguapan dan mencegah masuknya substansi lain.

c. Selama periode perendaman, aturlah temperatur perendaman pada 20,3°C sampai 21,9°C.

2) Pengeringan contoh uji setelah perendaman

a. Setelah periode perendaman, keluarkanlah contoh uji dari dalam larutan.

b. Biarkanlah meniris selama (15 + 5) menit, lalu keringkan di dalam oven pada temperatur (110 + 5)°C sampai diperoleh berat konstan, berat konstan diperoleh apabila diperoleh kehilangan berat kurang dari 0,1% dari berat contoh uji selama 4 jam pengeringan.

c. Setelah diperoleh berat konstan, dinginkan contoh uji pada temperatur 20°C sampai 25°C (apabila diperlukan gunakan AC atau kipas angin) sebelum direndam kembali di dalam larutan.

3) Jumlah perendaman

a. Ulangilah proses perendaman dan pengeringan contoh uji sampai batas waktu yang disyaratkan (secara umum sedikitnya dilakukan 5 kali proses).

b. Biasanya, pengujian dilakukan secara terus-menerus tanpa berhenti sampai batas waktu tertentu, tetapi apabila pengujian terpaksa dihentikan untuk sementara, simpanlah contoh uji di

dalam oven pada temperatur (110 + 5)°C sampai pengujian dilanjutkan kembali.

c. Periksalah kembali temperatur, pastikan bahwa batas temperatur maksimum larutan tidak terlewati.

10.7 Perhitungan dan Pelaporan

Rumus yang digunakan dalam metode pengujian ini:

C=AB

A ×100 % Keterangan :

C = Index ketangguhan benda uji dalam persen berat A = Jumlah berat awal seluruh fraksi benda uji

B = Jumlah berat benda uji yang tertahan pada ayakan tertentu

Klasifikasi ketangguhan batu adalah sebagai berikut : batas tangguh bila diuji dengan menggunakan larutan natrium sulfat diperoleh index kekekalan <10% atau bila diuji menggunakan larutan magnesium sulfat diperoleh index kekekalan<

12%.

Uji kekekalan fraksi halus menggunakan larutan Natrium Sulfat.

Cfraksi halus = 45,48

700 ×100% = 5,5% (kekal) ; Cfraksi kasar = 33,20

7594 ×100% = 0,44%

10.8 Kesimpulan

Index ketangguhan batu yang diperoleh adalah 5,5 % untuk kekekalan fraksi halus menggunakan larutan Natrium Sulfat. Index ketangguhan batu yang diperoleh adalah 0,44 % untuk kekekalan fraksi kasar menggunakan larutan Natrium Sulfat. Menurut Spesifikasi Bina Marga Divisi 6 tahun 2018 revisi 2 yang dapat dilihat pada Tabel 10.4. diketahui bahwa kekekalan agregat dengan menggunakan natium sulfat nilainya harus lebih kecil dari 12%. Hasil yang

agregat memenuhi spesifikasi sehingga dapat digunakan untuk bahan perkerasan jalan.

Tabel 10.11 Ketentuan Agregat Kasar

10.9 Lampiran

Adapun lampiran pada pemeriksaan ini meliputi :

1) Form Praktikum Uji Pelapukan Agregat dengan CCL4

2) Foto Alat pengujian

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

PELAPUKAN AGREGAT DENGAN CCL4 (SNI 03-3407-2008)

NO. CONTOH:

HARI / TANGGAL: 2 Maret 2023 PELAKSANA: Kelompok IV

SUMBER CONTOH : - JENIS CONTOH: -

UNTUK: Praktikum Perkerasan Jalan Uji Pelapukan Agregat dengan CCL4

Ukuran lubang Ayakan

Berat contoh

asli (kg)

Susunan butir dalam

% berat dari contoh asli

Berat benda uji awal

(gr)

Berat benda uji

tertahan ayakan (gr)

Berat bagian benda uji yang hilang Lewat 150 mikron

(No. 100) 0,64 5,0* Tak diuji Tak diuji 0

Antara

300 mikron - 150 mm

1,44 11,4* Tak diuji Tak diuji 0 Antara

600 mikron - 300 mikron

3,29 26,0 100 94,71 5,29

Antara

1,2 mm - 600 mikron

3,19 25,2 100 93,99 6,01

Antara

2,4 mm – 1,2 mm 2,15 17,0 100 90,64 9,36

Antara

4,75 mm – 2,4 mm 1,37 10,8 100 87,59 12,41

Antara

9,5 mm – 4,75 mm 0,58 4,6** Tak diuji 87,59 12,41

Jumlah 12,6 100 700 654,52 45,48

(A) (B) (A-B)

Gambar 10. 1 Peralatan Uji Magnesium Sulfat

BAB XI

PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN (SNI 2456:2011)

11.1 Maksud dan Tujuan

Metode uji ini dimaksudkan untuk mengukur konsentrasi aspal. Nilai Penetrasi yang tinggi menunjukkan konsistensi aspal yang lunak.

11.2 Ruang Lingkup

Cara uji penetrasi aspal ini mencakup penentuan nilai penetrasi dari bahan- bahan bitumen semi-solid dan solid. Jarum-jarum penetrasi, cawan dan kondisi pengujian dijelaskan pada cara uji ini untuk menentukan nilai penetrasi sampai dengan 500. Cara uji ini tidak mencakup masalah keselamatan yang berhubungan dengan penggunaannya. Pengaturan keselamatan dan kesehatan kerja serta penerapannya menjadi tanggung jawab pengguna.

11.3 Pengertian

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan percobaan penetrasi bahan- bahan bitumen adalah sebagai berikut :

1) Aspal, bitumen yang diperoleh dari residu pada proses penyulingan minyak bumi.

2) Penetrasi, kekerasan yang dinyatakan sebagai kedalaman masuknya jarum penetrasi standar secara vertikal yang dinyatakan dalam satuan 0,1 mm pada kondisi beban, waktu dan temperatur yang diketahui.

11.4 Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu : 1) Penetrometer

Ada dua macam penetrometer yaitu penetrometer manual dan

a. Pengukur waktu. Pada penetrometer manual diperlukan stopwatch sedangkan pada penetrometer otomatis tidak diperlukan stopwatch karena pengukur waktu otomatis sudah terangkai dalam alat penetrometer.

b. Saat pengujian tombol pada pemegang jarum penetrometer manual harus ditekan selama 5±0,1 detik sampai waktu ditentukan, sedangkan tombol pada pemegang jarum penetrometer otomatis ditekan hanya pada saat permulaan pengujian yang akan berhenti secara otomatis setelah waktu yang ditentukan (5±0,1 detik). Kedua alat ini terdiri dari :

1. Alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum untuk bergerak secara vertikal tanpa gesekan dan dapat menunjukkan kedalaman masuknya jarum ke dalam benda uji sampai 0,1 mm terdekat;

2. Berat pemegang jarum 47,5 gram ± 0,05 gram. Berat total pemegang jarum beserta jarum 50 gram ± 0,05 gram.

Pemegang jarum harus mudah dilepas dari penetrometer untuk keperluan pengecekan berat;

3. Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk memastikan posisi jarum dan pemegang jarum tegak (90o) ke permukaan;

4. Berat beban 50 gram ± 0,05 gram dan 100 gram ± 0,05 gram sehingga dapat digunakan untuk mengukur penetrasi dengan berat total 100 gram atau 200 gram sesuai dengan kondisi pengujian yang diinginkan.

2) Jarum Penetrasi

Adapun spesifikasi jarum yang digunakan pada percobaan, yaitu : a. Harus terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat, Grade

440-C atau yang setara, HRC 54 sampai 60. Ukuran dan bentuk jarum seperti tertera pada Gambar 1 Lampiran A;

b. Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm sedangkan jarum panjang memiliki panjang sekitar 60 mm (2,4 in);

1. Diameter jarum antara 1,00 mm sampai dengan 1,02 mm;

2. Ujung jarum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara 8,7˚ dan 9,7o;

3. Ujung jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan jarum;

4. Perbedaan total antara ujung jarum dengan permukaan yang lurus tidak boleh melebihi 0,2 mm;

5. Diameter ujung kerucut terpancung 0,14 mm sampai 0,16 mm dan terpusat terhadap sumbu jarum;

6. Ujung jarum harus runcing, tajam dan halus;

7. Panjang bagian jarum standar yang tampak harus antara 40 sampai 45 mm sedangkan untuk jarum panjang antara 50 mm - 55 mm (1,97 – 2,17 in);

8. Berat jarum harus 2,50 gram ± 0,05 gram;

9. Jarum penetrasi yang akan digunakan untuk pengujian mutu aspal harus memenuhi kriteria tersebut di atas disertai dengan hasil pengujian dari pihak yang berwenang.

3) Cawan Benda Uji

Terbuat dari logam atau gelas yang berbentuk silinder dengan dasar yang rata dan berukuran sebagai berikut :

Untuk pengujian penetrasi di bawah 200:

- Diameter, mm 55

- Tinggi bagian dalam, mm 35

Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:

- Diameter, mm 55 - 75

- Tinggi bagian dalam, mm 45 - 70 Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:

- Diameter, mm 55

- Tinggi bagian dalam, mm 70 4) Bak Perendam

Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat

Dokumen terkait