• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN KELOMPOK 4

N/A
N/A
Sya-chan

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN KELOMPOK 4"

Copied!
246
0
0

Teks penuh

(1)

PERKERASAN JALAN (HSKB 622) Dosen Pembimbing:

Abdul Karim, S.T., M.T.

NIP.

Oleh : Kelompok IV

Hana Nabila 2010811120038

Muhammad Arif Budiman 2010811210002 Maulana Syahidillah Noor 2010811210042 Maulidita Salsa Sabila 2010811120019 Tito Yunan Setyawan 2010811310023

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL BANJARBARU

(2)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

LEMBAR PENGESAHAN TANDA SELESAI PRAKTIKUM

BAHAN KONSTRUKSI JALAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Laboratorium Jalan Raya dan Transportasi dan Asisten Pembimbing Praktikum Bahan Perkerasan Jalan pada Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat menyatakan bahwa Kelompok XXIII yang beranggotakan :

No Nama NIM

1 Hana Nabila 2010811120038

2 Muhammad Arif Budiman 2010811210002 3 Maulana Syahidillah Noor 2010811210042 4 Maulidita Salsa Sabila 2010811120019 5 Tito Yunan Setyawan 2010811310023

Dengan ini telah selesai melaksanakan praktikum dan membuat laporan Praktikum Perkerasan Jalan pada Laboratorium Jalan Raya dan Transportasi.

Banjarbaru, 2022 Mengetahui,

Kepala Laboratorium Asisten Pembimbing,

Jalan Raya & Transportasi Fakultas Teknik ,

Asisten Pembimbing,

Yasruddin, M.T NIP.19601225 199003 1 002

Abdul Karim, S.T., M.T.

NIP.

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya jualah, maka kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Bahan Perkerasan Jalan.

Adanya praktikum Bahan Perkerasan Jalan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai teknik penyelidikan lapangan dan laboratorium yang berkaitan dengan pekerjaan teknik jalan raya, juga dalam rangka merealisasikan perkuliahan rekayasa jalan raya agar mahasiswa mengetahui dan menguasai secara teori dan praktek

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Yasruddin, MT. selaku Kepala Laboratorium Jalan Raya &

Transportasi Fakultas Teknik ULM.

2. Bapak Abdul Karim, S.T., M.T. selaku Asisten Pembimbing Laporan Praktikum Perkerasan Jalan Fakultas Teknik ULM.

3. Instruktur Laboratorium Jalan Raya & Transportasi Fakultas Teknik ULM.

4. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknik Unlam yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penyusunan laporan ini menjadi lebih sempurna. Akhirnya penyusun berharap agar laporan ini dapat berguna bagi generasi mendatang pada umumnya dan bagi penyusun khususnya. Amin

Banjarbaru, 2023

Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...xiv

DAFTAR TABEL...xviii

BAB I ANALISA SARINGAN AGREGAT (SNI ASTM C136-2012)...1

1.1 Pengertian...1

1.2 Maksud Percobaan...1

1.3 Tujuan Percobaan...1

1.4 Peralatan yang Digunakan...1

1.5 Benda Uji...2

1.6 Prosedur Pengujian...3

1.7 Hasil Pengujian...4

1.8 Analisis dan Pembahasan...9

1.9 Kesimpulan...9

1.10 Lampiran...10

BAB II ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR (SNI 1969:2008)...16

2.1 Pengertian...16

2.3 Tujuan Percobaan...17

2.4 Peralatan yang Digunakan...17

2.5 Benda Uji...17

2.6 Prosedur Pengujian...18

2.7 Hasil Pengujian...19

2.8 Perhitungan...19

(5)

2.9 Kesimpulan...20

2.10 Lampiran...20

BAB III ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (SNI 1969:2008)...23

3.1 Pengertian...23

3.2 Maksud Percobaan...24

3.3 Tujuan Percobaan...24

3.4 Peralatan yang Digunakan...24

3.5 Benda Uji...24

3.6 Prosedur Pengujian...25

3.7 Hasil Pengujian...26

3.8 Perhitungan...26

3.9 Kesimpulan...27

3.10 Lampiran...27

BAB IV ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN FILLER (SNI 1969:2008)...30

4.1 Pengertian...30

4.2 Maksud Percobaan...31

4.3 Tujuan Percobaan...31

4.4 Peralatan yang Digunakan...31

4.5 Benda Uji...31

4.6 Prosedur Pengujian...32

4.7 Hasil Pengujian...34

4.8 Perhitungan...34

4.9 Kesimpulan...35

(6)

BAB V BERAT ISI RONGGA UDARA DALAM AGREGAT ( SNI 03-4804-

1998 )...38

5.1 Pengertian...38

5.2 Ruang Lingkup...38

5.3 Maksud dan Tujuan...38

5.4 Peralatan...39

5.5 Benda Uji...39

5.6 Prosedur Pengujian...40

5.7 Perhitungan...41

5.8 Kesimpulan...42

5.9 Lampiran...42

BAB VI KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TUMBUKAN (SNI 03-4426- 1997)...44

6.1 Maksud dan Tujuan...44

6.2 Landasan Teori...44

6.3 Peralatan...44

6.4 Benda Uji...45

6.5 Cara Pengujian...45

6.6 Perhitungan...46

6.7 Kesimpulan...46

6.8 Lampiran...48

BAB VII KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TEKANAN (SNI M-20-1990- F)...51

7.1 Maksud dan Tujuan...51

7.2 Ruang Lingkup...51

7.3 Pengertian...51

(7)

7.5 Benda Uji...52

7.6 Cara Pengujian...52

7.7 Perhitungan dan Pelaporan...53

7.9 Kesimpulan...54

7.10 Lampiran...54

BAB VIII PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES (SNI 2417-2008)...56

8.1 Maksud dan Tujuan...56

8.2 Ruang Lingkup...56

8.3 Pengertian...56

8.4 Peralatan...57

8.5 Benda Uji...58

8.6 Cara Pengujian...58

8.7 Perhitungan...59

8.8 Kesimpulan...60

8.9 Lampiran...60

BAB IX INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN (RSNI T-01-2005)....63

9.1 Maksud dan Tujuan...63

9.2 Pengertian...63

9.3 Peralatan...64

9.4 Benda Uji...64

9.5 Cara Pengujian...65

9.6 Perhitungan...67

9.7 Kesimpulan...68

9.8 Lampiran...68

(8)

10.1 Maksud dan Tujuan...74

10.2 Ruang Lingkup...74

10.3 Pengertian...74

10.4 Peralatan...75

10.5 Benda Uji...77

10.6 Cara Pengujian...79

10.7 Perhitungan dan Pelaporan...80

10.8 Kesimpulan...80

10.9 Lampiran...81

BAB XI PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN (SNI 2456:2011)...84

11.1 Maksud dan Tujuan...84

11.2 Ruang Lingkup...84

11.3 Pengertian...84

11.4 Peralatan...84

11.5 Benda Uji...88

11.6 Cara Pengujian...89

11.7 Perhitungan...90

11.8 Kesimpulan...91

11.9 Lampiran...91

BAB XII PEMERIKSAAN BERAT JENIS BITUMEN DAN TER (SNI 06- 2441-2011)...95

12.1 Maksud dan Tujuan...95

12.2 Peralatan...95

12.3 Benda Uji...95

12.4 Proses Percobaan...95

12.5 Perhitungan dan Pelaporan...96

(9)

12.6 Kesimpulan...97

12.7 Lampiran...97

BAB XIII CARA UJI TITIK LEMBEK ASPAL DENGAN ALAT CINCIN DAN BOLA (RING AND BALL) (SNI 2434 : 2011)...100

13.1 Maksud dan Tujuan...100

13.2 Ruang Lingkup...100

13.3 Pengertian...100

13.4 Peralatan...101

13.5 Bahan dan Media...102

13.6 Cara Percobaan...103

13.7 Perhitungan...105

13.8 Kesimpulan...106

13.9 Lampiran...106

BAB XIV TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR (SNI 2433:2011)...109

14.1 Maksud dan Tujuan...109

14.2 Ruang Lingkup...109

14.3 Pengertian...110

14.4 Peralatan...110

14.5 Benda Uji...111

14.6 Cara Pengujian...111

14.7 Perhitungan dan Pelaporan...116

14.8 Kesimpulan...117

14.9 Lampiran...118

BAB XV DAKTILITAS BAHAN-BAHAN ASPAL (SNI 2432-2011)...121

15.1 Maksud dan Tujuan...121

(10)

15.3 Pengertian...121

15.4 Peralatan...122

15.5 Benda Uji...122

15.6 Prosedur Percobaan...123

15.7 Perhitungan...124

15.8 Kesimpulan...124

15.9 Lampiran...124

BAB XVI KEHILANGAN BERAT DENGAN THIN FILM OVEN TEST (SNI 06-2440-1991)...127

16.1 Maksud dan Tujuan...127

16.2 Ruang Lingkup...127

16.3 Pengertian...127

16.4 Peralatan...127

16.5 Benda Uji...128

16.6 Cara Pengujian...128

16.7 Hasil Perhitungan...129

16.8 Kesimpulan...129

16.9 Lampiran...130

BAB XVII KELARUTAN BAHAN-BAHAN BITUMEN (SNI 2438-2015). .133 17.1 Maksud dan Tujuan...133

17.2 Ruang Lingkup...133

17.3 Pengertian...133

17.4 Peralatan...134

17.5 Benda Uji...134

17.6 Prosedur Percobaan...135

17.7 Perhitungan...136

(11)

17.7 Kesimpulan...137

17.9 Lampiran...137

BAB XVIII VISKOSITAS ASPAL BAHAN-BAHAN BITUMEN (SNI 03- 6441-2000)...140

18.1 Maksud dan Tujuan...140

18.2 Ruang Lingkup...140

18.3 Pengertian...140

18.4 Peralatan...141

18.5 Benda Uji...141

18.6 Prosedur Percobaan...141

18.7 Perhitungan...143

18.8 Kesimpulan...144

18.9 Lampiran...144

BAB XIX KELEKATAN ASPAL TERHADAP AGREGAT (SNI 2439-2011) ...149

19.1 Maksud dan Tujuan...149

19.2 Ruang Lingkup...149

19.3 Pengertian...149

19.4 Peralatan...150

19.5 Benda Uji...151

19.6 Prosedur Percobaan...151

19.7 Perhitungan...155

19.8 Kesimpulan...156

19.9 Lampiran...156 BAB XX PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

(12)

20.2 Ruang Lingkup...159

20.3 Pengertian...159

20.4 Peralatan Yang Digunakan...159

20.5 Benda Uji...161

20.6 Prosedur Pengujian...161

20.7 Hasil Pengujian...164

20.8 Kesimpulan...168

20.9 Lampiran...170

BAB XXI DAYA DUKUNG DASAR TANAH DENGAN ALAT DCP (SNI 03- 1738-2011)...179

21.1 Maksud dan Tujuan Percobaan...179

21.2 Peralatan...179

21.3 Prosedur Percobaan...179

21.4 Data Hasil Percobaan...180

21.5 Perhitungan...181

21.6 Kesimpulan...182

21.7 Lampiran...182

BAB XXII UJI KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT SANDCONE (SNI 03-2828-2011)...190

22.1 Maksud dan Tujuan...190

22.2 Ruang Lingkup...190

22.3 Pengertian...190

22.4 Peralatan...191

22.5 Benda Uji...192

22.6 Prosedur Percobaan...192

22.7 Data Hasil Pengujian...196

(13)

22.8 Perhitungan...196

22.9 Kesimpulan...198

22.10 Lampiran...198

BAB XXIII METODE PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HASIL EKSTRASI (SNI 03-6822-2002)...202

23.1 Maksud dan Tujuan...202

23.2 Ruang Lingkup...202

23.3 Pengertian...202

23.4 Peralatan...203

23.5 Prosedur percobaan...203

23.6 Perhitungan...204

23.7 Kesimpulan...204

23.8 Lampiran...204

BAB XXIV CORE DRILL ASPAL...207

24.1 Maksud dan Tujuan...207

24.2 Peralatan...207

24.3 Prosedur Pengujian...207

24.4 Data Percobaan...208

24.5 Perhitungan...208

24.6 Kesimpulan...208

24.7 Lampiran...209

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Pembagian Butir Gradasi Agregat Kasar... 4

Gambar 1.2 Grafik Pembagian Butir Gradasi Agregat Halus... 5

Gambar 1.3 Grafik Pembagian Butir Gradasi Agregat Filler... 6

Gambar 1.4 Grafik Pembagian Butir Untuk Gradasi Gabungan Beserta Spesifikasi ... 8

Gambar 1.5 Analisa Saringan Menggunakan Sieve Shaker... 15

Gambar 1.6 Oven... 15

Gambar 1.7 Timbunan... 15

Gambar 1.8 Meletakkan Benda Uji Ke Shieve Shaker... 15

Gambar 2.1 Pengeringan Agregat Kasar Sampai SSD... 22

Gambar 2.2 Oven... 22

Gambar 2.3 Timbangan... 22

Gambar 3.1 Picnometer Berisi Pasir... 29

Gambar 3.2 Oven... 29

Gambar 3.3 Perendaman Picnometer... 29

Gambar 3.4 Pengeringan Pasir dan Filler... 29

Gambar 4.1 Picnometer Berisi Filler... 37

Gambar 4.2 Oven... 37

Gambar 4.3 Perendaman Picnometer... 37

Gambar 4.4 Pengeringan Pasir Dan Filler... 37

Gambar 4.5 Corong... 37

Gambar 4.6 Timbangan... 37

Gambar 6.1 Saringan... 50

Gambar 6.2 Timbangan... 50

Gambar 6.3 Cylindrical Steel Cup... 50

Gambar 6.4 Benda Uji Agregat Kasar... 50

Gambar 8.1 Mesin Los Angeles... 62

Gambar 8.2 Bola-Bola Baja... 62

Gambar 8.3 Penimbangan Benda Uji... 62

Gambar 8.4 Penyaringan Benda Uji... 62

(15)

Gambar 9.2 Pengujian Berbentuk Lonjong... 72

Gambar 9.3 Pengujian Butiran Berbentuk Pipih... 72

Gambar 9.4 Agregat Lonjong... 72

Gambar 9.5 Agregat Pipih... 72

Gambar 9.6 Agregat Tidak Pipih dan Tidak Lonjong... 72

Gambar 9.7 Agregat Pipih dan Lonjong... 73

Gambar 10.1 Peralatan Uji Magnesium Sulfat... 83

Gambar 11.1 Penetrometer... 94

Gambar 11.2 Cawan Benda Uji... 94

Gambar 11.3 Bak Perendam... 94

Gambar 11.4 Termometer... 94

Gambar 11.5 Benda Uji (Aspal Shell)... 94

Gambar 11.6 Air Suling... 94

Gambar 12.1 Picnometer 30 ml... 99

Gambar 12.2 Oven... 99

Gambar 12.3 Neraca Ohauss ... 99

Gambar 12.4 Thermometer... 99

Gambar 12.5 Benda Uji (Aspal Shell)... 99

Gambar 12.6 Air Suling... 99

Gambar 13.1 Pengujian Titik Lembek Aspal... 108

Gambar 13.2 Sketsa Cincin... 108

Gambar 13.3 Sketsa Alat Pengarah Bola... 108

Gambar 14.1 Cawan Cleveland... 120

Gambar 14.2 Cleveland Open Cup... 120

Gambar 14.3 Termometer... 120

Gambar 14.4 Pengujian Titik Nyala & Titik Bakar... 120

Gambar 15.1 Cetakan Kuningan... 126

Gambar 15.2 Benda Uji... 126

Gambar 15.3 Percobaan Daktilitas... 126

Gambar 16.1 Termometer... 132

Gambar 16.2 Pinggan Berputar... 132

(16)

Gambar 18.1 Spesifikasi Termometer... 139

Gambar 18.2 Tabel Faktor Koreksi Pembacaan Suhu Pengujian... 139

Gambar 18.3 Aspal Keras (Shell)... 139

Gambar 20.1 Rongga Dalam Campuran... 176

Gambar 20.2 Stabilitas... 176

Gambar 20.3 Rongga Terisi Aspal... 176

Gambar 20.4 Rongga Dalam Agregat... 176

Gambar 20.5 Flow... 176

Gambar 20.6 Marshall Quotion... 176

Gambar 20.7 Kadar Optimum Aspal... 177

Gambar 20.8 Mesin Tekan... 178

Gambar 20.9 Ring dan Tempat Penumbuk... 178

Gambar 20.10 Bahan Campuran... 178

Gambar 20.11 Pemanasan Benda Uji... 179

Gambar 20.12 Waterbath... 179

Gambar 20.13 Proses Penumbukan... 179

Gambar 21.1 Grafik Hubungan Nilai DCP Dengan CBR Titik 1... 185

Gambar 21.2 Grafik Hubungan Komulatif Tumbukan Dengan Jumlah Tumbukan Titik 1... 185

Gambar 21.3 Grafik Hubungan Nilai DCP Dengan CBR Titik 2... 187

Gambar 21.4 Grafik Hubungan Komulatif Tumbukan Dengan Jumlah Tumbukan Titik 2... 187

Gambar 21.5 Grafik Hubungan Nilai DCP Dengan CBR Titik 3... 189

Gambar 21.6 Grafik Hubungan Komulatif Tumbukan Dengan Jumlah Tumbukan Titik 3... 189

Gambar 21.7 Alat DCP... 190

Gambar 21.8 Praktikum DCP... 190

Gambar 22.1 Pelat Untuk Dudukan Corong Pasir... 201

Gambar 22.2 Botol Pasir... 201

Gambar 22.3 Saringan... 201

Gambar 22.4 Benda Uji... 202

Gambar 22.5 Spiritus... 202

(17)

Gambar 22.6 Pembakaran Benda Uji... 202

Gambar 23.1 Sendok... 206

Gambar 23.2 Kuas... 206

Gambar 23.3 Satu Set Alat Centrifuge Extractor... 206

Gambar 23.4 Oven... 207

Gambar 23.5 Proses Percobaan Extraksi (1)... 207

Gambar 23.6 Proses Percobaan Extraksi (2)... 207

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Berat Minimum Contoh Benda Uji Agregat Kasar... 2

Tabel 1.2 Jumlah Contoh Uji Maksimum Yang Diizinkan Tertahan Pada Saringan (kg)... 3

Tabel 1.3 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar... 4

Tabel 1.4 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus... 5

Tabel 1.5 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Filler... 6

Tabel 1.6 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal... 7

Tabel 2.1 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar... 19

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus... 26

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Filler... 34

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Berat Jenis Agregat Filler... 35

Tabel 5.1 Kapasitas Penakar Untuk Berbagai Ukuran Agregat... 39

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Berat Isi Rongga Udara dalam Agregat... 42

Tabel 6.1 Nilai AIV Jenis Batuan yang Diambil di Skotlandia... 47

Tabel 6.2 Ukuran Agregat Standard dan Non Standar... 48

Tabel 8.1 Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji... 59

Tabel 9.1 Berat Minimum Contoh Uji untuk Ukuran Nominal Maksimum... 65

Tabel 10.1 Ukuran Saringan untuk Agregat Halus dan Agregat Kasar... 75

Tabel 10.2 Ukuran Saringan yang Digunakan untuk Agregat Halus... 78

Tabel 10.3 Ukuran saringan dan berat contoh yang diperlukan untuk pengujian agregat kasar... 78

Tabel 10.4 Ketentuan Agregat Kasar... 81

Tabel 11.1 Spesifikasi Termometer... 87

Tabel 11.2 Kondisi Lain Untuk Pengujian Khusus... 89

Tabel 11.3 Data Hasil Pengujian... 90

Tabel 14.1 Nilai Titik Nyala dan Batas CRM... 113

Tabel 17.1 Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Tack Coat... 137

Tabel 18.1 Hasil Pemeriksaan dengan Alat Saybolt... 144

Tabel 18.2 Viskositas Faktor... 145

Tabel 19.1 Temperatur aspal untuk pengadukan... 152

(19)

Tabel 19.3 Ketentuan Agregat Kasar... 156

Tabel 20.1 Tingkat Kekentalan (Viscositas) Aspal Untuk Aspal Padat Dan Aspal Cair... 162

Tabel 20.2 Sifat-sifat Campuran Lataston... 168

Tabel 20.3 Sifat-sifat Campuran pada Kadar Aspal Optimum sebesar 6,4%... 171

Tabel 20.4 Angka Korelasi Stabilitas... 174

Tabel 20.5 Perhitungan Angka Korelasi... 175

Tabel 21.1 Data Hasil Percobaan Titik 1... 181

Tabel 21.2 Data Hasil Percobaan Titik 2... 182

Tabel 21.3 Data Hasil Percobaan Titik 3... 182

Tabel 22.1 Volume minimum lubang uji dan berat contoh untuk kadar air berdasarkan ukuran butir maksimum... 197

Tabel 24.1 Data Percobaan Core Drill Aspal... 209

Tabel 24.2 Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal... 209

(20)

BAB I

ANALISA SARINGAN AGREGAT (SNI ASTM C136-2012)

1.1 Pengertian

Analisa saringan agregat adalah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.

1.2 Maksud Percobaan

Percobaan ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam tabel atau grafik.

1.4 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian masing-masing untuk agregat halus, pembacaan sampai 0,1 g dan ketelitian 0,1 g atau 0,1% dari massa uji, dipilih nilai yang lebih besar pada kisaran nilai yang digunakan. Sedangkan Untuk agregat kasar atau gabungan dari agregat halus dan agregat kasar, pembacaan dan ketelitian sampai 0,5 g atau 0,1% dari massa uji, dipilih nilai yang lebih besar pada kisaran nilai yang digunakan.

2. Satu set saringan; 37,5 mm (3”); 63,5 mm (2½”); 50,8 mm (2”); 19,1 mm (¾”); 12,5 mm (½”); 9,5 mm (⅜”); No.4 (4.75 mm); No.8 (2,36

(21)

mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm);

No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm);

3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)°C;

4. Alat pemisah contoh;

5. Mesin pengguncang saringan;

6. Talam-talam;

7. Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.

Untuk berat minimum contoh benda uji agregat halus setelah kering harus minimum 300 g, sedangkan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Berat Minimum Contoh Benda Uji Agregat Kasar

(Sumber : SNI ASTM C136-2012)

1.5 Benda Uji

Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak : benda uji disiapkan berdasarkan standar yang berlaku dan terkait kecuali apabila butiran yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.

(22)

(2) ukuran maksimum 2,38 mm; berat minimum 100 gram.

2. agregat kasar terdiri dari :

(1) ukuran maks. 3,5"; berat minimum 35,0 kg (2) ukuran maks. 3"; berat minimum 30,0 kg (3) ukuran maks. 2,5"; berat minimum 25,0 kg (4) ukuran maks. 2"; berat minimum 20,0 kg (5) ukuran maks. 1,5"; berat minimum 15,0 kg (6) ukuran maks. I"; berat minimum 10,0 kg (7) ukuran maks. 3 /4" berat minimum 5,0 kg (8) ukuran maks. 1 /2"; berat minimum 2,5 kg (9) ukuran maks. 3 /8"; berat minimum 1,0 kg

3. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4.;

Selanjutnya agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum diatas.

1.6 Prosedur Pengujian

Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Keringkan contoh uji sampai massa tetap pada temperatur 110 ± 5 oC (230 ± 9 oF).

2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

(23)

Tabel 1.2 Jumlah Contoh Uji Maksimum Yang Diizinkan Tertahan Pada Saringan (kg)

(Sumber : SNI ASTM C136-2012)

(24)

1.7 Hasil Pengujian

Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji setelah disaring.

Tabel 1.3 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar No.

Saringa n

Tertahan (gram)

Jumlah Tertahan

(gram)

% Tertaha

n Lolos

3/4 0.00 0.00 0.00 100.00

1/2 446.62 446.62 23.05 76.95

3/8 556.80 1003.42 51.79 48.21

# 4 132.62 1136.04 58.64 41.36

# 8 646.55 1782.59 92.01 7.99

# 16 55.60 1838.19 94.88 5.12

# 30 20.70 1858.89 95.95 4.05

# 50 15.70 1874.59 96.76 3.24

# 100 14.80 1889.39 97.52 2.48

# 200 25.87 1915.26 98.86 1.14

PAN 22.13 1937.39 100.00 0.00

0.0 0.1 1.0 10.0 100.0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

100 100

89.61

55.3

10.2 12.5 5.2 8.71

Grafik Pembagian Butir Aggregat Kasar

Diameter Saringan (mm)

Persen Lolos %

Gambar 1.1 Grafik Pembagian Butir Gradasi Agregat Kasar

(25)

Tabel 1.4 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus No.

Saringa n

Tertahan (gram)

Jumlah Tertahan

(gram)

%

Tertahan Lolos

3/4 - - - -

1/2 - - - -

3/8 - - - -

# 4 - - - -

# 8 0.00 0.00 0.00 100.00

# 16 116.45 116.45 11.66 88.34

# 30 238.70 355.15 35.56 64.44

# 50 41.80 396.95 39.74 60.26

# 100 169.70 566.65 56.73 43.27

# 200 321.70 888.35 88.94 11.06

PAN 110.45 998.80 100.00 0.00

0.0 0.1 1.0 10.0 100.0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

100 100100100

100

61.71

29.53

4.85

Grafik Pembagian Butir Aggregat Halus

Diameter Saringan (mm)

Persen Lolos %

Gambar 1.2 Grafik Pembagian Butir Gradasi Agregat Halus

(26)

Tabel 1.5 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Filler No.

Saring an

Tertaha n (gram)

Jumlah Tertahan

(gram)

% Tertah

an Lolos

3/4 - - - -

1/2 - - - -

3/8 - - - -

# 4 - - - -

# 8 10.90 10.90 2.22 97.78

# 16 60.90 71.80 14.62 85.38

# 30 120.80 192.60 39.23 60.77

# 50 34.70 227.30 46.29 53.71

# 100 29.80 257.10 52.36 47.64

# 200 183.90 441.00 89.82 10.18

PAN 50.00 491.00 100.00 -

0.0 0.1 1.0 10.0 100.0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

100 100 100 100

84.27 71.36

52.32

Grafik Pembagian Butir Aggregat Filler

Ukuran Saringan (mm)

Persen Lolos %

Gambar 1.3 Grafik Pembagian Butir Gradasi Agregat Filler

Dari hasil pemeriksaan gradasi pada agregat kasar, agregat halus dan filler, dilakukan cara trial error untuk mendapatkan gradasi gabungan untuk campuran aspal. Campuran aspal yang direncanakan termasuk dalam kategori Lataston (HRS-WC). Adapun spesifikasi dengan tabel 1.6 Amplop Gradasi Agregat

(27)

Gabungan untuk Campuran Aspal pada Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.6 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

Diambil perhitungan untuk ukuran ayakan 2,36 mm (No.8) S = Nilai tengah dari batas spesifikasi untuk saringan No. 8

= (50 + 72)/2

= 61%

F = Persentase agregat halus lolos saringan No. 8

= 100% (dari hasil perhitungan sebelumnya) C = Persentase agregat kasar lolos saringan No. 8

= 7,99 %

Maka persentase agregat kasar terhadap campuran adalah

% Agregat Kasar = FS

F 100% = 100−61

100−7,99× 100% = 42,38%

Dengan melakukan trial error didapat % filler sebesar 8%, sehingga

% Agregat Halus = (100% - % Agregat Kasar - % filler)

= (100% - 42,39% - 8%)

= 49,62%

(28)

Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel. Dari tabel yang telah dibuat dapat diplot ke grafik gradasi gabungan. Dengan memasukkan batas atas dan batas bawah dari spesifikasi akan diketahui apakah agregat gabungan memenuhi spesifikasi atau tidak.

Tabel 1.7 Gradasi Gabungan Untuk HRS-WC No.

Saringan

Aggregat Kasar Aggregat Halus Filler Total

(%)

Spec Limit

42.38 49.62 8 (%)

3/4 100.00 42.38 100.00 49.62 100.00 8.00 100.00 100

1/2 76.95 32.61 100.00 49.62 100.00 8.00 90.23 90-100

3/8 48.21 20.43 100.00 49.62 100.00 8.00 78.05 75-85

# 4 41.36 - 100.00 - 100.00 - -

# 8 7.99 3.39 100.00 49.62 97.78 7.82 60.83 50-72

# 16 5.12 - 88.34 - 85.38 - -

# 30 4.05 1.72 64.44 31.98 60.77 4.86 38.56 20-45

# 50 3.24 - 60.26 - 53.71 - - -

# 100 2.48 - 43.27 - 47.64 - -

# 200 1.14 0.48 11.06 5.49 10.18 0.81 6.79 6-10

Dari Tabel 1.7 yang telah dibuat dapat diplot ke grafik gradasi gabungan.

Dengan memasukkan batas atas dan batas bawah dari spesifikasi akan diketahui apakah agregat gabungan memenuhi spesifikasi atau tidak. Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.4

(29)

Gambar 1.4 Grafik Pembagian Butir Untuk Gradasi Gabungan Beserta Spesifikasi

1.8 Analisis dan Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan analisa saringan (gradasi) pada agregat kasar dan agregat halus serta filler, dapat diketahui persentase lolos maupun tertahan pada saringan yang dapat dilihat pada Tabel 1.3 – Tabel 1.5 Selain itu juga didapatkan grafik gradasi yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana pembagian butiran pada masing-masing pengujian (Lihat Gambar 1.1 – Gambar 1.3). Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa untuk agregat kasar termasuk dalam Gap Graded sedangkan untuk agregat halus dan filler termasuk dalam Poorly Graded (uniform).

Untuk keperluan pembuatan campuran aspal dalam kategori Lataston (HRS- WC), dilakukan cara trial error untuk mendapatkan gradasi gabungan dengan mengacu kepada Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2 dan didapatkan hasil komposisi campuran sebagai berikut :

• 42,38 % Agregat kasar dari berat total agregat dalam campuran

0.0 0.1 1.0 10.0 100.0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

100 100100

70

44 35

35

8

100 90

55 32

15 4 5

100 92.63

68.31

37.96 26.09

16.43 7

Grafik Pembagian Butir Aggregat Campuran

Persen Lolos % Batas Bawah Batas Atas Diameter Saringan (mm)

Persen Lolos %

(30)

• 8 % Filler dari berat total agregat dalam campuran

Hasil perhitungan komposisi agregat pada masing-masing ukuran ayakan yang dimasukkan ke dalam Tabel 1.7 gradasi gabungan untuk HRS-WC kemudian diplot ke grafik Pembagian Butir untuk Gradasi Gabungan beserta Spesifikasi pada Gambar 1.4. Dari grafik didapatkan bahwa komposisi agregat gabungan belum memenuhi spesifikasi yang direncanakan karena hasil gradasi keluar dari batas spesifikasi yang ada. Maka komposisi ini tidak dapat dipakai untuk pembuatan campuran aspal kategori HRS-WC.

1.9 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :

1. Pada gradasi agregat kasar termasuk dalam Gap Graded sedangkan agregat halus dan filler termasuk dalam Poorly Graded.

2. Didapatkan komposisi agregat sebagai berikut:

42,38 % Agregat kasar dari berat total agregat dalam campuran 49,62 % Agregat halus dari berat total agregat dalam campuran 8 % Filler dari berat total agregat dalam campuran

Komposisi yang didapatkan dengan cara trial error ini tidak memenuhi spesifikasi campuran aspal dalam kategori Lataston (HRS - WC) seperti terlihat pada Tabel 1.6, yang mengacu kepada Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2.

1.10 Lampiran

Adapun lampiran pada pemeriksaan ini meliputi :

1. Form Praktikum Analisa Saringan Agregat Kasar, Agregat Halus, dan Filler serta Agregat Gabungan.

2. Foto pada saat pengujian

(31)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR SNI ASTM C136-2012

NO. CONTOH : SUMBER CONTOH : Martadah

HARI/TANGGAL : 2 Maret 2023 JENIS CONTOH : Agregat Kasar

PELAKSANA : Kelompok IV UNTUK : Praktikum Perkerasan Jalan

NO.

SARINGAN TERTAHAN (GRAM) JUMLAH

TERTAHAN (GRAM)

% TERTAHA

N LOLOS

3/4 0.00 0.00 0.00 100.00

1/2 446.62 446.62 23.05 76.95

3/8 556.80 1003.42 51.79 48.21

# 4 132.62 1136.04 58.64 41.36

# 8 646.55 1782.59 92.01 7.99

# 16 55.60 1838.19 94.88 5.12

# 30 20.70 1858.89 95.95 4.05

# 50 15.70 1874.59 96.76 3.24

# 100 14.80 1889.39 97.52 2.48

# 200 25.87 1915.26 98.86 1.14

PAN 22.13 1937.39 100.00 0.00

(32)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS SNI ASTM C136-2012

NO. CONTOH : SUMBER CONTOH : Awang Bangkal

HARI/TANGGAL : 2 Maret 2023 JENIS CONTOH : Agregat Halus

PELAKSANA : Kelompok IV UNTUK : Praktikum Perkerasan Jalan

NO.

SARINGAN TERTAHAN (GRAM)

JUMLAH TERTAHAN

(GRAM)

% TERTAHA

N LOLOS

3/4 - - - -

1/2 - - - -

3/8 - - - -

# 4 - - - -

# 8 0.00 0.00 0.00 100.00

# 16 116.45 116.45 11.66 88.34

# 30 238.70 355.15 35.56 64.44

# 50 41.80 396.95 39.74 60.26

# 100 169.70 566.65 56.73 43.27

# 200 321.70 888.35 88.94 11.06

PAN 110.45 998.80 100.00 0.00

(33)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

ANALISA SARINGAN AGREGAT FILLER SNI ASTM C136-2012

NO. CONTOH : SUMBER CONTOH : Ex. Stone Crusher HARI/TANGGAL : 2 Maret 2023 JENIS CONTOH : Filler

PELAKSANA : Kelompok IV UNTUK : Praktikum Perkerasan Jalan

NO.

SARINGAN TERTAHAN (GRAM)

JUMLAH TERTAHAN

(GRAM)

% TERTAHA

N LOLOS

3/4 - - - -

1/2 - - - -

3/8 - - - -

# 4 - - - -

# 8 10.90 10.90 2.22 97.78

# 16 60.90 71.80 14.62 85.38

# 30 120.80 192.60 39.23 60.77

# 50 34.70 227.30 46.29 53.71

# 100 29.80 257.10 52.36 47.64

# 200 183.90 441.00 89.82 10.18

PAN 50.00 491.00 100.00 -

(34)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

GRADASI GABUNGAN

NO. CONTOH : SUMBER CONTOH : Martadah, Awang Bangkal, dan Ex Stone Crusher

HARI/TANGGAL : 2 Maret 2023 JENIS CONTOH : Ag. Kasar, Ag. Halus dan Filler PELAKSANA : Kelompok IV UNTUK : Praktikum Perkerasan Jalan

No.

Saringa n

Aggregat Kasar Aggregat Halus Filler

Total (%)

Spec Limit

42.38 49.62 8 (%)

3/4 100.00 42.38 100.00 49.62 100.00 8.00 100.00 100

1/2 76.95 32.61 100.00 49.62 100.00 8.00 90.23 90-100

3/8 48.21 20.43 100.00 49.62 100.00 8.00 78.05 75-85

# 4 41.36 - 100.00 - 100.00 - -

# 8 7.99 3.39 100.00 49.62 97.78 7.82 60.83 50-72

# 16 5.12 - 88.34 - 85.38 - -

# 30 4.05 1.72 64.44 31.98 60.77 4.86 38.56 20-45

# 50 3.24 - 60.26 - 53.71 - - -

# 100 2.48 - 43.27 - 47.64 - -

# 200 1.14 0.48 11.06 5.49 10.18 0.81 6.79 6-10

(35)

Gambar 1.5 Pengambilan Benda Uji Gambar 1.6 Penimbangan Benda Uji

Gambar 1.7 Menyaring Benda Uji dengan Shieve Shaker

Gambar 1.8 Menimbang Agregat Kasar yang Tertahan

Gambar 1.9 Menimbang Agregat Halus yang Tertahan

Gambar 1.10 Menimbang Filler yang Tertahan

(36)

BAB II

ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR (SNI 1969:2008)

2.1 Pengertian

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan percobaan yaitu :

1. Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm sampai 40 mm.

2. Berat Jenis yaitu perbandingan massa suatu bahan dengan massa air pada isi dan temperatur yang sama.

3. Berat jenis curah yaitu perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk rongga yang permeabel dan impermeabel di dalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) terhadap berat di udara dan air suling bebas gelembung dalam volume yang sama dan temperatur yang sama.

4. Berat Jenis Jenuh (Kering Permukaan) yaitu perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk air yang terdapat di dalam rongga akibat perendaman selama 15 jam sampai dengan 19 jam, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama dan temperatur yang sama.

5. Berat Jenis Semu (Apparent) yaitu perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian yang impermeabel terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama dan temperatur yang sama.

6. Penyerapan Air yaitu penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya; agregat dikatakan ”kering” ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5)°C dalam rentang waktu yang cukup

(37)

untuk menghilangkan seluruh kandungan air yang ada (sampai beratnya tetap).

2.2 Maksud Percobaan

Percobaan ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari agregat kasar

2.3 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenis dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.

2.4 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:

1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8) dengan kapasitas kira-kira 5 kg;

2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap;

3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang;

4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C;

5. Alat pemisah benda uji;

6. Saringan No. 4 (4,75 mm)

2.5 Benda Uji

Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 (4,75) mm diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg.

(38)

Jika contoh diuji dalam dua fraksi atau lebih, tentukanlah susunan butiran (gradasi) contoh sesuai dengan SNI 03 1974 – 1990, termasuk saringan yang dipergunakan untuk memisahkan fraksi di dalam cara uji ini. Dalam menghitung persentase material dalam setiap ukuran, abaikanlah jumlah material yang lebih halus dari pada saringan ukuran 4,75 mm (No.4) atau saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) apabila digunakan seperti yang dijelaskan pada 2.6 butir 5.

2.6 Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian adalah sebagai berikut:

1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan;

2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai berat tetap; sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven;

3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram (BK);

4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam;

5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu;

6. Timbang benda uji kering-permukaan jenuh (BJ);

7. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25°C);

8. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan ringan; bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.

(39)
(40)

2.7 Hasil Pengujian

Hasil pengujian adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar

DATA PENGUJIAN TEST

I II

Berat benda uji kering oven (BK) gr 1748,5 1759,8 Berat benda uji kering permukaan jenuh (BJ) gr 1773,4 1789,1 Berat benda uji di dalam air (BA) gr 1122 1120

2.8 Perhitungan

Diambil sampel II sebagai contoh perhitungan : 1. Berat jenis (bulk)

BK

BJBA

=

1789,1−11201759,8 = 2,63

2. Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) BJ

BJBA

=

1789,1−11201789,1 = 2,67

3. Berat jenis semu (Apparent Specific Grafity) BK

BKBA

=

1759,8−11201759,8 = 2,75

4. Penyerapan

BJBK

BK

x 100% =

1789,1−1759,8

1759,8 = 1,66%

(41)

Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Berat Jenis Agregat Kasar

BERAT JENIS TEST

I II Rerata

Berat jenis (bulk) 2.68 2.63 2.66

Berat jenis kering permukaan (SSD) 2.72 2.67 2.70

Berat jenis semu (apparent ) 2.79 2.75 2.77

Penyerapan (%) 1.42 1.66 1.54

2.9 Kesimpulan

Dari percobaan diperoleh untuk sampel 1 berat jenis (bulk) adalah 2,68;

berat jenis kering permukaan jenuh adalah 2,72; berat jenis semu adalah 2,79; dan penyerapan air sebesar 1,42%. Dan untuk sampel 2 berat jenis (bulk) adalah 2,63;

berat jenis kering permukaan jenuh adalah 2,67; berat jenis semu adalah 2,75 ; dan penyerapan air sebesar 1,66%.

Dari hasil tersebut didapatkan rata-rata untuk berat jenis (bulk) adalah 2,66;

berat jenis kering permukaan jenuh adalah 2,70; berat jenis semu adalah 2,77 dan penyerapan air sebesar 1,54 %. Penyerapan air baik untuk sampel 1 maupun sampel 2 ataupun rata-rata kedua sampel, mempunyai nilai yang kurang dari 3%. Menurut Spesfikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2 Divisi 4 untuk perkerasan aspal, penyerapan agregat harus lebih kecil dari 3% dan hasil pengujian yang dilakukan tidak memenuhi ketentuan tersebut. Maka agregat memenuhi untuk perkerasan aspal.

2.10 Lampiran

Lampiran pada pemeriksaan ini meliputi:

1. Form praktikum pengujian berat jenis agregat kasar 2. Foto pada saat pengujian.

(42)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

BERAT JENIS AGREGAT KASAR (SPECIFIC GRAVITY)

NO. CONTOH : SUMBER CONTOH : Martadah

HARI/TANGGAL : 2-4 Maret 2023 JENIS CONTOH : Agregat Kasar

PELAKSANA : Kelompok IV UNTUK : Praktikum Perkerasan Jalan

DATA PENGUJIAN TEST

I II

Berat benda uji kering oven (BK) gr 1748.5 1759.8 Berat benda uji kering permukaan jenuh (BJ) gr 1773.4 1789.1 Berat benda uji di dalam air (BA) gr 1122 1120

BERAT JENIS TEST

I II Rerata

Berat jenis (bulk) BK

BJBA 2.68 2.63 2.66

Berat jenis kering Permukaan (SSD)

BJ

BJBA 2.72 2.67 2.70

Berat jenis semu (apparent ) BK

BKBA 2.79 2.75 2.77

Penyerapan BJBK

BK ×100 % 1.42 1.66 1.54

(43)

Gambar 2.5 Pengeringan Agregat

Kasar Sampai SSD Gambar 2.2 Penimbangan Kondisi SSD

Gambar 2.3 Penimbangan Kondisi

Kering Oven Gambar 2.4 Penimbangan di Dalam Air

Gambar 2.5 Oven Gambar 2.6 Timbangan

(44)

BAB III

ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (SNI 1969:2008)

3.1 Pengertian

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan percobaan yaitu :

1. Agregat kasar adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75 mm (No.4).

2. Berat Jenis yaitu perbandingan massa suatu bahan dengan massa air pada isi dan temperatur yang sama.

3. Berat jenis curah yaitu perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk rongga yang permeabel dan impermeabel di dalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) terhadap berat di udara dan air suling bebas gelembung dalam volume yang sama dan temperatur yang sama.

4. Berat Jenis Jenuh (Kering Permukaan) yaitu perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk air yang terdapat di dalam rongga akibat perendaman selama 15 jam sampai dengan 19 jam, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama dan temperatur yang sama.

5. Berat Jenis Semu (Apparent) yaitu perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian yang impermeabel terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama dan temperatur yang sama.

6. Penyerapan Air yaitu penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya; agregat dikatakan ”kering” ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5)°C dalam rentang waktu yang cukup.

(45)

3.2 Maksud Percobaan

Percobaan ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka penyerapan daripada agregat halus.

3.3 Tujuan Percobaan

Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka untuk berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat halus.

3.4 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

1. Timbangan kapasitas 1 kg atau lebih denfan ketelitian 0,5 gram;

2. Piknometer dengan kapasitas 500 ml;

3. Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40± 3) mm, diameter bagian bawah (90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm; 4) batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 15) gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm;

4. Saringan No. 4 (4,75 mm);

5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C;

6. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C;

7. Talam;

8. Bejana tempat air;

9. Pompa hampa udara atau tungku;

(46)

3.5 Benda Uji

Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No. 4 (4,75 mm) diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 500 gram.

(47)

3.6 Prosedur Pengujian

Prosedur percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± _5)°C, sampai berat tetap; yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1 %; dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4) jam;

2. Buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat diatas talam, keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikan benda uji; lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh;

3. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung; keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak;

4. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer; masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer, putar sambil di guncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya;

5. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar 25°C;

6. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas;

7. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (BT);

8. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator;

9. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (BK);

10. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air gunakan

(48)

3.7 Hasil Pengujian

Hasil pengujian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus

DATA PENGUJIAN TEST

I II

Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) 500 500

Berat benda uji kering oven 490.9 491.9

Berat picnometer diisi air (250 C) 1291.9 1291.9

Berat picnometer + benda uji 1548.5 1538.6

3.8 Perhitungan

Diambil sampel II sebagai contoh perhitungan : 1. Berat Jenis (Bulk Spesific Gravity)

Bk

B+500−Bt= 491,9

1291,9+500−1538,6=1,94

2. Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) 500

B+500−Bt= 500

1291,9+500−1538,6=1,97 3. Berat jenis semu (Apparent Specific Grafity)

Bk

B+BkBt= 491,9

1291,9+491,9−1538,6=2,01 4. Penyerapan (%)

.

500−Bk

Bk x100 %=500−491,9

491,9 x100 %=1,65 % Keterangan :

- BK = Berat benda uji kering oven (gram) - B = Berat piknometer berisi air (gram)

- BT = Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

- 500 = Berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Berat Jenis Agregat Halus

BERAT JENIS TEST

I II Rerata

Berat jenis (bulk) 2.02 1.94 1.98

Berat jenis kering 2,05 1,97 2,01

(49)

Penyerapan (%) 1.85 1.65 1.75

(50)

3.9 Kesimpulan

Dari percobaan diperoleh untuk sampel I dan II berat jenis (bulk) adalah 1,98 gr ; berat jenis kering permukaan jenuh adalah 2,01; berat jenis semu adalah 2,05; dan penyerapan air sebesar 1,75%. Penyerapan air rata-rata kedua sampel, mempunyai nilai yang kurang dari 3%. Menurut Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2 untuk perkerasan aspal, penyerapan agregat harus lebih kecil dari 3% dan hasil pengujian yang dilakukan memenuhi ketentuan tersebut.

Maka agregat dapat dipakai sebagai bahan untuk perkerasan aspal.

3.10 Lampiran

Lampiran pada pemeriksaan ini meliputi:

1. Form praktikum pengujian berat jenis agregat halus 2. Foto pada saat pengujian

(51)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

BERAT JENIS AGREGAT HALUS (SPECIFIC GRAVITY)

NO. CONTOH : SUMBER CONTOH : Awang Bangsal

HARI/TANGGAL : 2-4 Maret 2023 JENIS CONTOH : Agregat Halus

PELAKSANA : Kelompok IV UNTUK : Praktikum Perkerasan Jalan

DATA PENGUJIAN TEST

I II

Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) gr 500 500 Berat benda uji kering oven (BK) gr 490.9 491.9 Berat picnometer diisi air (250 C) (B) gr 1291.9 1291.9 Berat picnometer + benda uji (BT) gr 1548.5 1538.6

BERAT JENIS

TEST

I II Rerata

Berat jenis (bulk) 𝐵𝐵

+ 500 − 𝐵𝐵 2.02 1.94 1.98 Berat jenis kering permukaan

(SSD)

500

+ 500 − 𝐵𝐵 2.05 1.97 2.01

Berat jenis semu (apparent ) 𝐵𝐵

+ − 𝐵𝐵

2.10 2.01 2.05

Penyerapan 500- 𝐵𝐵 x100%

𝐵𝐵 1.85 1.65 1.75

(52)
(53)

Gambar 3.1 Pengambilan Benda Uji dengan Saringan No.4

Gambar 3.2 Penimbangan Benda Uji I

Gambar 3.3 Penimbangan Benda Uji

II Gambar 3.4 Picnometer dengan Air

Gambar 3.5 Picnometer dengan Benda Uji

Gambar 3.6 Picnometer dengan Air dan Benda Uji

(54)

BAB IV

ANALISA BERAT JENIS DAN PENYERAPAN FILLER (SNI 1969:2008)

4.1 Pengertian

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan percobaan yaitu :

1. Filler yaitu bahan pengisi campuran aspal untuk mengisi rongga antar agregat halus dan kasar yang dapat diperoleh dari hasil pemecahan batuan secara alami maupun buatan.

2. Berat Jenis yaitu perbandingan massa suatu bahan dengan massa air pada isi dan temperatur yang sama.

3. Berat jenis curah yaitu perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk rongga yang permeabel dan impermeabel di dalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) terhadap berat di udara dan air suling bebas gelembung dalam volume yang sama dan temperatur yang sama.

4. Berat Jenis Jenuh (Kering Permukaan) yaitu perbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk air yang terdapat di dalam rongga akibat perendaman selama 15 jam sampai dengan 19 jam, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama dan temperatur yang sama.

5. Berat Jenis Semu (Apparent) yaitu perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian yang impermeabel terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama dan temperatur yang sama.

6. Penyerapan Air yaitu penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya; agregat dikatakan ”kering” ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5)°C dalam rentang waktu yang cukup.

(55)
(56)

4.2 Maksud Percobaan

Percobaan ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan setelah (24±4) jam di dalam air berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu, dan angka penyerapan daripada filler.

4.3 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan adalah untuk menentukan angka untuk berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan air pada filler setelah (24±4) jam di dalam air.

4.4 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang dugunakan pada percobaan ini adalah:

1. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.

2. Picnometer dengan kapasitas 500 ml cukup untuk 500 gram benda uji rata-rata filler.

3. Cetakan berbentuk kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40  3) mm, diameter bagian bawah (90  3) mm dan tinggi (75  3) mm, dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm.

4. Batang penumbuk yang mempunyai bidang berdiameter (25  3) mm dan berat (340±15) gram dan sendok penakar.

5. Saringan No. 200.

6. Oven dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanaskan sampai (110 ± 5) oC.

7. Alat pengukur suhu.

8. Talam.

9. Bejana tempat air.

10. Desikator.

(57)

4.5 Benda Uji

Benda uji yang digunakan dalam percobaan ini yakni agregat yang lolos saringan No. 200 yang diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak 500 gram.

(58)

4.6 Prosedur Pengujian

Prosedur percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Siapkan filler sebanyak 1 kg.

2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (100  5) oC, sampai berat tetap. Artinya dengan berat tetap atau keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar 0,1%. Biarkan Dingin hingga temperatur sesuai spesifikasi basahi dengan air, baik dengan cara melembabkan sampai 6% atau merendamnya, kemudian rendam di dalam air selama (24  4) jam.

3. Hilangkan kelebihan air dengan hati-hati untuk menghindari hilangnya butiran yang halus, tebarkan benda uji di atas permukaan terbuka yang rata dan tidak menyerap air,beri aliran udara yang hangat dan perlahan, aduk untuk mencapai pengeringan yang merata. Bila di inginkan, bantuan mekanis seperti alat pengaduk dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mencapai kondisi jenuh kering permukaan.

Seiring dengan material yang makin mengering ke dalam kondisi yang kita inginkan, akan perlu di lakukan gerakan menggosok dengan tangan untuk memisahkan butiran yang saling menempel. Lanjutkan sampai material pada kondisi lepas dan tidak lagi menempel. Lakukan dan ulangi langkah pada pasal 5 untuk memastikan bahwa tidak ada lagi kelebihan kadar air. Bila dianggap bahwa pada percobaan pertama masih terdapat air di antara agregat, lanjutkan pengeringan dengan mengaduk dan menggosok dengan tangan, lakukan kembali pengeringan dan pemeriksaan sampai diketahui bahwa kondisi jenuh kering permukaan telah tercapai. Apabila pada saat pertama melakukan percobaan kerucut, terlihat kondisi tidak ada lagi kelembaban permukaan, dapat dipastikan bahwa kondisi jenuh kering permukaan telah terlewati. Bila ini terjadi, campur kembali beberapa mililiter air ke dalam benda uji, aduk dan ratakan, masukkan ke dalam wadah yang tertutup dan biarkan + 30 menit. Ulangi kembali langkah

(59)

pengeringan dan periksa apakah telah tercapai kondisi jenuh kering permukaan.

4. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisi benda uji ke dalam kerucur terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak. Setiap tumbukan dilakukan dengan cara menjatuhkan dengan bebas batang penumbuk dari ketinggian permukaan penumbuk 5 mm dari permukaan agregat yang dipadatkan.

Selaluperhatikan ketinggian jatuh setiap setelah melakukan 1 kali pemadatan. Singkirkan sisa agregat yang tumpah di sekitar kerucut, kemudian angkat kerucut dengan arah vertikal secara hati-hati. Jika kondisi jenuh kering permukaan belum tercapai (agregat masih terlalu lembab permukaannya) maka pasir tersebut masih akan berbentuk seperti cetakan. Apabila pada saat cetakan diangkat dan pasir tersebut runtuh sedikit demi sedikit maka kondisi jenuh kering permukaan telah tercapai. Beberapa filler yang angular atau bahan yang mengandung bagian halus yang banyak dapat saja tidak akan runtuh setelah cetakan diangkat, walaupun kondisi jenuh kering permukaannya telah tercapai. Untuk bahan seperti ini, kondisi jenuh kering permukaannya harus dianggap pada saat terdapat satu sisi dari filler yang runtuh sesaat setelah cetakannya diangkat.

5. Perhatikan bahwa seluruh penentuan berat harus sampai ketelitian 0,1 gram.

6. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh isi piknometer dengan air sebagian saja. Segera setelah itu masukkan ke dalam piknometer (500 ± 10) gram filler dalam kondisi jenuh kering permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tambahkan kembali air sampai kira-kira 90% kapasitas piknometer. Putar dan guncangkan piknometer dengan tangan untuk menghilangkan gelembung udara yang terdapat di dalam air.

(60)

7. Rendam picnometer dalam air dan ukur air untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar (23 ± 2)oC.

8. Tambahkan air sampai mencapai batas tanda

9. Timbang picnometer berisi air dan benda oven dengan ketelitian 0,1 gram (BT).

10. Keluarkan benda itu keringkan dalam oven dengan suhu (110  5)o C sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.

11. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (BK).

12. Tentukan berat benda uji picnometer berisi air penuh dan suhu air guna penyesuaian dengan suhu standar (23  2)oC (B).

4.7 Hasil Pengujian

Hasil pengujian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7.4 Hasil Pengujian Berat Jenis Filler

DATA PENGUJIAN TEST

I II

Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) 500 500

Berat benda uji kering oven 497.7 495.7

Berat picnometer diisi air (250 C) 700.8 700.8

Berat picnometer + benda uji 933.8 934.4

4.8 Perhitungan

Diambil sampel I sebagai contoh perhitungan : 1. Berat Jenis (Bulk Spesific Gravity)

Bk

B+500−Bt= 497,7

700,8+500−933,8=1.86

2. Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) 500

B+500−Bt= 500

700,8+500−933,8=1,87 3. Berat jenis semu (Apparent Specific Grafity)

Bk

B+BkBt= 497,7

700,8+497,7−933,8=1,88

(61)

500−Bk

Bk ×100 %=500−497,7

497,7 ×100 %=0,46 %

Keterangan :

- BK = Berat benda uji kering oven (gram) - B = Berat piknometer berisi air (gram)

- BT = Berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

- 500 = Berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Berat Jenis Filler

BERAT JENIS I II Rata-rata

Berat jenis (bulk) 1.86 1.86 1.86

Berat jenis kering 1.87 1.88 1.88

Berat jenis semu (apparent ) 1.88 1.89 1.89

Penyerapan (%) 0.46 0.87 0.66

4.9 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan diperoleh berat jenis curah (bulk) rata-rata adalah 1,86 berat jenis kering permukaan jenuh rata-rata adalah 1,88 dan berat jenis semu rata-rata adalah 1,89 dan penyerapan sebesar 0,66 %. Penyerapan air pada sampel mempunyai nilai yang kurang dari 3%. Menurut Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi 2 untuk perkerasan aspal, penyerapan filler harus lebih kecil dari 3% dan hasil pengujian yang dilakukan memenuhi ketentuan tersebut. Maka filler dapat dipakai sebagai bahan untuk perkerasan aspal.

4.10 Lampiran

Lampiran pada pemeriksaan ini meliputi:

1. Form praktikum pengujian berat jenis agregat kasar 2. Foto pada saat pengujian

(62)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

LABORATORIUM JALAN RAYA & TRANSPORTASI

Jalan A. Yani Km. 36 Kampus UNLAM Telp. (0511) 4773858 Banjarbaru 70174

BERAT JENIS FILLER (SPECIFIC GRAVITY)

NO. CONTOH : SUMBER CONTOH : Ex. Stone Crusher HARI/TANGGAL : 2-4 Maret 2023 JENIS CONTOH : Filler

PELAKSANA : Kelompok IV UNTUK : Praktikum Perkerasan Jalan

DATA PENGUJIAN TEST

I II

Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) 500 500

Berat benda uji kering oven 497.7 495.7

Berat picnometer diisi air (250 C) 700.8 700.8

Berat picnometer + benda uji 933.8 934.4

BERAT JENIS I II Rerata

Berat benda uji kering permukaan jenuh (SSD) gr 1.86 1.86 1.86 Berat benda uji kering oven (BK) gr 1.87 1.88 1.88 Berat picnometer diisi air (250 C) (B) gr 1.88 1.89 1.89 Berat picnometer + benda uji (BT) gr 0.46 0.87 0.66

(63)

Gambar 4.1 Penimbangan Berat Kondis Kering

Gambar 4.2 Penimbangan Berat Kondisi SSD

Gambar 4.3 Picnometer dengan Air Gambar 4.4 Picnometer dengan Air dan Benda Uji

Gambar 4.5 Memasukkan Air ke dalam Picnometer

Gambar 4.6 Pencampuran Air dan Benda Uji di Picnometer

(64)

BAB V

BERAT ISI RONGGA UDARA DALAM AGREGAT ( SNI 03-4804-1998 )

5.1 Pengertian

Yang dimaksud dengan:

1. Berat isi agregat adalah berat agregat persatuan isi.

2. Berat adalah gaya gravitasi yang mendesak agregat.

3. Agregat adalah material granular misalnya pasir, batu pecah dan kerak tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu beton semen hidrolik atau adukan.

4. Agregat kasar adalah kerikil sebagai desintegrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari indsutri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm - 40 mm.

5. Agregat halus adalah pasir alam sebag ai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm.

6. Rongga udara dalam satuan volume agregat adalah ruang diantara butir- butir agregat yang tidak diisi oleh partikel yang padat.

5.2 Ruang Lingkup

Metode Pengujian Berat Isi dan Rongga Udara dalam Agregat ini mencakup:

1. Perhitungan berat isi dalam kondisi padat atau gembur dan rongga udara dalam agregat.

2. Ketentuan-ketentuan peralatan, contoh uji, perhitungan, cara uji dan laporan hasil uji.

(65)

5.3 Maksud dan Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi dan rongga udara dalam agregat halus, agregat kasar maupun campuran.

5.4 Peralatan

Peralatan yang digunak

Gambar

Tabel 1.1 Berat Minimum Contoh Benda Uji Agregat Kasar
Tabel 1.2 Jumlah Contoh Uji Maksimum Yang Diizinkan Tertahan Pada Saringan (kg)
Tabel 1.3 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar No.
Gambar 1.2 Grafik Pembagian Butir Gradasi Agregat Halus
+7

Referensi

Dokumen terkait