• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-langkah Model Numbered Heads Together

Dalam dokumen Skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 38-41)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

3. Langkah-langkah Model Numbered Heads Together

Numbered Heads Together (NHT) sebagai model pembelajaran kooperatif memiliki sintaks atau langkah-langkah dalam penerapannya. Langkah- langkah model pembelajaran NHT menurut Komalasari (2013: 62-63) yaitu :

1) murid dibagi ke dalam kelompok, setiap murid dalam setiap kelompok mendapat nomor;

2)guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;

3) setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggotakelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;

4) guru memanggil salah satu murid yang bernomor dan murid yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

5) tanggapan dari kelompok lain, kemudian guru menunjuk murid bernomor yang lain; dan

6) kesimpulan.

4. Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan. Tidak ada model pembelajaran yang dianggap paling baik untuk setiap mata pelajaran. Ada model

yang cocok untuk mata pelajaran dan materi tertentu ada yang tidak, demikian juga dengan model NHT memiliki beberapa kelemahan. Adapun kelemahan model pembelajaran NHT menurut Hamdani (2011: 90) yaitu: “1) kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru; dan 2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru”.

5. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Meskipun modelpembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelemahan, tetapi juga memiliki beberapa kelebihan Menurut Elfanany (2013:

56), yaitu: “1) setiap murid memiliki kesiapan untuk menjawab; 2) murid dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh; dan 3) murid yang memiliki kemampuan lebih, dapat mengajari murid yang kurang”.

Berdasarkan beberapa kelemahan model NHT yang telah dipaparkan sebelumnya, maka upaya untuk mengantisipasi masalah yang akan ditimbulkan dari kelemahan tersebut adalah :

1) Sebelum menerapkan model NHT, perlu diketahui mata pelajaran apa dan materi apa yang akan diajarkan;

2) Guru harus bisa menguasai kelas dalam hal ini bagaimana mengatur kelas sedemikian rupa agar selama pembelajaran kelas tidak gaduh; dan

3) Sebelum mengajar, bahan ajar berupa meteri dan media yang akan digunakan terutama kartu nomor yang akan diberikan kepada murid sudah harus siap agar pembelajaran dapat berjalan lancar.

D. Kerangka Pikir

Dasar pemikiran dari penelitian adalah bagaimana meningkatkan pemahaman pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat pada murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kabupaten Bantaeng yang masih rendah.Rendahnya pemahaman konsep pada pembelajaran tentang masalah sosial di lingkungan setempat dikarenakan guru masih cenderung menggunakan model

pembelajaran konvensional sehingga murid tidak terfasilitasi dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Untuk itulah model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Numbered Heads Together (NHT), karena model ini menekankan pada keaktifan murid mulai dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Dengan dasar inilah peneliti menjadikan landasan berpikir bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat membantu murid dalam meningkatkan hasil belajarnya pada mata pelajaran IPS.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat digambarkan melalui skema kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pikir Kondisi Awal

Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) 1. Guru mengajar masih secara

konvensional

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Tindakan

Kondisi Akhir

Dengan Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) maka Hasil Belajar IPS meningkat.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir sebelumnya, maka hipotesis tindakan ini yaitu: Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas V SDN No. 20 Tala-tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan ulang.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 di SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seorang gurudan murid kelas V. Adapun jumlah murid sebanyak 23 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada murid kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng yang akan difokuskan pada dua aspek yaitu:

1. Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu strategi model pembelajaran kooperatif yang menggunakan angka yang diletakkan di atas kepala dengan tujuan untuk memudahkan guru dalam mengeksplor aktifitas murid dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

27

2. Hasil belajar yaitu nilai yang dicapai murid dalam memahami materi yang diajarkan pada setiap siklus (siklus pertama dan kedua).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

Secara terperinci prosedur yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

SIKLUS I

Gambar 3.1 Model PTK di Adaptasi dari Kemmis dan Mc. Taggart.

Berdasarkan skema sebelumnya, maka prosedur kerja penelitian adalah sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Melakukan observasi ke sekolah.

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pembelajaran IPS. Di mana hasil observasi pada SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, khususnya murid kelas V bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah yang monoton sehinggamurid

PELAKSANAAN REFLEKSI

PERENCANAAN REFLEKSI

PELAKSANAAN

PENGAMATAN

Siklus II PERENCANAAN

PENGAMATAN Siklus N

kurang aktif dalam pembelajaran menyebabkan hasil belajar kurang maksimal.

Hasil observasi ini merupakan bahan refleksi untuk melakukan siklus I dengan cara membuat perencanaan tindakan siklus I.

2) Menetapkan materi yang akan diajarkan pada murid kelas V yaitu IPS.

3) Menyusun dan mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah Dasar (SD) kelas V Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mata pelajaran IPS disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku di sekolah.

4) Membuat kartu yang berisikan nomor 1-5.

5) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati keaktifan murid dalam mengikuti proses belajar mengajar. Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati dan mengidentifikasi segala yang terjadi dalam proses belajar mengajar antara lain : daftar absensi dan keaktifan/kesungguhan murid dalam proses belajar mengajar.

6) Membuat alat evaluasi sebagai informasi untuk mengukur ketercapaian hasil belajar murid. Alat evaluasi ini disusun dalam bentuk soal.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilakukan mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dibuat. Secara umum tindakan yang dilakukan sebagai berikut :

1. Kegiatan awal

a) Mengabsen murid

b) Menggali pengetahuan awal murid tentang konsep yang akan dipelajari.

c) Memotivasi murid

d) Menyampaikan judul dan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti

a) Menyajikan materi pelajaran yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b) Membagi murid ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.

c) Guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok dan sekaligus memberitahukan aturan termasuk yang harus dilakukan dalam kerja kelompok.

d) Membagikan Lembar Kerja Murid (LKS) yang telah disusun.

e) Membahas jawaban Lembar Kerja Murid (LKS) yang telah dikerjakan oleh murid dimana murid mengoreksi sendiri jawabannya.

f) Diskusi kelas untuk memberikan umpan balik.

g) Guru menunjuk nomor yang telah dibagikan kepada murid sebelumnya untuk tampil memberikan tanggapan atau pertanyaan terhadap materi yang telah didiskusikan.

h) Guru mencatat nama murid yang nomornya terpilih dan memberikan penilaian terhadap hasil kerjanya. Kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

i) Lembar Kerja Murid (LKS) dikumpul.

3. Penutup

a) Guru bersama muridmenarik kesimpulan materi pembelajaran.

b) Guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah.

Kegiatan belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan selama 8 jam pelajaran, sedangkan untuk siklus II juga dilaksanakan selama 8 jam pelajaran.

Semuanya berjumlah 16 jam pelajaran, satu jam pelajaran selama 35 menit.

Kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan dilaksanakan selama 6 kali pertemuan.

c. Tahap Pengamatan dan Evaluasi

Selama pembelajaran, diadakan pengamatan tentang : 1) Aktivitas murid dalam mengikuti pembelajaran.

2) Pengumpulan data melalui tes atau alat penilaian.

3) Evaluasi terhadap hasil observasi dan hasil evaluasi guru.

d. Tahap Refleksi

Adapun langkah- langkah yang dilakukan pada tahap refleksi adalah:

1) Merefleksi tiap hal yang diperoleh melalui lembar observasi, yakni aktifitas guru dan keaktifan murid dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok.

2) Menilai dan mempelajari perkembangan hasil pekerjaan murid setiap kelompok yang telah diberikan pada siklus I, serta nilai tes akhir siklus I.

Untuk selanjutnya dibuat rencana perbaikan dan penyempurnaan siklus I pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

Adapun prosedur kegiatan pada siklus kedua relatif sama dengan prosedur kegiatan pada siklus pertama. Hal-hal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan sesuai hasil refleksi siklus pertama menjadi bahan masukan, sehingga hasil yang diharapkan dapat dicapai pada siklus kedua.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari pencatatan laporan, tes/ kuis. Pencatatan laporan digunakan untuk mencatat semua kegiatan selama pembelajaran berlangsung, baik kegiatan guru sewaktu mengajar maupun respon murid sewaktu belajar dan keaktifan murid sewaktu belajar secara berkelompok.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan dokumentasi, observasi, dan tes.

1. Observasi

Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan mengamati aktivitas belajar murid dalam mengikuti pelajaran melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok di kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti sebagai observer dengan menggunakan pedoman observasi berbentuk chek list.

2. Tes

Tes merupakan instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat ukur dalam pengumpulan data hasil belajar murid di kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tes diberikan pada setiap siklus.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan melalui pengumpulan data tertulis dari sekolah mengenai data hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS dan KKM, jumlah

murid yang menjadi subjek penelitian dan proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai murid.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan murid setelah proses pembelajaran, maka setiap siklus dilakukan evaluasi berupa tes unjuk kerja yang dilakukan disetiap akhir siklus. Analisis menurut Daryanto (2011)dihitung menggunakan statistik sederhana dengan rumus sebagai berikut:

Untuk menilai tes unjuk kerja murid digunakan rumus:

Nilai = x 100

1. Untuk menghitung nilai rata-rata murid;

=

Keterangan:

= Nilai rata-rata

X = Jumlah semua nilai murid

N = Jumlah murid

2. Untuk mengitung persentase ketuntasan belajar murid;

Persentase = x 100%

Data kualitatif berupa hasil observasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Daryanto, 2011:84-85) yang terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu:

1. Reduksi data dilakukan dengan memilah-milah data yang terkumpul.

Data yang diambil adalah yang sesuai dengan tujuan penelitian. Reduksi data bertujuan agar data lebih terarah dan lebih mudah dikelola.

2 Penyajian data adalah tahap dimana data yang telah dipilah-pilah sesuai tujuan penelitian kemudian disajikan dalam tabel. Semua data yang terkumpul mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi diatur ke dalam tabel agar mempermudah dalam membaca data.

3. Verifikasi data dilakukan dengan cara triangulasi data yaitu membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi dengan sumber data lainnya. Tujuannya adalah untuk mengecek apakah informasi dari data yang terkumpul tersebut akurat.

4. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil analisis data dari semua data yang diperoleh.

Untuk menentukan kategori nilai keberhasilan murid dalam Ilmu Pengetahuan Sosial akan digunakan skala lima. Skala lima tersebut menurut Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan (Ma’ruf, 2006:36) adalah sebagai berikut:

Nilai Kategori

0-45 Sangat rendah

46-59 Rendah

60-73 Sedang

74-87 Tinggi

88-100 Sangat tinggi

Tabel 3.1. Distribusi Frekuensi Skor

Keterangan :

R = Skor Tertinggi – Skor Terendah Ki = R + 1

i

R = 100 – 40 = 60 Ki = 60 + 1 = 13

5

Berikut adalah tabel yang menggambarkan tingkat ketuntasan belajar murid yang mengacu pada KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran IPS di sekolah.

Tingkat Penguasaan Kategori

0-64 Tidak Tuntas

65-100 Tuntas

Tabel 3.2. Indikator Ketuntasan Belajar Murid.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah bila skor rata-rata murid yang diperoleh dari tes akhir siklus II lebih tinggi dari tes akhir siklus I. Selain itu dapat juga dilihat dari meningkatnya keaktifan murid dalam proses belajar mengajar dan kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran (Berdasarkan KKM yang ditentukan sekolah) untuk mata pelajaran IPS adalah 65.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan observasi awal penelitian ini dilanjutkan pada bulan agustus. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus, sedangkan sasaran yang dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamaatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru yang mengajar dan wali kelas V bertindak sebagai pengamat dengan materi Peninggalan sejarah Kerajaan Hindu di Indonesia dan Tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu di Indonesia. Penelitian dilaksanakan 2 siklus yang setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yakni tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, dari ke 4 tahap ini dapat dilihat hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamaatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

A. Pemaparan Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang telah dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dalam meningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Hasil penelitian yang diperoleh disajikan berdasarkan hasil yang telah didapatkan di lapangan dengan ditindaklanjuti selama 2 siklus. Setiap siklus dilakukan sebanyak empat kali

36

pertemuan yaitu tiga kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes hasil belajar, masing-masing dengan alokasi waktu 2x35 Menit.

1. Hasil Penelitian Siklus I a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan konsultasi dengan pihak sekolah mengenai rencana teknis penelitian.dengan diterapkannya model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, standar kompetensi yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran adalah memahami Peninggalan sejarah Kerajaan Hindu di Indonesia sebagaimana yang tercantum pada lampiran kegiatan perencanaan dilanjutkan dengan membuat instrument penelitian berupa, tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar murid pada aspek kognitif dan lembar observasi untuk mengamati faktor-faktor yang diselidiki pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Adapun pelaksanaan tindakan kelas pada Siklus I berlangsung selama 2 pekan atau 4 kali pertemuan dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pertemuan pertama pada tanggal 08 September 2014, pertemuan kedua pada tanggal 11 September 2014, pertemuan ketiga pada tanggal 15 September 2014, diisi dengan kegiatan pembelajaran dan pada tanggal 18 September 2014 merupakan pemberian tes hasil belajar Siklus I.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan evaluasi berupa tes hasil belajar siklus I setelah 3 kali pertemuan.

Tes hasil belajar yang diberikan berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 nomor.

1) Hasil Observasi Murid

Selama berlangsungnya penelitian pada siklus I, tercatat sikap yang terjadi pada setiap murid terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together. Peneliti melaksanakan tindakan dengan cara mengidentifikasi keadaan murid selama proses pembelajaran berlangsung di kelas. Sikap murid tersebut diperoleh dari lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat pada setiap siklus. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Lembar Observasi Aktivitas Murid Selama Mengikuti Proses Pembelajaran Pada Siklus I

No Indikator yang Diamati Aktivitas

BS B C K

1

Murid yang menyimak penjelasan guru (Murid yang terlihat memperhatikan penjelasan guru)

2

Murid yang mencatat atau menyalin apa yang telah dijelaskan oleh guru

3

Murid aktif dan kompak dengan anggota kelompoknya dalam mencari jawaban LKM

4

Murid yang menjawab pertanyaan (memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan

5

Murid yang mengajukan tanggapan (Murid menyangkal dan memberi jawaban lain dengan alasaan sendiri)

6

Murid yang meminta bimbingan guru dalam menyelesaikan LKM.

7

Murid yang melakukan kegiatan lain baik dalam proses pemberian materi pembelajaran maupun disaat mengerjakan tugas (main-main, keluar masuk kelas, ribut, mengerjakan pekerjaan lain dan sebagainya)

Keterangan :

BS = Bagus Sekali C = Cukup

B = Baik K = Kurang.

Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini ditekankan pada 7 opsi seperti yang tertera pada tabel 4.1. Persentase aktivitas tersebut berdasarkan pengisian lembar observasi. Berdasarkan data hasil observasi, pada awal pelaksanaan siklus I yaitu pada pertemuan 1, 2, 3 masih terdapat beberapa kesulitan, terutama dalam menghadapi murid, hal yang menonjol adalah murid yang menjawab dan memberi tanggapan masih sangat kurang, murid yang mencatat materi pelajaran menampakkan kerjasama yang baik sesama anggota, kami juga melihat murid yang memperhatikan penjelasan guru juga masih sangat kurang dari jumlah murid yang berada di dalam kelas. Respon yang lain memperhatikan sikap yang kurang pasif dan kurang mendukung sehingga suasana kelas yang gaduh /ribut, utamanya murid yang berada di bangku belakang, murid yang mondar-mandir sambil menganggu temannya dan bermain. Selain itu ada murid yang bicara dengan teman kelompoknya yang tidak berhubungan dengan pelajaran, tidak antusias dalam belajar dan kelihatan masih bingung dengan model pembelajaran yang diterapkan. Hasil observasi ini menunjukkan sikap, perhatian dan keaktifan murid terhadap penerapan model pembelajaran ini masih kurang.

Lanjutan Tabel 4.1

2) Hasil Belajar Murid

Pada bagian ini akan dibahas secara rinci hasil analisis data sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan dengan hasil kuantitatif. Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I diberikan materi dan evaluasi selama 4 kali pertemuan dan tes siklus diberikan pada pertemuan ke 4. Adapun data nilai hasil belajar siklus I, setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Hasil Evaluasi Siklus I

No Nama siswa Nilai

Siklus I Ket

1 Risal 40 Tidak Tuntas

2 Sandra 80 Tuntas

3 Ilham 70 Tuntas

4 Rezky Wahyudi 60 Tidak Tuntas

5 Wahyu Nur Hidayat 40 Tidak Tuntas

6 Sahrul 60 Tidak tuntas

7 Abd. Rahmat 70 Tuntas

8 Muh. Arman 90 Tuntas

9 Andi Teguh 60 Tidak Tuntas

10 Muh. Sarkni 90 Tuntas

11 Abd. Akbar 90 Tuntas

12 Asrianto 50 Tidak Tuntas

13 Kiki 50 Tidak Tuntas

14 Hajrah 50 Tidak Tuntas

15 Sri Lenny 70 Tuntas

16 Sri Devi Amelia 50 Tidak Tuntas

17 Masra 50 Tidak Tuntas

18 Resky Fadilla 70 Tuntas

19 Mawar 70 Tuntas

20 Riska 60 Tidak Tuntas

21 Sitti Aden. H 80 Tuntas

22 Resky Ramadani. M 60 Tidak Tuntas

23 Annisa. S 70 Tuntas

Jumlah 1480

Rata – Rata 64,35

Tabel 4.3. Statistik Nilai Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamaatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Pada Tes Siklus I.

Statistik Nilai Statistik

Subjek 23

Nilai ideal 100

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 40

Nilai rata-rata

kelas 64,35

KKM 65

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus I dengan rata-rata kelas adalah nilai Tertinggi 90 dan nilai Terendah 40. Apabila nilai hasil belajar IPS murid dikelompokkan ke dalam lima kategori berdasarkan pengkategorian yang telah dikemukakan pada bab 3 di atas, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4 berikut:

Lanjutan Tabel 4.2

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kategori Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamaatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Pada Siklus I

Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase %

Sangat Tinggi 85 – 100 3 13,04

Tinggi 65 – 84 8 34,78

Sedang 55 – 64 5 21,74

Rendah 35 – 54 7 30,44

Sangat Rendah 0 – 34 - -

Jumlah 23 100

Sumber: Diolah dari hasil tes siklus I

Pada tabel 4.4 tersebut menunjukkan bahwa hasil di atas menunjukkan bahwa dari 23 murid yang menjadi subjek penelitian. Murid yang berada pada kategori rendah mencapai 30,44%. Persentase perolehan nilai pada kategori sedang sebesar 21,74% pada kategori tinggi sebesar 34,78%, pada kategori sangat tinggi sebesar 13,04%. Karena sebanyak 52,17% murid dari 23 orang yang nilainya tidak mencukupi KKM yakni 65. Olehnya itu penelitian ini belum bisa dikatakan berhasil karena masih banyak murid yang berada pada kategori rendah.

Berdasarkan tabel 4.2 dan 4.3 di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada siklus I mencapai nilai rata-rata 64,35 dan berada dalam kategori sedang.

Selanjutnya jika nilai hasil belajar IPS murid dikategorikan berdasarkan ketuntasan belajar dengan menggunakan KKM yaitu murid dinyatakan tuntas

perorangan bila mencapai nilai 65 dan jika murid yang tuntas perorangan mencapai 85% maka dinyatakan tuntas secara klasikal.

Apabila hasil belajar IPS murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamaatan Bissappu Kabupaten Bantaeng pada siklus I dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid Pada Siklus I

Kategori Nilai

Siklus I

Frekuensi Persen (%)

Tidak Tuntas 0 - 64 12 52,17

Tuntas 65 - 100 11 47,83

Jumlah 23 100

Pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa pada siklus I dari 23 murid, yang tidak tuntas belajar hanya 12 murid atau 52,17 % dan yang tuntas belajar hanya sebanyak 11 murid atau 47,83%. Oleh karena itu, akan diusahakan perbaikan dan peningkatan pembelajaran pada siklus II. Adapun grafik ketuntasan belajar murid pada siklus I dapat dilihat sebagai berikut : siklus I, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 4.1 Grafik Deskriptif Ketuntasan Belajar IPS pada Murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Pada Siklus I

Dalam dokumen Skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 38-41)

Dokumen terkait