• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

i

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER ( NHT ) PADA MURID KELAS V SDN NO. 20 TALA-TALA KECAMATAN

BISSAPPU KABUPATEN BANTAENG”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan padaJurusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

ISRAYANI NUR WAHYUNINSI NIM 10540 4275 10

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2014

(2)

ii

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama Mahasiswa : ISRAYANI NUR WAHYUNINSI

Nim : 10540 4275 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa ulang skripsi ini telah memenuhi syarat untuk diujikan.

Makassar, 9 Oktober 2014

Disetujui Oleh Pembimbing I

Dra. Hidayah Quraisy, M. Pd.

Pembimbing II

Drs. H. Hamzah HS, MM.

Diketahui:

Dekan FKIP Unismuh Makassar

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum.

NBM.858 625

Ketua Prodi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Sulfasyah, MA., Ph.D.

NBM.970 635

(3)

iii

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together

(NHT) pada Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Nama Mahasiswa : ISRAYANI NUR WAHYUNINSI

Nim : 10540 4275 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian Skripsi FKIP Unismuh Makassar.

Makassar, 9 0ktober 2014

Disetujui Oleh Pembimbing I

Dra. Hidayah Quraisy, M. Pd.

Pembimbing II

Drs. H. Hamzah HS, MM.

Diketahui:

Dekan FKIP Unismuh Makassar

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum.

NBM.858 625

Ketua Prodi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Sulfasyah, MA., Ph.D.

NBM.970 6335

(4)

iv

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan AlauddinNo. 259 Telp. (0411) 860 132 Makassar 90221 SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ISRAYANI NUR WAHYUNINSI

Nim : 10540 4275 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together

(NHT) pada Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 9 Oktober 2014 Yang Membuat Pernyataan

Israyani Nur Wahyuninsi

(5)

v

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan AlauddinNo. 259 Telp. (0411) 860 132 Makassar 90221

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ISRAYANI NUR WAHYUNINSI

NIM : 10540 4275 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 9 Oktober 2014 Yang Membuat Perjanjian

Israyani Nur Wahyuninsi

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Jadilah yang paling baik

di antara yang baik dari salah satu sisi.

Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.

PERSEMBAHAN :

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

 Kedua orang tua saya Ayahanda Marwansyah dan Ibunda Sitti Ramlah yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi dengan tiada henti- hentinya.

 Adik-adikku yang cantik dan manja Tri Novita Wulandari dan Natasya.

 Sahabat-sahabatku Yang senantiasa berdoa, mendukung serta membantu penulis dengan tulus ikhlas.

ABSTRAK

Israyani Nur Wahyuninsi, 2014. Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan

(7)

vii

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Hidayah Quraisy dan H. Hamzah HS.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana menerapkan model Numbered Heads Together untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan ini untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan model Numbered Heads Together pada murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus dilaksanakan sebanayak tiga kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng sebanyak 23 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara individual dari 23 murid hanya 11 murid atau sebanyak 47,83% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan secara klasikal masih kurang terpenuhi, karena nilai rata-rata diperoleh pada siklus I adalah 64,35. Sedangkan pada siklus II dari 23 murid terdapat 21 orang atau 91,30% telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 80,87.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng melalui penerapan model Numbered Heads Together mengalami peningkatan.

Kata kunci: Model Numbered Heads Together, Hasil Belajar, Aktivitas Belajar.

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas limpahan rahmat dan kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

(8)

viii

Skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Murid Kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng” ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan, bantuan, nasihat, dan dorongan serta saran-saran dari berbagai pihak, khususnya Pembimbing, segala hambatan dan rintangan serta kesulitan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh karena itu, segala rasa hormat penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimah kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku yang tercinta Ayahanda Marwansyah dan Ibunda Sitti Ramlah yang telah berjuang, yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik penulis dengan melimpahkan kasih sayang, doa restu, dan pengorbanan tulus, ikhlas dan yang tak terhingga, telah menjadi spirit yang selalu mengiringi langkah penulis dalam menapaki hidup meniti masa depan yang cerah.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk

menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Makassar,

Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian, Sulfasyah, M.A.,Ph.D. dan Sitti Fithriani Saleh, S.Pd, M.Pd., Ketua dan Sekertaris Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyetujui usulan topik skripsi penulis,

(9)

ix

Dra. Hidayah Quraisy, M. Pd., Dosen Pembimbing I yang telah mengarahkan

penulis dengan penuh ketekunan dan kecermatan, Drs. H. Hamzah HS, MM., Dosen Pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh dedikasi yang tinggi, Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan studinya di Perguruan Tinggi ini, ST. Nurhayati, S. Pd., Kepala Sekolah SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng yang telah memberikan izin penulis mengadakan penelitian sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini, Indrayani, S. Pd., Guru kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng serta semua guru yang telah membimbing dan memotivasi dalam melaksanakan penelitian, Murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng atas kesediaannya menjadi subjek penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Saudariku Tri Novita Wulandari dan Natasya serta seluruh keluargaku yang telah memberikan perhatian, semangat dan do’a, yang takhenti-hentinya demi kesuksesan penulis, Teman-teman seperjuangan mahasiswa Jurusan PGSD angkatan 2010 kelas C, Teman PPL SDI Mangasa, Teman Posko P2K SDI Paccinongang, Serta rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD S1) Angkatan 2010, dan Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pendidik, khususnya pendidik di dunia pendidikan dasar.

BillahiFi Sabilil Haq Fastabiqul Khaerat.

(10)

x WassalamuAlaikumWr.Wb.

Makassar, 09 Oktober 2014 Penulis

Israyani Nur Wahyuninsi NIM. 10540 4275 10

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

SURAT PERJANJIAN PENULIS ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Alternatif Pemecahan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. ManfaatPenelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Belajar dan Hasil Belajar ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Tujuan Belajar ... 9

3. Pengertian Hasil Belajar ... 9

4. Jenis-jenis Hasil Belajar ... ... 10

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12

(12)

xii

B. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial . 13

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 13

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS ... 14

3. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS) ... 16

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ... 19

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

2. Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) ... 21

3. Langkah-langkah Model Numbered Heads Together (NHT) ... 23

4. Kelemahan Model Numbered Heads Together (NHT) 23 5. Kelebihan Model Numbered Heads Together (NHT) 24 D. Kerangka Pikir ... 24

E. Hipotesis Tindakan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27

C. Fokus Penelitian ... 27

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 33

H. Indikator Keberhasilan ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Hasil Penelitian ... 36

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 37

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 46

B. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Skala Keberhasilan Murid ... 34 3.2 Indikator Ketuntasan Belajar Murid ... 35 4.1 Lembar Observasi Aktivitas Murid Selama Mengikuti

Proses Pembelajaran Pada Siklus I ... 38 4.2 Hasil Evaluasi Siklus I ... 40

4.3 Statistik Nilai Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamaatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Pada

Tes Siklus I. ... 41 4.4 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kategori Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamaatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng Pada Siklus I ... 42 4.5 Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid Pada Siklus I... 43 4.6 Lembar Observasi Aktivitas Murid Selama Mengikuti

Proses Pembelajaran Pada Siklus II ... 48 4.7 Hasil Evaluasi Siklus II ... 50 4.8 Statistik Nilai Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SDN NO. 20

Tala-Tala Kecamaatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Pada

Tes Siklus II ... 51 4.9 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kategori Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kecamaatan Bissappu

Kabupaten Bantaeng Pada Siklus II ... 52 4.10 Deskripsi Ketuntasan Belajar Murid Pada Siklus II ... 53

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Pikir ... 25 3.1 Model PTK di Adaptasi dari Kemmis dan Mc. Taggart ... 28 4.1 Grafik Deskriptif Ketuntasan Belajar IPS pada Murid kelas V

SDN NO. 20 Tala-Tala Pada Siklus I ... 43 4.2 Grafik Deskriptif Ketuntasan Belajar IPS pada Murid Kelas V

SDN NO. 20 Tala-Tala Pada siklus II ... 53

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I dan Siklus II

2. Soal Tes Siklus I dan Siklus II

3. Daftar Hadir Murid Siklus I dan Siklus II 4. Nilai Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

5. Analisis Data dan Distribusi Ketuntasan Belajar Murid Kelas V pada Siklus I dan Siklus II

6. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Murid Kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala pada Siklus I dan Siklus II

7. Format Observasi Kegiatan Belajar Mengajar dengan Menggunakan Model Numbered Heads Together pada Siklus I dan Siklus II

8. Dokumentasi

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan nasional pada saat sekarang ini sedang menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di era globalisasi. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Indonesia, maka guru sangat dibutuhkan perannya sebagai tenaga yang profesional. Berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain adanya keberagaman kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan penguasaan pengetahuan. Peran guru sebagai fasilitator baik dari segi penyediaan sarana pembelajaran maupun dari segi penyediaan materi pembelajaran sangat menunjang proses pembelajaran.

Pendidikan senantiasa diarahkan pada upaya pengembangan dan peningkatan potensi setiap individu secara optimal menjadi kemampuan nyata sesuai bakat dan minatnya. Pendidikan terkait dengan manusia di mana manusia sebagai subjek, juga membicarakan hakikat manusia sebagai pelaksana maupun sasarannya. Ini menunjukkan bahwa tugas pendidikan adalah menumbuh kembangkan sifat hakikat manusia pada diri murid seoptimal mungkin. Terkait dengan uraian di atas bahwa pendidikan memerlukan seorang pengajar atau pendidik dalam proses pembelajaran, maka guru memiliki peranan penting dalam memberikan materi kepada anak didiknya agar terjadi peningkatan kualitas pembelajaran oleh murid. Perlu ada perubahan paradigma dalam menelaah proses

(17)

belajar murid dan interaksi antara murid dan guru. Sudah seyogyanya kegiatan pembelajaran juga lebih mempertimbangkan murid. Murid bukan sebuah botol yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang di anggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju murid. Mengacu pada landasan tersebut bahwa guru merupakan salah satu unsur bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para muridnya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.

Berdasarkan hasil observasi awal di kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng serta informasi yang diperoleh dari wali kelas bahwa untuk mata pelajaran IPS Kelas V SDN No. 20 Tala-Tala dikemukakan bahwa ketuntasan belajar pada semester ganjil dan genap hanya 40% dari 23 orang murid yang dapat mencapai ketuntasan belajar atau hanya 10 murid yang tuntas sementara murid lainnya mengikuti remedial karena memperoleh nilai dibawah standar KKM. Di mana nilai rata-rata harian masih rendah yaitu 55,2 sedangkan tuntunan kurikulum, murid harus mencapai tingkat kelulusan 80% secara klasikal dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 65.

Hasil belajar yang belum optimal yang dicapai oleh murid, disebabkan oleh beberapa aspek. Dari aspek guru disebabkan: 1) guru kurang memberikan waktu kepada murid dalam membantu satu sama lain; 2) guru kurang mengaktifkan murid; dan 3) pengelolaan kelas cenderung klasikal sehingga

(18)

interaksi kurang terbina. Sedangkan dari aspek murid disebabkan: 1) kurangnya interakasi murid dengan yang lain apabila diadakannya kegiatan diskusi; 2) kurangnya kepercayaan diri murid dalam menyampaikan pendapat; dan 3) murid kurang aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga dalam hal ini yang aktif adalah guru bukan murid maka pembelajaran akan terasa kaku dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara optimal.

Salah satu model pembelajaran yang diharapkan lebih baik dan mampu meningkatkan hasil belajar murid adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada murid untuk aktif belajar, sehingga murid dapat mempelajari IPS dengan rasa gembira dan mampu mengoperasikan otaknya secara maksimal untuk menyerap ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru serta lingkungan belajarnya. Pembelajaran kooperatif memungkinkan guru dapat memberikan perhatian terhadap murid sehingga hubungan yang lebih akrab terjalin antara guru dan murid begitu pula dengan murid yang satu dengan yang lainnya.

Pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya memacu pada belajar kelompok. Dalam hal ini diharapkan murid dapat belajar lebih aktif dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreasi serta mengemukakan permasalahan yang dihadapi dalam diskusi kelompok sehingga dapat berjalan demi mencapai tujuan pembelajaran. Jumlah murid yang terlibat dalam kelompok pada pembelajaran kooperatif dapat bervariasi, tergantung dari model pembelajaran kooperatif yang dipilih dan diterapkan dalam pembelajaran.

Variasi jumlah murid dalam kelompok sangat menentukan efektifitas pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang memungkinkan murid mengalami pembelajaran

(19)

bermakna yang mendukung peningkatan hasil belajar. Penerapan model belajar yang memuat unsur permainan merupakan hal yang menyenangkan dan sangat membahagiakan bagi anak-anak karena permainan tidaklah dapat dipisahkan dari kehidupannya. Model pembelajaran ini mampu mengurangi kebosanan dan dapat menimbulkan semangat secara sehat, serta menjadikan murid yang lamban dan kurang termotivasi akan terdorong semangatnya untuk belajar. Sehingga tujuan pengajaran tercapai dan hasil belajar murid meningkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan judul: Peningkatan Hasil Belajar Murid Melalui Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah sebagai berikut:

a. Antusias belajar murid sangat kurang.

b. Murid cenderung diam dan enggan mengemukakan pertanyaan maupun pendapat.

c. Dalam proses belajar mengajar guru lebih aktif dibandingkan murid sehingga murid jenuh dan bosan.

d. Rendahnya hasil belajar murid khusus mata pelajaran IPS.

2. Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah tentang rendahnya hasil belajar IPSpada murid kelas V SDN No.

20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng akan dipecahkan melalui

(20)

model pembelajaran cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur dalam penelitian tindakan kelas.

3. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang maka perumusan masalahnya adalah apakah model pembelajaran cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang telah dikemukakan,maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Model Cooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Murid Kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teori

a. Bagi akademis/lembaga pendidikan, diharapkan dapat menjadi masukan bagi penentu kebijakan dalam rangka penyempurnaan/perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran melalui pendekatan yang cocok dalam kegiatan belajar IPS murid.

b. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

c. Bagi guru, dapat menjadi acuan untuk menyelesaikan masalah- masalah dalam pembelajaran IPS.

(21)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi murid, dapat melatih murid untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan masalah serta bersemangat dalam mempelajari IPS dan memberi kesempatan kepada murid untuk lebih mendalami mata pelajaran IPS.

b. Bagi guru, dapat menambah wawasan guru mata khususnya pelajaran IPS dalam menggunakan strategi pembelajaran, khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar murid.

c. Bagi peneliti, mendapat pengalaman nyata, serta dapat menerapkan model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS murid, sebagai dasar untuk kedepannya menjadi guru yang profesional.

d. Bagi sekolah, memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran, sehingga berdampak pada kegiatan mutu sekolah.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan menetap disebabkan interaksi individu dengan lingkungan belajarnya. Pengertian tersebut menekankan pada adanya proses dalam belajar yang dilakukan individu untuk mengadakan perubahan dalam bentuk perubahan tingkah laku dengan jalan menjalin interaksi dengan lingkungan. Berbeda dengan pendapat tersebut, secara lebih komprehensif Sugiyono dan Hariyanto (dalam Irham dan Wiryani, 2013: 117), menjelaskan belajar sebagai “sebuah aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengukuhkan kepribadian”.

Permasalahan yang muncul selanjutnya tentang belajar adalah bagaimana proses belajar itu terjadi. Banyak ahli pendidikan terutama psikologi belajar berpendapat bahwa belajar merupakan sebuah proses yang sangat kompleks dan rumit. Menurut Asri (dalam Irham dan Wiryani, 2013: 117) bahwa “belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, dan pengolahan informasi....”.Artinya, proses belajar berada di dalam internal murid terutama otak yang mencakup ingatan dan pemprosesan informasi sebagai sebuah pengetahuan.

Menurut Syah (dalam Irham dan Wiryani, 2013: 117) bahwa dalam prosesnya, belajar selalu “…mendapat dukungan dari ranah fungsi psikomotorik yang meliputi mendengar, melihat, dan mengucapkan”. Oleh sebab itu, proses belajar

7

(23)

akan sangat dipengaruhi oleh keberfungsian alat-alat indra sebagai pintu gerbang masuk utama segala infomasi yang ada di lingkungan menuju otak untuk diolah, diinterpretasi, dan disimpan untuk kemudian dimunculkan kembali pada saat dibutuhkan dalm proses pemecahan masalah. Proses belajar secara kasat mata tidak dapat diamati. Namun demikian, terdapat beberapa indikator pada individu yang dikatakan telah belajar. Perubahan sebagai hasil proses balajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap, tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan aspek lain yang ada individu. Atas dasar itu, wujud dari adanya proses balajar pada individu dapat dilihat dari sikap dan perilaku yang dimunculkan oleh individu tersebut dalam bentuk perubahan-perubahan perilaku yang positif dan menjadi lebih baik.

Selanjutnya Menurut Sri Rumini, dkk (dalam Irham dan Wiryani, 2013: 118) mengemukakan pengertian belajar sebagai berikut:

Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku, yang mana perilaku hasil belajar tersebut relatif menetap, baik perilaku yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati secara langsung yang terjadi pada individu sebagai sebuah hasil latihan dan pengalaman sebagai dampak interaksi antarindividu dengan lingkungannya.

Dengan demikian, belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan yang diperoleh dari luar diri dengan sistem indra yang membawa informasi ke otak. Sedangkan menurut Sahabuddin (dalam Haling, 2007: 2) mengemukakan pengertian belajar seperti berikut:

Belajar ialah sebagai suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi- situasi yang dihadapi dalam hidupnya.

(24)

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu apabila setelah belajar murid tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.

2. Tujuan Belajar

Tujuan adalah batas cita-cita yang di inginkan dalam suatu usaha, tujuan dapat pula di artikan sebagai suatu yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan. Jadi tujuan belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar. Pada dasarnya belajar pada diri manusia, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan serta sasaran yaitu : 1) Tujuannya mengubah tingkah laku ke arah yang lebih berkualitas; dan 2) Sasarannya meliputi tingkah laku penalaran (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Sardiman (dalam Haling, 2007: 3) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis tujuan belajar:

1) untuk mendapatkan pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan berpikir; 2) Untuk penanaman konsep dan keterampilan, yaitu suatu cara belajar menghadapi dan menangani objek- objek secara fisik dan psikis; dan 3) untuk pembentukan sikap, yaitu suatu kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi anak.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijabarkan ke dalam dua kata yakni hasil dan belajar.

Arti kata hasil dalam kamus Bahasa Indonesia (2008: 528) adalah ”sesuatu yang

(25)

diadakan, dibuat, dijadikan, dan sebagainya oleh usaha pikiran”. Sedangkan belajar dalam kamus Bahasa Indonesia (2008: 23) yaitu “berusaha mengetahui sesuatu; berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan)”.

Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar murid adalah “kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar” (Susanto, 2013: 5). Jadi hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah melakukan kegiatan belajar mengajar dimana hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan dan keterampilan dari murid yang berwujud angka dari tes standar yang digunakan sebagai pengukur keberhasilan. Haling (2007: 108) mengemukakan bahwa “angka atau nilai sebagai hasil pengukuran mempunyai makna jika dibandingkan dengan patokan sebagai batas yang menyatakan bahwa murid telah menguasai secara tuntas materi pelajaran tersebut”. Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai murid dalam usaha belajarnya. Sejalan dengan itu Sudjana (dalam Kustawan, 2013:15) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki murid setelah meneriman pengalaman belajarnya”.

Sedangkan menurut Gagne (dalam Purwanto, 2008: 42) bahwa “hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori”.

4. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Menurut Horwart Kingsley (dalam Kustawan, 2013: 15) membagi tiga macam hasil belajar mengajar: “1) keterampilam dan kebiasaan; 2) pengetahuan dan pengarahan; dan 3) sikap dan cita-cita”. Menurut Bloom (dalam Kustawan, 2013: 15-16) bahwa ada tiga domain hasil belajar yaitu sebagai berikut:

(26)

1) Cognititive domain (ranah kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan penerapan; 2) Affective domain (ranah afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri; dan 3) Psychomotor domain (ranah psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Merujuk pada pemikiran Gagne (dalam Suprijono, 2009:5-6), hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas megungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2) Keterampilan intelektual merupakan kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi. dan

5) Sikap merupakan kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar dan derajat perubahan tingkah laku murid. Dari beberapa pengertian hasil belajar yang dikemukakan, jelas terlihat bahwa hasil tidak lain suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan kegiatan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.Hasil belajar seseorang sering tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah

(27)

dalam sikap dan tingkah lakunya. Sebagai hasil dari aktivitas belajar ini akan dilihat sebagai perubahan tingkah laku hasil dari pengalaman, perubahan yang terjadi dalam diri individu sebagai hasil dari penggalaman, itu sebenarnya usaha dari individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Interaksi yang dimaksud adalah interaksi yang memungkinkan terjadinya proses intraksi belajar mengajar.

Setelah membaca uraian di atas, maka dapat dipahami mengenai makna kata hasil dan belajar yang apabila dipadukan dapat diambil pengertian sederhana mengenai hal ini bahwa, hasil belajar adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh murid dengan pengalaman yang telah diberikan atau disiapkan oleh sekolah.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestalt (dalam Susanto, 2013: 12) bahwa hasil belajar murid dipengaruhi oleh dua hal, murid itu sendiri dan lingkungannya, yaitu:

Pertama, murid; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan murid, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (dalam Susanto, 2013: 12), hasil belajar yang dicapai oleh murid merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1) faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri murid, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal itu meliputi:

kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan; dan 2) faktor eksternal

(28)

yaitu faktor yang berasal dari luar diri murid yang memepengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

B. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Secara etimologis, sosial berasal dari kata socious yang berarti lebih dari satu, penemanan, bergaul atau pergaulan, sedangkan ilmu berasal dari kata logosyang berarti ilmu atau pengetahuan.Istilah Pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan.

Pendidikan IPS merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS, adalah “ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disipin ilmu dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada murid, khususnya di tingkat dasar dan menengah” (dalam Susanto, 2013: 137). Menurut Zuraik (dalam Susanto, 2013: 137-138), “hakikat IPS adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik di mana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai”. Adapun Hakikat IPS di sekolah dasar yaitu

“memberikan pengetahuan dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai pelatihan bagi murid sebagai warga Negara sedini mungkin”

(dalam Susanto, 2013: 138).

Pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus beorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan dasar murid yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial

(29)

murid di masyarakat. Pendidkan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pengajaran IPS tentang kehidupan masyarakat menusia dilakukan secara sistematik. Dengan demikian, peranan IPS sangat penting untuk mendidik murid mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang baik. Tujuan ini memberikan tanggung jawab yang berat kepada guru untuk menggunakan banyak pemikiran dan energi agar dapat mengajarkan IPS dengan baik. Menurut Trianto (2012: 173) ada beberapa konsep dalam IPS, yaitu:

1) interaksi; 2) saling ketergantungan; 3) kesinambungan dan perubahan;

4) keragaman/kesamaan/perbedaan; 5) konflik dan konsesus; 6) pola (patron); 7) tempat; 8)kekuasaan (power); 9)nilai kepercayaan 10) keadilan dan pemerataan; 11) kelangkaan (scarcity); 12) kekhususan; 13) budaya (culture); dan 14) nasioanalisme.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang IPS di atas, maka dapat di simpulkan bahwa IPS adalah ilmu yang bersifat tidak pasti (inexact) karena menyangkut hakekat, fungsi dan kedudukan manusia dalam kehidupannya baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial (homo socius) yang senantiasa berubah-ubah.

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS

Pendidkan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan murid di masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai karakteristik.

(30)

Menurut Susanto (dalam 2013: 144) bahwa dalam pendidikan IPS dikembangkan tiga aspek atau tiga ranah pembelajaran, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif). Ketiga aspek ini merupakan acuan yang berorientasi untuk mengembangkan pemilihan materi, strategi, dan model pembelajaran.

Murid pada tingkat Sekolah Dasar (SD) akan belajar sesuatu dari egosenstris darinya kemudian belajar dan berkembang dengan kesadaran akan ruang dan waktu yang semakin luas, dan mencoba serta berusaha melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Tujuan utama IPS menurut Susanto (2013: 145) ialah:

untuk mengembangkan potensi murid agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Secara khusus, tujuan pengajaran IPS di sekolah dapat dikelompokkan menjadi empat komponen, sebagaimana yang Chapin dan Messick (dalam Susanto, 2013: 147), yaitu sebagai berikut:

1) memberikan kepada murid pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa datang;

2) menolong murid untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah data;

3) menolong murid untuk mengembangkan nila/sikap (values) demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat; dan

4) menyediakan kesempatan kepada murid untuk mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial.

IPS berfungsi mengembangkan kemampuan setiap murid untuk memahami fenomena sosial dan lingkungan sekitarnya sebagai bentuk pembelajaran yang berbasis kompetensi. Dalam Pendidikan IPS tersebut, murid akan memperoleh pengetahuan yang sederhana sampai yang lebih luas (expanding

(31)

community), yakni murid akan mulai diperkenalkan dengan diri sendiri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT dan RW, kelurahan/desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia.

Adapun fungsi pembelajaran IPS menurut Djahiri (dalam Susanto, 2013:

149) yakni sebagai berikut:

1) mampu memberikan pembekalan pengetahuan tentang manusia dan seluk-beluk kehidupannya;

2) membina kesadaran, keyakinan, dan sikap tentang pentingnya hidup bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan, bertanggung jawab, dan manusiawi;

3) membina keterampilan hidup bermasyarakat dalam negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila; dan

4) membina perbekalan dan kesiapan murid untuk belajar lebih lanjut dan atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

3. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS)

Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan perubahan - perubahan pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap. Adanya perubahan ini tampak dalam hasil belajar murid,tes,atau tugas yang dibebankan kepada guru. Bercermin kepada prestasi belajar murid guru harus selalu mengadakan perbaikan mengajarnya baik model maupun penguasaan materi yang diajarkan. Hasil yang diperoleh dari penilaian hasil belajar murid baik individual maupun kelompok si dalam kelasnya, akan mengambarkan kemajuan yang telah dicapainnya selama periode tertentu. Murid dikatakan telah belajar jika ia telah menunjukkan perubahan tingkah laku, misalnya dari tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala murid dapat mencapai tujuan yang optimal. Keberhasilan itu merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

Menurut Benyamin S. Bloom,dkk (dalam Ikram 2013: 58) hasil belajar dikelompokkan ke dalam 3 domain yaitu:

(32)

1) Domain kognitif (cognitif domain) yang meliputi pengetahuan, pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evalution ).

2) Domain Afektif (affective domain) yang meliputi penerimaan (receiving), respon (responding), penilaian (valuing), organisasi (organization), dan karakteristik (characterization).

3) Domain psikomotorik (psycmotor domain) yang meliputi persepsi (perception),kesiapan melakukan sesuatu pekerjaan (set), respon terbimbing (guided response), kemahiran (kompleks overt response), adaptasi (adaptation) dan orijinasi (origination).

Menurut Gagne (dalam Ikram 2013: 62) mengemukakan ada lima jenis atau lima tipe hasil belajar yakni :

1) Belajar kemahiran intelektual (kognitif)

Ada tiga tipe yang termasuk ke dalam belajar kemahiran intelektual yaitu belajar membedakan atau diskriminasi,belajar konsep,dan belajar kaidah. Belajar membedakan adalah kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri - ciri tertentu misalnya dilihat dari bentuk,warna,ukuran,dan sebagainya.

Kemampuan membedakan dapat dipengaruhi oleh tingkat kematangan,pertumbuhan dan pendidikannya. Belajar konsep adalah kemampuan untuk menempatkan objek yang memiliki ciri atau atribut dalam satu kelompok (klasifikasi) tertentu. Sedangkan belajar kaidah adalah belajar melalui simbol bahasa lisan maupun tulisan.

2) Belajar informasi verbal

Belajar informasi verbal adalah belajar menyerap atau mendapatkan, menyimpan dan menkomunikasikan berbagai informasi dari berbagai sumber misalnya belajar membaca, mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan menyatakan pendapat dalam bahasa lisan atau tulisan, kesanggupan memberi arti dari setiap kalimat atau kata dan lain - lain.

3) Belajar mengatur kegiatan intelektual

(33)

Merupakan landasan kegiatan intelektual adalah belajar untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan konsep atau kaidah yang telah dimiliki. Tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam pemecahan masalah. Ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini yakni prinsip pemecahan masalah dan langkah berpikir dalam pemecahan masalah. Prinsip pemecahan masalah merupakan landasan bagi terealisasinya proses berpikir. Pemecahan masalah memerlukan kemahiran intelektual seperti belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Kemahiran intelektual tersebut, pada giliranya akan membentuk satu kemampuan intelektual yang lebih tinggi yakni langkah - langkah berpikir dalam pemecahan masalah. Dengan kata lain kemampuan memecahkan masalah merupakan aspek kognitif tingkat tinggi.

4) Belajar sikap

Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu apakah berarti atau tidak bagi dirinya.Itulah sebahnya sikap berhubungan dengan pengetahuan dan perasaan seseorang terhadap objek, sehingga sikap dapat dipandang sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Hasil belajar sikap tampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan, perasaan, dan lain - lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat di ubah melalui proses belajar.

5) Belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik berhubungan dengan kesanggupan atau kemapuan seseorang dalam menggunakan gerakan anggota badan, sehingga memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar.

Misalnya belajar menjahit, mengetik, bermain basket dan lain –lain. Kemampuan dalam sikap dan kemahiran intelektual merupakan prasyarat belajar motorik.

(34)

Sebah dalam belajar motorik bukan semata - mata hanya gerakan anggota badan tetapi juga memerlukan pemahaman dan penguasaan akan prosedur gerakan yang harus dilakukan, konsep mengenai cara melakukan gerakan dan lain - lain. Akhir dari belajar motorik adalah kemampuan untuk melakukan gerakan - gerakan tertentu secara otomatis sesuai dengan prosedur tertentu. Misalnya seseorang telah dinilai cakap menggunakan program komputer tertentu manakala ia mampu menhasillkan sesuatu sesuai dengan prosedur jenis program yang digunakan dalam waktu yang relatif singkat. Jadi hasil belajar ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah hasil belajar berupa nilai yang diperoleh murid dalam mata pelajaran IPS berdasarkan penilaian hasil belajar yang dilakukan baik berupa tes atau tugas yang diberikan oleh guru.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstrukivisme.Menurut Soejadi (dalam Rusman, 2013: 201) bahwa pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah “suatu pendekatan di mana murid harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu”. Sehubungan dengan itu, menurut Trianto (2009: 28) bahwa:

Murid harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Bagi murid agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus belajar memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

(35)

Menurut Slavin (2005: 4-5) bahwa “penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para murid, dan juga akibat- akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa percaya diri”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulakan bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan murid berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.

Menurut Depdiknas (dalam Komalasari, 2013: 62) bahwa “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil murid yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar”.

Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin, 2005).

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.

Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak (dalam Rusman, 2013: 203) bahwa

“pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri”. Dalam model pembelajaran ini guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan murid sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada murid, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.

Menurut Djumingin (2011: 135) terdapat lima hal penting dalam srategi pembelajaran kooperatif, yaitu: “1) adanya peserta dalam kelompok; 2) adanya aturan kelompok; 3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; 4) adanya ketergantungan antara anggota kelompok; dan 5) adanya tujuan yang harus dicapai”.

(36)

Adapun menurut Lungren (dalam Trianto, 2007: 46) menyusun keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan keterampilan. Tingkatan tersebut yaitu keterampilan kooperatif yaitu: “1) keterampilan kooperatif tingkat awal; 2) keterampilan kooperatif tingkat menengah; dan 3) keterampilan kooperatif tingkat mahir”. Upaya belajar adalah segala aktivitas murid untuk meningkatkan kamampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan.

Slavin (2005: 27) mengemukakan dua alasan, yaitu: Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunanan pembelajaran koopertif dapat meningkatkan prestasi belajar murid sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasaikan kebutuhan murid dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintekrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

2. Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada jumlah murid yang terlibat dalam kelompok adalah model kooperatif tipe Menurut Trianto (2009: 82) bahwa “Numbered Heads Together (NHT) yang memberikan penekanan pada struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi murid agar dapat belajar lebih aktif”. Dengan model ini murid diharapkan dapat saling mengisi, saling melengkapi, dan bekerja sama dalam

(37)

menyelesaikan soal atau tugas yang diberikan. Model ini juga memuat prinsip belajar sambil bermain, sehinggga tepat untuk diterapkan pada murid tingkat usia sekolah dasar.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran berkelompok yang dicirikan dengan penggunaan nomor kepala.Teknik ini pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Menurut Trianto (2009: 82) bahwa “Numbered Heads Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi murid dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional”. Menurut Lie (dalam Isjoni, 2013:

78), “Numbered Heads Together (NHT) merupakan teknik yang memberi kesempatan kepada murid untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Adapun menurut Hamdani (2011: 89) bahwa

Numbered Heads Together adalah metode belajar dengan cara setiap murid diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak, guru memanggil nomor dari murid”.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara murid yang satu dengan murid yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya. Sebagai seorang yang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang diketahui harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari di ruang kelas.

Guru yang ingin maju dan berkembang perlu mempunyai persediaan strategi dan teknik-teknik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat dalam

(38)

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Salah satu tekhnik belajar mengajar gotong- royong adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu suatu pendekatan untuk melibatkan lebih banyak murid dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Sehubungan dengan itu model ini dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya.Dalam pelaksanaannya, murid dibentuk dalam kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 murid, setiap anggota kelompok memiliki satu nomor dalam kelompoknya. Guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya, prinsip utama dalam dalam model ini adalah menekankan pada tanggung jawab tugas dikelompok.

3. Langkah-langkah Model Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) sebagai model pembelajaran kooperatif memiliki sintaks atau langkah-langkah dalam penerapannya. Langkah- langkah model pembelajaran NHT menurut Komalasari (2013: 62-63) yaitu :

1) murid dibagi ke dalam kelompok, setiap murid dalam setiap kelompok mendapat nomor;

2)guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;

3) setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggotakelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;

4) guru memanggil salah satu murid yang bernomor dan murid yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

5) tanggapan dari kelompok lain, kemudian guru menunjuk murid bernomor yang lain; dan

6) kesimpulan.

4. Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan. Tidak ada model pembelajaran yang dianggap paling baik untuk setiap mata pelajaran. Ada model

(39)

yang cocok untuk mata pelajaran dan materi tertentu ada yang tidak, demikian juga dengan model NHT memiliki beberapa kelemahan. Adapun kelemahan model pembelajaran NHT menurut Hamdani (2011: 90) yaitu: “1) kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil lagi oleh guru; dan 2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru”.

5. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Meskipun modelpembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelemahan, tetapi juga memiliki beberapa kelebihan Menurut Elfanany (2013:

56), yaitu: “1) setiap murid memiliki kesiapan untuk menjawab; 2) murid dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh; dan 3) murid yang memiliki kemampuan lebih, dapat mengajari murid yang kurang”.

Berdasarkan beberapa kelemahan model NHT yang telah dipaparkan sebelumnya, maka upaya untuk mengantisipasi masalah yang akan ditimbulkan dari kelemahan tersebut adalah :

1) Sebelum menerapkan model NHT, perlu diketahui mata pelajaran apa dan materi apa yang akan diajarkan;

2) Guru harus bisa menguasai kelas dalam hal ini bagaimana mengatur kelas sedemikian rupa agar selama pembelajaran kelas tidak gaduh; dan

3) Sebelum mengajar, bahan ajar berupa meteri dan media yang akan digunakan terutama kartu nomor yang akan diberikan kepada murid sudah harus siap agar pembelajaran dapat berjalan lancar.

D. Kerangka Pikir

Dasar pemikiran dari penelitian adalah bagaimana meningkatkan pemahaman pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat pada murid kelas V SDN NO. 20 Tala-Tala Kabupaten Bantaeng yang masih rendah.Rendahnya pemahaman konsep pada pembelajaran tentang masalah sosial di lingkungan setempat dikarenakan guru masih cenderung menggunakan model

(40)

pembelajaran konvensional sehingga murid tidak terfasilitasi dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Untuk itulah model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Numbered Heads Together (NHT), karena model ini menekankan pada keaktifan murid mulai dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Dengan dasar inilah peneliti menjadikan landasan berpikir bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat membantu murid dalam meningkatkan hasil belajarnya pada mata pelajaran IPS.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat digambarkan melalui skema kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pikir Kondisi Awal

Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) 1. Guru mengajar masih secara

konvensional

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Tindakan

Kondisi Akhir

Dengan Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) maka Hasil Belajar IPS meningkat.

(41)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir sebelumnya, maka hipotesis tindakan ini yaitu: Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas V SDN No. 20 Tala-tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan ulang.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 di SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seorang gurudan murid kelas V. Adapun jumlah murid sebanyak 23 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada murid kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng yang akan difokuskan pada dua aspek yaitu:

1. Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu strategi model pembelajaran kooperatif yang menggunakan angka yang diletakkan di atas kepala dengan tujuan untuk memudahkan guru dalam mengeksplor aktifitas murid dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

27

(43)

2. Hasil belajar yaitu nilai yang dicapai murid dalam memahami materi yang diajarkan pada setiap siklus (siklus pertama dan kedua).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

Secara terperinci prosedur yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

SIKLUS I

Gambar 3.1 Model PTK di Adaptasi dari Kemmis dan Mc. Taggart.

Berdasarkan skema sebelumnya, maka prosedur kerja penelitian adalah sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Melakukan observasi ke sekolah.

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pembelajaran IPS. Di mana hasil observasi pada SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, khususnya murid kelas V bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah yang monoton sehinggamurid

PELAKSANAAN REFLEKSI

PERENCANAAN REFLEKSI

PELAKSANAAN

PENGAMATAN

Siklus II PERENCANAAN

PENGAMATAN Siklus N

(44)

kurang aktif dalam pembelajaran menyebabkan hasil belajar kurang maksimal.

Hasil observasi ini merupakan bahan refleksi untuk melakukan siklus I dengan cara membuat perencanaan tindakan siklus I.

2) Menetapkan materi yang akan diajarkan pada murid kelas V yaitu IPS.

3) Menyusun dan mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah Dasar (SD) kelas V Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mata pelajaran IPS disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku di sekolah.

4) Membuat kartu yang berisikan nomor 1-5.

5) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati keaktifan murid dalam mengikuti proses belajar mengajar. Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati dan mengidentifikasi segala yang terjadi dalam proses belajar mengajar antara lain : daftar absensi dan keaktifan/kesungguhan murid dalam proses belajar mengajar.

6) Membuat alat evaluasi sebagai informasi untuk mengukur ketercapaian hasil belajar murid. Alat evaluasi ini disusun dalam bentuk soal.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilakukan mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dibuat. Secara umum tindakan yang dilakukan sebagai berikut :

1. Kegiatan awal

a) Mengabsen murid

b) Menggali pengetahuan awal murid tentang konsep yang akan dipelajari.

c) Memotivasi murid

(45)

d) Menyampaikan judul dan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti

a) Menyajikan materi pelajaran yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b) Membagi murid ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.

c) Guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok dan sekaligus memberitahukan aturan termasuk yang harus dilakukan dalam kerja kelompok.

d) Membagikan Lembar Kerja Murid (LKS) yang telah disusun.

e) Membahas jawaban Lembar Kerja Murid (LKS) yang telah dikerjakan oleh murid dimana murid mengoreksi sendiri jawabannya.

f) Diskusi kelas untuk memberikan umpan balik.

g) Guru menunjuk nomor yang telah dibagikan kepada murid sebelumnya untuk tampil memberikan tanggapan atau pertanyaan terhadap materi yang telah didiskusikan.

h) Guru mencatat nama murid yang nomornya terpilih dan memberikan penilaian terhadap hasil kerjanya. Kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

i) Lembar Kerja Murid (LKS) dikumpul.

3. Penutup

a) Guru bersama muridmenarik kesimpulan materi pembelajaran.

b) Guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah.

(46)

Kegiatan belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan selama 8 jam pelajaran, sedangkan untuk siklus II juga dilaksanakan selama 8 jam pelajaran.

Semuanya berjumlah 16 jam pelajaran, satu jam pelajaran selama 35 menit.

Kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan dilaksanakan selama 6 kali pertemuan.

c. Tahap Pengamatan dan Evaluasi

Selama pembelajaran, diadakan pengamatan tentang : 1) Aktivitas murid dalam mengikuti pembelajaran.

2) Pengumpulan data melalui tes atau alat penilaian.

3) Evaluasi terhadap hasil observasi dan hasil evaluasi guru.

d. Tahap Refleksi

Adapun langkah- langkah yang dilakukan pada tahap refleksi adalah:

1) Merefleksi tiap hal yang diperoleh melalui lembar observasi, yakni aktifitas guru dan keaktifan murid dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok.

2) Menilai dan mempelajari perkembangan hasil pekerjaan murid setiap kelompok yang telah diberikan pada siklus I, serta nilai tes akhir siklus I.

Untuk selanjutnya dibuat rencana perbaikan dan penyempurnaan siklus I pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

Adapun prosedur kegiatan pada siklus kedua relatif sama dengan prosedur kegiatan pada siklus pertama. Hal-hal yang perlu diperbaiki dan dikembangkan sesuai hasil refleksi siklus pertama menjadi bahan masukan, sehingga hasil yang diharapkan dapat dicapai pada siklus kedua.

(47)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari pencatatan laporan, tes/ kuis. Pencatatan laporan digunakan untuk mencatat semua kegiatan selama pembelajaran berlangsung, baik kegiatan guru sewaktu mengajar maupun respon murid sewaktu belajar dan keaktifan murid sewaktu belajar secara berkelompok.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan dokumentasi, observasi, dan tes.

1. Observasi

Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan mengamati aktivitas belajar murid dalam mengikuti pelajaran melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok di kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti sebagai observer dengan menggunakan pedoman observasi berbentuk chek list.

2. Tes

Tes merupakan instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat ukur dalam pengumpulan data hasil belajar murid di kelas V SDN No. 20 Tala-Tala Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tes diberikan pada setiap siklus.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan melalui pengumpulan data tertulis dari sekolah mengenai data hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS dan KKM, jumlah

Gambar

Tabel                                                                                                         Halaman  3.1         Skala Keberhasilan Murid ............................................................
Gambar  Halaman
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pikir Kondisi Awal
Gambar 3.1 Model PTK di Adaptasi dari Kemmis dan Mc. Taggart.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Kegiatan ekonomi Indonesia melalui metode tutor sebaya pada

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian tindakan kelas ini adalah (1) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan penerapan cooperative learning tipe talking

Sehubungan dengan judul penelitian dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh pendapatan,

Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode think

Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka rumusan masalah dalam penelitian Ini adalah apakah terdapat pengaruh penggunaan media power point

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN METODE RESITASI PADA MURID KELAS IV SDN LAYANG I KECAMATAN BONTOALA KOTA MAKASSAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Gambar 1.1 Kerangka Pemecahan Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA melalui