Judul Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Team Assisted Individualization (TAI) pada Siswa Kelas V SD Negeri Lakkang Kota Makassar. Judul Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Model Team Individualization Assisted Cooperative Learning (TAI) pada Siswa Kelas V SD Negeri Lakkang Kota Makassar. Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Pembelajaran Kooperatif Team Individualization (TAI) pada Siswa Kelas V SD Negeri Lakkang Kota Makassar.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri Lakkang Kota Makassar pada semester genap tahun pelajaran yang berjumlah 23 siswa, terdiri dari 11 laki-laki dan 12 perempuan. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan tipe team-support individualization dapat meningkatkan kemampuan belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar.
BAB I
Latar Belakang Masalah
Untuk mencapai tujuan tersebut, Ilmu Pengetahuan Sosial harus diajarkan secara tepat dan melibatkan peserta didik secara aktif, yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. Misalnya pada pembelajaran IPS memerlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar agar keterlibatan siswa dapat optimal yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar. Hal ini sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari siswa tidak pernah lepas dari dunia Ilmu Pengetahuan Sosial yang dekat dengan aktivitas kehidupannya.
Berdasarkan metode pengajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Lakkang, perlu dicari solusinya. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis termotivasi untuk mengambil topik penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individual Learning (TAI) pada Siswa Kelas V SD Negeri Lakkang Kota Makassar.”
Rumusan Masalah
Berdasarkan ciri-ciri di atas, tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar individu siswa. Hasil belajar individu dibawa ke dalam kelompok untuk didiskusikan dan didiskusikan satu sama lain oleh anggota kelompok, dan seluruh anggota kelompok bertanggung jawab atas tanggapan keseluruhan sebagai tanggung jawab bersama. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif yang dinilai individualisasi (TAI) dapat meningkatkan pembelajaran IPS pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Lakkang Kota Makassar.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kajian Pustaka
- Penelitian Yang Relepan
- Pengertian Belajar
- Hasil Belajar
- Pembelajaran IPS a. Pengertian IPS
- Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Tim Assited Individualization) Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin
Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar, konsep hasil belajar dapat diartikan sebagai pencapaian atas apa yang telah dilakukan. Dalam hal ini hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang dicapai siswa pada bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar. Agus Suprijono mengatakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi manusia.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan. Hasil pembelajaran individu dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan didiskusikan di antara anggota kelompok, dan semua anggota kelompok berbagi tanggung jawab atas tanggapan keseluruhan.
Kerangka Pikir
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru kurang baik sehingga proses pembelajaran juga berjalan kurang baik. Untuk pembelajaran IPS, penggunaan Team Assisted Individualization (TAI) dapat membantu siswa menguasai konsep. Dengan demikian siswa akan lebih jernih dalam menerima dan menemukan sendiri materi yang disampaikan guru, sehingga hasil belajar IPS semakin meningkat.
Hipotesis Tindakan
Jenis Penelitian
Lokasi dan Subjek Penelitian
Faktor Penelitian
Faktor outcome, yaitu kemampuan guru dalam mengajarkan pendidikan IPS dengan model individualisasi yang dinilai secara tim, sesuai atau tidak. Selama pelaksanaan tindakan, guru dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat mencatat semua kejadian yang dianggap penting, baik dalam mengenali aktivitas individu siswa maupun dalam kerja kelompok. Pendekatan yang diberikan siswa mengenai pendekatan yang digunakan penting dan akan menjadi acuan dalam melakukan tindakan.
Merefleksikan setiap hasil yang diperoleh melalui observasi dengan menilai dan mempelajari hasil perkembangan siswa pada siklus I dan kedua hasil tersebut kemudian digunakan untuk merancang perbaikan dan penyempurnaan pada siklus berikutnya (siklus II) agar hasil yang dicapai lebih baik dari siklus sebelumnya. (siklus I). Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah mengulangi tahapan yang telah dilakukan pada siklus I.
Instrumen Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Indikator Keberhasilan
BAB IV
Hasil Penelitian
- Hasil Penelitian Siklus I a. Hasil Belajar
- P.2 P.3 P.2 P.3 1 Murid yang menyimak penjelasan
- Hasil Penelitian Siklus II a. Hasil Belajar
Jadi, dapat dikatakan hasil belajar pada siklus I masih tergolong rendah dan belum menunjukkan peningkatan. Jika daya serap siswa terhadap konsep peninggalan sejarah kerajaan Hindu di Indonesia dikelompokkan ke dalam kategori tuntas dan tidak lengkap, maka sebaran, frekuensi dan persentase ketuntasan pembelajaran IPS pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Hasil di atas menunjukkan bahwa pada siklus I hasil belajar IPS siswa kelas V belum berada pada kategori penuh, karena jumlah siswa yang memperoleh kategori penuh hanya 10 siswa, yang bila disajikan dalam persentase sudah mencapai hasil. sebesar 47,82%.
Hal ini ditunjukkan dengan sebaran skor hasil belajar yang berbeda-beda pada kategori yang cukup berbeda. Menyikapi berbagai permasalahan yang terjadi pada siklus I, perbaikan yang dilakukan pada siklus II lebih menekankan pada pengelolaan kelas agar proses diskusi berjalan lancar dan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran. Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa berada pada kategori tinggi meskipun siswanya masih sedikit.
Data hasil belajar IPS pada Siklus II diperoleh dengan melaksanakan tes hasil belajar IPS setelah menyelesaikan konsep perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah Belanda. Jika hasil belajar IPS dikelompokkan menjadi 5 kategori sesuai kategori yang diberikan, maka distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Lakkang Kota Makassar pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini . Hasil di atas menunjukkan persentase kategori sangat rendah sudah tidak ada lagi, kategori sangat tinggi berjumlah 4 siswa dengan persentase 17,39%, kategori tinggi berjumlah 10 siswa dengan persentase 43,47%, dan kategori sangat tinggi berjumlah 9 siswa. siswa dengan persentase sebesar 39,13%, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan.
Hasil di atas menunjukkan bahwa pada siklus II hasil belajar IPS siswa kelas V sudah berada pada kategori tuntas karena jumlah siswa yang mendapat kategori tuntas sebanyak 14 siswa dengan persentase sebesar 46,66%. Pada siklus II terlihat adanya peningkatan aktivitas pembelajaran dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Menyikapi berbagai permasalahan yang terjadi pada Siklus II, perbaikan yang dilakukan pada Siklus II lebih menekankan pada pengelolaan kelas agar proses diskusi berjalan lancar dan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Pembahasan
Dilihat kembali dari indikator keberhasilannya, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini terbukti berhasil: dari jumlah seluruh siswa di kelas V, terdapat lebih dari 80% siswa yang masuk dalam kategori hasil belajar penuh (dikatakan tuntas). apabila sudah mempunyai ketuntasan minimal 65%), maka penelitian ini diakhiri pada Siklus II. Salah satu hal penting yang menjadi inti refleksi yang dilakukan adalah bagaimana mengaktifkan siswa yang pasif ketika membagi tugas kelompok. Refleksi siswa, masih banyak siswa yang merasa bingung dengan metode pengajaran yang diterapkan.
Selain hal-hal tersebut di atas, tindakan lain yang dilakukan untuk menghindari siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar adalah dengan mengumumkan nama-nama siswa yang memperoleh nilai tertinggi dari evaluasi siklus I yang telah selesai. Jelaskan kembali langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan selanjutnya membimbing siswa dalam membentuk kelompok. Mengacu pada nilai ketuntasan belajar siswa tersebut, terlihat bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada siklus II sebanyak 14 siswa, yang jika persentasenya sebesar 60,86%, sedangkan jumlah siswa yang masih dalam kategori belum tuntas. kategori sebanyak 9 siswa, yang jika persentasenya adalah 31,13%.
Jika dilihat dari indikator keberhasilannya, maka penelitian ini dapat dikatakan terbukti berhasil: dari jumlah siswa kelas V, lebih dari 60% siswanya masuk dalam kategori tersebut. Jumlah siswa yang tidak tuntas mengalami penurunan seiring dengan peningkatan jumlah siswa pada kategori tuntas dengan persentase dari 56,62% menjadi 60,86%. Peningkatan ini disebabkan adanya kegiatan Team Assisted Individualization (TAI) yang akan mendorong semangat siswa untuk menyumbangkan nilai yang lebih tinggi kepada kelompoknya masing-masing.
Upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa bukanlah hal yang mudah, apalagi siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami materi pelajaran IPS. Selain itu, penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat dapat menurunkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan di atas diperoleh informasi bahwa penggunaan model pembelajaran kolaboratif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
BAB V
Kesimpulan
Saran
Pembelajaran IPA tentang rangka manusia melalui model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) untuk kelas IV SDN 009 Tarue Kabupaten Luwu Utara.
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Kognitif Produk
TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif Produk
Di wilayah Indonesia yang kita diami sekarang ini, dahulu terdapat banyak kerajaan - ada yang besar dan ada yang kecil, ada yang Hindu dan ada yang Islam. Sedangkan peninggalan sejarah agama Hindu di Indonesia pada masa lampau mewariskan berbagai peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah yang bercorak kebudayaan Hindu antara lain candi, prasasti, arca, karya sastra (kitab) dan tradisi, selain itu terdapat pula Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Gaja Mada dalam menyatukan Nusantara, dapat dikatakan bahwa Majapahit adalah puncak kejayaan kerajaan Hindu di Indonesia.
METODE PEMBELAJARAN
LANGKAH- LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan
PENILAIAN HASIL BELAJAR
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Kognitif Produk
- TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif Produk
Dengan kegagalan tersebut, Sultan Agung memperketat penjagaan di wilayah perbatasan dekat Batavia sehingga menyulitkan Belanda untuk menembus Mataram. Impian Sultan Hasanudin untuk menguasai jalur perdagangan Indonesia mendorong perluasan kekuasaannya hingga ke Kepulauan Nusa Tenggara. Pada tanggal 16 Mei 1817, masyarakat Maluku yang dipimpin oleh Pattimura (Thomas Matulesi) menyerang pos Belanda dan berhasil merebut benteng Duurstede.
METODE PEMBELAJARAN
Guru menentukan mata pelajaran yang akan disampaikannya kepada siswanya sesuai dengan model pembelajaran TAI. Guru memberikan materi pembelajaran yang dimiliki kelompok untuk mengolah atau menjelaskan secara singkat materi baru tersebut. Ketua kelompok harus dapat memastikan apakah semua orang telah memahami materi pembelajaran yang diberikan guru.
PENILAIAN HASIL BELAJAR Penilaian Produk : Lembar Penilaian
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Kognitif Produk
TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif Produk
Pangeran Diponegoro yang akrab dipanggil Raden Mas Ontowiryo, putra sulung Sultan Hamengkubowono III, lahir pada tahun 1785. Setelah Pangeran Hidayat ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat, perlawanan masyarakat Banjar terus berlanjut yang dipimpin oleh Pangeran Antasari. Atas keberhasilannya memimpin perlawanan, Pangeran Antasari diangkat menjadi pemimpin agama tertinggi dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Saat itu, panglima pasukan Belanda kembali memintanya untuk menyerah dan menjadi Sultan Batak, namun Sisingamangaraja tetap menolak, lebih memilih mati daripada menyerah.
METODE PEMBELAJARAN
- PENILAIAN HASIL BELAJAR