• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) PADA

MURID KELAS IV A SD NEGERI SAMATA KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Oleh Malikawati NIM 10540421910

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

AGUSTUS 2014

Diajukan untuk memenuhi salah Satu Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi atas nama Malikawati, NIM 10540421910 diterima dan disahkan oleh panitia ujian skripsi berdasarkan surat keputusan rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 150 Tahun 1436 H/2014 M pada tanggal 17 Muharram 1436/10 November 2014, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Selasa tanggal 25 November 2014.

Makassar, 02 Safar 1436 H 25 November 2014 M

Panitia Ujian

1. Pengawas Umum : Dr.H.Irwan Akib, M.Pd. (………) 2. Ketua : Dr.A.Sukri Syamsuri, M.Hum (………) 3. Sekretaris : Khaeruddin, S.Pd., M.Pd. (………) 4. Penguji : 1.Drs. H. Andi Baso, M.Pd.I (………) 2. Muhajir, S.Pd., M.Pd (………) 3. Drs. H. M. Syukur Hak, MM (………) 4. Dra. Hj. Maryati Z., M.Si (………)

Disahkan Oleh :

Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

Dr. Andi. Sukri Syamsuri, M.Hum.

NBM. 858 625

(3)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skirpsi : Peningkatan Hasil Belajar PKn melalui Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada Murid Kelas IV A SD Negeri Samata Kabupaten Gowa.

Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama Mahasiswa : Malikawati

NIM : 10540421910

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti, maka Skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan layak untuk diujikan.

Makassar, September 2014 Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Nasrun Hasan, M.Pd Muhajir, S.Pd., M.Pd Mengetahui:

Dekan FKIP Ketua Prodi PGSD

Unismuh Makassar

Dr. Andi. Sukri Syamsuri, M.Hum. Sulfasyah. MA., Ph.D NBM. 858 625 NBM. 970635

(4)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda Tangan dibawah ini:

Nama : Malikawati

Nim : 105 40421910

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar PKn melalui Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada Murid kelas IV SD Negeri Samata Kabupaten Gowa.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, September 2014 Yang Membuat Perrnyataan

Malikawati UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(5)

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Malikawati

Nim : 105 404219 10

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan Proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2, Dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, September 2014

Yang Membuat Perjanjian

Malikawati UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.

Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keikhlasan.

Istiqomah dalam menghadapi cobaan. YAKIN, IKHLAS, dan ISTIQOMAH.

Kupersembahkan karya sederhana ini buat :

Ayahanda, Ibunda, saudaraku dan sahabatku tercinta yang telah mendoakan dan membimbing dengan penuh kerelaan dan keikhlasan hati.Pengorbanan kalian membangkitkan semangatku untuk

meraih kesuksesan.

(7)

ABSTRAK

MALIKAWATI. 2014.Peningkatan Hasil Belajar PKn melalui Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada murid kelas IV A SD Negeri Samata Kabupaten Gowa. Dibimbing oleh Pembimbing pertama H. Nasrun Hasan, dan Pembimbing kedua olehMuhajir.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dari nilai rata-rata awal 63 menjadi minimal 70 pada murid kelas IV A SD Negeri Samata Kabupaten Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn dengan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada murid kelas IV A SD Negeri Samata Kabupaten Gowa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus dilaksanakan 4 kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas IV A SD Negeri Samata Kabupaten Gowa sebanyak 38 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama yang tuntas secara individual dari 38 murid hanya 23 murid atau 61% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus II dari 38 murid terdapat 34 murid atau 89% telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata- rata yang diperoleh sebesar 78,94 atau berada dalam kategori tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar murid pada siklus I yaitu 70,52 dan pada siklus II meningkat menjadi 78,94.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan Hasil belajar PKn murid kelas IV A SD Negeri Samata Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan melalui penerapan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) mengalami peningkatan sebesar 28%. Adapun saran dari peneliti Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dapat dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran PKn, agar dapat digunakan untuk membantu murid yang kurang memahami materi yang dipelajarinya.

Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar bagi murid, selain murid dilatih untuk aktif dalam proses belajar mengajar juga dapat menemukan dan mengambil keputusannya sendiri.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Value Clarification Technique (VCT)

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat taufik dan karuniaNyalah sehingga skripsi yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar PKn melalui Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Pada Murid Kelas IV A SD Negeri Samata Kabupaten Gowa” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada sang pemimpin yang patut kita teladani yakni Nabiyullah Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya yang patut kita jadikan sebagai uswatun hasanah dalam melaksanakan segala aktivitas demi kesejahteraan dan kemakmuran hidup dunia dan akhirat kelak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sangat berhutang budi dan sepatutnya berterima kasih kepada Ayahanda La Damu dan Ibunda Ria yang ikhlas mendoakan, membesarkan, membimbing, dan mendidik serta membiayai penulis hingga seperti sekarang. Demikian pula, penulis mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. H. Nasrun Hasan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Muhajir, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dengan penuh keikhlasan dalam memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan saran-saran mulai dari perencanaan hingga akhir penyusunan skripsi ini.

Tidak lupa juga ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya disampaikan kepada; Dr. Irwan Akib, M.Pd., selaku Rektor Universitas

(9)

Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Sulfasyah. M.A., Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis memiliki wawasan, inovatif, kompetitif, dan moral yang kelak akan diabadikan dalam meneliti karier di hari esok.

Ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Kepala sekolah, guru, staf SD Negeri Samata, dan Ibu Dra. Maryani selaku guru kelas IV di sekolah tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada teman sekaligus sahabat perjuangan saya Ondel Arliyah, Idha, Ifha dan Indah yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, teman terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2010 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Makassar, September 2014

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka . ... 7

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Pengertian Hasil Belajar ... 8

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 10

2. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 11

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 12

b. Tujuan Pendidikan kewarganegaraan ... 13

(11)

3. Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ... 15

a. Pengertian Value Clarification Technique (VCT) ... 15

b. Tujuan Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ... 15

c. Langkah-langkah Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ... 16

d. Kelebihan Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ... 16

e. Kelemahan Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ... 17

f. Cara Mengatasi Kelemahan Value Clarification Technique (VCT) ... 18

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Hipotesis Tindakan... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 22

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 23

C. Faktor yang Diteliti ... 24

D. Prosedur Penelitian ... 24

E. Teknik dan Instrumen Penelitian ... 27

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 28

H. Indikator Keberhasilan Pembelajaran ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Deskripsi Kondisi Awal ... 30

B. Deskripsi Siklus I ... 30

C. Deskripsi Siklus II ... 38

D. Hasil Penelitian ... 45

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

(12)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Simpulan ... 59

B. Saran ... ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kriteria Ketuntasan belajar ... 29 4.1 Perbandingan Aktivitas Murid Siklus I Pertemuan I, II,III dan IV.. 41 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Murid Pada Siklus I ... 48 4.3 Hasil Ketuntasan Belajar Murid Pada Siklus I ... 49 4.4 Perbandingan Aktivitas Murid Siklus II Pertemuan I, II,III dan IV 51 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Murid Pada Siklus II.... 53 4.6 Hasil ketuntasan belajar pada siklus II ... 54

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 20

3.2 Skema Model Penelitian Tindakan Kelas ... 25

4.1 Diagram Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus I ... 47

4.2 Diagram Hasil Ketuntasan Belajar Siklus I ... 48

4.3 Diagram Ketuntasan Murid Pada Siklus I ... 49

4.4 Diagram Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus II ... 51

4.5 Diagram Hasil Ketuntasan Belajar Siklus II ... 53

4.6 Diagram Ketuntasan Murid Pada Siklus II ... 54

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran

RPP Siklus I Pertemuan I RPP Siklus I Pertemuan II RPP Siklus I Pertemuan III Rpp Siklus I pertemuan IV RPP Siklus II Pertemuan I RPP Siklus II Pertemuan II RPP Siklus II Pertemuan III RPP Siklus II pertemuan IV

Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus I PertemuanI Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus I PertemuanII Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus I PertemuanIII Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus I PertemuanIV Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus II PertemuanI Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus II PertemuanII Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus II PertemuanIII Hasil Pengamatan Aktivitas Murid Siklus II PertemuanIV Daftar Hasil Evaluasi Murid pada Siklus I

Daftar Hasil Evaluasi Murid pada Siklus II Hasil Ketuntasan Belajar pada Siklus II Lembar Wawancara

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

(16)

Foto Pelaksanaan Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)

21

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini yang menjadi pembicaraan hangat dalam masalah mutu pendidikan adalah hasil belajar. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama ahli pendidikan berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:7) bahwa pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajardan dengan belajar diharapkan manusia berubah menjadi lebih baik khususnya dalam perbuatannya.Upaya pembaruan pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah di antaranya melalui seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode pembelajarannya.Berdasarkan UU Pendidikan Nasional 20/2003 bahwa upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.

Tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu program pendidikan di lingkungan persekolahan dihadapkan pada tantangan untuk mempersiapkan manusia Indonesia seutuhnya yang mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern. Pendidikan Kewarganegaraan disatu pihak, memiliki keunggulan dalam hal yang berkaitan dengan pembinaan sumber daya manusia di bidang nilai, moral dan sikap serta pengetahuan, kemampuan, dan

(18)

kecakapan dasar murid yang berpijak pada elemen-elemen penting kehidupan nyata serta pada kehidupan sosial kemasyarakatan individu pada umumnya.Tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia. Pemerintah bersama ahli pendidikan melakukan upaya-upaya untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah menerapkan pendidikan gratis yang bertujuan agar semua rakyat Indonesia bisa merasakan bangku sekolah minimal SD sampai SMP secara gratis (tanpa dipungut biaya), sehingga tidak ada lagi rakyat Indonesia yang putus sekolah dan buta huruf. Dengan adanya pendidikan gratis, maka program pemerintah yang terdahulu yaitu program “Wajib Belajar 9 Tahun” bisa terlaksana secara efektif dan efesien.

Berpedoman pada tujuan pendidikan dasar sekolah dasar yang menekankan pada pemberian bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah, tampak bahwa proses pembelajaran yang mesti dikembangkan oleh guru hendaknya mengacu pada pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Sebagaimana diutarakan Hamalik (2012:182) cara mengajar yang bervariasi akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan.

Berdasarkan hasil pengamatan awal pada murid kelas IV.A di SDN Samata Kabupaten Gowa, dengan jumlah murid 38 orang. 18 orang laki-laki, dan 20 orang perempuan. Nilai murid pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(19)

masih rendah, yang dilihat dari hasil ulangan harian murid. Murid yang mendapatkan nilai 80 sebanyak 5 orang, nilai 75 sebanyak4 orang, nilai 70 sebanyak 3 orang, nilai 65 sebanyak 4 orang, nilai 60 sebanyak 13 orang, nilai 55 sebanyak 3 orang, nilai 50 sebanyak 3 orang, nilai 45 sebanyak 1 orang, nilai 40 sebanyak 1 orang, dan nilai 35 sebanyak 1 orang. Jadi, nilai rata-rata murid yaitu 63 atau masih belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Adapun jumlah murid yang memperoleh nilai ≥ dari KKM sebanyak 12 orang, dan jumlah murid yang memperoleh nilai < dari KKM sebanyak 26 orang. Adapun solusi untuk murid yang nilainya belum mencapai standar KKM, dengan cara memberikan pengayaan kepada murid–murid tersebut setelah jam pulang sekolah.

Rendahnya ketuntasan KKM terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terjadi pada murid kelas IVA SD Negeri Samata melahirkan opini dan anggapan dikalangan murid bahwa Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan mata pelajaran yang membosankan dan kurang menantang belajar. Ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru secara monoton menggunakan model pembelajaran klasikal seperti guru mencatat di papan tulis dan murid menyalin apa yang dicatat oleh gurunya, guru berbicara sedang murid hanya mendengarkan tanpa ada proses timbal balik antara guru dan murid.Hal ini membuat murid menjadi sangat pasif dan kurang tertarik untuk belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bahkan banyak murid yang tidak memahami apa yang telah di jelaskan dan ketika muridpun berhasil memahami materi yang diajarkan namun ternyata hal itu tidak berlangsung lama karena setelah jam pelajaran selesai maka pemahaman mereka pun lenyap sebab pemahaman murid lebih bersifat hafalan dan kurang berarti.

(20)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merencanakan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Pada Murid Kelas IV SDN Samata Kabupaten Gowa”.

B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, maka masalah yang diidentifikasi pada penelitian ini adalah:

a. Strategi pembelajaran masih menggunakan pembelajaran langsung b. Interaksi antara guru dan murid hanya terjalin satu arah

c. Murid kurang aktif dalam proses belajar mengajar

d. Hasil belajar murid kelas IV SDN Samata Kabupaten Gowa rendah dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Rumusan Masalah

Guru diharapakan dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada murid dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan murid sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.

Selain itu, murid hendaknya diberi kesempatan untuk aktif dan mendapatkan pengalaman. Untuk memberikan arah penelitian yang jelas berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat rumusan

(21)

masalah sebagai berikut ”Apakah penerapan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dari nilai rata-rata awal 63 menjadi minimal 70 pada murid kelas IV SDN Samata Kabupaten Gowa?”

3. Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya minat belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada murid kelas IV SDN Samata Kabupaten Gowa dapat ditingkatkan dengan menerapkan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui penerapan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada murid kelas IV SDN Samata Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan sumbangan pemikiran berupa inovasi dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan menerapkan pembelajaranValue Clarification Technique (VCT).

(22)

b. Bagi guru SD, penelitian ini dapat dijadikan acuan belajar dan mengevaluasi diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang diharapkan dari Penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Bagi murid: memungkinkan murid lebih bersemangat belajar Pendidikan Kewarganegaraan sehingga diharapkan hasil belajar murid akan meningkat.

b. Bagi guru: melalui penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan guru dapat mengembangkan keprofesionalannya dalam meningkatkan pembelajaran dan mengoptimalkan proses belajar mengajar.

c. Bagi sekolah: diharapkan dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.

d. Bagi peneliti: diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan salah satu pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Istilah belajar adalah hal yang lumrah kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui lebih jauh akan dikemukakan beberapa pendapat. Menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013:1-2) mengemukakan bahwa “belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Selain itu, Gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui arahan”.

“Menurut Morgan (dalam Suprijono, 2013:3) belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman”.

“Menurut E.R. Hilgard hudoyo (dalam Susanto, 2013:3) bahwa belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman)”.

“Menurut Hamalik (dalam Susanto, 2013:4) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi terhadap lingkungannya.

Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).

Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan”.

“Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel (dalam Susanto, 2013:4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung

(24)

dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

“Abdurrahman, (2012:19) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Seperti yang dikemukakan Sudjana (dalam Rusman, 2013:1) belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu”.

Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun bertindak.

b. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkanuraian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri murid, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

“Menurut Suprijono (2013: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan komprehensif”.

“Menurut K. Brahim (dalam Susanto, 2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.

“Menurut Benjamin S. Bloom (dalam abdurrahman, 2012:26) mengatakan bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu kognitif yang berhubungan dengan wawasan murid, afektif yang berhubungan

(25)

dengan perilaku murid dan psikomotorik yang berhubungan keterampilan murid. Hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem proses masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance)”.

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar murid adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (dalam Susanto, 2013: 5) bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan murid. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadiakan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan murid. Kemajuan prestasi belajar murid tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.

Dengan demikian, penilaian hasil belajar murid mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada murid. Berdasarkan pendapat tentang hasil belajar di atas maka kegiatan belajar mengajar dapat digunakan sebagai ukuran tingkat penguasaan

(26)

pengetahuan dan keterampilan murid setelah melakukan kegiatan belajar dalam bidang tertentu.

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pendapat senada dikemukakan oleh Wasliman (dalam Susanto, 2013:

12), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil ineraksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal,eksternal maupun formal, sebagai berikut :

a) Faktor Internal

Faktor internal merupakan merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruhi terhadap hasil belajar murid. Keluarga yang morat-morit ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

c) Faktor Formal

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar murid, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan

(27)

sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan murid, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan murid yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajarnya. Guru dituntut untuk mengusai bahan pelajaran yang akan diajarkan dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar murid merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling mempengaruhinya.

2. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut (Susanto, 2013:224) mengatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan murid menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus- menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang NKRI. Seiring dengan empat pilar adapun empat pilar tersebut, adalah (1) Pancasila, (2) Undang- Undang Dasar 1945, (3) Negara Kesatuan Republik Indonesia dan (4) Bhineka Tunggal Ika.Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi, maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda

(28)

dengan sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan evaluasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, di mana guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap murid maupun masyarakat melalui proses pembelajaran di kelas. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini merupakan suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada Pancasila, Undang-Undang, dan Norma-norma.

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/Budaya seperti yang terdapat pada kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan SD.

“Menurut Ruminiati pendidikankewarganegaraan yaitu pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban suatu warga negara agar setiap hal yang dikerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa yang diharapkan ”.

Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan juga terdapat nilai dan moral yang harus dipelajari oleh murid, di mana nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai dalam diri murid.

Kaelan (2011) menyatakan bahwa:

“Untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang kuat seyogyanya didasarkan pada dasar filosofis bangsa. Bangsa Indonesia telah menentukan jalan kehidupan berbangsa dan bernegara pada suatu ’khitoh’ kenegaraan, filosofischegrondslag atau dasar filsafat negara, yaitu Pancasila. Karena itu, etika politik kenegaraan sebagai prasyarat membentuk karakter bangsa perlu disandarkan pada nilai-nilai dasar Pancasila. Sebab sebagai dasar negara, filosofischegrondslag, Pancasila bukan merupakan suatu preferensi, melainkan sudah merupakan suatu realitas objektif

(29)

bangsa dan negara Indonesia, yang memiliki dasar legitimasi yuridis, filosofis, politis, historis dan kultural“.

Menurut Susanto (2013:225) Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia. Nilai luhur dan moral yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan murid sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali murid dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Dari pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Mulyasa (dalam Susanto 2013: 231) tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik.Ada tiga tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah:

(30)

1. Untuk menjadikan murid agar mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

2. Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.

3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik.

Pentingnya pendidikan kewarganegaraan diajarkan di sekolah dasar ialah sebagai pemberian pemahaman dan kesadaran jiwa setiap anak didik dalam mengisi kemerdekaan, di mana kemerdekaan bangsa indonesia yang diperoleh dengan perjuangan keras dan penuh pengorbanan harus diisi dengan upaya membangun kemerdekaan, mempertahankan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara perlu memiliki apresiasi yang memadai terhadap makna perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan. Apresiasi itu menimbulkan rasa senang, sayang, cinta, keinginan untuk memelihara, melindungi, membela negara, untuk itulah Pendidikan Kewarganegaraan penting diajarkan di sekolah sebagai upaya sadar menyiapkan warga yang mempunyai kecintaan dan kesetiaan dan keberanian bela bangsa dan negara.

Mereka adalah para penerus bangsa yang akan mengisi bangsa ini pada kehidupan yang datang. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang bersatu, berilmu, dan berbudaya.

(31)

3. Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) a. Pengertian Value Clarification Technique (VCT)

Menurut Sanjaya (dalam Taniredja dkk, 2013:88)Teknik mengklarifikasikan nilai Value Clarification Technique atau sering disingkat (VCT) merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri murid.Karakteristik teknik klarifikasi nilai sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri murid kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan.

b. Tujuan Pembelajaran Value Clarification Technique(VCT)

Menurut Taniredja dkk, (2013:88) Ada empat tujuan pembelajaran Value Clarification Technique:

1) Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan dicapai; 2) Menanamkan kesadaran murid tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat maupun sifat yang positif maupun yang negatif untuk selanjutnya ditanamkan ke arah peningkatan dan pencapaian target nilai; 3) Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada murid melalui cara yang rasional (logis) dan diterima murid, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik murid sebagai proses kesadaran moral;4) Melatih murid dalam menerima – menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan yang berhubungan dengan pergaulannyadan kehidupan sehari-hari.

(32)

c. Langkah-langkah Pembelajaran Value Clarification Technique(VCT) Menurut Jarolimek (dalam Taniredja dkk, 2013:89) ada 7 tahap yang dibagi dalam 3 tingkat yaitu:

Tingkat 1. Kebebasan Memiih Pada tingkat ini terdapat 3 tahap :

1) Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh; 2) Memilih dari beberapa alternatif, artinya menentukan pilihannya dari beberapa alternatif pilihan secara bebas; 3) Memilih setelah melakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbulkan sebagai akibat atas pilihannya itu.

Tingkat 2. Menghargai

Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran:

1) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi integral pada dirinya; 2) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum, yaitu menganggap bahwa nilai itu sebagai pilihannya sehingga harus berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.

Tingkat 3. Berbuat

Pada tingkat ini terdiri atas 2 tahap pembelajaran:

1) Adanya kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya; 2) mau mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya, yaitu nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

d. Kelebihan PembelajaranValue Clarification Technique(VCT)

Menurut Djahari (dalam Taniredjadkk,2013:91) VCT memiliki keunggulan untuk pembelajaran efektif kerena:

1) Mampu mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/pesan nilai/moral;

2) Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri murid, melihat nilai yang ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata;

(33)

3) Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri murid terutama mengembangkan potensi sikap;

4) Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan;

5) Mampu menangkal, meniadakan mengintervensi dan memadukan berbagai nilai moral dalam sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang;

6) Memberi gambaran nilai moral yang patut diterima dan menutun serta memotivasi untuk hidup layak dan bermoral tinggi.

e. Kelemahan Pembelajaran Value Clarification Technique(VCT)

1) Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan maka murid akan memunculkan sikap semu atau imitasi/palsu. Murid akan bersikap menjadi murid yang sangat baik ideal patuh dan penurut namun hanya bertujuan untuk menyenangkan guru atau memperoleh nilai yang baik.

2) Sistem nilai yang dimiliki dan tertanam guru, peserta didik dan masyarakat yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nilai baku yang ingin dicapai/nilai etik.

3) Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar terutama memerlukan kemampuan/keterampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu mengungkap dan menggali nilai yang ada dalam diri peserta didik.

(34)

4) Memerlukan kreativitas guru dalam menggunakan media yang tersedia di lingkungan terutama yang aktual dan faktual sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari murid.

f. Cara Mengatasi Kelemahan Value Clarification Technique(VCT)

1) Guru berlatih dan memiliki kemampuan mengajar sesuai standar kompetensi guru. Pengalaman guru yang berulang kali menggunakan Value Clarification Technique (VCT) akan memberikan pengalaman

yang sangat berharga karena memunculkan model-model Value Clarification Technique (VCT) yang merupakan modifikasi sesuai

kemampuan dan kreativitas guru.

2) Dalam setiap pembelajaran menggunakan tematik atau pendekatan kontekstual, antara lain dengan mengambil topik yang sedang terjadi dan ada di sekitar murid, menyesuaikan dengan hari besar nasional, atau mengaitkan dengan program yang sedang dilaksanakan pemerintah.

B. Kerangka Pikir

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu program pendidikan di lingkungan persekolahan dihadapkan pada tantangan untuk mempersiapkan manusia Indonesia seutuhnya yang mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern. Pendidikan Kewarganegaraan disatu pihak, memiliki keunggulan dalam hal yang berkaitan dengan pembinaan sumber daya manusia di bidang nilai-nilai, moral dan norma serta pengetahuan, kemampuan, dan kecakapan dasar murid yang berpijak pada elemen-elemen penting kehidupan

(35)

nyata serta pada kehidupan sosial kemasyarakatan individu pada umumnya. Untuk menunjang tercapainya tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tersebut harus ditunjang dan didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Hal tersebut disebabkan karena metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat.Dalam pembelajaran metode yang digunakan masihmenggunakan metode ceramah yang didominasi oleh guru sehingga murid cenderung pasifdan tidak mau belajar untuk menyumbangkan ide atau gagasan mengenai pembelajaran, serta kurangnya keikutsertaan murid dalam membuat kesimpulan. Oleh karena itu, diperlukan usaha perbaikan yang dapat meningkatkan hasil belajar murid saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam proses belajar mengajar yang merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, maka interaksi dalam proses belajar mengajar tidak sekedar hubungan antar guru dengan murid, tetapi berupa interaksi edukatif yang mengacu padamodel pembelajaran yang diterapkan.

pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) sebagai salah satu model pembelajaran yang baik untuk diterapkan khususnya pada bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) karena dapat meningkatkan nilai dan rasa percaya diri. Yang terpenting dalam penerapan pembelajaran Value Clarification Technique(VCT) ini adalah murid tidak merasa bahwa belajar itu adalah suatu

beban, akan tetapi merasa bahwa belajar itu adalah suatu hal yang menyenangkan.

Sehingga diharapkan dengan pembelajaran Value Clarification Technique(VCT) ini dapat meningkatkan hasil belajar murid dalam pembelajaran Pendidikan

(36)

Kewarganegaraan di kelas IV A SD Negeri Samata. Berikut bagan kerangka pikir dalam penelitian ini:

Gambar 2.1: Bagan kerangka pikir penelitian Guru

Pembelajaran PKn

PembelajaranValue Clarification Technique (VCT)

Pelaksanaan Siklus

Tujuan Kondisi Pembelajaran

Murid

Hasil

(37)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan hasil belajar murid dari 63 menjadi minimal 70 pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kelas IV A SD Negeri Samata.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengkaji peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui penerapan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada murid kelas IV A SDN Samata Kabupaten Gowa. Arikunto (dalam Suyadi, 2012:49) menjelaskan secara umum bahwa terdapat 4 langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Kunandar (2012:41) menyatakan bahwa: “Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplemantasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah- masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

“Menurut Hamzah, dkk (2012: 40) kita akan menemukan sejumlah ide pokok sebagai berikut: 1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri; 2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti guru, murid, atau kepala sekolah;

3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termaksud

(39)

situasi pendidikan; 4. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan”.

Dari keempat ide pokok diatas dapat kita simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.

Dengan pengertian ini, kita dapat mengkaji pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berikut ini dikemukakan pengertian penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari pengertian di atas.

Penelitian tindakan kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar murid meningkat.

“Menurut Hamzah, dkk (2012: 43) PTK mempuyai karakter sebagai berikut:1) Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan murid dalam melakukan interaksi belajar mengajar;2) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus selama penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanan berupa pola: perencanaan – pelaksanaan – observasi – refleksi - revisi (perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciri ini merupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai di dapat hasil yang baik”.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah di SDN Samata Kabupaten Gowa. Dengan alasan telah mengenal lokasi sekolah tersebut dengan baik.

(40)

2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas IV A SDN Samata Kabupaten Gowa. Dengan jumlah murid 38 orang, terdiri dari laki-laki 18 orang dan perempuan 20 orang.

C. Faktor yang Diteliti

1. Faktor Proses: Dengan melihat hal-hal yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaranValue Clarification Technique (VCT) Termasuk kehadiran murid, sikap, keaktifan murid, bekerja sama dengan temannya, dan kedisiplinan dalam menyelesaikan tugas yang dapat dilihat melalui pedoman observasi murid.

2. Faktor Hasil: Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang dapat dilihat melalui tes pada setiap akhir siklus.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Hamzah(2012:88) menyatakan untuk lebih jelasnya dapat dilihat model siklus penelitian tindakan kelas berikut:

(41)

Adapun langkah-langkah PTK dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Siklus 1

Dalam siklus I, dimana pelaksanaanya meliputi:

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat perangkat pembelajaran RPP untuk setiap pertemuan.

2) Membuat pedoman observasi untuk merekam proses pembelajaran di kelas.

Perencanaan Tindakan

T i n d SIKLUS 1 a

Observasi/Pengamatan

Rencana tindakan ulang

SIKLUS II

Observasi dan Evaluasi

Pelaksanaan Tindakan Refleksi

Pelaksanaan Tindakan Refleksi

Hasil Belajar PKn Meningkat Gambar : 3.2 Model siklus PTK (Hamzah, 2012:88)

(42)

3) Mempersiapkan soal-soal essay dalam bentuk LKS yang dijadikan tugas untuk diselesaikan secara kelompok dan individu.

4) Merancang dan menyiapkan alat penilaian (evaluasi) untuk melihat kemampuan murid dalam menyelesaikan soal-soal berdasarkan materi yang diberikan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Mempersiapkan kondisi murid untuk menerima pelajaran.

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yang digunakan.

3) Menjelaskam materi pelajaran melalui pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).

4) Memberikan kesempatan kepada murid untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik.

5) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi integral pada dirinya.

6) Mau mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya, yaitu nilai yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

7) Memotivasi murid dengan memberikan penguatan verbal maupun non verbal.

8) Selama proses belajar mengajar guru mengawasi, mengarahkan serta memberi bimbingan kepada murid yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.

9) Mencatat semua kejadian yang dianggap penting selama proses belajar mengajar berlangsung dalam lembar observasi.

(43)

c. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.Pelaksanaan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, yaitu guru mencatat semua kejadian yang dianggap penting baik terhadap kegiatan murid. Pada akhir siklus dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar murid.

d. Tahap Refleksi

Merefleksikan setiap hasil yang diperoleh melalui hasil observasi dengan menilai dan mempelajari hasil perkembangan murid pada siklus I dan kedua hasil inilah yang selanjutnya dijadikan untuk merancang perbaikan dan penyempurnaan pada siklus berikutnya (siklus II) sehingga hasil yang dicapai lebih baik dari siklus sebelumnya siklus I.

2. Siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah mengulangi kembali tahap- tahap yang dilakukan pada siklus I. Disamping itu, dilakukan sejumlah rencana baru untuk memperbaiki atau merancang tindakan barusesuai dengan pengalaman dari hasil refleksi yang diperoleh pada siklus I.

E. Teknik Instrumen Penelitian

Adapun Teknik Instrumen Penelitian

a. Tes: berupa butir-butir soal untuk memperoleh data tentang hasil belajar murid

(44)

b. Observasi: berupa format penelitian untuk merekam kehadiran dan keaktifan murid dalam proses pembelajaran.

c. Dokumentasi: untuk mengetahui nama murid, guru, dan arsip-arsip lain yang berhubungan dengan penelitian seperti sarana dan prasarana SDN Samata.

d. Wawancara: berupa tanya jawab yang dilakukan kepada murid untuk mengetahui pendapat murid tentang penerapan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yaitu:

1. Data tentang hasil belajar diambil dengan memberikan tes hasil belajar kepada murid pada setiap akhir siklus.

2. Data mengenai aktifitas murid diperoleh dengan mengisi lembar observasi pada saat pemberian tindakan.

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Untuk teknik analisis kuantitatif digunakan statistik deskriptif, yaitu peningkatan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada murid kelas IV A SDN Samata. Kemudian untuk teknik analisis kualitatif digunakan teknik kategorisasi. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori skor penguasaan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah

(45)

teknik kategorisasi Standar berdasarkan Tetapan Departemen Pendidikan Nasional (2002) yaitu:

Tabel 3.2 Kategorisasi Hasil Belajar

NILAI KUANTITATIF KATEGORI

0 - 34 35 - 54 55 - 64 65 - 84 85 - 100

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sumber: Departemen Pendidikan Nasional

H. Indikator Keberhasilan Pembelajaran

Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan hasil penelitian ini, maka penulis menetapkan indikator keberhasilan hasil penelitian, sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini diterapkan ketuntasan belajar secara individual, dengan kriteria ketuntasan minimal 70.

2. Secara klasikal dinyatakan tuntas apabila nilai murid yang sudah tuntas mencapai 85% dari jumlah keseluruhan murid atau 32 orang dari 38 murid.

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Sekolah Dasar Negeri Samata adalah salah satu di antara sekolah tingkat dasar yang ada di Gowa. Letaknya di jalan Abd Kadir Dg. Suro. Sekolah Dasar Negeri Samata Kabupaten Gowa memiliki 2 bangunan yang tidak saling berjauhan satu dengan yang lainnya. Bangunan pertama yang terletak jalan Abd Kadir Dg. Suro yang memiliki 5 ruangan untuk kelas tingkat tinggi sedangkan bangunan kedua yang masuk di jalan veteran bakung yang memiliki 3 ruangan untuk kelas tingkat rendah yang terdiri dari 12 rombel (rombongan belajar). Setiap kelas memiliki satu guru kelas. Sarana dan prasarana di sekolah tersebut masih minim dan terbatas. Hal inilah yang menyebabkan guru dalam mengajarkan materi masih kurang menggunakan media pembelajaran atau alat peraga. Selain keterbatasan media pembelajaran, pemahaman guru mengenai berbagai jenis metode dan model pembelajaran juga masih kurang. Hal ini tentu saja menimbulkan kejenuhan belajar bagi para murid dan akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar murid nantinya. Hasil belajar murid khususnya pada mata pelajaran PKn masuk dalam kategori rendah karena berada di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70.

B. Deskripsi Siklus I

Data setiap siklus dipaparkan secara terpisah, untuk melihat adanya persamaan, perbedaan, dan perkembangan setiap siklus. Setiap siklus memiliki tahap-tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.

(47)

a) Perencanaan

Siklus pertama dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan yang terdiri dari 4 kali pertemuan pembahasan materi dan 1 kali pertemuan pemberian tes dengan pokok bahasan pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan. Pada tahap perencanaan tindakan kelas ini yang pertama dilakukan menyusun RPP, menyusun lembar kegiatan murid, dan tes akhir, serta menyusun lembar obsevasi berupa lembar pengamatan aktivitas murid selama proses pembelajaran, dan menyusun lembar penilaian hasil pekerjaan murid secara tertulis ketika menjawab pertanyaan.

b) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT). Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 4

Agustus 2014, pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2014, pertemuan III dilaksanakan 11 Agustus 2014 dan pertemuan IV dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2014.

1) Pertemuan I

Pada pertemuan I peneliti menerapkan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT). Adapun indikator yang harus dicapai adalah mengetahui

pengertian sistem pemerintahan desa dan memahami berbagai lembaga dalam pemerintah desa. Pada pertemuan ini, meliputi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir berupa refleksi dan evaluasi

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal dilakukan dengan memberi salam kepada para murid, dilanjutkan dengan absensi, menanyakan kabar murid, menanyakan pelajaran

(48)

sebelumnya. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menerangkan pembelajaran yang akan digunakan.

b) Kegiatan inti

Pada pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ini guru bertindak sebagai fasilitator. Ketika guru membagi kelompok menjadi 5 kelompok dalam 1 kelompok masing-masing terdiri dari 7 dan 8 orang murid.

Pada tahap ini guru menjelaskan aturan pelaksanaan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yang akan digunakan. Setelah itu guru

menjelaskan materi secara singkat sambil memperlihatkan media gambar.

Setelah itu guru membagikan LKS berupa sebuah kasus yang harus dianalisis setiap kelompok dan dalam satu kelompok berhak menentukan alternatif pemecahan secara bebas yang sudah disediakan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya.Setelah semua kelompok telah selesai menganalisis kasus. Guru menunjuk masing-masing dari perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas.Setelah semua kelompok telah membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Guru menegaskan nilai dan konsep yang sudah menjadi pilihannya terkait materi yang diberikan.

c) Kegiatan Akhir

Sebagai penutup, guru mengadakan evaluasi dengan menanyakan kembali kepada murid mengenai materi yang telah dipelajari. Dan memberikan kesempatan kepada murid untuk menyimpulkan materi yang dipelajarinya tadi. Kemudian murid mengumpulkan hasil kerja kelompoknya untuk dinilai.

Penilaian dilakukan pada waktu belajar kelompok, dengan melihat keaktifan

(49)

murid dalam mengungkapkan ide untuk menganalisis kasus yang diberikan, tanya jawab, dan kekompakan dalam kerja kelompok.

2) Pertemuan II

Pada pertemuan kedua ini dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2014.

pertemuan ini kelanjutan dari pertemuan I dan dilaksanakan sebagaimana dilakukan pada pertemuan sebelumnya. kegiatan pembelajaran ini harus meliputi tiga tahap, yaitu:

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan ini agar suasana kelas menjadi lebih semangat dan hidup guru meminta semua murid untuk menyanyikan lagu Garuda Pancasila.

Setelah itu guru memberikan salam, berdo’a, menanyakan kabar hari ini, dan mengulas sedikit tentang pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan I b) Kegiatan inti

Ketika guru membagi kelompok menjadi 5 kelompok dalam 1 kelompok masing-masing terdiri dari 7 dan 8 orang murid. Pada tahap ini guru menjelaskan aturan pelaksanaan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yang akan digunakan. Setelah itu guru menjelaskan materi secara singkat sambil memperlihatkan media gambar. Setelah itu guru membagikan LKS berupa sebuah kasus yang harus dianalisis setiap kelompok dan dalam satu kelompok berhak menentukan alternatif pemecahan secara bebas yang sudah disediakan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya.Setelah semua kelompok telah selesai menganalisis kasus. Guru menunjuk masing-masing dari perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas.Setelah semua kelompok telah membacakan hasil diskusinya di depan

(50)

kelas. Guru menegaskan nilai dan konsep yang sudah menjadi pilihannya terkait materi yang diberikan.

c) Kegiatan Akhir

Sebagai penutup guru memberikan kesempatan kepada murid untuk menyimpulkan materi yang dipelajarinya tadi. Kemudian murid mengumpulkan hasil kerja kelompoknya untuk dinilai. Penilaian dilakukan pada waktu belajar kelompok, dengan melihat keaktifan murid dalam mengungkapkan ide untuk menganalisis kasus yang diberikan, tanya jawab, dan kekompakan dalam kerja kelompok.

3) Pertemuan III

Pada pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2014. Pertemuan ini kelanjutan dari pertemuan II dan dilaksanakan sebagaimana dilakukan pada pertemuan sebelumnya. kegiatan pembelajaran ini harus meliputi tiga tahap, yaitu:

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan ini sebagaimana yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya, yaitu memberikan salam, berdo’a, menanyakan kabar hari ini, dan mengulas sedikit tentang pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan II.

b) Kegiatan inti

Pada pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran ini dimulai Ketika guru membagi kelompok menjadi 5 kelompok dalam 1 kelompok masing-masing terdiri dari 7 dan 8 orang murid. Pada tahap ini guru menjelaskan aturan pelaksanaan

(51)

pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yang akan digunakan.

Setelah itu guru menjelaskan materi secara singkat sambil memperlihatkan media gambar. Setelah itu guru membagikan LKS berupa sebuah kasus yang harus dianalisis setiap kelompok dan dalam satu kelompok berhak menentukan alternatif pemecahan secara bebas yang sudah disediakan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya.Setelah semua kelompok telah selesai menganalisis kasus. Guru menunjuk masing-masing dari perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas.Setelah semua kelompok telah membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Guru menegaskan nilai dan konsep yang sudah menjadi pilihannya terkait materi yang diberikan.

c) Kegiatan Akhir

Sebagai penutup guru mengadakan evaluasi dengan menanyakan kembali kepada murid mengenai materi yang telah dipelajari. Dan memberikan kesempatan kepada murid untuk menyimpulkan materi yang dipelajarinya tadi. Kemudian murid mengumpulkan hasil kerja kelompoknya untuk dinilai. Penilaian dilakukan pada waktu belajar kelompok, dengan melihat keaktifan murid dalam mengungkapkan ide untuk menganalisis kasus yang diberikan, tanya jawab, dan kekompakan dalam kerja kelompok.

4) Pertemuan IV

Pada pertemuan keempat ini dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2014. Pertemuan ini kelanjutan dari pertemuan III dan dilaksanakan sebagaimana dilakukan pada pertemuan sebelumnya. kegiatan pembelajaran ini harus meliputi tiga tahap, yaitu:

(52)

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan ini sebagaimana yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya, yaitu memberikan salam, berdo’a, menanyakan kabar hari ini, dan mengulas sedikit tentang pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan III.

b) Kegiatan inti

Pada pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran ini dimulai Ketika guru membagi kelompok menjadi 5 kelompok dalam 1 kelompok masing-masing terdiri dari 7 dan 8 orang murid. Pada tahap ini guru menjelaskan aturan pelaksanaan pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) yang akan digunakan.

Setelah itu guru menjelaskan materi secara singkat sambil memperlihatkan media gambar. Setelah itu guru membagikan LKS berupa sebuah kasus yang harus dianalisis setiap kelompok dan dalam satu kelompok berhak menentukan alternatif pemecahan secara bebas yang sudah disediakan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya.Setelah semua kelompok telah selesai menganalisis kasus. Guru menunjuk masing-masing dari perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas.Setelah semua kelompok telah membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Guru menegaskan nilai dan konsep yang sudah menjadi pilihannya terkait materi yang diberikan.

c) Kegiatan Akhir

Sebagai penutup guru mengadakan evaluasi dengan menanyakan kembali kepada murid mengenai materi yang telah dipelajari. Dan

Referensi

Dokumen terkait

Tugas kita sebagai orang tua dan pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap untuk mempelajari sesuatu (2010: 21–22). Dalam

[r]

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah yang wajib tempuh bagi mahasiswa yang mengambil program kependidikan. Sebelum melaksanakan praktik mengajar

Pada titrasi ini terjadi reaksi netralisasi antara larutan natrium hidroksida berlebih dengan larutan asam klorida dan menghasilkan garam natrium klorida dan air, dimana kelebihan

Pada aktivitas kerja proyek, siswa diminta berkolaborasi menghasilkan karya seni non konvensional, dengan memanfaatkan unsur rupa, gerak, bunyi, lakon, atau unsur lain dalam

Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk pinjaman. Ada perbedaan pendapat yang besar dikalangan ahli ekonomi, baik dari kalangan Islam

jalan raya dan tapak yang berada pada iklim tropis, dimana sifat iklim tropis adalah suhu udara yang tinggi, kelembaban tinggi, dan rentan terhadap gangguan serangga, perlu

Tetapi apabila beban yang diberikan besar, dengan menganggap struktur mulai tidak stabil, maka tulangan baja akan menahan gaya tarik sedangkan beton akan menahan