PENENTUAN KADAR ASPIRIN DALAM OBAT GENERIK ASPIRIN hidroksida berlebih membentuk natrium aspirin, dimana kelebihan larutan natrium hidroksida dititrasi oleh larutan asam klorida.
III. REAKSI
III.1 Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida dengan Larutan Asam Oksalat NaOH(aq) + H2C2O4(aq) Na2C2O4(aq) + H2O(l)
(Natrium hidroksida) (Asam oksalat) (Natrium oksalat) (Air) III.2 Standarisasi Larutan Asam Klorida dengan Larutan Natrium Hidroksida
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
(Asam klorida) (Natrium hidroksida) (Natrium klorida) (Air)
3.3 Reaksi antara Aspirin dengan Larutan Natrium Hidroksida
3.4 Reaksi antara Larutan Natrium Hidroksida Berlebih dengan Larutan Asam Klorida
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
IV. TEORI
IV.1 Teori Umum
Bahan obat adalah zat aktif yang berfungsi untuk mencegah, meringankan, menyembuhkan atau mengenali penyakit. Obat adalah bentuk-bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang digunakan pada hewan dan manusia. Ilmu tentang interaksi antara senyawa kimia dan sistem biologi merupakan penafsiran secara sempit dari farmalogi.
Untuk mempermudah pengawasan penggunaan dan pemantauan obat digolongkan sebagai berikut:
1. Penggolongan obat berdasarkan kemasan a. Obat bebas (simbol hijau)
Obat yang relatif aman dapat diperoleh tanpa resep dokter selain diapotek dapat pula ditemukan di warung-warung.
b. Obat bebas terbatas (simbol biru)
Obat ini relatif aman selama pemakainnya mengikuti aturan pakai yang ada.
2. Penggolongan obat berdasarkan cara atau jalur pemakainnya a. Obat luar
Obat yang pemakainnya tidak melalui saluran pencernaan. b. Obat dalam
Obat yang penggunaannya melalui mulut masuk pada saluran pernapasan. 3. Penggolongan obat berdasarkan sumber atau asalnya
a. Tanaman (obat yang bersumber dari akar, batang, dan biji) b. Hewan (obat berupa hormone atau enzim)
d. Sintesis (kebanyakan obat yang digunakan bersumber dari semisintesis)
(Priyanto, 2008).
Obat diberikan secar oral (obat dalam) atau melalui rute bukan oral (parental). Penyerapan obat adalah suatu peristiwa pertama yang mempengaruhi aktivitas. Obat parental biasanya berupa larutan dan dapat diserap dengan cepat. Sebaliknya obat oral biasanya dalam bentuk padat membawa sejumlah perubahan yang menentukan pelarutan, penyerapan, ketersediaan hayati dan kecepatan obat mencapai sasarannya. Pelarutan dan pembagian dalam biofase merupakan
4. Bentuk , laju spesifik dan kepadatan kristal atau butiran obat 5. Formulasi obat
(Nogrady , 1992).
Suatu penyelidikan sifat fisik dari molekul obat adalah suatu saat formulasi suatu produk dan sering membuat kita menjadi lebih mengerti akan suatu hubungan timbal balik antara struktur molekul dan kegiatan obat. Sifat-sifat ini boleh dianggap sebagai salah satu sifat aditif (diturunkan dari gugus fungsi di dalam molekul) atau sifat konsitutif (bergantung pada susunan struktur atom di dalam molekul). Massa merupakan sifat aditif sedangkan rotasi oprik dianggap sebgai suatu sifat konsitutif.
4.2 Teori Khusus
Aspirin atau Asam asetil salisilat yang ditemukan oleh seorang ilmuan berkebangsaan Jerman yaitu Felix Hoffmann yang berusaha menemukan cara alternatif dalam mengobati arthritis tanpa menggunakan natrium salisilat, natrium salisilat yang digunakan untuk mengobati arthritis sering menyerang lapisan lambung dan menyebabkan pasien sakit yang cukup akibat iritasi. Karena keasaman membuat salisilat keras pada perut, ia mulai mencari formasi asam yang menyebabkan dia untuk mensintesis asam asetilsalisilat, suatu senyawa yang berbagi sifat terapeutik salisilat lain tetapi tidak memiliki keasaman yang kuat yang menyebabkan iritasi lambung. Pada tanggal 10 Agustus 1897, Hoffmann berhasil mensintesis asam asetilsalisilat (ASA) untuk pertama kalinya dalam bentuk stabil yang dapat digunakan untuk aplikasi medis. Dengan acetylating asam salisilat dengan asam asetat, ia berhasil menciptakan asam asetilsalisilat (ASA) dalam bentuk kimia murni dan stabil.
Pada pembuatan aspirin reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester merupakan turunan asam karboksilat yang gugus –OH dari karboksilnya diganti dengan gugus –OR dari alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan alkohol atau dari anhidrida asam dengan alkohol. Suatu ester asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R terbentuk alkil maupun aril. Alkohol dengan asam karboksilat dan turunannya asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi esterifikasi. Aspirin juga dapat dibuat dari asam salisilat yang direaksikan dengan asetil klorida atau asam asetat anhidrid. Aspirin tergolong ke dalam asam penoleat yang biasanya digunakan secara luas dalam bentuk murni atau campuran (Fessenden & Fessenden,1986).
Aspirin atau Acidium Acetylo salicylium (asam 2-asetilbenzoat) memiliki rumus kimia yaitu C6H8O4, yang dapat dibuat dari asam salisilat yang di
asetilisasikan dengan asetil klorida atau anhidrin asam asetat dengan menggunakan katalalis H2SO4. Sintesis aspirin termasuk reaksi esterifikasi yakni
Sifat-sifat aspirin dapat dilihat dari beberapa sisi, dilihat dari sifat
d. Aspirin merupakan senyawa padat berbentuk kristal an berwarna putih
e. Berat molekul aspirin 180,2 gram/ mol
f. Berat jenis aspirin 1,4 gram/ml
(Rainford, 2004). Aspirin diabsorpsi dengan baik secara oral pH asam dalam lambung menjaga fraksi besar aspirin tidak terionisasi sehingga menunjang absorpsi dalam lambung, karena aspirin merupakan asam lemah (pKa = 3,5), meskipun banyak aspirin diabsorpsi melalui area permukaan yang luas (dari usus kecil bagian atas). Dahulu aspirin banyak digunakan pada terapi dari penyakit inflamasi sendi. Namun lebih dari 50% pasien tidak dapat mentoleransi efek sampingnya (mual, muntah, nyeri epigastrium, tintus) akibat dosis tinggi aspirin larut yang diperlukan untuk mencapai efek antiinflamasi. Untuk alasan tersebut, OAINS yang lebih baru secara umum cenderung dipilih untuk mengobati gejala-gejala penyakit inflamasi sendi (Neal, 2005).
- Larutan etanol 96% (C2H5OH)
- Padatan asam oksalat (H2C2O4)
VI. PROSEDUR
6.1 Preparasi Sampel Obat Generik Aspirin
Tablet generik aspirin digerus dengan menggunakan mortir dan stamper hingga halus.
6.2 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,5000 N dalam 100 mL
Padatan asam oksalat ditimbang sebanyak 3,1517 g dengan menggunakan neraca analitis pada kaca arloji. Setelah itu, padatan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dengan bantuan corong gelas, lalu ditambahkan akuades hingga setengah bagian dan dikocok hingga larut. Kemudian ditambahkan kembali akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas dan dihomogenkan.
6.3 Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida 0,5000 N dalam 500 mL
Padatan natrium hidroksida ditimbang sebanyak 10,00 g dengan menggunakan neraca teknis pada kaca arloji. Setelah itu, padatan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi sedikit akuades bebas karbon dioksida, lalu diaduk hingga larut. Kemudian ditambahkan kembali akuades bebas karbon dioksida ke dalam gelas kimia hingga volume larutan 500 mL, dihomogenkan dan ditutup dengan plastik wrap.
6.4 Pengenceran Larutan Asam Klorida 37% menjadi 0,5000 N dalam 500 mL
6.5 Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida oleh Larutan Asam Oksalat 0,5000 N
Larutan asam oksalat 0,5000 N dipipet sebanyak 25 mL dengan menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam labu erlenmeyer. Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
6.6 Standarisasi Larutan Asam Klorida oleh Larutan Natrium Hidroksida 0,5000 N
Larutan asam klorida 0,5000 N dipipet sebanyak 25 mL dengan menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam labu erlenmeyer. Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
6.7 Titrasi Blanko
6.8 Penetapan Kadar Aspirin oleh Larutan Asam Klorida
VII. DATA PENGAMATAN
7.1 Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida oleh Larutan Asam Oksalat 0,5000 N
NaOH H2C2O4
V (mL) N (N) V (mL) N (N)
31,00 0,4032 25,00 0,5000
31,00 0,4032 25,00 0,5000
31,00 0,4032 25,00 0,5000
31,00 0,4032 25,00 0,5000
7.2 Standarisasi Larutan Asam Klorida oleh Larutan Natrium Hidroksida 0,5000 N
HCl NaOH
V (mL) N (N) V (mL) N (N)
25,00 0,4919 30,50 0,4032
25,00 0,4919 30,50 0,4032
25,00 0,4919 30,50 0,4032
7.3 Titrasi Blanko
Blanko HCl
V (mL) N (N) V (mL) N (N)
10,00 1,9056 38,74 0,4919
10,00 1,9036 38,70 0,4919
10,00 1,9046 38,72 0,4919
10,00 1,9046 38,72 0,4919
7.4 Penentuan Kadar Aspirin oleh Larutan Asam Klorida
Aspirin HCl
V (mL) N (N) V (mL) N (N)
10,00 1,4383 29,24 0,4919
10,00 1,4393 29,26 0,4919
10,00 1,4393 29,26 0,4919
VIII. PERHITUNGAN
8.1 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,5000 N dalam 100 mL
0,5000 N = 126,06massag/molx1001000mL x2
massa = 3,1517 g
8.2 Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida 0,5000 N dalam 500 mL
0,5000 N = 40,00massag/mol x5001000mL x1
massa =10,00 g
8.3 Pengenceran Larutan Asam Klorida 37% menjadi 0,5000 N dalam 500 mL
N =
1,1936,5g/mL.37 %g/mol .10x 1
N = 12,0630 N
N =
massaMr x1000V xeqN =
massaMr x1000V xeqV1 . 12,0630 N = 500 mL . 0,5000 N
V1 = 20,72 mL
8.4 Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida oleh Larutan Asam Oksalat
0,5000 N
1. 25,00 mL . 0,5000 N = 31,00 mL . N2
V1 = 0,4032 N
2. 25,00 mL . 0,5000 N = 31,00 mL . N2
V1 = 0,4032 N
3. 25,00 mL . 0,5000 N = 31,00 mL . N2
V1 = 0,4032 N
= 0,4032+0,40323 +0,4032
=0,4032 N
8.5 Standarisasi Larutan Asam Klorida oleh Larutan Natrium Hidroksida
1. 25,00 mL . 0,4032 N = 30,50 mL . N2
V1 = 0,4919 N
V
1.
N
1=
V
2.
N
2=
N1+N2+N33
V
1.
N
1=
V
2 ..
N
22. 25,00 mL . 0,4032 N = 30,50 mL . N2
V1 = 0,4919 N
3. 25,00 mL . 0,4032 N = 30,50 mL . N2
V1 = 0,4919 N
= 0,4 919+0,4 9193 +0, 4919
= 0,4 919N
8.6 Penentuan Kadar Aspirin oleh Larutan Asam Klorida
%Aspirin=(V Blanko−V Aspirinmg Sampel)× N HCl × Mr Aspirin×100 %
1. %Aspirin=(38,72mL –29,241000,0)×0,4919mg N ×180g/mol×100 %
%Aspirin=83,94 %
2. %Aspirin=(38,72mL –29,2 61000,0)×0,4919mg N ×180g/mol×100 %
%Aspirin=83,76 %
3. %Aspirin=(38,72mL –29,2 61000,0)×0,4919mg N ×180g/mol×100 %
%Aspirin=83,76 %
=
N1+N2+N3%Aspirin rata−rata=%Aspirin1+%Aspirin3 2+%Aspirin3
%Aspirin rata−rata=83,94 %+83,76 %3 +83,76 %
%Aspirin rata−rata=83,82%
8.7 Penentuan KSR
KSR=%%literaturpercobaan−%literatur ×100 %
KSR=83,82 %83,12 %−83,12 %×100 %
IX. PEMBAHASAN
Aspirin atau asam aseto salisilat merupakan obat analgesik atau pereda rasa sakit tanpa menyebabkan ketidaksadaran penggunanya. Aspirin bersifat asam sehingga untuk menentukan kadarnya dapat dilakukan dengan titrasi asam basa. Titrasi asam basa ini berdasarkan pada reaksi netralisasi antara aspirin dengan larutan baku yang bersifat basa, yaitu natrium hidroksida.
Prosedur pertama pada percobaan ini yaitu preparasi sampel. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah obat generik aspirin karena obat ini berwarna putih sehingga dapat memudahkan pada pengamatan titik akhir titrasi. Sejumlah tablet aspirin digerus hingga halus untuk memperbesar luas permukaan obat agar lebih mudah berkontak dengan pelarut. Selain itu penggerusan juga berfungsi untuk memperkecil ukuran partikel sehingga mudah untuk dilarutkan.
Prosedur selanjutnya adalah pembuatan larutan baku sekunder natrium hidroksida. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya belum diketahui dengan pasti. Adapun syarat dari larutan baku sekunder adalah memiliki massa molekul relatif rendah, tidak stabil, dan sulit didapatkan dalam keadaan murni. Pertama, padatan natrium hidroksida ditimbang dengan menggunakan neraca teknis karena pada pembuatan larutan baku sekunder tidak memerlukan ketelitian yang tinggi. Penimbangan dilakukan dengan alas kaca arloji karena padatan natrium hidroksida bersifat higroskopis atau mudah menyerap uap air dari udara sehingga apabila digunakan kertas timbang dikhawatirkan kertas timbang sobek dan menyulitkan saat penimbangan. Sesteleh itu, padtaan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi sedikit akuades bebas karbon dioksida. Padatan natrium hidroksida dilarutkan menggunakan akuades bebas karbon dioksida agar natrium hidroksida tidak bereaksi dengan karbon dioksida yang biasa terdapat di dalam air yang dapat menyebabkan terbentuknya natrium karbonat yang berupa endapan berwarna putih. Akuades bebas karbon dioksida ini dibuat dengan memanaskan akuades hingga mendidih sehingga gas karbon dioksida yang tedapat dalam akuades menguap. Kemudian akuades yang telah dididihkan tersebut ditutup dengan plastik wrap agar gas karbon dioksida tidak masuk kembali ke dalam akuades, lalu akuades tersebut didinginkan pada air mengalir. Akuades harus berada dalam suhu ruangan karena ketika padatan natrium hidroksida dilarutkan dalam akuades akan menghasilkan reaksi eksoterm atau reaksi pelepasan panas dari sistem ke lingkungan. Apabila akuades yang digunakan dalam keadaan panas dikhawatirkan terjadi superheating atau panas yang berlebih sehingga gelas kimia yang digunakan pecah. Kemudian ditambahkan kembali akuades bebas karbon dioksida ke dalam gelas kimia tersebut hingga volume tertentu, dihomogenkan, dan ditutup dengan plastik wrap.
sedikit akuades agar tidak terjadi superheating akibat reaksi eksoterm antara larutan asam klorida dengan akuades. Proses pengenceran larutan asam klorida ini dilakukan di dalam lemari asam karena di dalam lemari asam terdapat blower
yang dapat menghisap uap asam dan gas berbahaya yang berasal dari larutan asam klorida pekat, lalu mengalirkannya menuju ventiler yang berfungsi untuk menyaring udara tersebut sehingga ketika dialirkan ke lingkungan konsentrasi uap asam dan gas berbahaya tersebut menurun dan dapat dinetralkan oleh udara. Selanjutnya ditambahkan kembali akuades ke dalam gelas kimia tersebut hingga volume tertentu dan diaduk hingga homogen.
Prosedur selanjutnya adalah standarisai larutan baku tersier asam klorida oleh larutan baku sekunder natrium hidroksida. Pertama, sejumlah larutan asam klorida dipipet dengan menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian ditambahkan indikator fenolftalein dan dititrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Pada titrasi ini terjadi reaksi netralisasi antara asam klorida dengan natrium hidroksida sehingga terbentuk garam natrium klorida dan air. Kelebihan setetes larutan natrium hidroksida akan menyebabkan perubahan warna indikator menjadi merah muda karena larutan menjadi bersifat sedikit basa.
tidak berwarna yang menandakan larutan bersifat asam. Pada prosedur ini etanol yang bersifat sedikit asam direaksikan dengan larutan natrium hidroksida berlebih sehingga jumlah etanol dapat diketahui dengan cara mentitrasi natrium hidroksida yang tidak bereaksi dengan etanol menggunakan larutan asam klorida.
garam natrium aspirin. Larutan natrium hidroksida yang ditambahkan harus berlebih untuk memastikan bahwa seluruh senyawa aspirin dan etanol telah benar-benar bereaksi dengan natrium hidroksida. Apabila penambahan larutan natrium hidroksida tidak berlebih dikhawatirkan tidak semua senyawa aspirin maupun etanol bereaksi dengan larutan natrium hidroksida. Selain itu, dikhawatirkan tidak ada sisa natrium hidroksida sehingga konsentrasi aspirin tidak dapat ditentukan. Selanjutnya larutan tersbut dikocok hingga homogen dan dengan segera ditutup menggunakan plastik wrap agar etanol tidak menguap bersama aspirin yang telah terlarut. Kemudian larutan tersebut didiamkan selama satu jam agar kontak antara aspirin dengan etanol dan larutan natrium hidroksida dapat berlangsung dengan optimal. Apabila waktu kontak kurang dari satu jam dikhawatirkan reaksi antara aspirin dengan etanol dan natrium hidroksida tidak berlangsung optimal. Sedangkan apabila waktu kontak lebih dari satu jam waktu yang diperlukan tidak efektif dan dikhwatirkan etanol menguap serta sampel terurai. Seteah itu ditambahkan indikator fenolftalein ke dalam labu erlenmeyer tersebut dan dititrasi dengan larutan asam klorida hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi tidak berwarna. Pada titrasi ini terjadi reaksi netralisasi antara larutan natrium hidroksida berlebih dengan larutan asam klorida sehingga terbentuk garam natrium klorida dan air. Hal ini sesuai dengan prinsip percobaan yaitu berdasarkan reaksi netralisasi antara aspirin dengan larutan natrium hidroksida berlebih membentuk natrium aspirin, dimana kelebihan natrium hidroksida dititrasi oleh larutan asam klorida. Titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya warna indikator dari merah muda yang bersifat basa yaitu berasal dari kelebihan larutan natrium hidroksida menjadi tidak berwarna akibat kelebihan setetes larutan asam klorida.
instrumentasi spektrofotometri ultra violet, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi gas cair.
X. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J & Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik. Diterjemahkan oleh A.H Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Jumhari, A. 1995. Sinsopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di Klinik dan Perawatan. Hipokrates. Jakarta.
Neal, M.J. 2005. Farmakologi Medis. Diterjemahkan oleh Juwalita S. Erlangga. Jakarta
Nogrady, T. 1992. Kimia Medisinal Pendekatan secara Biokimia. Diterjemahkan oleh R. Rasyrd & A. Musadad. ITB. Bandung.
Priyanto. 2008. Farmakogapi dan Rerminologi Medis. Leskons. Depok.
Rainford, D. 2004. Aspirin dan Obat Terkait. Diterjemahkan oleh Andi S. Erlangga, Jakarta.
Robert, E.K. 2007. Tekanan Darah. Mizan Pustaka. Bandung.