BAB III KIMIA LINGKUNGAN LIMBAH
3.11 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di
3.11 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Rumah
3. Penghasil Limbah B3 dari Industri, terdiri atas Penyamakan kulit, Industri lampu, Industri tekstil, Industri farmasi, Industri pangan/susu, Home industi batik;
4. Penghasil Limbah B3 Perhotelan, Pariwisata, dan Usaha Laundry;
5. Penghasil Limbah B3 dari Bandara dan Bengkel kendaraan, seperti sisa oli bekas dan sisa air aki bekas;
6. Penghasil Limbah B3 dari kegiatan pertambangan emas;
7. Penghasil Limbah B3 dari kegiatan usaha percetakan dan fotografi;
8. Penghasil Limbah B3 dari industri kreatif atau Home Made dan Handicraft;
9. Penghasil Limbah B3 dari rumah tangga, antara lain: lampu bekas, baterai bekas, dan sprayer.
Limbah rumah tangga merupakan sumber bahan berbahaya dan beracun (B3). Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan rumah tangga seperti:
1. Bekas cat, tabung bekas pewangi ruangan
2. Sumber dari dapur: pembersih saluran air, soda kaustik, semir, gas elpiji, minyak tanah, asam cuka, kaporit sebagai desinfektan, spiritus.
3. Dari kamar mandi dan cuci: cairan setelah mencukur, obat- obatan, shampoo anti ketombe, pembersih toilet, pembunuh kecoa.
4. Dari kamar tidur: parfum, kosmetik, kamfer, obat-obatan, hairspray, air freshener, pembunuh nyamuk.
5. Dari ruang keluarga: korek api, alkohol, baterai, cairan pembersih.
6. Dari garasi atau taman: pestisida dan insektisida, pupuk, cat dan solvent pengencer, perekat, oli mobil dan motor, aki bekas.
Tabel 3.1. Beberapa sifat berbahaya dan beracun dari rumah tangga
No Nama Bahan Sifat Bahan
1. Bubuk penggosok abrasive: Korosif 2. Pembersih mengandung
alumunium
Korosif
3. Penggelantangan klorin Toksik dan korosif 4. Pembersih saluran air Korosif
5. Pengkilab mebel Mudah terbakar
6. Pembersih kaca Korosif (iritasi)
7. Semir sepatu Mudah terbakar
8. Pengkilap logam (perak) Mudah terbakar 9. Pembersih toilet dan lantai Korosif
10. Pembersih karpet/kain Korosif dan mudah terbakar 11 Shampoo anti ketombe Toksik
12. Penghilang cat kuku Toksik dan mudah terbakar
13. Minyak wangi Mudah terbakar
14. Obat-obatan Toksik
BAB IV
DOKUMEN DAN TRANSPORTASI LIMBAH B3
4.1 Dokumen Limbah B3
Dasar hukum dalam penggunaan Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995, Tentang: Dokumen Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun dan PP No. 19 tahun 1999 pasal 16 ayat:
setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Pengangkutan dapat dilakukan oleh penghasil limbah B3 atau badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan.
Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah B3 untuk diangkut dari lokasi kegiatan penghasil ke tempat penyimpanan di luar lokasi kegiatan, dan atau pengumpulan dan atau pengangkutan dan atau pengolahan limbah B3 dan atau pemanfaatan limbah B3 serta penimbunan hasil pengolahan yang berisi ketentuan sebagai berikut:
1. Nama dan alamat penghasil limbah B3 yang menyerahkan limbah B3
2. Tanggal penyerahan limbah B3
3. Nama dan alamat pengangkut limbah B3 4. Tujuan pengangkutan limbah B3
5. Jenis, jumlah, komposisi dan karakteristik limbah B3 yang diserahkan
Dokumen ini menjadi alat pengawasan untuk mengetahui mata rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3.
Dokumen limbah B3 terdiri dari:
1. Bagian I: Bagian yang harus diisi oleh penghasil/pengumpul
2. Bagian II: Bagian yang harus diisi oleh pengangkut
3. Bagian III: Bagian yang harus diisi oleh pengumpul/pemanfaat/pengolah
Dokumen limbah B3 dibuat 7 (tujuh) rangkap apabila pengangkut dilakukan 1 (satu) kali dan 11 (sebelas) rangkap dengan rincian:
1. Lembar asli (warna putih) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah ditandatangani oleh pengirim limbah B3.
2. Lembar kedua (warna kuning) yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3, oleh pengirim limbah B3 dikirimkan kepada instansi yang beeranggungjawab
3. Lembar ketiga (warna hijau) yang sudah ditandatangani oleh pengangkut disimpan oleh pengirim limbah B3
4. Lembar keempat (warna merah muda) setelah ditandatangani oleh pengirim limbah B3 oleh pengangkut diserahkan kepada penerima limbah B3
5. Lembar kelima(warna biru) dikirimkan oleh penerima kepada instansi yang bertanggungjawab setelah ditandatangani oleh penerima limbah B3
6. Lembar keenam (warna krem) dikirim oleh pengangkut kepada Bupati.Walikota yang bersangkutan dengan pengirim setelah ditandatangani oleh penerima limbah B3
7. Lembar ketujuh (warna ungu) setelah ditandatangani oleh penerima, maka pengangkut mengirimkan kepada pengirim limbah B3
8. Lembar kedelapan s/d kesebelas dikirm pengangkut kepada pengirim limbah B3 setelah ditandatangani pengangkut terdahulu dan diserahkan kepada pengangkut berikutnya.
Gambar 4.1 Alur pembagian dokumen limbah B3
4.2 Bagian-bagian Dokumen Limbah B3
Bagian I : diisi oleh pengirim limbah B3 (penghasil/
pengumpul), meliputi:
1. Nama dan alamat perusahaan penghasil/pengumpul limbah B3
2. Lokasi muat jika berbeda dengan alamat penghasil 3. Nomor penghasil
4. Jenis limbah B3
5. Nama teknis (jika ada) 6. Karakteristik limbah B3 7. Kode limbah B3
8. Kode UN/NA yaitu nomor identifikasi atau nomor kode limbah yang dikeluarkan oleh PBB mempunyai kode UN (United Nation) atau NA (North America) diikuti oleh 4 digit angka, yang secara cepat akan dapat memberikan informasi bila terjadi kecelakaan. Diharapkan Tim yang bertanggungjawab dalam menangani kecelakaan, secara cepat dapat mengidentifikasi sifat bahan berbahaya itu serta cara penanggulangannya.
9. Kelompok kemasan (drum/container) 10. Satuan ukuran
11. Jumlah total kemasan 12. Peti kemas
13. Keterangan lain limbah B3 (tidak tercantum dalam kode limbah B3)
14. Instruksi penanganan khusus 15. Nomor telpon
Bagian II : Diisi oleh pengangkut limbah B3 16. Tujuan pengangkutan
17. Nama
18. Tandatangan 19. Jabatan 20. Tanggal
21. Nama dan alamat pengangkut 22. Nomor telpon dan fax
23. Nomor pendaftaran (kode manifest) 24. Indentitas kendaraan
25. Nama penanggungjawab perusahaan pengangkut 26. Tangan tangan
27. Jabatan
28. Tanggal pengangkutan 29. Tanggal tandatangan
Bagian III : Diisi oleh pengumpulan atau pemanfaat atau pengolah limbah B3
30. Nama dan alamat perusahaan perusahaan pengolah/pengumpul limbah B3
31. Nomor telp 32. Nomor fax
33. Nomor pendaftaran yang diberikan KLH (Nomor SK MenLH)
Jika limbah tidak sesuai dengan ketentuan pengumpul/pengolah/pemanfaat/maka dilakukan pengisian
34. Jenis limbah B3 35. Jumlah
36. Nomor limbah yang diberikan kepada penghasil 37. Alasan penolakan
38. Tandatangan
Tabel 4.1 Contoh limbah B3 dengan kode UN atau NA
No. Nama bahan Kode UN atau NA
1 Asetaldehida 1089
2 Asama asetat, glacial atau larutan asam asetat dengan persen asam lebih dari 80%
b/b
2789
3 Asetat anhidrad 1715
4 Aseton 1090
5 Asetaldehida ammonia 1841
6 Asetal 1088
Dokumen yang harus dilengkapi pemohon:
Dokumen administrasi meliputi:
1. Akte pendirian perusahaan (harus telah mencakup bidang atau sub bidang kegiatan PLB3 sesuai izin yang dimohonkan
(pengumpulan/pemanfaatan/pengolahan/penimbunan Limbah B3)
2. Izin lokasi
3. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 4. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 5. Izin Gangguan (HO)
6. Dokumen Lingkungan Hidup (Amdal atau UKL & UPL) (kegiatan pengelolaan limbah B3 sesuai izin yang dimohonkan harus telah tercakup dalam dokumen lingkungan tersebut).
7. Foto copy Asuransi Pencemaran lingkungan hidup (Bagi pengangkut, dan pemanfaat , pengolah & penimbun limbah B3 sebagai kegiatan utama).
8. Keterangan tentang Lokasi (Nama tempat/letak, luas, titik koordinat)
Dokumen Teknis
o Jenis-jenis limbah yang akan dikelola
o Jumlah limbah B3 (untuk per jenis limbah) yang akan dikelola
o Karakteristik per jenis limbah B3 yang akan dikelola o Desain konstruksi tempat penyimpanan atau
pengumpulan limbah B3
o Flowsheet lengkap proses pengelolaan limbah B3
o Uraian jenis dan spesifikasi teknis pengolahan dan peralatan yang digunakan
o Perlengkapan sistem tanggap darurat
o Tata letak saluran drainase untuk pengumpulan limbah B3 fasa cair
Tabel 4.2 Uraian Persyaratan dokumen teknis yg harus dilengkapi pemohon:
No Jenis Perizinan PLB3 Persyaratan Dokumen Teknis 1 Penyimpanan
Sementara
Uraian tentang cara penanganan limbah B3
Uraian tentang tempat penyimpanan limbah B3 dan bangunan (sesuai Kepdal No: 01/BAPEDAL/09/1995)
Uraian input dan output limbah B3 (Neraca LB3)
Desain konstruksi tempat penyimpanan LB3
Uraian tentang pengelolaan limbah B3 paska penyimpanan sementara 2 Pengumpulan Uraian ttg proses pengumpulan &
perpindahan LB3
Uraian ttg lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan sementara limbah B3 (sesuai Kepdal No: 01/1995)
Uraian input & output limbah B3 (Neraca LB3)
Desain konstruksi tempat pengumpulan LB3
Uraian tentang pengelolaan limbah paska pengumpulan
3 Pengangkutan Spesifikasi alat angkut
Jenis, jumlah dan karakteristik limbah yang diangkut
Uraian tentang asal limbah yang diangkut Rute pengangkutan
No Jenis Perizinan PLB3 Persyaratan Dokumen Teknis Perlengkapan sistem tanggap darurat Surat kepemilikan alat angkut
4 Pemanfaatan Spesifikasi pengelolaan dan peralatan yang digunakan
Jenis, jumlah & karakteristik limbah yang akan dimanfaatkan
Data kimia dan fisika limbah yang akan dimanfaatkan
Uraian input dan output limbah B3 (Neraca LB3)
Asal/sumber limbah yang akan dimanfaatkan
Perlakuan limbah B3 sebelum dimanfaatkan
Komposisi limbah yang akan dimanfaatkan
Uraian Proses kegaiatan pemanfaatan LB3 Hasil pemanfaatan limbah
5 Pengolahan Spesifikasi pengolahan dan peralatan yang digunakan
Jenis, jumlah dan karakteristik limbah yang akan diolah
Uraian tentang asal limbah yang akan diolah
Data fisika dan kimia limbah yang akan diolah
Uraian input dan output limbah B3 (Neraca LB3)
Uraian tentang pengelolaan limbah paska pengolahan
6 Penimbunan Spesifikasi dan konstruksi tempat penimbunan
Jenis, jumlah dan karakteristik limbah yang akan ditimbun
Data komposisi kimia dan fisika limbah Uraian input dan output limbah B3 (Neraca LB3)
No Jenis Perizinan PLB3 Persyaratan Dokumen Teknis Asal/sumber limbah yang akan ditimbun Perlakuan limbah B3 sebelum ditimbun Uraian tentang kondisi geologi, hidrologi tempat penimbunan
Uraian ttg material yg digunakan sebagai alas lapisan kedap
Uraian tentang instalasi pendeteksian kebocoran
Uraian tentang mekanisme penutupan tempat penimbunan
Formulir Permohonan Perizinan Pengelolaan Limbah B3 (Lampiran Permen LH 18/2009)
Lampiran I. Formulir Permohonan Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3
Lampiran II. Formulir Permohonan Izin Pengelolaan Limbah B3
Lampiran III. Persyaratan Minimal Permohonan Izin
Lampiran IV. Formulir Permohonan Uji Coba Pengelolaan Limbah B3
Lampiran V. Formulir Permohonan Perpanjangan Izin Pengelolaan Limbah B3
PENJELASAN LAMPIRAN PERMEN LH No.30/2009 TERKAIT DENGAN PERMOHONAN PERIZINAN PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3
Lampiran I. Formulir Permohonan Izin Penyimpanan dan/atau Pengumpulan Limbah B3
Lampiran II. Persyaratan Administrasi dan Teknis Izin Pengumpulan dan atau penyimpanan Limbah B3
Lampiran III. Acuan Kerja Laporan Verifikasi Perizinan Penyimpanan dan/atau Pengumpulan Limbah B3
Lampiran IV. Neraca Limbah B3
Lampiran V. Formulir Permohonan Perpanjangan Izin Penyimpanan dan/atau Pengumpulan Limbah B3
Lampiran VI. Format Rekomendasi izin Pengumpulan Limbah B3 Skala Nasional
Pelaporan Pengelolaan Limbah B3
Dalam ketentuan pengelolaan limbah B3 terdapat ketentuan untuk menyampaikan pelaporan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan limbah B3 yaitu:
Menyampaikan dokumen limbah B3 (manifest) sesuai dengan format terlampir selambat-lambatnya 30 hari, terhitung sejak limbah dikirim;
Pelaporan rutin triwulan/tiga bulanan sesuai dengan jenis kegiatannya dengan mengacu pada format terlampir
Manifest
Manifest merupakan dokumen yang menunjukkan perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan sampai dimanfaatkan/diolah/ditimbun.
Dokumen limbah B3 bertujuan untuk mengetahui mata rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3, dan legalitas kegiatan pengelolaan limbah B3.
Dokumen limbah B3 terdiri dari 7 (tujuh) rangkap apabila pengangkutan hanya satu kali dan terdiri dari 11 (sebelas) rangkap bila pengangkutan lebih dari satu kali.
Waktu penerimaan kembali dokumen limbah B3 yaitu penghasil limbah B3 akan menerima kembali dokumen limbah B3 dari pengumpul atau pengolah selambat-lambatnya 120 hari sejak limbah B3 diangkut untuk dibawa ke pengumpul atau ke pemanfaat atau pengolah limbah B3.
BAB V
PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
Dasar peraturan penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun adalah Peraturan Pemerintah 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dan perubahannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999. Selain itu secara teknik diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan: Kep- 01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Penyimpanan dilakukan jika belum dapat diolah dengan segera dengan tujuan untuk mencegah terlepasnya ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan.
Ketentuan ini berlaku bagi kegiatan pengemasan/
pewadahan limbah B3 di fasilitas:
a. Penghasil, untuk disimpan sementara di dalam lokasi penghasil;
b. Penghasil, untuk disimpan sementara di luar lokasi penghasil tetapi tidak sebagai pengumpul;
c. Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengeloh;
d. Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau penimbunan.
5.1 Persyaratan Pra Pengemasan
1. Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pasti mengetahui karakteristik bahaya dari setiap limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya. Apabila ada keragu-raguan dengan karakteristik limbah B3 yang dihasilkan/
dikumpulkannya, maka terhadap limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujian karakteristik di laboratorium yang telah mendapat persetujuan Bapedal dengan prosedur dan metode pengujian yang ditetapkan oleh Bapedal.
2. Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secara terus menerus, maka pengujian karakteristik masing- masing limbah B3 dapat dilakukan sekurang-kurangnya satu kali. Apabila dalam perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yang diperkirakan mengakibatkan berubahnya karakteristik limbah B3 yang dihasilkan, maka terhadap masing-masing limbah B3 hasil kegiatan perubahan tersebut harus dilakukan pengujian kembali terhadap karakteristiknya.
3. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jenis dan karakteristik limbah yang akan dikemasnya.
5.2 Persyaratan Umum Pengemasan
1. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.
2. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik Limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.
3. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.
5.3 Prinsip Pengemasan Limbah B3 adalah
1. Limbah-limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah dan bahan yang tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan;
2. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
3. Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak (misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.
4. Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.
5. Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggung jawab pengelolaan limbah B3 fasilitas (penghasil, pengumpul atau pengolah) untuk memastikan tidak terjadinya kerusakan atau kebocoran pada kemasan akibat korosi atau faktor lainnya.
6. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3.
5.4 Persyaratan Pengemasan Limbah B3
1. Kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan harus:
a) Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak;
b) Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan;
c) Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;
d) Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan
2. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum/tong dengan volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau dapat pula berupa bak kontainer berpenutup dengan kapasitas 2M3, 4 M3 atau 8 M3,
3. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama, atau dapat pula disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki karakteristik yang sama, atau dengan limbah lain yang karakteristiknya saling cocok;
4. Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, serta agar lebih aman, limbah B3 dapat terlebih dahulu dikemas dalamkantong kemasan yang tahan terhadap sifat limbah sebelum kemudian dikemas dalam kemasan dengan memenuhi butir 2) di atas;
5. Pengisian limbah B3 dalam satu kemasan harus dengan mempertimbangkan karakteristik dan jenis limbah,
pengaruh pemuaian limbah, pembentukan gas dan kenaikan tekanan selama penyimpanan.
a) Untuk limbah B3 cair harus dipertimbangkan ruangan untuk pengembangan volume dan pembentukan gas;
b) Untuk limbah B3 yang bereaksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan ruang kosong dalam kemasan;
c) Untuk limbah B3 yang mudah meledak kemasan dirancang tahan akan kenaikan tekanan dari dalam dan dari luar kemasan.
6. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3 harus: ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai penandaan pada kemasan limbah B3; selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya; disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk penyimpanan limbah B3 serta mematuhi tata cara penyimpanannya.
7. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan ditempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang- kurangnya 1 (satu) minggu satu kali.
a) Apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam drum/tong yang baru, sesuai dengan ketentuan butir 1 diatas.
b) Apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam kemasan limbah B3 terpisah.
8. Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas limbah B3 dengan karakteristik:
a) Sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau
b) Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya. Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling cocok, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai kemasan limbah B3
9. Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan ditempat penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik yang tidak saling sesuai dengan sebelumnya, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulu dan disimpan dengan memasang “label KOSONG” sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan Limbah B3.
10. Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasanyang tidak digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus diperlakukan sebagai limbah B3.
5.5 Persyaratan Pewadahan Limbah B3 dalam Tangki 1) Sebelum melakukan pemasangan tangki penyimpan limbah
B3, pemilik atau operator harus mengajukan permohonan rekomendasi kepada Kepala Bapedal dengan melampirkan laporan hasil evaluasi terhadap rancang bangun dari sistem tangki yang akan dipasang untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan.
Laporan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:
a) Rancang bangun dan peralatan penunjang sistem tangki yang akan dipasang;
b) Karakteristik limbah B3 yang akan disimpan;
c) Jika sistem tangki dan atau peralatan penunjangnya terbuat dari logam dan kemungkinan dapat terkontak dengan air dan atau tanah, maka evaluasi harus mencakup pengukuran potensi korosi yang disebabkan oleh faktor lingkungan serta daya tahan bahan tangki terhadap faktor korosi tersebut;
d) Perhitungan umur operasional tangki;
e) Rencana penutupan sistem tangki setelah masa operasionalnya berakhir;
f) Jika tangki dirancang untuk dibangun di dalam tanah, maka harus dengan memperhitungkan dampak kegiatan di atasnya serta menerapkan rancang bangun atau kegiatan yang dapat melindungi sistem tangki terhadap potensi kerusakan.
2) Selama masa konstruksi berlangsung, maka pemilik/
operator harus memastikan agar selama pemasangan tangki dan sistem penunjangnya telah diterapkan prosedur penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya kerusakan selama tahap konstruksi. Pondasi, rangka penunjang, keliman, sambungan dan kontrol tekanan (jika ada) dirancang memenuhi persyaratan keamanan lingkungan. Sistem tangki harus ditunjang kekuatan rangka yang memadai, terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah yang akan disimpan atau diolah, dan aman terhadap korosi sehingga tangki tidak mudah rusak.
3) Terhadap tangki penyimpanan limbah B3 yang telah terpasang dan atau telah dioperasikan sebelum keputusan ini ditetapkan, atau terhadap tangki penyimpan bahan yang menurut peraturan yang berlaku merupakan limbah B3, maka pemilik/operator diharuskan untuk mengajukan rekomendasi pengoperasian tangki dengan melampirkan laporan hasil evaluasi sesuai dengan butir 1) di atas.
4) Dalam pengoperasian tangki sebagai tempat pengemasan/
pewadahan limbah B3, maka:
a) tangki dan sistem penunjangnya harus terbuat dari bahan yang saling cocok dengan karakteristik dan jenis limbah B3 yang dikemas/disimpannya;
b) limbah-limbah yang tidak saling cocok tidak ditempatkan secara bersama-sama di dalam tangki.
Apabila tangki akan digunakan untuk menyimpan limbah yang tidak saling cocok dengan karakteristik limbah sebelumnya, maka tangki harus terlebih dahulu dicuci bersih;
c) tidak digunakan untuk menyimpan limbah mudah menyala atau reaktif kecuali:
1. limbah tersebut telah diolah atau dicampur terlebih dahulu sebelum/segera setetah ditempatkan di dalam tangki, sehingga olahan atau campuran limbah yang terbentuk tidak lagi berkarakteristik mudah menyala atau reaktif; atau
2. limbah disimpan atau diolah dengan suatu cara sehingga tercegah dari kondisi atau bahan yang menyebabkan munculnya sifat mudah menyala atau reaktif.
5) Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan, tangki wajib dilengkapi dengan penampungan sekunder.
Penampungan sekunder dapat berupa satu atau lebih dari ketentuan berikut: pelapisan (dibagian luar tangki); tanggul (vault; berm) dan atau tangki berdinding ganda, dengan ketentuan bahwa penampungan sekunder tersebut harus:
a) dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan limbah B3 yang disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan memadai untuk mencegah kerusakan akibat pengaruh tekanan;
b) ditempatkan pada pondasi atau dasar yang dapat mendukung ketahanan tangki terhadap tekanan dari atas dan bawah dan mampu mencegah kerusakan yang diakibatkan karena pengisian, tekanan atau uplift;
c) dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang dirancang dan dioperasikan 24 jam sehingga mampu mendeteksi kerusakan pada struktur tangki primer dan sekunder, atau lepasnya limbah B3 dari sistem penampungan sekunder.
d) penampungan sekunder, dirancang untuk dapat menampung dan mengangkat cairan-cairan yang berasal dari kebocoran, ceceran atau presipitasi.
6) Pemilik atau operator harus melakukan pemeriksaan sekurangkurangnya 1 (satu) kali sehari selama sistem tangki dioperasikan.
Pemeriksaan dilakukan terhadap:
a) Peralatan pengendalian luapan/tumpahan;
b) Mendeteksi korosi atau lepasnya limbah dari tangki;