• Tidak ada hasil yang ditemukan

LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

N/A
N/A
Budi Santoso

Academic year: 2024

Membagikan "LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN "

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

(Limbah B3)

(3)

UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Terkait Pasal 49

1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

(4)

Riyanto, Ph.D.

LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

(Limbah B3)

(5)

Katalog Dalam Terbitan (KDT) RIYANTO

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun/oleh Riyanto.--Ed.1, Cet. 1-- Yogyakarta: Deepublish, Nopember 2013.

x, 228 hlm.; 23 cm ISBN 978-602-280-153-5

1. Teknik Pengolahan Polusi I. Judul 628.5

Desain cover : Herlambang Rahmadhani Penata letak : Ika Fatria Iriyanti

Jl. Elang 3, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581

Telp/Faks: (0274) 4533427 Hotline: 0838-2316-8088 Website: www.deepublish.co.id

e-mail: [email protected]

PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Anggota IKAPI (076/DIY/2012) Isi diluar tanggungjawab percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau

memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridha dan inayah-Nya, Buku yang berjudul Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini disusun dari berbagai sumber antara lain Hand book Environmental Chemistry karangan Manahan, Stanley E. dan PP no 18 tahun 1999 jo. PP no 85 tahun 1999 yang mengatur tentang limbah khususnya B3 dan berbagai sumber yang berhubungan dengan limbah B3.

Tujuan penyusunan buku ini antara lain mempermudah mahasiswa dalam mempelajari limbah B3 yang merupakan salah satu mata kuliah konsentrasi analisis lingkungan. Pengetahuan mengenai limbah B3 semakin dibutuhkan terutama di industri, karena persyaratan industri tentang limbah B3 harus sesuai dengan peraturan pemerintah seperti yang tertuang pada pp no 18 tahun 1999 jo. PP no 85 tahun 1999. Mahasiswa harus menguasai pengetahuan limbah B3 khususnya tahap-tahap penanganan limbah B3 yang meliputi penghasil, pengumpul, dokumen, transportasi, simbol dan label, pengolahan dan penimbunan. Buku ini sangat sesuai untuk Fakultas Kedokteran, Prodi Teknik Lingkungan, Teknik Kimia, Kimia, Farmasi, Analis Kimia dan beberapa instansi, rumah sakit, laboratorium serta perusahaan yang menghasilkan limbah B3.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan buku ini. Penulis sangat menghargai masukan kritik serta saran untuk menyempurnakan

(7)

buku ini. Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi kemajuan khususnya ilmu kimia dan ilmu-ilmu lain.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jogjakarta, November 2013

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I SEJARAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ... 1

1.1 Love Canal Tragedy ... 1

1.2 Minamata Desease Tragedy ... 7

1.3 Kasus Kabut Dioxin di Seveso (Italia) ... 10

1.4 Kasus Kepone Di Hopewell (Amerika Serikat) ... 12

1.5 Kasus Lahan Stringfellow di Kalifornia (USA) ... 14

1.6 Kejadian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Indonesia ... 15

BAB II SIFAT DAN SUMBER LIMBAH BERBAHAYA ... 19

2.1 Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ... 19

2.2 Klasifikasi Limbah B3 ... 24

2.3 Asal dan Jumlah Limbah... 37

2.4 Zat-zat yang Dapat Terbakar dan Meledak ... 42

2.5 Zat-zat Reaktif ... 48

2.6 Zat-zat Korrosif ... 52

(9)

2.7 Keracunan Zat-zat Beracun ... 54

2.8 Kelompok Kimia Bahan-bahan Berbahaya ... 57

2.9 Bentuk dan pemisahan limbah ... 58

2.10 Asal usul, Pengolahan dan Pembuangan ... 60

2.11 Zat-zat yang berbahaya dan Kesehatan ... 62

BAB III KIMIA LINGKUNGAN LIMBAH BERBAHAYA ... 65

3.1 Pendahuluan ... 65

3.2 Asal Limbah Berbahaya ... 65

3.3 Transportasi Limbah Berbahaya ... 66

3.4 Pengaruh Limbah Berbahaya ... 68

3.5 Nasib Limbah Berbahaya ... 69

3.6 Limbah bebahaya pada Geosphere ... 70

3.7 Limbah Berbahaya pada Hydrosphere ... 77

3.8 Limbah Berbahaya di Atmosfir ... 81

3.9 Limbah berbahaya pada Biosphere ... 85

3.10 Peran Enzim pada Degradasi Limbah ... 87

3.11 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Rumah Tangga ... 90

BAB IV DOKUMEN DAN TRANSPORTASI LIMBAH B3 ... 93

4.1 Dokumen Limbah B3 ... 93

4.2 Bagian Bagian Dokumen Limbah B3 ... 95

(10)

BAB V PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN ... 103

5.1 Persyaratan Pra Pengemasan ... 104

5.2 Persyaratan Umum Pengemasan ... 104

5.3 Prinsip Pengemasan Limbah B3 Adalah ... 105

5.4 Persyaratan Pengemasan Limbah B3 ... 106

5.5 Persyaratan Pewadahan Limbah B3 dalam Tangki ... 108

5.6 Penyimpanan Kemasan Limbah B3 ... 113

5.7 Penempatan Tangki ... 114

5.8 Persyaratan Bangunan Penyimpanan Kemasan Limbah B3 ... 114

5.9 Persyaratan Khusus Bangunan Penyimpanan Limbah B3 ... 116

5.10 Persyaratan Lokasi untuk Tempat Penyimpanan Limbah B3 ... 119

5.11 Persyaratan Lokasi Pengumpulan ... 119

5.12 Persyaratan Bangunan Pengumpulan ... 120

5.13 Persyaratan Bangunan Penyimpanan Limbah B3 Mudah Meledak ... 122

BAB VI SIMBOL DAN LABEL... 127

6.1 Bentuk Dasar, ukuran dan bahan ... 127

6.2 Label ... 141

(11)

BAB VII PENGOLAHAN LIMBAH B3 ... 147

7.1 Persyaratan Lokasi Pengolahan Limbah B3 ... 148

7.2 Persyaratan Fasilitas Pengolahan Limbah B3 ... 149

7.3 Sistem Pencegahan Terhadap Kebakaran ... 149

7.4 Sistem Pencegahan Tumpahan Limbah ... 151

7.5 Sistem Penangulangan Keadaan Darurat ... 151

7.6 Persyaratan Penanganan Limbah B3 Sebelum Diolah ... 153

7.7 Teknik-teknik Khusus Pengolahan Limbah B3 ... 156

7.8 Deterjen dan Sabun ... 189

BAB VIII PENIMBUNAN LIMBAH B3 ... 193

DAFTAR PUSTAKA ... 199

Lampiran 1... 201

Lampiran 2 ... 207

Lampiran 3... 219

Lampiran 4... 227

(12)

BAB I

SEJARAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

1.1 Love Canal Tragedy

Sejarah penanganan limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3) berawal dari beberapa tragedi yang sangat mengerikan dengan korban manusia dan lingkungan dalam skala besar dan akut. Salah satu contoh tragedi itu adalah tragedy love canal.

Tragedi ini bermula ketika William T. Love datang ke Niagara Falls, New York, pada tahun 1890 dengan rencana sangat ambisius.

Dengan dibangunnya pembangkit listrik tenaga air di Niagara Falls pada tahun 1890, maka industri menjadi berkembang pesat di daerah tersebut. William T. Love pada tahun 1892 merencanakan membuat sebuah kanal yang akan dapat menghubungkan bagian hulu dan hilir sungai Niagara, sepanjang sekitar 7 mil.

Direncanakan bahwa di sekitar kanal tersebut akan dibangun kawasan industri dan pemukiman untuk memanfaatkan tenaga listrik yang ada. Pembangunan dimulai tahun 1893. Namun pembangunan kanal tersebut tidak dilanjutkan, dan menyisakan dua bagian yang tidak terhubungkan, masing-masing sepanjang seperempat mil.

Pemilik tanah dan pengusaha membayangkan akan terbentuk sebuah kota metropolitan yang besar. Kota tersebut akan menjadi rumah bagi industri yang patut ditiru, dan perumahan untuk lebih dari satu juta orang. Ribuan hektar tanah akan berubah

(13)

menjadi taman yang paling indah di dunia. Ia berencana akan menggunakan bendungan hidroelektrik di kanal dengan panjang 11 km di atas Niagara Rivers yang lebih rendah. Dalam setahun, rencana tersebut gagal, karena suatu masalah. Salah satu bagian dari kota tersebut terdapat kanal atau lubang dengan panjang beberapa kilometer. Setelah beberapa dekade berlalu, lubang ini dibeli oleh City of Niagara Falls, yang telah memutuskan bahwa kanal tersebut akan menjadi lokasi yang ideal untuk penimbunan limbah bahan-bahan kimia. Setelah lubang penuh dengan limbah, ditimbun dengan tanah, tanpa diberi tanda, pagar dan informasi apapun bahwa lokasi tersebut sebagai bekas penimbunan limbah bahan kimia. Setelah bertahun-tahun, karena perkembangan pembangunan dan perluasan perkotaan, maka dibangun di atas tanah tersebut sekolah, perumahan, pasar dan aktifitas lainnya.

Pada tahun 1970 tempat tersebut menjadi tempat salah satu bencana lingkungan yang paling mengerikan dan terburuk dalam sejarah Amerika.

Niagara Falls menjadi pusat industri, khususnya industri kimia. Produk kimia yang dihasilkan antara lain adalah natrium hidroksida, yang merupakan produk elektrolisa natrium khlorida.

Elektrolisa ini juga menghasilkan produk samping (by-product) yang tidak diinginkan yaitu khlor, yang terproduksi dalam jumlah besar. Pengembangan penelitian menghasilkan alternatif pemanfaatan produk samping ini menjadi bahan organik berkhlor seperti plastik, pestisida dan hasil industri antara lainnya. Pada saat itu fihak pemerintah dan industri belum mengetahui akibat samping dari produk ini. Belum seorangpun yang menyadari bahwa keuntungan dari pestisida seperti DDT, endrin atau dari bahan organik berklor lainnya seperti pelarut berkhlor akan mendatangkan masalah bagi lingkungan di kemudian hari.

(14)

Tanah di dekat Niagara Falls menjadi sebuah kota industri yang berkembang dan mulai menggunakan lubang sebagai tempat pembuangan limbah kimia. Hal ini berlangsung selama lebih dari dua puluh tahun, setelah itu Hooker Chemical and Plastic Corporation membeli tanah untuk pembuangan bahan kimia pribadi mereka sendiri. Pada 1953, perusahaan telah mengubur hampir 22.000 ton limbah, dan lubang itu hampir penuh. Tahun 1952 kanal tersebut ditutup oleh Hooker Chemical. Tahun 1953 fihak kotamadya meminta Hooker Chemical untuk menjual sebagian lahan kanal tersebut untuk pembangunan sekolah baru.

Fihak Hooker menjual sebagian kanal tersebut ke pengelola kota hanya seharga US $ 1.

Pada saat itu, bahaya limbah kimia sudah diketahui.

Bukannya khawatir atau bahkan waspada hidup di samping produsen bahan kimia, penduduk kota sangat senang melihat perkembangan industri kimia yang sangat pesat. Hanya sesekali ilmuwan mengakui bahaya limbah kimia pada 1940-an. Dr Robert Mobbs, telah menjelajahi hubungan antara insektisida dan kanker, ia kemudian sangat mencela penimbunan limbah kimia dan mengatakan perbuatan yang ceroboh, tetapi juga sangat menyadari potensi bahaya di tempat pembuangannya. Hal ini tidak dapat dibuktikan dampak potensial dari produk limbah. Namun, fakta bahwa perusahaan menjual tanah dengan harga yang sangat murah sehingga sangat mencurigakan. Dewan Pendidikan Niagara Falls, yang membutuhkan ruang kelas yang lebih, bersemangat membeli tanah dan mulai membangun sebuah sekolah dasar baru. Pada tahun 1955, empat ratus anak mulai menghadiri sekolah, dan sekitar 100 rumah segera dibangun di daerah sekitarnya. Meskipun sebagian besar penduduk Niagara Falls tidak mengetahui tanah itu sebelumnya telah digunakan untuk menimbun limbah B3.

(15)

Sekolah kemudian dibangun berdampingan dengan daerah yang sebelumnya adalah pengurug limbah industri. Sebagian dari lahan tersebut dijadikan taman bermain. Sering dijumpai anak-anak bergembira menemukan residu fosfor yang dapat menimbulkan bunga api bila dilemparkan ke permukaan yang berbatu. Pada tahun 1958 tiga anakanak mengalami luka bakar akibat terpapar dengan residu yang muncul ke permukaan.Seorang keluarga di dekat Love Canal melahirkan anak dengan cacat fisik dan mental, tetapi hal ini dianggap alamiah. Pada suatu pagi di tahun 1974, satu keluarga mendapatkan kolam renang mereka menjadi lebih tinggi sekitar 60 cm. Ketika kolam ini dibongkar, maka galiannya langsung terisi air tanah berwarna kuning, biru dan ungu, dengan sifat yang sangat tajam, yang dapat menghanguskan akar pohon sekitarnya. Tahun 1959 sebuah keluarga lain mendapat masalah di lantai bawahnya (basement) dengan adanya lumpur hitam yang masuk ke dalamnya. Segala upaya dicoba untuk menghentikannya.

Akhirnya mereka membuat lobang untuk mengetahui apa yang terdapat di balik tembok. Sejumlah besar cairan hitam masuk memenuhi ruangan. Sejak saat itu, masalah Love Canal mulai diketahui dan diperhatikan.

Delapan bulan setelah kejadian kolam renang di atas, dilakukan pengambilan sampel udara di beberapa basement rumah di daerah tersebut. Hasilnya adalah bahwa udara di daerah tersebut mengandung bahan-bahan toksik yang berada di atas ambang threshold-limit value (TLV). Survai kesehatan juga dimulai dan dijumpai bahwa keguguran spontan ternyata 250 kali lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Sampel darah yang diambil juga menunjukkan indikasi adanya kerusakan hati yang meningkat.

Kelahiran cacat fisik dan mental juga sering dijumpai. Disamping itu, senyawa-senyawa toksik berhalogen terdeteksi pada sistem

(16)

penyaluran air buangan kota. Analisa lebih lanjut menemukan bahwa cemaran kimia dalam konsentrasi tinggi telah mencemari air tanah, termasuk diantaranya 11 jenis cemaran penyebab kanker seperti benzene, chloform dan trichloroethylene. Hooker Chemical akhirnya mengeluarkan pernyataan bahwa sekitar 22.000 ton limbah kimia, diantaranya 200 ton trichlorophenol, telah diurug di lahan-urug tersebut.

Tidak mengherankan, efek langsung dari penggalian tanah dan bau yang aneh keluar dari isi lubang segera terasa. Bau menyengat dan zat yang keluar dilaporkan oleh warga, terutama mereka yang berada dalam ruang bawah tanah. Anak-anak di halaman sekolah bermain dan dibakar oleh limbah beracun. Pejabat lokal disiagakan, tapi tidak mengambil tindakan. Pada tahun 1976, air dari hujan lebat dan badai salju menyebabkan sejumlah besar limbah kimia bermigrasi ke permukaan, dan terkontaminasi seluruh lingkungan. Dalam tahun-tahun berikutnya daerah tersebut terserang berbagai penyakit dan banyak bayi lahir langsung mati dan keguguran, dan banyak bayi yang lahir dengan cacat. Studi informal saat ini mencatat kejadian yang menakutkan.

Badan Zat Beracun dan Penyakit di Amerika Serikat, mengamati lebih dari 400 jenis bahan kimia di udara, air, dan tanah, dengan kandungan benzena yang sangat tinggi dan sudah diketahui karsinogenik.

Kisah yang mengerikan tersebut juga dirasakan satu dari ibu Lois Gibbs. Setelah membaca tentang sejarah Love Canal dari publikasi lokal, ia menyadari bahwa putranya Michael sudah sakit terus-menerus sejak memulai di sekolah baru. Situasi ternyata lebih buruk dari yang ia bayangkan, menegaskan bahwa seluruh siswa sakit. Gibbs memimpin kampanye untuk memperhatikan lingkungan, dia bergabung dengan banyak orang tua lokal lainnya

(17)

serta para editor Niagara Falls Gazette. Akhirnya, pada musim semi tahun 1978, Dr Robert P. Whalen menyatakan daerah sekitar Love Canal berbahaya. Sekolah ditutup, tanah itu ditutup, dan lebih dari 200 keluarga dievakuasi. Pada bulan Agustus tempat berbahaya tersebut sedang mendapat perhatian nasional. Pada tanggal 7 Agustus, Presiden Jimmy Carter dipanggil Badan Bantuan Bencana Federal untuk diminta bantuan. Pada bulan September, Dr Whalen merilis laporan mengenai bencana, yang berbunyi antara lain:

"Sebuah akibat mendalam dan menghancurkan dari tragedi love canal, dari segi kesehatan manusia, penderitaan, dan kerusakan lingkungan, tidak bisa, dan tidak akan pernah terbayarkan.

Tuntutan hukum kepada penimbun lebih dari $ 11 miliar.

Korporasi membantah keterlibatannya dalam siding di Departemen Kehakiman federal pada tahun 1979 dan New York State pada tahun 1989. Namun, banyak kerusakan telah dilakukan, dan akhirnya lebih dari 1.000 keluarga harus pindah dari wilayah Love Canal. Sebuah studi EPA mengungkapkan bahwa dari tiga puluh enam diuji, sebelas mengalami kerusakan kromosom, dan bahwa dari lima belas bayi yang lahir antara Januari 1979 dan Januari 1980, hanya dua yang sehat. Agen di tingkat negara bagian dan federal menghabiskan ratusan juta dolar mencoba untuk membersihkan polusi akibat limbah B3.

Satu hal yang baik yang keluar dari bencana itu munculnya peraturan mengenai lingkungan seperti Komprehensif Respon Lingkungan, Kompensasi, dan Kewajiban Undang-undang, lebih dikenal sebagai "Hukum Superfund". Tujuannya adalah untuk mengumpulkan pajak dari perusahaan gas dan kimia yang digunakan secara langsung untuk membersihkan dan mengolah limbah B3 yang dihasilkan.

(18)

Pada awal 1990 sebagian besar daerah itu dinyatakan aman lagi, dan sekarang membuat lingkungan yang dikenal sebagai Black Creek Village. Daerah itu diambil dari daftar Superfund pada bulan September 2004 bahwa upaya pembersihan love canal telah dicapai.

Sebagian besar tempat itu, dilindungi oleh pagar kawat, untuk setiap orang yang lewat tempat tersebut sebagai tanda telah terjadi bencana. Tragedi ini juga memunculkan perhatian besar ke berbagai Negara terutama di Indonesia sehingga keluar Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

1.2 Minamata Desease Tragedy

Penyakit Minamata (M.d.) adalah penyakit karena keracunan metilmerkuri (MeHg) yang terjadi pada manusia yang makan ikan dan kerang terkontaminasi oleh MeHg dalam air limbah dari pabrik kimia (Chisso Co Ltd). Pada bulan Mei 1956, bahwa penyakit minamata pertama kali secara resmi "ditemukan"

di Minamata City, wilayah selatan-barat dari Jepang Kyushu Island. Produk laut di Teluk Minamata menunjukkan tingkat tinggi kontaminasi Hg (5,61-35,7 ppm). Kandungan Hg di rambut pasien, keluarga dan penduduk pantai Laut Shiranui juga terdeteksi pada tingkat tinggi (maks. 705 ppm). Gejala khas dari penyakit minamata adalah gangguan sensori, ataksia, dysarthria, penyempitan bidang visual, gangguan pendengaran dan tremor. Selanjutnya, janin juga teracuni oleh MeHg ketika ibu mereka makan makanan yang terkontaminasi kehidupan laut. Gejala pasien yang serius, dan gangguan otak juga terjadi. Selama 36 tahun terakhir, dari 2.252 pasien yang telah resmi diakui sebagai memiliki penyakit minamata sebanyak 1043 telah meninggal.

(19)

Pada tahun 1932, Chisso Chemical Corporation membuka pabrik pupuk kimia di Minamata (terletak di pulau Kyushu, Jepang Selatan). Penduduk di sekitarnya adalah nelayan atau petani.

Chisso mempekerjakan penduduk setempat (sekitar 1/3 tenaga pekerjanya), sehingga tidak menimbulkan masalah sosial pada awal pendiriannya.

Kasus Minamata ini terkenal di dunia bila membicarakan masalah industri, limbah dan kesehatan masyarakat, yang terungkap setelah sekitar 600 ton merkuri, yang digunakan sebagai katalis dalam prosesnya, dibuang secara bertahap sekitar 45 tahun.

Mikroorganisme dalam air mengkonversi logam ini menjadi methylmercure, dengan prakiraan 70–100 tahun akan persistan di alam. Merkuri alamiah dapat dievakuasi oleh tubuh manusia secepatnya melalui urin, sedang mercuri organik bersifat biokumulasi, yang dapat menyerang syaraf dan otak.

Sinyal pertama kasus ini datang pada tahun 1950, yaitu sejumlah ikan mati tanpa diketahui sebabnya. Tahun 1952 timbul penyakit aneh pada kucing yang kadangkala berakhir dengan kematian. Antara tahun 1953–1956 gejala yang dikenal sebagai

“kucing menari” ditemui pula pada manusia. Beberapa diantaranya meninggal dunia. Tetapi Chisso paada awalnya belum dicurigai sebagai penyebab, hanya diketahui bahwa korban mengalami keracunan akibat memakan ikan yang berasal dari laut sekitar pabrik itu. Chisso kemudian mengeluarkan daftar bahan yang digunakan dalam pabriknya, tetapi tidak tercantum merkuri dalam daftar tersebut, walaupun diketahui bahwa merkuri digunakan sebagai katalis proses dari pabrik tersebut. Penelitian penyebab penyakit tersebut secara intensif dilakukan oleh pemerintah.

Asosiasi industri kimia Jepang juga membantu Chisso dalam

(20)

melacak masalah ini dengan melakukan penelitian-penelitian, tetapi tidak mendapatkan hasil memuaskan.

Gambar 1.1 Siklus metil merkuri di lingkungan

Pencemaran mercuri tetap berlanjut. Kasus penyakit ini juga terus berlanjut, dan terutama menyerang anak-anak. Tahun 1956 masyarakat sekitarnya mengadakan aksi menentang keberadaan Chisso. Chisso memberikan santunan pada korban dan yang meninggal, tanpa mengetahui penyebab masalah ini. Kasus ini lama kelamaan terungkap, karena korban umumnya mengandung merkuri yang berlebihan pada tubuhnya. Tahun 1976 sekitar 120 penduduk Minamata meninggal karena keracunan merkuri dan 800 orang menderita sakit. Tahun 1978, 8100 penduduk mengklaim hal ini, dan 1500 diantaranya yang diperiksa diketahui keracunan merkuri. Akhirnya pembuangan merkuri dihentikan dengan ditutupnya pabrik tersebut, dan pemerintah menyatakan bahwa

(21)

Chisso adalah penanggung jawab penyakit yang berjangkit di Minamata. 22 Maret 1979 dua pemimpin Chisso, yang pada saat itu telah berumur 77 tahun dan 68 tahun, dihukum masing-masing 2 tahun dan 3 tahun penjara. Disamping itu, korban kasus ini menerima santunan yang dibebankan pada Chisso.

1.3 Kasus Kabut Dioxin di Seveso (Italia)

Salah satu kasus limbah berbahaya yang terkenal adalah peristiwa kabut dioxin di Seveso (Italia). Dioxin adalah nama umum untuk grup polychlorinated dibenzodioxins (PCDD). Atom chlor pada senyawa PCDD menghasilkan sampai 75 isomer dengan toksisitas yang sangat bervariasi. Isomer yang sangat aktif dan mempunyai potensi toksisitas tinggi adalah yang mempunyai 4 sampai 6 atom chlor, terutama dalam posisi lateral (2,3,7,8) seperti 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin (2,3,7,8-TCDD) dengan toksisitas akut. Efek 2,3,7,8-TCDD ini terhadap spesies binatang ternyata berbeda, namun semuanya sebagai penimbul agen kanker (carcinogen). Agaknya dioxin ini menimbulkan tumor yang berbeda untuk organ yang berbeda, dan para peneliti baru sampai pada tahap awal dalam memahami efek toksisitas dioksin ini pada manusia.

Seveso terletak di Italia Utara. Akhir 1960-an, industri farmasi Swiss, Hoffman-La Roche memilih Seveso sebagai lokasi pabriknya di Italia. Pabrik tersebut dibangun dan dioperasikan oleh Industrie Chemiche Meda Societe Aromia (ICMESA), didirikan di kota kecil Meda (dekat Seveso), guna memproduksi 2,4,5- trichlorophenol untuk disinfektan, kosmetik dan herbisida. Pabrik ini menghasilkan asap yang berbau, tetapi penduduknya rupanya sudah terbiasa. Kecelakaan terjadi pada tanggal 10 Juli 1976, ketika reaktor akan dipanaskan dan terjadi retak pada katup

(22)

pengamannya. Pada temperatur yang sesuai, reaksi kimiawi yang terjadi menghasilkan 2,3,7,8-TCDD. Sekitar 1 Kg dioxin terbuang ke udara membentuk kabut melewati ribuan hektar sekitar bencana.

Penduduk di sekitarnya dievakuasi. Daerah sekitarnya dibagi menjadi 2 area bahaya. Area A penduduknya dievakuasi, dan dilarang menggunakan barang-barangnya. Ibu ibu yang hamil dianjurkan untuk menggugurkan kandungannya, dan prianya dihawatirkan mengalami kerusakan pada fungsi genetiknya. Daun- daun pohon di sekitarnya menjadi rontok, binatang-binatang seperti terpanggang. Anak-anak dengan langsung menunjukkan gejala chloracne pada mukanya dan bagian lain di tubuhnya.

Pembersihan daerah terkontaminasi merupakan usaha besar-besaran yang dilakukan, terutama pada pabrik itu sendiri yang tercemar berat. Pemerintah Italia akhirnya memutuskan penggunaan teknik insinerasi dan landfilling bagi komponen- komponen pabrik tersebut. Landfilling dalam tanah dilakukan dalam 2 lubang dengan proteksi kuat, yaitu dilapis bentonit dan lembaran polyethylene. Pohon-pohon terkontaminasi ditebang.

Tanah terkontaminasi dikupas sedalam rata-rata 5 cm. Daerah tersebut kemudian dijadikan taman. Pekerjaan ini membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun.

Kasus tersebut ternyata tidak berhenti di sana, dengan timbulnya suatu kasus yang cukup meggegerkan daratan Eropa Barat pada tahun 1981, yaitu kasus transportasi dioxin antar negara.

Ternyata penanggung jawab upaya pembersihan daerah Seveso tersebut mengirimkan 41 drum limbahnya untuk ditimbun di luar Italia. Drum tersebut diangkut oleh dua perusahaan swasta ke tempat yang tidak dispesifikasi secara jelas. Drum tersebut berlabel

„bahan hidrokarbon aromatis‟, dan tidak ditulis sebagai „Dioxin‟, sedang asalnya ditulis dari Meda, bukan dari Seveso (tempat yang

(23)

dikenal untuk kasus ini). Pengiriman ini bersifat rahasia, namun akhirnya beritanya tersebar di daratan Eropa dan menjadi pemberitaan hangat selama 9 bulan. Informasi yang didapat menyatakan bahwa drum tersebut akan diangkut ke Inggris untuk diinsinerasi, ke Jerman Timur untuk ditimbun di lahan-urug industri dan ke Jerman Barat untuk dikubur dalam bekas tambang.

Tetapi tidak satupun yang sampai. Sembilan bulan kemudian setelah dilakukan pencarian yang melibatkan semua fihak di negara terkait, ternyata drum tersebut tersembunyi di suatu area pejagalan hewan di Perancis. Pihak Hoffman-La Roche harus bertanggung jawab untuk itu, dan harus mengeluarkannya dari Perancis, dan dibawa ke Swiss, sebagai negara asal industri tersebut. Kemudian dioxin tersebut baru diinsinerasi setelah 2,5 tahun dikeluarkan dari Seveso, yaitu pada November 1985.

Berangkat dari pengalaman tersebut, masyarakat Eropa sadar akan pentingnya peraturan yang ketat tentang pengelolaan limbah berbahaya. Masyarakat Ekonomi Eropa mencanangkan program kontrol bagaimana menangani dan mentransportasi limbah kimiawi yang berbahaya diantara anggotanya.

1.4 Kasus Kepone Di Hopewell (Amerika Serikat)

Hopewell (Virginia–USA) memprolamirkan dirinya sebagai chemical capital of the south, dan disanalah dimulainya bencana kimiawi di USA. Pada tahun 1973 Allied Chemical mensubkontrakkan pembuatan pestisida pada Life Sciences Product (LSP) yang dikenal dengan nama kepone. Beberapa saat kemudian, dijumpai masalah kesehatan diantara karyawannya.

Penelitian selanjutnya mengungkapkan bahwa LSP melanggar aturan-aturan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku.

Disamping itu, baik Allied maupun LSP secara illegal membuang

(24)

kepone ke sungai James yang bermuara di Chesapeake Bay. Kepone dikembangkan oleh Allied sekitar tahun 1950-an. Produksinya dikontrakkan pada Hooker Chemical antara 1950 – 1960. Namun karena pasaran meningkat, Allied juga memproduksi sendiri.

Produksi tahunan meningkat dari 36.000 pound pada tahun 1965 menjadi 400.000 pound pada tahun 1972. Allied memproduksi kepone di Hopewell. Tahun 1973 pembuatan kepone disubkontrakkan pada LSP sementara Allied tetap menangani polimer.

Maret 1974, 2 minggu setelah produksi penuh, secara periodik limbah dari LSP masuk ke sistem penyaluran air buangan dan pengolahan limbah kota. Dalam 2 bulan, limbah ini membunuh bakteri di sistem digester pengolah limbah. Lumpur dari pengolah limbah yang belum terolah secara baik langsung dibuang secara illegal ke lahan-urug. Dinas kesehatan setempat kemudian menginvestigasi industri kepone tersebut setelah salah seorang pekerja dinyatakan keracunan kepone. Darah yang diambil dari pekerja tersebut menunjukkan kandungan kepone antara 2 – 72 ppm, sedangkan konsentrasi tertinggi yang pernah diamati adalah 5 ppm. Kemudian 31 pekerja yang dirawat di Rumah Sakit, sedang pabrik kepone pada tahun 1975 ditutup.

Yang dijumpai pada pabrik kepone tersebut ternyata lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya. Debu kepone menutup lantai sampai beberapa inch dan memenuhi udara dalam pabrik.

Sebetulnya buruh di sana sudah mengeluh terhadap kondisi ini tetapi manajemen LSP tidak memperhatikan hal ini. Pencemaran udara juga telah meluas ke sekitar pabrik itu. Agustus 1975 LSP didenda US$ 16500. Tindakan berikutnya melibatkan US EPA (US Environmental Protection Agency); ternyata LSP telah mengeluarkan efluen kepone sebesar 500–600 ppb, sedangkan

(25)

standar yang berlaku adalah 100 ppb. EPA kemudian melakukan sampling air minum, udara, tanaman dan limbah kota Hopewell serta sungai. Lumpur dari pengolah limbah mengandung kepone 200–600 ppm. Ikan di dekat sungai James mengandung kepone 0,1–

20 ppm, sedang sungai James sendiri mengandung kepone 0,1–4 ppb. Di beberapa tempat, ternyata 40 % dari total partikulat adalah kepone. Pemerintah akhirnya memutuskan bahwa pabrik itu untuk

„dilucuti‟, tetapi LSP tidak sanggup untuk operasi tersebut. Allied diminta untuk bertanggung jawab operasi detoksifikasi tersebut dengan rencana biaya sebesar US $ 175000. Namun biaya yang ditanggung Allied untuk operasi tersebut akhirnya menjadi US

$394000, dan biaya yang ditanggung akhirnya membengkak berlipat ganda dengan adanya tuntutan dari orang yang merasa dirugikan, misalnya 120 pedagang ikan yang merasa dirugikan karena mereka memperoleh ikannya dari sungai James yang tercemar.

1.5 Kasus Lahan Stringfellow di Kalifornia (USA)

Lahan Stringfellow di Glen Avon (Kalifornia-USA) telah digunakan untuk menimbun limbah cair B3 dari tahun 1956 sampai 1972. Selama itu sekitar 30 juta galon (113.550 M3 ) limbah cair B3 telah ditimbun. Studi geologi sebelumnya menyimpulkan bahwa lahan tersebut berada di atas bedrock yang kedap, dan dengan membuat penghalang beton di hilirnya, maka diprakirakan tidak akan terjadi pencemaran air tanah. Ternyata evaluasi berikutnya menyatakan bahwa lahan itu sebetulnya tidak cocok untuk limbah cair B3 dan terjadilah pencemaran air tanah. Lahan ini juga berlokasi di atas akuifer Chino Basin yang merupakan sumber air minum bagi sekitar 500.000 penduduk. Interpretasi hasil analisis air tanah pada tahun 1972 ternyata juga salah, dengan menganggap

(26)

bahwa pencemaran air tanah yang terjadi berasal dari limpasan air permukaan bukan dari lahan tersebut. Hasil interpretasi yang salah juga dilakukan oleh sebuah konsultan lain pada tahun 1977.

Prakiraan biaya untuk menyingkirkan dan mengolah seluruh cairan dan tanah yang terkontaminasi pada tahun 1977 sekitar 3,4 juta US$. Estimasi biaya pada tahun 1974 meningkat 4 kali lipat dengan cara tersebut. Akhirnya Pemerintah memilih cara yang lebih murah, yaitu:

 Meyingkirkan cairan terkontaminasi ke lahan yang lain,

 Menetralisir tanah terkontaminasi dengan abu semen kiln,

 Menempatkan lapisan clay untuk mengisolasi,

 Membangun sumur-sumur pemantauan.

Sekitar 800.000 gallon (3028 m3) air tercemar dialirkan ke area di hilirnya, dan 4 juta gallon (15140 m3) air tercemar dialirkan ke lahan-urug West Covina, namun ternyata lahan ini juga bocor dan akhirnya ditutup. Lahan-urug lain, Casmalia Resources, juga menerima sekitar 70.000 gal/hari (265 m3) dari Stringfellow, tetapi dianggap belum dimonitor secara benar. Sekitar 15 juta US $ telah dihabiskan untuk program tersebut, dan masih dibutuhkan sekitar 65 juta US $ untuk mentuntaskan permasalahan, dengan program pengolahan in-situ terhadap air tanah yang tercemar.

1.6 Kejadian Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Indonesia

Sebanyak 52 sungai strategis nasional di 33 provinsi telah tercemar, "Tercemar berat adalah Sungai Ciliwung (DKI Jakarta) dan Sungai Citarum (Jawa Barat)," kata Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pengembangan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas. Saat ini, di seluruh Indonesia terdapat 411 titik pantau yang berada di 52 sungai strategis nasional. Kriteria

(27)

sungai yang dipantau dan masuk strategis nasional adalah sungai lintas provinsi dan batas negara, sungai prioritas KLH untuk diperbaiki, serta sungai prioritas yang ditetapkan Menteri Pekerjaan Umum untuk diperbaiki. Berdasar data pantauan 2012, 75,25 persen titik pantau sungai memiliki status tercemar berat, 22,52 persen titik tercemar sedang dan 1,73 persen tercemar ringan. Jumlah titik pantau sungai tercemar berat tertinggi ada di Jawa, yaitu 94 titik.

Gambar 1.2 Sungai yang tercemar oleh limbah bahan berbahaya dan beracun

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mencatat sebanyak 75 persen dari 400 lebih titik sampel di 52 sungai seluruh Provinsi Indonesia tercemar berat. Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH, mengatakan, sungai yang tercemar paling banyak disebabkan oleh limbah domestik. Sungai tersebut diantaranya

(28)

berada di Pulau Jawa, yakni Sungai Ciliwung di Jakarta dan Sungai Citarum di Jawa Barat.

Gambar 1.3 Sungai yang tercemar limbah bahan berbahaya dan beracun

Gambar 1.4 Sungai yang tercemar dengan menimbulkan warna

(29)

Rumah sakit merupakan sumber limbah B3 yang harus mendapat perhatian. Limbah B3 yang dikeluarkan dari rumah sakit meliputi limbah inveksius, sisa operasi, sisa suntikan, obat kedaluarso, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain. Hampir semua limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit masuk dalam kategori limbah B3. Beberapa rumah sakit melanggar prosedur pengelolaan limbah medis dan B3 dengan cara menyerahkan pengelolaan limbah medis dan B3 nya kepada pihak yang tidak memiliki kualifikasi pengelolaan limbah medis dan B3 bersertifikat.

Akibatnya, limbah medis dan B3 Rumah Sakit diperjualbelikan kembali setelah disortir oleh pengepul dan pemulung yang menampung limbah medis. Hal ini sangat berbahaya dan tidak sesuai dengan peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3.

Banyak kota penghasil peroduk-produk bernilai tinggi tetapi membuang limbah B3 ke sungai atau menimbun secara langsung. Berbagai alasan tindakan tersebut dilakukan karena biaya pengolahan limbah yang sangat tinggi. Salah satunya adalah produksi batik yang hampir dapat ditemui di berbagai penjuru daerah. Produksi batik hampir terjadi setiap hari. Industri pembuatan batik ini menghasilkan limbah pewarna batik yang cukup banyak. Biasanya, para produsen membuang limbah tersebut ke sungai. Sungai-sungai sekarang tidak lagi jernih, bahkan beberapa diantaranya berwarna hitam pekat. Limbah batik merupakan limbah B3 yang sangat berbahaya sehingga perlu dilakukan pengolahan terlebih dulu sebelum dibuang ke lingkungan atau ditimbun dalam tanah. Beberapa cara yang sudah dilakukan yaitu dengan cara absorbsi, elektrolisis dan mikrobiologi.

(30)

BAB II

SIFAT DAN SUMBER LIMBAH BERBAHAYA

2.1 Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Manahan (1994) mengatakan sebuah benda yang berbahaya adalah material yang boleh jadi menghadirkan bahan berbahaya bagi kehidupan organisme, matrial, bangunan, atau linkungan karena ledakan atau bahaya kebakaran, korosi, keracunan bagi organisme, maupun akibat yang menghancurkan. Maka apakah limbah yang berbahaya itu? Meskipun telah di katakan bahwa

“Pembahasan tentang pertanyaan tersebut selama ini tidak membuahkan hasil” maka definisi sederhana tentang limbah berbahaya adalah ia merupakan substansi/zat berbahaya yang telah dipisahkan/dibuang, tak diacuhkan, dilepaskan, atau direncanakan sebagai matrial limbah, atau sesuatu yang bias jadi berhubungan dengan zat lain menjadi berbahaya. Definisi tentang limbah yang berbahaya dalam pengertian yanag sederhana tidak demikian dan boleh jadi membahayakan anda jika anda berhadapan dengannya.

Menurut pp no. 18 tahun 1999 pengertian limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan sedang limbah bahan berbahaya dan beracun disingkat menjadi limbah B3 adalah sisa suatu usha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung, maupun tidak

(31)

langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakan linkungan hidup, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan linkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Sejarah Zat-zat Berbahaya

Manusia selalu dihadapkan pada zat-zat berbahaya semenjak zaman pra sejarah ketika mereka menghisap gas gunung berapi yang beracun ataupun menyerah kepada karbon monoksida karena kurangnya ventilasi perapian dalam gua-gua yang demikian ketat isolasinya menghadapi dinginnya zaman es. Para budak di zaman Romawi kuno terkena penyakit paru-paru karena menganyam serat mineral asbes menjadi kainagar agar ia menjadi lebih tahan. Beberapa studi arkeologi dan sejarah dan sejarah telah menyimpulkan bahwa guci-guci angur yang terbuat dari timbal pada msyarakat berkecukupan yang berkuasa, yang menyebabkan perilaku tak menentu misalnya kesukaan yang berlebihan akan peristiwa-peristiwa olah raga yang sepektakuler, defisit angaran yang luar biasa, institusi-institusi keuangan yang jelek, dan tak dapat dibayangkan, tindakan-tindakan spekulasi militer yang ambisius di luar negeri. Alchemis yang bekerja pada abad pertengahan sering kali menderita luka melemahkan dan sakit yang diakibatkan dari bahan-bahan kima dan bahan-bahan peledak yang berbahaya dan beracun. Selam tahun 1700-an aliran dari timbunan sampah tambang mulai menyebabkan persoalan- persoalan kontaminasi di Eropa. Karena produksi bahan celup dan produk kimia organik lainnya yang dikembangkan dari industri tar batubara di Jerman selama tahun 1800-an polusi dan keracunan dari produk samping tar batu bara diamati pada kira-kira tahun 1900 kuantitas dan jenis limbah kimia yang diprodusir setiap tahun telah meningkat dengan tajam dengan tambahan limbah-limbah

(32)

seperti baja-baja yang digunakan, dan cairan pengumpul logam, limbah timbale dari aki bekas, limbah krom, limbah penyulingan minyak, limbah radium, dan limbah fluoride dari penyulingan biji aluminium. Sebagaimana abad berlanjut menuju perang dunia ke II, limbah dan hasil samping yang berbahaya dari pada industri meningkat dengan menyolok dari hasil pabrik pembuatan cairan klorine, pestisida sintesis, pabrik polimer, plastik, cat bahan pengawet kayu.

Peristiwa Love Canal pada tahun 1970-an dan 1980-an membawa persoalan limbah berbahaya pada perhatian publik sebagai issue politik utama AS. Mulai tahun 1940 suatu tempat di air terjun di Niagara, New York telah menerima kira-kira 20.000 ton limbah kimia yang terdiri dari setidak-tidaknya 80 bahan kimia yang berbeda. Dalam tahun 1994 pemerintah negara bagian dan pemerintah federal telah mengeluarkan lebih dari 100 juta US untuk membersihkan dan merelokasi penduduk.

Daerah lain yang mengandung limbah berbahaya yang mendapatkan perhatian adalah termasuk sebuah daerah industri di Wobum, Massachusetts, yang telah terkontaminasi dengan limbah dari penyamakan kulit, pabrik-pabrik pembuat lem, dan perusahaan kimia semenjak tahun 1850, Stringfellow Acid Pits di dekat Riverside, California the Valley of the Drums di Kentucky dan Times Beach, Missouri, seluruh kota telah di kosongkan karena kontaminasi TCDD (dioxin).

Legislasi

Pemerintah pada sejumlah negara telah mengeluarkan peraturan yang berhubungan dengan limbah dan barang-barang berbahaya. Di AS peraturan seperti itu meliputi:

(33)

 Toxic Substance Control Act 1976

 Resource Conservation dan Reco very Act (RCRA) 1970 (disetujui dan kembali disyahkan oleh Hazarduos and Solid Waste Amendment Act/HWSA 1984)

 Comprehensive Enviromental Respone, Compensation, and Liability Act (CERCLA) 1980.

Undang–undang RCRA menugasi AS Enviromental Protection Agency (EPA) dengan memberikan perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan dari pengaturanyang tak layak atas pembuangan limbah berbahaya dengan mengeluarkan dan memberlakukan peraturan terhadap limbah-limbah semacam itu.

RCRA mengisyaratkan bahwa limbah-limbah yang berbahaya dan karakteristiknya dicatat dan dikontrol dari saat asal muasalnya hingga pembungannya yang memadai ataupun pengahncurannya.

Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perusahaan- perusahaan yang menghasilkannya dan perusahaan transportasi limbah yang berbahaya mensyaratkan bahwa mereka melakukan catatan rinci, termasuk laporan aktivitas mereka dan manifest/surat muatan guna menjamin pelacakan yang layak atas limbah berbahaya melewati system transportasi. Kontainer- kontainer yang diijinkan dan label harus digunakan pemusnahan.

Terdapat sekitar 290 juta ton limbah yang diatur oleh RCRA. Di AS kira-kira ada 3000 tempat yang terlibat dalam pemurnian/treatment, penimbunan, dan pemusnahan dari pada limbah RCRA.

Undang-undang CERCLA (superfund) berhubungan dengan pelepasa bahan-bahan berbahaya yang potensial dan actual yang memilki potensi membahayakan manusia dan lingkungan sekelilingnya pada tempat-tempat pembuangan limbah berbahaya yang kosong dan tak terkontrol di AS. Undang-undang

(34)

mensyaratkan pihak-pihak yang bertanggung jawab atau pemerintah membersihkan tempat-tempat sampah. Diantara tujuan utama CERCLA adalah sebagai berikut:

 Identifikasi tempat.

 Evaluasi bahaya dari pada tempat limbah.

 Evaluasi bahaya bagi sumber daya alam.

 Memonitor pelepasan zat-zat berbahaya.

 Pemindahan atau pembersihan limbah oleh pihak yang bertanggung jawab/pemerintah.

CERCLA telah diperluas selama lima tahun dengan pengesahan Superfund Amendements and Reauthorization Act (SARA) pada tahun 1986, perundang-undangan dengan skope yang meluas dan 8.5 juta US dollar untuk waktu lima tahun. Sebenarnya lebih panjang dari pada CERCLA, SARA mempunyai tugas dan tujuan penting sebagai berikut:

 Lima kali lipat peningkatan pendanaan hingga 8,5 juta US dollar untuk lima tahun.

 Alternatif-alternatif untuk pembuangan di daratan yang membantu solusi permanen dengan pengurangan volume, mobilitas dan keracunan limbah.

 Meningkatkan tekanan bagi kesehatan publik, riset, training, dan keterlibatan warga Negara dan pemerintah Negara bagian.

 Kodifikasi peraturan-peraturan yang menjadi kebijakan di bawah CERCLA.

 Keharusan adanya jadwal dan tujuan tentang masa berlakunya peraturan.

 Prosedur peraturan baru dan otoritas bagi pelaksanaan.

 Sebuah program baru tentang kebocoran tangki-tangki penyimpan bawah tanah.

(35)

Pada awal 1994, kongres Amerika mengesahkan kembali undang-undang yang di bahas di atas.

2.2 Klasifikasi Limbah B3

2.2.1. Klasifikasi Limbah dan Bahan-bahan Berbahaya

Berbagai zat kimia spesifik dengan penggunaan yang luas adalah berbahaya karena reaktivitas kimianya, bahaya kebakaran, bahaya keracunan, dan kandungan-kandungan lainnya. Ada berbagai macam zat yang berbahaya yang biasanya mengandung campuran kimia spesifik. Hal tersebut meliputi:

 Bahan peledak, misalnya dinamit, atau amunisi.

 Gas-gas tekanan tinggi misalkan hidrogen dan sulpur dioksida.

 Cairan yang mudah terbakar misalkan gas oil/minyak tanah almunium alkali.

 Bahan-bahan keras yang mudah terbakar, metal magnesium, sodium hidrit, dan kalsium carbide yang siap terbakar adalah reaktip dengan air, atau terbakar secara spontan.

 Bahan-bahan korosif, termasuk oleum, sulfur oksida, dan soda caustik, yang akan melukai kulit terbuka atau menyebabkan porak-porandanya kontainer logam.

 Bahan-bahan beracun misalnya seperti asam hidrosianida atau aniline.

 Bahan-bahan etiologik termasuk agen penyebab antraks, botulisme, atau tetanus.

 Bahan-bahan radioaktif, termasuk plutonium, cobalt-60 dan uranium hexafluorida.

(36)

a. Karakteristik Bahan Berbahaya dan Beracun

Untuk tujuan perundang-undangan dan peraturan di AS, zat yang berbahaya secara resmi tercatat dan ditentukan sesuai dengan karakteristik umum. Wewenang Resource Conservation and Recover Act (RCRA) United States Environmental Protection Agency/biro perlindungan lingkungan AS yaitu menentukan zat- zat yang berbahaya sesuai dengan karakteristik sebagai berikut:

Kemampuan terbakar, karakteristik zat cair yang uapnya kemungkinan terbakar karena keberadaan sumber pembakaran, non liquid yang akan menangkap api dari gesekan atau sentuhan dengan air dan terbakar dengan hebat atau terus menerus, gas-gas dipadatkan yang dapat terbakar, oksidator.

Corrosivity, karakteristik zat yang menunjukkan keasaman tinggi atau basis atau adanya satu tendensi menyebabkan karat pada baja.

Reaktivitas, karekteristik zat yang memiliki tendensi perubahan kimia hebat (contoh bahan peledak, bahan piroporik, bahan yang bereaksi dengan air, atau sianida, atau limbah mengandung sulfit).

Beracun, didefinisikan menurut sebuah prosedur ekstraksi standard diikuti oleh analisis kimia bagi zat spesifik.

Sebagai tambahan bagi klasifikasi menurut karakteristik, EPA menentukan lebih dari 450 limbah tercatat yang merupakan zat spesifik atau kelas zat-zat yang di ketahui berbahaya. Masing- masing zat seperti itu memiliki sebuah nomor limbah berbahaya EPA dalam format huruf diikuti oleh tiga nomor, di mana huruf yang berbeda di berikan pada zat masing-masing dari empat/huruf sebagai berikut:

(37)

Tipe F limbah dari sumber-sumber nonspesifik, misalnya limbah air lumpur pendinginan pemanasan metal di mana cyasida digunakan dalam proses (F012).

Tipe limbah K berasal dari sumber spesifik misalnya:

Cairan berat yang berasal dari distilasi ethylene diklorin dalam produksi ethylene diklorida (K019).

P-tipe limbah yang sangat berbahaya. Limbah ini didapati sangat fatal terhadap manusia dalam dosis yang rendah, atau mampu menyebabkan atau secara signifikan membantu peningkatan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Bahan-bahan ini kebanyakan jenis kimia spesifik misalnya fluorine (P056) atau 3- chloropropane nitrile (P027).

U-tipe limbah lainnya yang berbahaya, bahan-bahan ini sebagian besar adalah campuran misalnya kalsium kromat (U032) atau phthalic anhidrida (U190).

Dibandingkan dengan RCRA, CERLA memberikan difinisi agak luas tentang zat-zat berbahaya yang meliputi berikut:

 Elemen, kumpulan, campuran cairan, atau zat-zat, yang lepas yang boleh jadi secara substansial membahayakan kesehatan publik, kesejahteraan publik atau lingkungan.

 Elemen, kumpulan, campuran, cairan atau zat-zat dalam kuantitas yang dilaporkan ditentukan oleh CERCLA bagian 102.

 Zat-zat tertentu atau polutan beracun yang di tentukan oleh Federal Water pollution Control Act.

 Zat-zat kimia yang akan segera berbahaya ataupun campurannya yang menjadi topik aksi pemerintahan

(38)

dalam bagian 7 dari Toxic Subtances Control Act (TSCA).

 Dengan pengecualian yang ditunda oleh kongres dalam Solid Waste Disposal Act, semua limbah berbahaya yang ditentukan atau memiliki karakteristik yang diidentifikasi oleh RCRA paragrap 3001.

b. Limbah Berbahaya

Setelah didefinisikan secara mendetail di atas, sekarang saatnya sampai pada yang lebih detail sehubungan dengan arti limbah berbahaya. Tiga pendeketan utama untuk mendefinisikan limbah berbahaya yaitu (1) sebuah diskripsi kualitatif pada asalnya, tipe, dan pendukungnya, (2) klasifikasi dengan dasar karaktristik terutama bedasarkan prosedur tes, dan (3) dengan cara konsentrasi zat-zat spesifik yang berbahaya. Limbah digolongkan menurut tipe umum, misalnya”spent halogenated solvents” atau pelarut terhalogenasi atau oleh sumber-sumber industri misalnya “picking liquor from steel manufacturing”atau mendapat cairan dari industri manufaktur baja.

Berbagai negara mempunyai definisi yang berbeda tentang limbah yang berbahaya. misalnya The Federal Republic of Germany Federal Act tentang Pembangunan Limbah (1972, yang diamandir tahun 1976) menyebutkan limbah khusus adalah khususnya berbahaya bagi kesehatan manusia, udara, air, atau eksplosif, mudah terbakar, atau boleh jadi menyebabkan penyakit. “The Ontario Waste Management Corporation” sebuah biro propinsi yang di bentuk lembaga konstitusi Ontorio, Kanada mendefinisikan limbah khusus adalah cairan industri dan limbah yang berbahaya yang tidak layak disuling dan dibuang pada sistem penyulingan

(39)

limbah, pembakaran atau di tanam di daratan yang karenannya memerlukan perlakuan khusus.

Limbah radioaktif adalah sebuah persoalan bagi berbagai negara yang memiliki pembangkitan listrik nuklir atau industri atau senjata nuklir yang signifikan. Di AS, limbah seperti itu di atur di bawah Neclear Regulatory Commission (NRC) dan depertemen energi/Departemen of Energi (DOE). Problem khusus dihadirkan oleh limbah campuran yang mengandung limbah kimia dan limbah radioaktif. Salah satu contoh baru baru ini tentang sebuah fasilitas yang disulitkan oleh radioaktif dan limbah campuran di AS adalah Rocky Flat di dekat Denver, Colorado, yang digunakan untuk memproduksi sanjata nuklir semenjak tahun 1950 an, kompleks ini memperkerjakan 6000 pekerja meliputi 384 are di tengah-tengah 6650 are daerah penyangga/buffer zone, dan mendiami 134 bangunan dengan luas area kira-kira 90.000 m2.Dalam tahun 1957 dan 1969, terjadi kebakaran lagi yang menyangkut plutonium.

Plutonium menyebar di daratan Rocky Flats, dan terjadi beberapa insiden pelepasan tritium pada sumber mata air minum. Diantara sebagian besar limbah yang harus ditangani di Rocky Flats adalah sebagai berikut:

Radionuclides: americium 241, plutonium 238, 239, 241, 242 thorium 232, tritium, uranium 233, 234, 238.

Logam beracun: berllium, cadmium, chromium, timbal, air raksa, nikel.

Pelaryt: bensin, karbon tetrachloride, chlorofrom, chlorometan, tetracholoroetheylene, 1,1,1-trichloroetane, trichloroethylene.

Berbagai campuran berbahaya: benzenedine, 1,3- butadeine, ethylene oxide, propylene oxide, formaldehyde hydrazine, nitric acid.

(40)

Problem besar sehubungan dengan limbah radioaktif adalah handford Nuclear Reservation terletak dekat Richland di negara bagian Washington. Ini adalah lokasi sebuah fasilitas besar untuk memproduksi plutonium yang di peruntukkan bagi senjata nuklir dari tahun 1940-an hingga kira-kira 1990. Proses ekstraksi uranium plutonium (purex) digunakan untuk mengekstraksi plutonium dari bahan bakar reakton nuklir neutron uranium tak teradisi. Produksi setiap kg limbah radioaktif tinggi dan kira-kira 200.000 liter limbah nuklir adalah tangki 101-SY yang mengandung 48 kg plutonium di dalam 4 juta liter lumpur yang berbahaya. Radioaktif di dalam tangki memanaskan isinya, dan reaksi kimia menghasilkan campuran gas hidrogen dan nitrogenoksida yang mudah meledak.

Pada interval kira-kira 90 hari, suatu gelembung-gelembung gas dilepaskan, dan isi tangki mendingin. Selama kejadian ini lapisan kerak di atas limbah naik kira-kira 30 cm. Ini benar-benar situasi yang menarik.

2.2.2. Identifikasi limbah B3 menurut PP No 18 Tahun 1999 Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan karakteristiknya.

1. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi:

a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

b. Limbah B3 dari sumber spesifik;

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan bekas, kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegah korosi (inhibitior korosi), pelarut kerak, pengemasan dan

(41)

lain lain (contoh dapat dilihat pada lampiran 1). Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan (contoh dapat dilihat pada lampiran 2). Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasai, karena tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat di manfaatkan kembali, maka suatu produk menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolahan seperti limbah B3 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa (contoh dapat dilihat pada lampiran 3)

2. Daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan D223 dapat dinyatakan limbah B3 setelah di lakukan uji Toxicity Characteristic Leaching Prosedure(TCLP)dan/ atau uji karaktristik.

3. Memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut a. Mudah meledak

b. Mudah terbakar c. Bersifat reaktif d. Beracun

e. Menyebabkan infeksi dan f. Bersifat korosif.

4. Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain yang apabila diuji dengan metode toksikologi memiliki LD50 di bawah ambang batas yang telah ditetepkan. Pengujian karaktristik limbah dilakukan sebelum limbah tersebut mendapat perlakuan pengolahan. Dalam ketentuan ini yang di maksud dengan:

(42)

a. Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu tekanan standar (25oC, 760 mmHg) dapat meledak atau melaluireaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

b. Limbah mudah terbakar adalah limbah limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut:

1. Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC (140oF) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.

2. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25oC, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.

3. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.

4. Merupakan limbah pengoksidasi.

c. Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut:

1. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan.

2. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.

3. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan

(43)

gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

4. Merupakan limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

5. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25OC, 760 mmHg).

6. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena lepas atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

d. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serus apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut, penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mulut konsentrasi TCLP (Toxicity Charactristic Leaching Prosedure) pencemar organik dan aroganik dalam limbah sebagaimana PP No. 18 tahun 1999. Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang trerdapat dalam lampiran 4, dengan konsentrasi sama atau lebih besar dari nilai dalam lampiran 4 tersebut, maka limbah tersebut merupakan limbah B3. Bila ini ambang batas zat pencemar tidak terdapat pada lampiran Tabel 4 tersebut maka dilakukan uji toksikologi.

(44)

Toxicity characteristic leaching procedure (TCLP) adalah metode ekstraksi sampel untuk analisis kimia digunakan sebagai metode analisis untuk mensimulasikan pencucian melalui tempat pembuangan akhir. Metodologi pengujian digunakan untuk menentukan apakah limbah adalah bersifat berbahaya (limbah B3 daftar D). TCLP terdiri dari empat prosedur mendasar yaitu persiapan sampel untuk pencucian, pencucian sampel, persiapan lindi untuk analisis dan analisis lindi. Prosedur TCLP biasanya berguna untuk mengklasifikasikan bahan limbah untuk pilihan pembuangan. Dalam prosedur TCLP pH bahan harus ditentukan, dan kemudian dicuci dengan asam asetat/larutan natrium hidroksida dengan perbandingan 1:20 campuran sampel dengan pelarut atau 100 g sampel dan 2000 mL larutan. Campuran dalam alat ekstraksi harus ditutup untuk mencegah senyawa volatile menguap, dan ekstraksi dilakukan selama 18 jam, kemudian disaring dan larutan dianalisis. Menurut EPA (Environmental Protection Agency) prosedur TCLP yaitu mengambil sub-sampel limbah diekstrak dengan larutan buffer asam asetat selama 18 ± 2 jam. Ekstrak yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menentukan apakah memenuhi standar dalam Tabel 2.1.

(45)

Tabel 2.1 Konsentrasi maksimum bahan pencemar untuk karakterisasi racun

No. Bahan pencemar Konsentrasi maksimum (mg/L)

1 Arsenic 5.0

2 Barium 100.0

3 Benzene 0.5

4 Cadmium 1.0

5 Carbon tetrachloride 0.5

6 Chlordane 0.03

7 Chlorobenzene 100.0

8 Chloroform 6.0

9 Chromium 5.0

10 o-Cresol 200.0

11 m-Cresol 200.0

12 p-Cresol 200.0

13 Cresol 200.0

14 2,4-Dichlorobenzene 10.0

15 1,4-Dichlorobenzene 7.5

16 1,2-Dichloroethane 0.5

17 1,1-Dichloroethylene 0.7

18 2,4-Dinitrotoluene 0.13

19 Endrin 0.02

20 Heptachlor (dan hidroksida) 0.008

21 Hexachlorobenzene 0.13

22 Hexachloro-1,3-butadiene 0.5

23 Hexachloroethane 3.0

24 Lead 5.0

25 Lindane 0.4

26 Mercury 0.2

27 Methoxychlor 10.0

28 Methyl ethyl ketone 200.0

29 Nitrobenzene 2.0

30 Pentachlorophenol 100.0

31 Pyridine 5.0

32 Selenium 1.0

33 Silver 5.0

34 Tetrachloroethylene 0.7

(46)

No. Bahan pencemar Konsentrasi maksimum (mg/L)

35 Toxaphene 0.5

36 Trichloroethylene 0.5

37 2,4,5-Trichlorophenol 400.0

38 2,4,6-Trichlorophenol 2.0

39 2,4,5-TP (Silvex) 1.0

40 Vinyl chloride 0.2

41 Methoxychlor 10.0

42 Methyl ethyl ketone 200.0

43 Nitrobenzene 2.0

44 Pentachlorophenol 100.0

45 Pyridine 5.0

46 Selenium 1.0

47 Silver 5.0

48 Tetrachloroethylene 0.7

49 Toxaphene 0.5

50 Trichloroethylene 0.5

51 2,4,5-Trichlorophenol 400.0

52 2,4,6-Trichlorophenol 2.0

53 2,4,5-TP (Silvex) 1.0

54 Vinyl chloride 0.2

e. Limbah yang menyebabkan infeksi bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari labotarium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit yang dapat menular, limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang di tularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah.

(47)

f. Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut:

1. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55oC.

3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat baja.

Uji toksikologi dengan LD50 adalah perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram) yang dapat menyebabkan kematian 50% populasi mahluk hidup yang di jadikan percobaan. Apabila LD50 lebih besar dari 15 gram per kilo gram berat badan maka limbah tersebut bukan limbah B3. Untuk melakukan uji toksikologi dengan bio essai dilaksanakan untuk limbah B3 yang tidak mempunyai dosis referensi dan/atau limbah B3 yang bersifat akut.

Adapun limbah B3 yang bersifat kronis di telaah dengan metodologi perhitungan dan atau berdasarkan hasil studi dan perkembangan ilmu pengetahuan yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan. Bilamana limbah tersebut dinyatakan limbah non B3, setelah dilakukan pengujian toksikologi, maka pengelolaannya dapat dilakukan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggungjawab.

5. Pengawasan limbah berbahaya, polusi udara dan air

Agak berlawanan, tindakan-tindakan yang diambil untuk mengurangi polusi udara dan air mempunyai tendensi meningkat limbah berbahaya. Kebanyakan proses pemurnian air

(48)

menghasilkan lumpur ataupun cairan konsentrat yang memperlukan stabilisasi dan pembuangan. Proses penggosokan dengan udara/scrubbing air proses demikian pula menghasilkan lumpur. Pengendapan dan unit pengolahan limbah selalu mengontrol pencemaran udara atas segala hasil limbah padat yang signifikan jumlahnya, beberapa di antaranya berbahaya.

2.3 Asal dan Jumlah Limbah

Bab ini berhubungan dengan segala macam dan jumlah limbah yang berbahaya maupun yang tidak. Dalam pengertian non peraturan tidak terdapat pemisahan yang tajam antara limbah berbahaya dan tidak berbahaya. Beberapa limbah, misalnya limbah logam berat beracun, beberapa diantaranya adalah berbahaya.

Sebagai perbandingan daun-daun yang rontok dan potongan- potongan dahan dianggap sebagai tidak menyebabkan bahaya, dimana batang pohon yang tumbang adalah menimbulkan bahaya kebakaran pada kondisi-kondisi tertentu. Bahan-bahan yang karena sifat-sifatnya sendiri tidak berbahaya boleh jadi berinteraksi dengan zat-zat berbahaya. Misalnya, zat-zat humus dari daun-daun yang membusuk boleh jadi larut dan memindah ion-ion logam berat.

Jumlah yang mencengangkan dari segala limbah diprodusir oleh kegiatan manusia. Misalnya limbah-limbah termasuk sampah perkotaan. Lumpur kotoran residu-residu pertanian dan racun, hasil samping proses pabrik.

Suatu gambaran tentang kuantitas limbah padat dapat diperoleh dengan memperhatikan limbah dari industri pertambangan. Kuantitas limbah yang semacam itu dapat sangat besar karena sejumlah banyak gunung harus diolah guna mendapatkan bijih dan karena logam atau bahan-bahan yang berharga secara ekonomis biasanya dalam presentase kecil dari

(49)

bijih-bijih tersebut. Karenanya hasil samping limbah yang terkumpul sangatlah banyak. Limbah pertambangan menyebabkan lebih kurang setengah dari pada limbah padat yang dihasilkan di AS, dengan jumlah kira-kira 2 juta metrik ton setiap tahun.

a. Limbah padat yang tidak berbahaya

Adalah layak mempertimbangkan limbah “tak berbahaya”

(limbah padat, sampah perkotaan, dan sampah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia) bersama dengan limbah berbahaya karena boleh jadi ia tidak berbahaya dalam segala kasus dan situasi, dan ia boleh jadi berinteraksi dengan limbah berbahaya. Lebih lanjut lagi, jumlah hasil limbah padat setiap tahun adalah demikian banyak sehingga kapasitas menangani persoalan ini selalu dalam tekanan.

Pembuangan dari 92% sampah percobaan di AS pada pengukuran tanah oleh sebab itu ketika kuantitas limbah padat meningkat, kapasitas mengurukan tanah menurun. Ketika peraturan RCRA yang asli di setujui dalam tahun 1976, kira-kira 30.000 pengurukan tanah sedang beroprasi (meski banyak dari padanya sekedar membuang tanah). Ketika tahun 1988 jumlah pengurukan tanah perkotaan yang beroprasi menurun hingga kira-kira 6500 dan pada tahun 1994, bahkan lebih sedikit tersedia. Sebagai akibatnya, beberapa kota harus mengangkut sampah sejauh kira-kira 70 mil atau lebih dan bahaya.

Potensi pembakaran untuk menangani sampah kota sangatlah tinggi karena pembakaran dapat mengurangi bobot sebesar 75% dan mengurangi volume 90%. Akan tetapi keprihatinan lingkungan atas pengotor organik (khususnya dioxin) pada cerobong pembakaran dan logam berat pada abu pembakaran menurun pengembangan pembakaran sampah perkotaan di AS.

(50)

Daur ulang dapat mengurangi kuantitas limbah padat sebesar 50%, tetapi bukanlah obat mujarab yang diklaim oleh para pendukungnya yang bersemangat. Solusi menyeluruh atas persoalan limbah padat harus melibatkan beberapa macam tindakan, khususnya (1) pengurangan limbah pada asalnya, (2) daur ulang sebanyak mungkin, (3) mengurangi volume limbah sisa dengan cara pembakaran, (4) menyuling limbah residu sebanyak mungkin berubah menjadi tidak lumer dan tidak berbahaya, menempatkan bahan-bahan residu pada pengurukan dijaga ketat agar tidak lumer ataupun terlepas melalui cara lain.

b. Asal dan Jumlah Limbah Berbahaya

Jumlah limbah berbahaya yang dihasilkan setiap tahun tidaklah diketahui secara pasti dan tergantung definisi-definisi yang digunakan bagi material/bahan semacam itu. Dalam tahun 1988 angka limbah yang di atur RCRA berada pada jumlah 290 juta ton limbah padat. Beberapa limbah air berbahaya dihasilkan langsung oleh proses-proses yang memerlukan jumlah air yang besar bagi pemurniannya, dan limbah-limbah cair lainnya dihasilkan oleh campuran limbah berbahaya dengan air limbah.

Beberapa limbah yang mungkin menunjukkan tahapan berbahaya dikecualian oleh peraturan RCRA dengan undang- undang. Perkecualian limbah-limbah tersebut termasuk berikut.

 Abu bahan bakar dan kerak lumpur yang berasal dari pembangkit tenaga.

 Lumpur pengeboran minyak dan gas.

 Produk samping air asin dari produksi minyak bumi.

 Abu cerobong semen.

 Limbah dan lumut dari pertambangan fosfat dan semacamnya.

Gambar

Gambar 1.1 Siklus metil merkuri di lingkungan
Gambar 1.2 Sungai yang tercemar oleh limbah bahan berbahaya  dan beracun
Gambar 1.3 Sungai yang tercemar limbah bahan berbahaya dan  beracun
Gambar 1.4 Sungai yang tercemar dengan menimbulkan warna
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun adalah Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun meliputi tata

Akibat hukum bagi rumah sakit apabila tidak melakukan pengolahan limbah medis yang tergolong Bahan beracun berbahaya adalah terkena pidana sesuai ketentuan dalam

3.3 Pengemasan dan Penyimpanan Limbah B3 Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan

Pengertian Limbah B3 Bahan Berbahaya & Beracun bedasarkan PP 101 tahun 2014 pada pasal 1 adalah usaha/kegiatan yang mengandung zat, energi, dan/atau resiko, baik secara langsung, dapat

Makalah ini membahas tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam konteks kimia

Evaluasi pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3 PT Kilang Minyak

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di Indonesia sangat krusial karena dampaknya pada kesehatan

Makalah evaluasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di sektor industri untuk program studi Teknik Mesin serta pengelolaan lingkungan