• Tidak ada hasil yang ditemukan

Parameter Uji Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

N/A
N/A
yanti susanti ridwan

Academic year: 2025

Membagikan "Parameter Uji Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PRESIDEN

REPUELIK INDONESIA

LAMPIRAN X

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2021

TENTANG

PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PARAM ETER UJI KARAKTERISTIK

LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

NOMOR UJI

KARAKTERISTIK

KRITERIA PENETAPAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (KATEGORT 1 ATAU KATEGORT 2)

1 Mudah meledak (explosiue

-

E)

mudah meledak (mudah meledak) bah yang pada suhu dan tekanan standar

yaitu

2SoC (dua

putuh lima

derajat Celcius)

atau

760 mmHg

(tujuh

ratus enam

puluh

millimeters

of

mercuryl dapat meledak,

atau melalui reaksi kimia dan/atau

fisika

dapat

menghasilkan

gas

dengan

suhu

dan

tinggi yang dengan cepat

dapat Limbah 83

adalah Lim

tekanan

merusak sekitarn a.

2 Mudah

menyala (ignitable - Il

t

mudah menyala adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:

a)

Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24o/o (dua puluh empai persen) volume dan/atau pada

titik

nyala tidak lebih dari 60oC (enam puluh derajat Celcius) atau 14OoF (seratus empat puluh

derajat

Fahrenheit)

akan

menyala jika

terjadi kontak

dengan

api,

percikan api

atau

sumber

nyala lain pada

tekanan udara 760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters

of

meranry). pengujian sifat mudah menyala untuk limbah bersifat cair dilakukan menggunakan seta closed. tester,

Limbah

83

bersifa

lain martens closed

pensky atp ata,u metode

Setara dan termutakh r dan atau

SK No 097091 A

b) Limbah

(2)

REPUBLIK INDONESIA

-2-

NOMOR UJI

KARAKTERISTIK

KRITERIA PENETAPAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (KATEGORT 1 ATAU KATEGORT 2)

b)

Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar yaitu 25oC (dua puluh lima derajat Celcius) atau

760 mmHg (tujuh ratus enam

puluh millimeters

of

mercury)

mudah

menyala melalui gesekan, penyerapan uap

air

atau

perubahan kimia secara spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus. Sifat

ini

dapat diketahui secara langsung tanpa harus melalui pengujian di laboratorium.

3 Reaktif (reactiue - R)

Limbah memiliki berikut:

adalah atau

E}3

reaktif

salah

satu

Limbah

yang

lebih

sifat-sifat

a) Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Limbah

ini

secara visual

menunjukkan adanya antara lain gelembung gas, asap, dan perubahan warna

b) Limbah yang

jika

bercampur dengan air

berpotensi menimbulkan

ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap. Sifat ini

dapat diketahui

secara langsung tanpa

melalui pengujian di

laboratorium;

dan/atau

c)

Merupakan Limbah sianida, sulfida yang pada kondisi

pH

antara

2

(dua)

dan

12,5

(dua belas koma lima) dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat diketahui melalui pengujian Limbah yang

dilakukan secara kualitatif.

Infeksius . .

(3)

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

-3-

NOMOR UJI

KARAKTERISTIK

KRITERIA PENETAPAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (KATEGORT 1 ATAU KATEGORT 2) 4 Infeksius

(infectious - X)

Limbah

83

bersifat infeksius

yaitu

Limbah medis padat yang terkontaminasi organisme

patogen

yang tidak

secara

rutin ada di lingkungan, dan organisme tersebut dalam

jumlah dan virulensi yang cukup

untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

Yang termasuk

ke

dalam Limbah infeksius antara lain:

a.

Limbah yang berasal dari perawatan pasien

yang memerlukan isolasi penyakit menular

atau perawatan intensif dan

Limbah

laboratorium;

b.

Limbah yang berupa benda tajam seperti

jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, dan pecahan gelas;

c.

Limbah patologi yang merupakan Limbah

jaringan tubuh yang terbuang

dari

proses

bedah atau otopsi;

d.

Limbah yang berasal

dari

pembiakan dan

stok bahan infeksius, organ binatang percobaan, bahan lain yang

telah

diinokulasi, dan terinfeksi atau

kontak

dengan bahan yang sangat

infeksius;

dan/atau

e.

Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan

yang

terkontaminasi

dari

persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi

kanker yang mempunyai

kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.

SK No 065431 A

Korosif . .

(4)

REPUBLIK INDONESIA

-4

NOMOR UJI

KARAKTERISTIK

KRITERIA PENETAPAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (KATEGORT 1 ATAU KATEGORT 2) 5 Korosif

(corrosiue - C)

Limbah 83 korosif adalah Limbah

yang

memiliki salah satu atau lebih

sifat-sifat berikut:

a) Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2

(dua) untuk Limbah bersifat asam dan sama

atau lebih besar

dari

12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa. Sifat korosif

dari Limbah padat dilakukan dengan

mencampurkan Limbah dengan

air

sesuai

dengan metode yang berlaku dan jika limbah dengan

pH

lebih

kecil atau

sama dengan

2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan pH

lebih

besar

atau

sama dengan

I2,5

(dua

belas koma lima) untuk yang bersifat basa;

dan/atau

b) Limbah yang menyebabkan

tingkat

iritasi yang ditandai dengan adanya kemerahan

atau eritema dan

pembengkakan atau edema.

Sifat ini dapat

diketahui dengan melakukan pengujian pada hewan uji mencit dengan menggunakan metode yang berlaku.

6 Beracun (toxic - Tl

Limbah 83 beracun adalah Limbah yang

memiliki karakteristik beracun berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LDso, dan uji sub-kronis.

a.penentuan...

(5)

PRESIDEN

REPUEUK INDONESIA

-5-

NOMOR UJI

KARAKTERISTIK

KRITERIA PENETAPAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (KATEGORT 1 ATAU KATEGORT 2)

a.

Penentuan karakteristik beracun melalui TCLP

1)

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah E}3

kategori

1

(satu)

jika Limbah memiliki

konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana

tercantum

dalam Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

2l

Limbah diidentifikasi sebagai Limbah 83 kategori

2

(dua)

jika Limbah memiliki

konsentrasi

zat

pencemar sama dengan

atau lebih kecil dari

TCLP-A

dan

lebih besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum

dalam Lampiran XI yang

merupakan bagian

tidak

terpisahkan

dari

Peraturan

Pemerintah ini.

. uji

Toksikologi

LDso

Limbah diidentifikasi

sebagai

Limbah

E}3

kategori 1 jika Uji Toksikologi LDso oral

7

(tujuh)

hari

memiliki

nilai

lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram

per

kilogram)

berat

badan pada hewan uji

mencit.

Limbah diidentilikasi

sebagai

Limbah

E}3

kategori 2 jika Uji Toksikologi LDso oral

7

(tujuh)

hari

memiliki

nilai

lebih besar S0

mglke (lima puluh miligram per

kilogram) berat badan pada hewan

uji

mencit dan lebih kecil atau sama dengan 5000 mglkg (lima ribu

miligram per

kilogram)

berat badan

pada

hewan uji mencit.

Nilai

Uji

Toksikologi LDso dihasilkan

dari

uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui

uji

hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji.

Nilai Uji Toksikologi LDso diperoleh dari analisis probit terhadap hewan uii.

SK No 065433 A

c.Sub-kronis...

(6)

REPUBLIK INDONESIA

-6-

NOMOR UJI

KARAKTERISTIK

KRITERIA PENETAPAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (KATEGORT 1 ATAU KATEGORT 2) c. Sub-kronis

kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi, studi perilaku respon antar individu hewan uji, dan/atau histopatologis.

diidentifikasi

uJ

unj

Limbah SCbagai Limbah B3

kategori 2 (dua Jika toksikologi Sub-kronis hewan men

pada uJ crt SClama 9 0 Sembilan hari men

puluh) ukkan sifa

t

racun SUb-

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JOKO WIDODO

ttd

Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

De Perundang-undangan dan trasi Hukum,

anna Djaman

I

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penghambat yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam lmplementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Faktor penghambat yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam lmplementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Makalah ini membahas tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam konteks kimia

Dokumen ini berisi daftar fasilitas pengelolaan limbah dan bahan berbahaya beracun yang tersedia di

Peraturan ini menetapkan simbol dan label untuk limbah bahan berbahaya dan

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di Indonesia sangat krusial karena dampaknya pada kesehatan