• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis

Dalam dokumen pengaruh dana perimbangan terhadap anggaran (Halaman 48-54)

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Analisis Data Regresi Linear Sederhana dan diuraikan secara deskriptif, yaitu suatu metode dalam penelitian dengan metode pendekatan untuk pemodalan hubungan antara suatu variabel dependen dan variabel independent. Dalam analisis regresi linear sederhana, hubungan antara variabel bersifat linear, dimana perubahan pada variabel (X) akan diikuti perubahan variabel (Y) secara tetap. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi,

32

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta, sifat-sifat serta pengaruh fenomena yang diteliti.

Adapun rumus teknik analisis data regresi linear sederhana adalah sebagai berikut:

Y = α + bX

Keterangan :

Y = Anggaran Pembangunan α = Intercept/konstanta X = Dana Perimbangan

b = Koefisien regresi dari variabel x

Dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan analisis kuantitatif yaitu dengan model analisis linier. Untuk mengetahui pengauruh variabel independen dan variabel dependen maka dilakukan penelitian terhadap hipotesis pada penelitian ini. Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang paling sesuai, dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis diantaranya adalah uji asumsi klasik yang mencakup uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji autokorelasi. Serta analisis regresi sederhana yang mencakup koefisien determinasi (R2) .

1. Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah model regresi estimasi baik atau tidak dan memberikan hasil yang akurat serta efisien dalam pendugaan, pengujian, dan peramalan maka model regresi tersebut perlu terlebih dahulu diuji asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu bagian dari uji persyaratan analisis data atau uji asumsi klasik, artinya sebelum melakukan analisis yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus diuji kenormalan distribusinya. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data penelitian yang dilakukan memiliki distribusi yang normal atau tidak. Adapun dasar pengambilan keputusan memenuhi normalitas atau tidak, adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel bebas (tidak terjadi multikolinieritas). Jika variabel bebas saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Orthogonal adalah variabel bebas yang nilai kolerasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.

Dasar pengambilan keputusan pada uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factory). Melihat nilai tolerance yaitu:

34

1) Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas terhadap data yang di uji.

2) Jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka artinya terjadi multikolonieritas terhadap data yang di uji. Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factory) adalah:

3) Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas terhadap data yang di uji.

4) Jika nilai VIF lebih besar dari 10,00 maka artinya terjadi multikolinieritas terhadap data yang di uji.

c. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

2. Uji Statistik

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah proporsi dari variasi total pada variabel terikat yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas. Koefisien determinasi sangat mudah dihitung karena merupakan koefisien korelasi yang dikuadratkan atau bisa disebut R square. R2 ini juga dapat digunakan untuk melihat apakah persamaan regresi dari penelitian yang dilakukan mampu memprediksi variabel terikatnya (y), nilai dari koefisien determinasi adalah berkisar antara 0 sampai dengan 1 dimana 0 < R2 < 1 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1) Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol, berarti kemampuan variabel- variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel tidak bebas dan sangat terbatas.

2) Nilai R2 mendekati satu, berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan hamper semua informasi yang digunakan untuk memprediksi variasi variabel tidak bebas.

Sedangkan koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui sumbangan variabel bebas X dalam mempengaruhi naik/turunnya variabel terikat Y dalam bentuk persen (%). Formulasinya adalah memperpangkatduakan nilai koefisien korelasi, yaitu R2.

b. Uji Parsial (Uji-t)

Yakni untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau individu terhadap variabel terikat dengan asumsi variabel yang lain konstan. Lalu, terkait dengan pengujian hipotesis yang diajukan penelitian ini, maka dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis adalah sebagai berikut: pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan p-value dengan tingkat signifikan (alpha/α) sebesar 0,05 atau dengan membandingkan nilai C.R. dengan t-tabel.

Berikut akan dijelaskan pengujian hipotesis (dalam bentuk symbol statistic berupa Ho : yaitu tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari Dana Perimbangan terhadap Anggaran Pembangunan sebagai hipotesis alternatif, yaitu menyatakan terdapat hubungan yang

36

positif dan signifikan dari Dana Perimbangan terhadap Anggaran Pembangunan) yang digunakan pada penelitian ini.

1) Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas:

a) Jika p-value < 0.05, maka Ho ditolak b) Jika p-value > 0.05, maka Ho diterima 2) Pengambilan keputusan berdasarkan t hitung:

a) Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak b) Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Kolaka Utara

Kabupaten Kolaka Utara adalah sebuah kabupaten yang berada di daratan tenggara Pulau Sulawesi dan secara geografis terletak pada bagian barat. Kabupaten Kolaka Utara memanjang dari utara ke selatan berada diantara 2°46’45”-3°50’50” Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 120°41’16”-121°26’31” Bujur Timur. Dengan batas wilayah:

a) Sebelah Utara: Kabupaten Luwu Timur (Provinsi Sulawesi Selatan)

b) Sebelah Timur: Kecamatan Uluwoi Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe Utara (Provinsi Sulawesi Tenggara)

c) Sebelah Barat: Pantai Timur Teluk Bone

d) Sebelah Selatan: Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka (Provinsi Sulawesi Tenggara)

Kabupaten Kolaka Utara adalah Kabupaten yang terletak pada permukaan wilayah yang terdiri dari gunung, bukit, lembah, dan laut.

Diantara jenis permukaan tersebut terdapat lahan yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.

37

Kabupaten Kolaka Utara memiliki beberapa sungai yang tersebar pada 15 kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber listrik, pertanian, perikanan, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga, dan pariwisata. Beberapa sungai telah digunakan untuk keperluan irigasi pertanian teknis, setengah teknis maupun irigasi sederhana.

Kabupaten Kolaka Utara memiliki wilayah perairan (laut) yang sangat luas sepanjang pantai timur Teluk Bone yang diperkirakan mencapai ±12.376 km2. Karakteristik dasar perairan yang landai, terjal dan sangat terjal dengan pesisir pantai dari paparan batuan, teluk dan muara sungai serta daerah estuaria yang kaya dengan organisme planton. Kondisi ini sangat menjanjikan untuk kegiatan perikanan, perhubungan dan pariwisata.

Musim di Kabupaten Kolaka Utara umumnya sama seperti di daerah lainnya di Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau yang dipengaruhi dua jenis angin muson. Musim hujan terjadi akibat adanya angin muson barat yang bertiup dari Samudera Hindia yang mengandung banyak uap air. Curah hujan yang terjadi cukup tinggi dan hamper merata setiap bulannya, sehingga Kabupaten Kolaka Utara memiliki wilayah yang subur.

2. Sejarah Singkat Kabupaten Kolaka Utara

Penduduk wilayah Kolaka pada tahap awal dikenal dengan nama “Tu Unenapo” yang merupakan penduduk mayoritas. Selain suku

dengan popolasi yang relatif kecil seperti: To Laiwo dan To Aere yang hidup secara berkelompok berdasarkan etnisnya di wilayah Kecamatan Pakue, Lasusua, Mowewe, Uluiwoi, Ladongi, dan Lambandia.

Suku bangsa tersebut tersebar di wilayah Kolaka melalui gerak persebaran suku-suku yang ada di sulawesi bagian tengah dan timur yang berpusat di danau Matana, Mahalona dan towuti. Setelah beberapa lama bermukim di wilayah tersebut mereka berpencar ke wilayah Luwu, Mekongga, Konawe, Poso dan Bungku.

Nenek moyang orang Mekongga kemudian membentuk perkampungan yang disebut Napoaha (Napo: Pusat Pemukiman, Aha:

Luas/ Besar), diantara pemukiman mereka terdapat Lalowa dan Andolaki. To Moronene dan To Laiwoi merupakan penduduk yang mula- mula mendiami daerah Unenapo (Kolaka) yang kelak menjadi wilayah Kerajaan Mekongga.

Di tahun 1906, orang belanda tiba didaerah ini. Saat itu seorang pimpinan (anakia) wafat. Si opsir belanda bertanya kepada warga perihal suku yang menghuni daerah itu. Seorang dari mereka menjawab

“Dahomiano Ntawe” yang berarti ada anakia (bangsawan) yang wafat.

Karena salah persepsi, orang belanda itu kemudian mencatat bahwa suku yang menghuni daerah itu adalah Lantawe atau orang Landawe.

Kata ini dalam aksen Mekongga berubah menjadi Landawe dan dikenal sampai hari ini. To Landawe artinya orang Landawe dari kata “tawe”

yang berarti jasad orang yang meninggal (bahasa Tolaki).

39

Masyarakat yang bermukim di wilayah kabupaten Kolaka bagian utara sejak tahun 1960-an sebenarnya telah berupaya menghadirkan kabupaten baru sejalan perubahan sistem politik dengan pembentukan kabupaten dan provinsi. Kebijakan pemerintah pusat menetapkan kalau wilayah bagian utara kabupaten Kolaka yang juga dikenal dengan nama

“Patowanua” (artinya 4 wilayah yang dipersatukan, yakni; wonua Lewawo, wonua Lato, wonua Watunohu, serta wonua Kodeoha)” masuk dalam wilayah Kabupaten Kolaka.

Kabupaten baru yang dicita-citakan itu akhirnya terwujud pada 18 desember 2003 dengan lahirnya Undang-Undang No 29 tahun 2003 yang ditanda tangani oleh presiden Republik Indonesia kala itu, Megawati Soekarno Putri. Semua elemen masyarakat menyambut gembira pembentukan kabupaten baru itu. Sesaat setelah Undang- Undang 29/23 yang mengatur tentang pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi, dan Kabupaten Kolaka Utara di provinsi Sulawesi Tenggara ditanda tangani presiden, masyarakat Kolaka Utara menyambutnya dengan haru penuh kegembiraan.

Sambutan itu juga datang dari warga Kolaka Utara yang berdomisili diluar daerah.

Impian masyarakat yang berjuang menghadirkan hadirnya sebuah kabupaten baru telah terwujud. Daerah baru yang membawa harapan dan cita-cita baru bagi banyak kalangan. Warga Kolaka Utara

yang berkarir diluar daerah pun satu persatu terpanggil kembali kedaerahnya untuk membangun dan mengembangkanya.

3. Kependudukan

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Kolaka Utara

Tahun Years

Jenis Kelamin

Sex Rasio Jenis

Kelamin Sex Ratio Laki-Laki

Male

Perempuan Female

Jumlah Total

2016 72,476 68,230 140,706 106

2017 73,482 69,132 142,614 106

2018 74,677 70,004 144,681 107

2019 76,299 71,564 147,863 107

2020 77,796 73,035 150,831 107

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Utara, Tahun 2021 4. Keadaan Ekonomi

Struktur perekonomian pada suatu wilayah digambarkan oleh besarnya peranan dari besarnya masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan total pendapatan. Salah satu ciri suatu wilayah dikatakan perekonomiannya cukup mapan yaitu apabila struktur ekonominya didominasi oleh sektor tersier, salah satunya yaitu industri pengolahan.

Struktur ekonomi pada sektor pengolahan yaitu paling besar kontribusinya terhadap pembentukan pendapatan Kabupaten Kolaka Utara yaitu sektor perdagangan.

41

B. Hasil Penelitian (Penyajian Data) 1. Deskripsi Variabel

a. Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah salah satu indikator untuk mencapai sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dalam Garis- Garis Besar Halaman Daerah (GBHD) Kabupaten Kolaka Utara maka sejumlah dana dianggarkan untuk belanja aparatur daerah dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.2

Realisasi Anggaran Belanja Aparatur Daerah di Kabupaten Kolaka Utara

Tahun Anggaran Realisasi Persentase (%)

2015 2016 2017 2018 2019

808 061 509,08 907.021.272,68 799.677.225,55 855.251.845,94 889.101.785,00

754 081 027,98 872.676.620,24 745.708.553,59 779.038.128,16 878.766.610,67

20,11 15,72 -14,54

4,46 12,80

Sumber: Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Utara, Tahun 2021 Berdasarkan tabel 4.2 tersebut tampak bahwa anggaran belanja aparatur daerah menurun di tahun 2017 lalu Kembali naik di tahun berikutnya. Demikian halnya dengan realisasi anggaran untuk belanja aparatur daerah juga ikut mengalami penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2015, jumlah anggaran belanja aparatur daerah sebesar Rp. 808.061.509,08 sedang realisasinya hanya sebesar

Rp.754.081.027,98. Tahun berikutnya, yaitu tahun 2016 jumlah anggaran naik menjadi Rp. 907.021.272,68 dengan realisasinya mencapai Rp. 872.676.620,24. Demikian seterusnya ada penurunan anggaran pada tahun 2017 yang jumlahnya mencapai Rp.799.677.225,55 dengan realisasi Rp. 745.708.553,59 disini terlihat dengan jelas bahwa anggaran di tahun 2017 menurun dibanding pada tahun 2016. Selanjutnya pada tahun 2018 anggarannya terus meningkat sampai tahun 2019. Berdasarkan perubahan atas struktur anggaran dari tahun ke tahun sebelumnya yaitu format APBD untuk pos belanja aparatur daerah meliputi belanja administrasi umum, belanja operasi, dan belanja modal.

b. Anggaran Pembangunan

Anggaran pembangunan merupakan salah satu indikator untuk membuktikan kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah dan salah satu indikator kualitas kemakmuran suatu daerah maka dapat dilihat dari pembangunan suatu daerah.

Sedangkan mulai tahun 2014 pos belanja berubah meliputi belanja operasi, belanja modal, belanja tidak terduga dan transfer.

Konsekuensi dari perubahan ini adalah disatukannya seluruh anggaran untuk operasional seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan dan sosial, belanja barang, belanja bantuan keuangan, dan belanja bantuan keuangan kepada instansi vertikal dalam negeri. Sedangkan untuk

43

belanja modal meliputi belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan, irigasi dan jaringan, belanja aset tetap dan aset lainnya.

Fluktuasi terjadi sebagai akibat arah dan strategi kebijakan pembangunan mengalami pergeseran, terutama pada sektor-sektor yang dianggap menjadi prioritas pada tiap tahun anggaran. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh ketersediaan dan pembangunan baik yang dialokasikan dari pusat maupun daerah.

Tabel 4.3

Realisasi Anggaran Belanja Modal (Anggaran Pembangunan) di Kabupaten Kolaka Utara

Tahun Anggaran Realisasi Persentase (%)

2015 2016

2017 2018 2019

733 187 621,72 829 358 764,24 780 535 051,85 823 873 759,94 877.292.410,00

749 382 697,28 817 539 815,86 761 873 952,17 824 185 304,89 877.292.419,00

19,19 9,09 -6,80 8,17 6,44 Sumber: Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Utara, Tahun 2020 Apabila diamati, maka secara keseluruhan jumlah dana yang dikeluarkan untuk biaya pembangunan di Kabupaten Kolaka Utara sejak tahun anggaran 2015 hingga 2019 memang cenderung mengalami fluktuasi atau naik turun, kecuali pada dua tahun terakhir (2018-2019) yang terus meningkat. Jumlah belanja modal pada tahun 2018 yang sebesar Rp.

823.873.759,94 dengan jumlah belanja modal pada tahun 2019 yang berjumlah Rp. 877.292.410,00 yang berarti telah terjadi peningkatan belanja

modal. Hal ini menandakan bahwa dalam era otonomi daerah, pemerintah terus melakukan upaya yang signifikan bagi pembangunan di Kabupaten Kolaka Utara.

2. Analisis Data

Cara yang digunakan dalam mengkaji variabel independent yakni dana perimbangan yang mempengaruhi variabel dependen yaitu anggaran pembangunan adalah dengan menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana dengan metode OLS melalui bantuan SPSS versi 25.

a) Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan uji regresi linear sederhana maka perlu dilakukan beberapa uji diantaranya yaitu: uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut.

1) Normalitas

Uji normalitas yakni untuk membuktikan bahwa variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik yaitu distribusi data normal atau menghampiri normal.

Hasil uji normalitas dapat dilihat sebagai berikut:

45

Sumber: Output SPSS 25 Tahun 2021 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena bentuk grafik normal dan tidak melenceng ke kanan atau ke kiri.

Titik (data) yang tersebar sekitar garis diagonal dan penyebaran titik tersebut mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti bahwa model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas bersumber pada analisis grafik normal probability plot.

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah uji untuk mengetahui apakah terdapat suatu hubungan linear antara masing-masing variabel independent di dalam model regresi. Multikolinieritas ini biasa terjadi ketika sebagian besar variabel yang digunakan saling terikat satu sama lain di dalam model. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Berikut adalah output dari uji multkolinieritas:

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Toleranc

e VIF

1 DANA PERIMBANGAN 1.000 1.000 a. Dependent Variable: ANGGARAN PEMBANGUNAN Sumber: Output SPSS 25 Tahun 2021

Berdasarkan output pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai tolerance variabel dana perimbangan (X) sebesar 1.000 lebih besar dari 10, sementara itu, nilai VIF angggaran pembangunan (Y) yakni 1.000 lebih kecil dari 10.00. sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas berdasarkan pada nilai tolerance dan VIF.

3) Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini untuk memeriksa bahwa dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pemantauan ke pemantauan lainnya. Kriteria pemeriksaan yang dilakukan yaitu dengan memeriksa penyebaran titik data yang tidak bergabung, data yang baik apabila data menghambur dikeseluruhan gambar dan tidak berkumpul di satu titik saja.

47

Sumber: Output SPSS 25 Tahun 2021

Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas-Grafik Scatterplot

Hasil uji heteroskedastisitas dari gambar 4.2 membuktikan bahwa grafik scatterplot tersebut, terlihat titik menghambur secara acak dan tidak membuat satu pola tertentu yang jelas, serta terhambur baik diatas maupun dibawah. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi linear sederhana.

b) Uji Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi linear sederhana yaitu untuk mengamati variabel yang berpengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.5 Analisis Regresi Linear Sederhana Coefficientsa

Model

Unstandardize d Coefficients

Standar dized Coeffici

ents

T Sig.

Correlations

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Zero- order

Partia l

Par t

Tolera

nce VIF 1 (Constant) 2.400 2.205 1.088 .356

DANA PERIMBA NGAN

.625 .152 .921 4.099 .026 .921 .921 .92 1

1.000 1.000

a. Dependent Variable: ANGGARAN PEMBANGUNAN Sumber: Output SPSS 25 Tahun 2021

Berdasarkan print out tersebut, maka dapat dibentuk persamaan regresi linear sederhana, yaitu:

Y= 2,400 + 0,625X

Dari tabel 4.5 dapat dilihat persamaan tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:

a. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar 2,400, hal ini berarti apabila variabel dana perimbangan tidak mengalami perubahan atau tetap maka anggaran pembangunan Kabupaten Kolaka Utara sebesar 2,400%.

b. Koefisien regresi variabel dana perimbangan (X) sebesar 0,625, hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan dana perimbangan 1% maka anggaran pembangunan Kabupaten Kolaka Utara meningkat sebesar 0,625%.

49

c) Uji Statistik

1) Analisis Koefisien Determinan (R2)

Untuk mengetahui keeratan hubungan (korelasi) kedua variabel yang diteliti atau diperhatikan yakni X (Dana Perimbangan) dan Y (Anggaran Pembangunan) maka dapat dilihat nilai koefisien korelasi tersebut dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinan (R2) Model Summaryb

Mod el R

R Squar

e

Adjuste d R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin- Watson R

Square Change

F Chan

ge df1 df2 Sig.

F Cha nge 1 .92

1a

.849 .798 4.173 .849 16.80 5

1 3 .026 2.317 a. Predictors: (Constant), DANA PERIMBANGAN

b. Dependent Variable: ANGGARAN PEMBANGUNAN Sumber: Output SPSS 25 Tahun 2021

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,921, artinya terdapat hubungan yang kuat antara dana perimbangan dan anggaran pembangunan di Kabupaten Kolaka Utara yakni sebesar 92,1%. Selanjutnya diperoleh nilai koefisien determinan r square sebesar 0,849%. Hal ini mengandung arti bahwa dana perimbangan Kabupaten Kolaka Utara sebesar 84,9% dipengaruhi oleh dana perimbangan dan sisanya 15,1% dipengaruhi dari faktor-faktor lain.

2) Uji Parsial (Uji t)

Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian skripsi ini maka digunakan uji statistik t. Hipotesis yang dimaksud adalah:

Dasar pengambilan nilai signifikan : 1. Berdasarkan nilai signifikan (Sig.)

a. Jika nilai signifikasi < Probabilitas 0,05 maka ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau hipotesis diterima.

b. Jika nilai signifikasi > Probabilitas 0,05 maka tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau hipotesis ditolak.

2. Berdasarkan perbandingan nilai t_hitung dengan t_tabel

a. Jika nilai t_hitung > t_tabel maka ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau hipotesis diterima.

b. Jika nilai t_hitung < t_tabel maka tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau hipotesis ditolak.

Tabel 4.7 Uji Parsial t Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.400 2.205 1.088 .356

DANA

PERIMBANGAN

.625 .152 .921 4.099 .026

a. Dependent Variable: ANGGARAN PEMBANGUNAN Sumber: Output SPSS 25 Tahun 2021

51

t hitung :

(a/2 : n-k-l atau df residual) 5% (0.05)/2 = 5-1-1

0.025 = 3 t tabel = 3.182

Berdasarkan tabel 4.7 nilai signifikan variabel dana perimbangan mempunyai angka signifikasi sebesar 0,026 lebih kecil dari 0,05 (0,26 <

0,05). Berdasarkan perbandingan nilai t-hitung dengan t-tabel (4,099 > 3,182) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa variabel dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan di Kabupaten Kolaka Utara.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan sejumlah tahapan pemeriksaan sebelumnya menyangkut data dan metode, maka dapat dijelaskan keterkaitan dana perimbangan dengan anggaran pembangunan di Kabupaten Kolaka Utara.

Dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan di Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Ini dibuktikan dari hasil olah data dimana nilai koefisien variabel sebesar 0,625 dengan nilai t-hitung sebesar 4,099 lebih besar dari t-tabel

3,182 (4,099 > 3,182). Dan juga dibuktikan dari nilai signifikan sebesar 0,026 (0,026 < 0,05).

Hal ini terjadi karena perubahan anggaran pembangunan memiliki hubungan dengan naik turunnya penerimaan dana perimbangan, artinya secara kuantitatif dapat dikatakan bahwa setiap terjadi perubahan alokasi anggaran dana perimbangan pada tahun ke tahun tertentu akan diikuti pula oleh berubahnya anggaran pembangunan.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dana perimbangan (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan (Y) di Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulastri Dewi (2019) dan Sudi Surahman (2019), dimana ditemukan bahwa dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan.

53 BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan di Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.

Ini dibuktikan dari hasil olah data dimana nilai koefisien variabel sebesar 0,625 dengan nilai t-hitung sebesar 4,099 lebih besar dari t-tabel 3,182 (4,099 > 3,182) dan juga dibuktikan dari nilai signifikan sebesar 0,026 <

0,05). Hal ini terjadi karena perubahan anggaran pembangunan memiliki hubungan dengan naik turunnya penerimaan dana perimbangan, artinya secara kuantitatif dapat dikatakan bahwa setiap terjadi perubahan alokasi anggaran dana perimbangan pada tahun ketahun tertentu akan diikuti pula oleh berubahnya anggaran pembangunan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada pemerintah daerah sebagai pemangku kebijakan khususnya pemerintah kabupaten Kolaka Utara agar memperhatikan juga pada

Dalam dokumen pengaruh dana perimbangan terhadap anggaran (Halaman 48-54)

Dokumen terkait