• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam-macam Investasi Syariah

يذمترلا

6. Macam-macam Investasi Syariah

Saham merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu badan usaha yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan tujuan untuk menguasai sebagai hak pemilikan atas perusahaan. Pemegang saham atau investor mendapatkan hasil melalui pembagian deviden dan capital gain. Perusahaan penerbit saham pada umumnya berbentuk Perseroan Terbatas (PT).22Dasar hukum saham syariah yaitu:.

1. Al-Qur‟an, mengenai saham syariah Allah berfirman:

















































Wahai orang-orang yang beriman jangalah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa[4]: 29).

2. Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/2003.

3. Undang-undang No. 8 tahun1995 pasal 48 dan pasal 49.

Sebagai bukti kepemilikan, maka saham diperbolehkan secara syariah untuk dibeli adalah saham untuk perusahan-perushaan yang kegiatan usaha, jenis produk atau jasa serta cara pengelolaanya sejalan dengan prinsip syariah. Penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non syariah melainkan pada saham yang memenuhi kriteria syariah. BEJ bekerja sama dengan Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management telah mengembangkan Jakarta Isalmic Index (JII) yang

22Muhamad Nafik HR, Bursa Efek Dan Investasi Syariah, h.244

menggambarkan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinsip syariah.23

Dalam hal ini, di Bursa Efekk Indonesia terdapat Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah, Keseluruhan saham syariah yang berada di ISSI dan tercatat di BEI semuanya terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES).24 Secara umum perusahaan yang akan menerbitkan efek syariah harus memenuhi hal-hal berikut : a. Dalam anggaran dasar dimuat ketentuan bahwa kegiatan usaha

serta secara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip- prinsip syariah pasar modal.

b. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan, aset yang dikelola, akad, dan cara pengelolaan emiten atau perusahaan publik yang dimaksud tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.

c. Emiten atau perusahaan publik memiliki anggota direksi dan anggota komisaris yang mengerti kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.25 Pada umumnya saham diterbitkan oleh sebuah perusahaan (emiten) yang melakukan penawaran umum ada 2 macam, yaitu saham biasa dan saham istimewa. Perbedaan saham ini berdasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut. Hak tersebut meliputi hak penerima deviden, dan memperoleh kekayaan jika perusahaan

23 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi syariah di Indonesia, (Jakarta: Salembaa empat, 2012), cet. Ke-2, h. 346

24 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada

media Group, 2009), cet. Ke-1, h. 138

25 Abdul Aziz, manajemen investasi syariah, h. 84

dilikuidasi setelah dikurangi semua kewajiban-kewajiban perusahaan.26

Di dalam literature-literatur, tidak terdapat istilah perbedaan antara syariah dengan non syariah. Tetapi saham sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan yang dapat dibedakan menurut kegiatan usaha dan tujuan pembelian saham tersebut. Saham menjadi halal jika saham tersebut dikeluarkan oleh perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak dibidang yang halal dan dalam niat pembelian saham tersebut adalah untuk investasi, bukan spekulasi. Untuk lebih amannya, saham yang terdaftar dalam Jakarta Isalmic Index merupakan saham-saham yang Insya Allah sesuai syariah.

b. Obligasi Syariah (Sukuk)

Secara terminologi shak (sukuk) adalah sebuah kertas (buku) atau catatan yang padanya terdapat perintah dari seseorang untuk pembayaran uang dengan jumlah tertentu pada orang lain yang namanya tertera pada kertas tersebut. Kata sukuk juga berasal dari bahasa Persia yaitu „jak‟, lalu masuk dalam bahasa Arab dengan nama „shak‟. Shak adalah asal kata dari kata cek atau cheque yang terdapat dalam bahasa Inggris dimana ia pada dasarnya adalah surat hutang.27

Secara umum obligasi merupakan surat utang dari suatu perusahaan, yang dijual kepada investor untuk mendapatkan dana.

Para investor mendapatkan retrun dalam bentuk tingkat suku bunga tertentu yang sangat bervariasi, tergantung bisnis dan bonafidasi

26 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: kencana prenada media group, 2014), cet.ke-3, h. 61

27 Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Lembaga Penilitian UIN, 2009), cet.

Ke-1, h. 68

penerbitnya. Obligasi syariah bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih kepada penyertaan dana yang didasarkan pada prinsip bagi hasil.28

Obligasi Syariah bukanlah urat utang seperti pada obligasi konvensional, melainkan sertifikat investasi (bukti kepemilikan) atas suatu aset berwujud atau hak manfaat yang menjadi aset yang mendasarinya. Jadi akadnya utang piutang melainkan investasi. Dana yang terhimpun akan disalurkan untuk mengembangkan usaha lama atau pembangunan suatu unit baru yang benar-benar berbeda dari usaha lama.29

Karakteristik dan istilah sukuk merupakan pengganti dari istilah sebelumnya yang menggunakan istilah „bond‟, dimana istilah bond mempunyai makna loan (hutang), dengan menambahkan

Islamic‟ maka sangat kontradiktif maknanya karena biasanya yang mendasari mekanisme hutang (loan) adalah interest, sedangkan dalam Islam interest tersebut termasuk riba yang diharamkan.Untuk itu sejak tahun 2007 istilah „bond‟ ditukar dengan istilah sukuk sebagaimana disebutkan dalam peraturan di Bapepam Lembaga Keuangan (LK).30

Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan dan sekaligus investasi memungkinkan beberapa bentuk struktur yang dapat ditawarkan:

1. Bagi hasil berdasarkan akad mudharaah atau musyarkah.

28 Muhamad, Manajemen keuangan syari’ah, h. 587

29 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba empat, 2012), cet. Ke-2, h. 349

30 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: UIN Jakarta,2009), cet. Ke-1, h.59

2. Margin atau fee berdasarkan akad murabaha atau salam atau Istishna atau Ijarah.31

Secara umum jenis obligasi dapat dilihat dari penerbitnya, obligasi negara terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a. Obligasi rekap.

b. Surat utang negara (SUN).

c. Obligasi ritel d. Obligasi sukuk.32

Obligasi Syariah dijelaskan dalam Al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat 1:

















































“Wahai orang-orang yang beriman Penuhilah janji-janji itu.

Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkann hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki” (Q.S Al-Maidah[5]:1) Ayat diatas mengandung lima macam, yaitu perintah memenuhi janji, kehalalan bintang ternak, pengecualian terhadap beberapa hal, pengecualian binatang yang diburu ketika ihram, dan kebolehan binatang buruan bagi orng yag tidak sedang melaksanakan ihram.

31 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, h.

101

32 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaran Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia, h. 119

Aufu bi al-uqud kata uqud merupakan bentuk jama‟ dari aqad, semakna dengan kata rubut, yang berarti ikatan, perjanjian.

Menurut Al-Hasan “yang dimaksud dengan ayat di atas adalah uqud al-dain, yaitu yang pertama, segala sesuatu yang diletakan pada diri seseorang, seperti jual beli, sewa menyewa, perkawinan, talaq, dan sebagainya selama tidak keluar dari prinsip syariah dan yang kedua, perbuatan taat yang dilekatkan pada diri sesorang kepada Allah, seperti haji, puasa, i‟tikaf, shalat malam, nazar dan sebagainya”.

Menurut Ibn Arabi dan Ibn Juraij ayat ini berkaitan dengan Ahl Kitab, sedangkan menurut sebagian yang lain, termasuk Al- Qurtubi, ayat ini bersifat umum, karena lafadz al-mu’minun, di samping mencakup orang Islam, juga umat Yahudi dan Nasrani karena antara mereka dan Allah juga terdapat perjanjian yang mesti mereka tunaikan.33

Selain itu dasar hukum obligasi syariah merujuk pada fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-MUI/IX/2002, “Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip Islam yang dikeluarkan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil atau margin atau fee, serta membayar kembali dan obligasi pada saat jatuh tempo”.

Obligasi (sukuk) syariah terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Jenis-jenis Sukuk syariah berdasarkan akadnya terbagi menjadi:

a. Sukuk mudharabah

Adalah akad kerja sama antara investor dengan peminjam (emiten), dalam akad ini investor hanya perlu

33 Abu „Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari Al-Qurtubi,

Tafsir Al-Qurtubi jilid VI Juz 6, (Baerut: Dar al Kutub al-Ilmiah, 1993), h. 26

menyediakan dana secara penuh dan emiten harus mengelola dana tersebut dengan mandiri dan jujur. Dimana obligasi mudharabah memakai akad bagi hasil pada saat pendapatan emiten telah diketahui dengan jelas. Emiten bertindak selaku sohibul mal atau pemilik modal. Keuntungan yang diperoleh investor merupakan bagian keuntungan dari pengelola dana investor.

b. Sukuk Ijarah

Adalah kontrak pembelian dan penyewaan barang atau peralatan produksi yang diperlukan institusi. Perusahaan akan membayar nilai sewa barang tersebut yang besarnya telah ditentukan di muka, sedangkan kepemilikan barang tetap pada pemilik modal. Obligasi ijarah menggunakan akad sewa menyewa sehingga fee ijarah bersifat tetap, dan bisa diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan. 34

c. Sukuk Musyarakah

Yaitu obligasi yang diterbitkan berdasarkan perjanjian berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja sama mengabunggkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan mau pun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing.35

d. Sukuk Istisna

Yaitu obligasi yang diterbitkan berdasarkan akad istisna di mana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka

34 Abdul Aziz, manajemen investasi syariah, h. 120

35 Abdul Wahid Nazaruddin, Memahami & Membedah Obligasi pada Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), cet. Ke-1, h. 92

pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang atau proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.36

e. Sukuk Ijarah Al-Khadamat

Yaitu penerbitan sukuk berdasarkan mekanisme transaksi penjualan jasa di masa yang akan datang, beserta keuntungan atau profit yang diharapkan.37

2. Jenis-jenis obligasi syariah berdasarkan institusi yang menerbitkan terbagi menjadi:

a. Obligasi Korporasi (perusahaan)

Yaitu obligasi syariah yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memenuhi prinsip syariah. Dalam penerbitanya terdapat beberapa pihak yang terlibat.

b. Surat Berharga Syariah Negara

Merupakan surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.38

c. Reksadana Syariah

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 20/DSN-MUI/IV/2001 Pasal 1 angka 6:Reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara para

36 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan ISLAM Tinjauan Teoritis dan praktis, (Jakarta: Prenada media group,2013), cet. Ke-3 h.267

37 Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah, h. 71

38 Abdul Aziz, manajemen investasi syariah, h. 118

pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/Rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi”.39

Menurut Wiku Suryomurti “Reksa dana syariah adalah reksa dana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaan yang m engelolalnya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal”.40

Dengan demikian reksa dana syariah adalah reksa dana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah Islam, dimana reksa dana syariah tidak menginvestasikan dananya dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariah Islam misalnya pabrik minum berakohol, industri perternakan babi, jasa keuangan yang melibatkan riba dalam operasionalnya, dan bisnis yang mengandung maksiat.

Dasar Hukum Reksa Dana Syariah yang melandasi terbentuknya dan pelaksanaan kegiatan reksa dana syariah di Indonesia serta pembubaran ataupun pengelolaan hartanya, yaitu : a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal (UUPM).

b. Peraturan Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) dan perjanjian pengelolaan dan penitipan atau kontrak investasi kolektif, yang tertuang dalam Surat Keputusan Bapepam-LK.

c. Peraturan Pemerintah.

d. Keputusan Menteri Keuangan Republik IndonesiaSelain regulasi di atas, reksa dana syariah diperkuat dengan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia No.20/DSN-

39 Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, (Jakarta: Media kita, 2011), cet. Ke- 1, h. 98

40 Wiku Suryomurti, Super Cerdas Investasi Syariah hidup kaya raya mati masuk syurga, (Jakarta: Qultum Media, 2011), cet. Ke-1, h. 118

MUI/IV/2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah.41

Dasar hukumnya juga terdapat di dalam Al-Qur‟an surah An- Nisa ayat 29 Allah berfirman:































 ...

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu…” (QS. An-Nisa [4]: 29)

Pengawasan reksadana syari‟ah sama halnya dengan eksistensi reksadana konvensional, reksadana syari‟ah juga memerlukan pengawasan dari Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam) selaku institusi yang memiliki otoritas di pasar modal. Selain pengawasan dilakukan oleh Bapepam, reksadana syari‟ah juga memerlukan pengawasan dari lembaga yang memiliki pemahan tentang kaidah- kaidah investasi syari‟ah, yaitu Dewan Syari‟ah Nasional.42 Reksadana syariah mempunyai tiga jenis yaitu:

a. Reksadana Batasa Syariah

Adalah reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif yang bersifat terbuka berdasarkan Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 dan Surat keputusan ketua Bapepam No. Kep.

43/1997 tanggal 26 Desember 1997 tentang Pedoman Pengelolaan Reksadana berbentuk KIK. Batasa menginvestasikan dananya pada efek bersifat utang dan instrumen pasar uang yang mengikuti prinsip syariah Islam.

41 Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, h. 102

42 Khaerul Anam, Pasar Modal dan Praktik Pasar Modal Syariah, (Bandung:

Pustaka Setia, 2013) cet. Ke-2, h. 147

b. Reksadana PNM Syariah

Adalah reksadana terbuka berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) berdasarkan Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal serta peraturan pelaksanaanya. PNM Syariah merupakan reksadana campuran (balance fund) yang bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan nilai investasi yang optimal dalam jangka panjang.

c. Danareksa Syariah Berimbang

Adalah reksadana yang berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang dituangkan dalam Akta No. 31 Tanggal 15 November 2000 dan perubahan terhadap KIK reksadana. Tolak ukuran kinerja Danareksa Syariah Berimbang adalah pendapatan rata-rata antara tingkat pendapatan sertifikat wadi’ah Bank Indonesia (SWBI) dan pertumbuhan Jakarta Islamic Index.43 Secara umum, reksa dana konvensional dan reksa dana syariah adalah sama dari segi bentuk, jenis, lembaga yang terkait, keuntungan dan risiko. Akan tetapi beberapa memang ada perbedaan terutama dari segi prinsip.44 Mekanisme kegiatan reksa dana syariah antara lain sebagai berikut:

1. Antara pemodal dan manajer investasi dilakuakn sistem wakalah.

a. Pemodal memberikan mandat kepada manajer investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan pemodal sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam prospektus reksa dana.

43Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008) cet. Ke-1, h. 156

44Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis, h.249

b. Investor secara kolektif mempunyai hak atas hasil investasi tersebut dan juga menanggung risiko kerugian.

c. Investor yang telah memberikan dananya akan disimpan, dijaga, diawasi oleh bank kustodian sampai saat ditariknya kembali penyertaan tersebut.45

2. Antara Manajer Investasi dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah

.

a. Pembagian keuntungan antara pemodal (sahib al-mal) yang diwakili oleh Manajer Investasi dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui Manajer Investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal.

b. Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan.

c. Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung resiko kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena kelalaiannya.46

Hasil investasi yang dibagikan harus bersih dari unsur non halal, sehingga Manajer Investasi harus melakukan pemisahan bagian pendapatan yang mengandung unsur non-halal dari pendapatan yang diyakini halal (tafriqh al-halal min al-haram).47 Penghasilan investasi yang dapat diterima oleh reksa dana syariah dapat berasal dari:

45 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, h. 174

46 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, h. 356

47 Vince Ratnawati dan Ningrum Khairani, “Perbandingan Kinerja Reksadana syariah

dan konvensional”, dalam Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No.1 Oktober 2012, h. 99

1. Saham (deviden, right, dan capital gain)

2. Obligasi yang sesuai dengan syariah (bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten).

3. Surat Berharga Pasar Uang yang sesuai dengan syariah (bagi hasil yang diterima dari issuer).

4. Deposito (bagi hasil yang diterima dari bank-bank syariah).

Atas jasanya dalam pengelolaan investasi dan penyimpanan dana kolektif tersebut, Manajer Investasi dan Bank Kustodian berhak memperoleh imbalan jasa yang dihitung atas persentase tertentu dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana syariah.48

d. Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum syariah Islam.49

Ada beberapa alternatif pilihan yang dapat diambil oleh perusahaan tersebut sebagai upaya untuk pemenuhan modal tersebut, yaitu melalui bank, pasar modal, atau lembaga pembiayaan sebagai sumber perdagangannya. Jika pemilih jatuh pada pasar modal, perusahaan tersebut akan berhadapan dengan investor di pasar modal, Investor di pasar modal adalah masyarakat. Dari masyarakat, perusahaan akan memperoleh tambahan modal yang akan dipakai

48 Muhammad, Manajemen Keungan Syariah Analisis Fikih dan keuangan, h. 580

49 Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah, h.38

untuk mengembangkan perusahaan dalam skala yang lebih besar tersebut.50

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun instansi lain (mislanya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi bagi para insvestor. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.51 Dasar hukum pasar modal syariah:

1. Al-Qur‟an











 ...



“…..dan Allah menghalakan jual beli dan mengaramkan riba…”

(QS. Al-Baqarah [2]: 275).

2. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/ DSN-MUI/X/2002.

3. Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal.

4. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

5. Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan kegiatan di bidang Pasar Modal.

6. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 tentang tata cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.52

50 Khaerul Anam, Pasar Modal dan Praktik Pasar Modal Syariah, h. 33

51 Sri Nurhayati dan Wasilah, akuntansi syariah di Indonesia, h. 352

52Burhanuddin Susanto, Pasar Modal Syariah Tinjauan Hukum, (Yogyakaryta: UII Press, 2009), cet. Ke- 1, h. 17

Adapun Prinsip yang dimiliki oleh pasar modal syariah diantaranya:

a. Pembiayaan atau investasi hanya bisa dilakukan pada aset atau kegiatan usaha yang halal, spesifik, dan bermanfaat.

b. Karena uang merupakanalat bantu pertukaraan nilai, dimana pemilik harta akan memperoleh bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, maka pembiayaan dan investasi harus pada mata uang yang sama dengan pembukuan kegiatan.

c. Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas.

d. Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh mengambil resiko yang besar dan dapat menimbulkan kerugian.

e. Adanya penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik kepada investor maupun emiten.53

Terdapat sejumlah pihak yang terlibat dan berperan dalam aktifitas penerbitan dan transaksi produk syariah di pasar modal Indonesia baik di pasar perdana maupun di pasar regular. Pihak- pihak tersebut yaitu:

1. Para pelaku di pasar modal yaitu emiten dan investor.

2. Lembaga penunjang pasar modal antara lain:

a. Bank Kustodian yaitu pihak yang memberikan jasa penitipan efek atau harta lain yang berkaitan dengan efek. Bank custodian telah memperoleh DSN-MUI untuk memberikan layanan syariah berjumlah tujuh bank, yang meliputi bank Bukopin, Bank HSBC, Bank Cimb Niaga, Bank Permata, Citibank NA, Deutsche Bank, dan Standard Chartered Bank.

b. Biro Administrasi Efek c. Wali Amanat

53 Budi Frensidy, Matematika Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2011) cet. Ke.4,

h. 314

d. Pemeringkat Efek e. Perusahaan Efek.54

Pasar modal memungkinkan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk dapat memanfaatkan dana langsung dari masyarakat tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Ada beberapa manfaat pasar modal antara lain:

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha.

2. Memberikan sarana investasi bagi investor.

3. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.

4. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesonalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat.

5. Menciptakan lapangan kerja.

6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat.55 Keseimpulan dari pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti riba, perjudian, spekulasi. Pasar modal memliki peran sentral dalam perekonomian suatu negara, bahkan maju tidaknya perekonomian suatu negara, salah satunya dapat diukur dari maju atau tidaknya pasar modal di negara tersebut.

54 Andi Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, h. 255

55 M. Nur Rianto Al-Arif, Lembaga Keuangan Syariah suatu Kajian teoritis Praktik,

(Bandung: pustaka setia, 2012) cet. Ke-1, h. 348