• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek Badan Pengelola Keuangan Haji dalam pengunaan dana haji untuk investasi

يذمترلا

D. Praktek Badan Pengelola Keuangan Haji dalam pengunaan dana haji untuk investasi

Jumlah jamaah tunda berjumlah 3.824.691 jemaah dengan total dana yang dielola Badan pengelola keuangan haji adalah Rp 105.191.372.936.614,00. Dalam prakteknya Penempatan dan Investasi Dana Haji dalam (%) Tahun 2017 terdapat 65%

penempatannya di Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah dan diinvestasikan sekitar 35% disukuk, di Tahun 2018 Penempatan dan Investasi dana haji mengalami penurunan 15% dari tahun 2017 sekitar 50% ditempatkan Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah, di tahun 2018 juga mengalami penurunan 15% dari tahun 2017 sekitar 20% diinvestasikan ke sukuk, tahun 2018 mengalami tiga penambahan Penempatan dan investasi dana haji yakni 5%

diinvestasikan untuk emas, 15% dana haji untuk Investasi Langsung yang mana investasi langsung ini untuk proyek-proyek pemerintah yang sudah oprasional dan 10% untuk Investasi Lainnya.

10 http://bpkh.go.id/

Pada tahun 2019 mendatang pihak BPKH menaikkan target untuk dapat mengelola dana haji sebesar Rp. 120 triliun. Per Juni 2018 ada Rp 103 triliun, itu dikumpulkan oleh 28 Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS-BPIH) saat ini kami menggunakan instrument investasi yang terkait dengan penyelenggraan ibadah haji, semisal untuk investasi jangka panjang yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan penginapan. 11

Rencana untuk tahun 2020 30% akan ditempatkan di Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah, 35% akan diinvestasikan ke sukuk, 5% diinvestasikan untuk emas, 20% dana haji untuk Investasi Langsung dan 10% untuk investasi Lainnya. Selama ini dana haji kebanyakan diinvestasikan di Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah investasi di bank akan dikurangi. Pengurangan ini bertujuan agar dana haji bisa memberikan manfaat lebih optimal kepada para jamaah haji, meski aman namun berinvestasi di bank memiliki imbal hasil kecil.

Dalam prakteknya sebenarnya negara Indonesia sudah ketinggalan sekitar 50 tahun dari Malaysia, Malaysia sudah mendirikan Lembaga Tabung Haji Malaysia (LTHM) sejak tahun 1963. LTHM berinvestasi dengan pembagian 50% untuk saham, 20%

real estate, 20% untuk investasi pendapatan tetap seperti deposito atau reksadana dan 10% untuk instrumen pasar uang seperti obligasi. Di mana dengan pengelolaan yang baik maka bisa meringankan biaya penyelengaraan ibadah haji, tabungan haji tersebut juga menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan melalui investasi di sektor

11 Iqbal S Nugroho, merdeka, http://m.merdeka.com/uang/bpkh-target-kelola-rp-110-

triliun-dana-haji-hingga-akhir-2018.html, diakeses pada tanggal 1 Agustus 2018 pukul 16:30 WIB

strategis seperti seperti property, usaha kebun, konsesi dan pembangunan infrastruktur.

Tabung haji Malaysia yang dana kelolanya sudah mencapai Rp 200 triliun, dana haji Malaysia besar karena mereka diperbolehkan melakukan investasi beresiko tinggi tak heran Tabungan Haji Malaysia bisa mempunyai hotel di inggris dan lapangan golf di Selandia Baru. Kalau BPKH tidak boleh mengambil resiko yang tinggi karena harus mencari investasi yang aman dan Malaysia sempat membeliperusahaan sawit di Indonesia dan merugi karena harga minyak sawit jatuh sehingga BPKH tidak ingin seperti itu. Di mana tahun ini mengelola dana haji sekitar Rp. 105,9 triliun dan ditahun 2022 naik lagi senilaai Rp 145,4 triliun karena target nilai manfaat tiap tahun selalu meningkat.

Badan pengelola dana haji telah menetpakan 31 perbankan syariah sebagai bank penerima Setoran Biaya Penyelenggara Ibadah Haji (BPS-BPIH) untuk periode April 2018 sampai maret 2021 di mana penempatan ini dilakukan dengan kompetensi dan fungsi BPS- BPIH dala pengelolaan keuangan haji yang tercantum dalam peraturan pemerintah Nomor 5 Tahun 2018. Fungsi BPS-BPIH nantinya akan difungsikan tidak hanya penerimaan setoran awal, pembatalan dan setoran lunas tetapi juga untuk fungsi penempatan, likuditias, oprasional, nilai manfaat dan mitra investasi.

Dari ke 31 Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah tersebut terdiri dari 23 BPS-BPIH penerimaan, 3 BPS-BPIH operasional, 7 BPS-BPIH likuiditas, 27 BPS-BPIH penempatan, 6 BPS-BPIH nilai manfaat dan 11 BPS-BPIH mitra investasi.

Persyaratan sebagai BPS-BPIH adalah memenuhi persyaratan kesehatan bank, persyartan teknologi informasi dan virtual account,

pengembangan produk, pemodalan, jumlah Jemaah dan kemapuan cash management. 12

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, jamaah haji yang sudah mendaftar dan sudah memiliki porsi akan memiliki nama akun atau virtual account (Rekening Bayangan). Tujuannya supaya jamaah haji yang belum berangkat mendapat informasi mengenai saldo yang disimpan sebagai setoran awal dan nanti aka nada pendistribusian nilai manfaat tersebut melalui virtual account. Jadi Jemaah yang menunggu tidak hanya memperoleh informasi tapi para Calon Jamaah Haji bisa melihat dan mengecek saldonya karena aka nada nilai manfaat yang diinformasikan dari virtual account tersebut.

BPS-BPIH yang terpilih akan bekerjasama untuk menambah dana kelolaan nilai manfaat dalam meningkatkan pelayanan kepada jamaah haji dan kemaslahatan umat. Kerja sama BPKH dan BPS- BPIH tidak terbatas pada pelayanan penerimaan setoran BPIH tetapi juga dalam pengelolaan nilai manfaat dan investasi, baik investasi langsung maupun pembiayaan syariah lainnya. Untuk itu, BPKH bersinergi dengan Bank BRI, Bank Mandiri, dan BNI dalam memperluas layanan keuangan syariah bagi jamaah haji yang mana jumalah layanan keuangan syariah diharapkan akan terus bertambaha dan dapat melayani jamaah haji yang tidak terlayani oleh BUS atau UUS di seluruh pelosok Indonesia.13

Dalam penyelengaraan ibadah haji ada tiga hal yang menghabiskan dana paling besar yaitu pemondokan, penerbangan dan ketring dimana tiga unsur itu tentunya harus ditekan. Jika dana haji

12 http://m.merdeka.com/uang/bpkh-tetapkan-31-bank-penerima-dan-pengelola-dana- haji.html

13 http://m.merdeka.com/peristiwa/bpkh-mengaku-tak-berwenang-gunakan-dana-haji- untuk-infrastruktur.html

diinvetasikan sesuai dengan kebutuhan, dipastikan harus mengutungkan dan dirasakan dampaknya oleh para jamaah haji, diharapkan pula nantinya dana haji yang dikelola lebih besar dibandingkan yang disimpan di bank, nanti porsi penempatan kepada bank akan dikurangi.

Badan Pengelola Keuangan Haji akan menggunakan dana calon jamaah haji untuk berinvestasi di Arab Saudi yang mana nantinya calon jamaah haji akan merasakan manfaat dari investasi tersebut. Di mana BPKH mengandeng Islamic Development Bank (IDP) untuk bisa berinvestasi di Saudi macam investasinya antara lain di sektor hotel dan ketering. BPKH juga akan mengelola tanah wakaf milik pemuda Aceh yang ada di Mekkah. Jadi dana yang ada di Arab Saudi itu untuk keperluan oprasional haji yang mana dana tersebut ada kesempatan untuk ditempatkan di IDB untuk mendapatkan bagi hasil. BPKH dan IDP nantinya akan berbagi hasil. Semua pembiayaan akan menggunakan Instrumen Syariah. 14

14 Rina Arianti, DetikNews, http://m.detik.com/news/berita/d-3907431/rencana-

investasi-rp-102-t-di-arab-saudi-bpkh-retrunnya-tinggi, diakses Jum’at 09 Maret 2019 pukul 14:30 WIB

81

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Setiap tahunnya Indonesia mengirim ratusan ribu jama’ah haji ke Arab Saudi. Besarnya jama’ah haji berimplikasi pada besarnya akumulasi dana haji. Dana haji itu berasal dari setoran Biaya Penyelenggara Ibadah Haji, dana afisiensihaji dan dana abadi umat.

Seiring dengan terbentuknya BPKH, pemerintah pun menaruh harapan besar pada pengelolaan dana haji. Dana haji yang bersifat jangka panjang, diharapkan dapat diinvestasikan, antara lain pada proyek infrastruktur yang memiliki resiko rendah dan imbal hasil yang cukup bagus. Namun usulan tersebut menimbulkan polemik di masyarakat. Hal ini karena BPKH dianggap belum mempunyai kapasitas untuk menginvstasikan dana haji ke infrastruktur secara langsung, karena memerlukan kajian dan instrument yang mengatur segala hal tentang investasi ke infrastruktur tersebut.

Menanggapi polemik di atas Majlis Ulama Indonesia (MUI) selaku pemimpin tertinggi umat Islam di Indonesia melalui fatwanya mencoba mengatur bagaimana syarat dan ketentuan investasi dana haji sesuai dengan prinsip syariah.

A. Implementasi Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 122/DSN- MUI/II/2018 Tentang Pengelolaan Dana BPIH dan BPIH Khusus Berdasarkan Prinsip Syariah

Selama kurun waktu 2015-2018, dana haji yang berasal dari setoran awal biaya haji dan nilai manfaat meningkat. Pada desember 2015, akumulasi dana mencapai Rp 81,59 triliun, tahun 2016 akumulasi dana mencapai Rp 90,6 triliun, tahun 2017 akumulasi dana mencapai Rp 96 triliun, tahun 2018 akumulasi dana mencapai Rp 105 triliun dan

diperkirakan menjadi Rp119,37 triliun pada tahun 2020. Pasal 7 ayat (1) UU 34/2014 menyebutkan bahwa setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan BPIH Khusus merupakan dana titipan jamaah haji untuk Penyelenggaraan Ibadah Haji. Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa dana titipan Jamaah Haji merupakan dana yang tidak dicatat dalam anggaran pendapatan dan belanja negara. Selanjutnya, berdasarkan Pasal 46 UU 32/2014, pengelolaan keuangan haji dapat diinvestasikan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 48 ayat (1) UU 34/2014, kebijakan pengelolaan keuangan haji untuk pembiayaan infrastruktur perlu mempertimbangkan alternatif instrumen pembiayaan infrastruktur pada investasi yang memenuhi aspek keamanan, kehati-hatian, nilai manfaat dan likuiditas. Beberapa alternatif instrumen investasi dalam pembiayaan infrastruktur yang memenuhi aspek tersebut, antara lain:

1. Produk perbankan: deposito mudarabah muqayyadah yang ditujukan untuk pembiayaan infrastruktur. Selain itu, terdapat alternatif penggunaan akad musyarakah mutanaqishah antara pihak Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan bank.

2. Surat berharga: saham perusahaan infrastruktur atau sukuk yang diterbitkan pemerintah, perusahaan atau proyek infrastruktur.

3. Pemberian pinjaman kepada perusahaan atau proyek infrastruktur.

4. Investasi lainnya melalui investasi pada dana kolektif (reksadana) yang dibentuk untuk pembiayaan infrastruktur atau investasi tanah atau bangunan dalam pembangunan/proyek infrastruktur. 1

1 M. Zainul Abidin, Kementrian Keuangan , Analisis investasi dana haji dalam pembiayaan infrastruktur dan peningkatan kualitas penyelenggaraan Ibadah Haji, 19 Oktober 2016, h. 158

Dalam pasal 26 PP No.5 Tahun 2018 ayat 1 tentang pelaksanaan Undang-undang No.34 tahun 2014 disebutkan, pengeluaran untuk penempatan Keuanagan Haji dapat dilakukan dalam bentuk produk perbankan syariah. Kemudian ayat 2 berbunyi pengeluaran untuk investasi Keuangan Haji dapat dilakukan dalam bentuk surat berharga, emas, investasi langsung, dan investasi lainnya. Ayat ke 3 menyatakan pengeluaran untuk penempatan atau investasi Keuangan haji dilakukan sesuai dengan prinsip syariah dengan mempertimbangkan aspek keamanan, kehati-hatian, nilai manfaat, likuiditas dan pengeluaran investasi Keuangan Haji wajib dilakukan dengan mengoptimalkan risiko.

Dalam pasal 27 menyebutkan, produk perbankan syariah meliputi giro, deposito berjangka dan tabungan. Selama tiga tahun BPKH terbentuk, pengeluaran Keuangan Haji dalam bentuk penempatan pada produk perbankan syariah paling banyak 50 persen dari total penempatan dan invsatasi Keuangan Haji. kemudian dalam pasal 28 disebutkan, Investasi Keuangan Haji dalam bentuk surat berharga meliputi surat berharga syariah negara yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, surat berharga syariah yang diterbitkan di bank Indonesia dan efek yang diatur dan di awasi oleh OJK. Efek yang diatur dan diawasi oleh OJK adalah saham syariah yang dicatatkan di bursa efek, sukuk, reksadana syariah, dana investasi real estat syariah, dan efek syariah lainnya.

Sementara investasi Keuangan Haji dalam bentuk emas hanya dapat dilakukan dalam bentuk emas batangan bersertifikat yang diproduksi dan dijual di dalam negeri dan dalam bentuk rekening emas yang dikelola oleh lemabaga keuangan syariah yang diatur oleh OJK. Investasi dalam bentuk emas paling banyak 5%, investasi langsung juga paling banyak

20% dan investasi lainnya paling banyak 10% dari total penempatan investasi Keuangan Haji.2

Upaya pemerintah lewat Otoritas Jasa Keuangan membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang mana KNKS akan menjadi lembaga yang melihat perkembangan implementasi dan akan mempermudah harmonisasi regulasi serta mengatasi hambatan-hambatan yang ada dikeuangan syariah. Sementara itu OJK juga termasuk lembaga yang memiliki fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan di Indonesia termasuk mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan dana haji ini.3

Salah satu peran OJK sebagai lembaga pengawas keuangan yang langsung terjun mengawasi alur penggunaan dana haji yang diinvestasikan di berbagai macam bentuk yang sesuai dengan ketentuan syariah dan dilindungi oleh Undang-undang dan Fatwa Dewan Syariah Nasional.

Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) akan membuka seleksi kepada para Manajer Investasi (MI) Syariah yang mau mengelola dana haji. Di mana Badan Pengelola Keuangan Haji menggandeng Otoritas Jasa Keuangan untuk sama-sama melakukan seleksi. Badan Pengelola Keuangan Haji menggandeng OJK guna mengedepankan prinsip Good Coporate Govenance (GCG). Sementara OJK menjadi mitra yang sangat memahami para pelaku Menejer Investasi Syariah di mana jumlah Manajer Investasi syariah di Indonesia sangat banyak kurang 90 perusahaan kalau hanya Badan Pengelola Haji saja yang memilih nanti akan timbul kesalahan. Oleh karena itu, Badan pengelola Keuangan Haji

2 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2018 tentang pelaksanaan undang-undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang pengelolaan dana haji yang telah diterbitkan Februari 2018

3 Dian Husna Fadlia, Peran Otorittas Jasa keuangan dalam perlindungan hukum bagi

investor atas dugaan investasi fiktif, dalam Jurnal Hukum, volume 11, No. 2, tahun 2015

bersama OJK bekerja dengan teliti dan hati-hati dalam memilih manejer investasi agar tidak timbul kesalahan dan dapat mengakibatkan kerugian nantinya. Di mana apabila Menajer investasi yang dipilih tersebut bagus maka para jamaah haji khawatir tehadap dana yang akan diinvestasikan.4 Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sekarang tengah melakukan penjajakan untuk penempatan investasi dana haji. langkah tersebut dilakukan sesuai peraturan pemerintah (PP) No.5 Tahun 2018 tentang pelaksanaan undang-undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang pengelolaan dana haji yang telah diterbitkan Februari 2018. BPKH melakukan penjajakan antara lain untuk berinvestasi di peroyek dengan skema Pembiayaan Infrastruktur Non Anggaran (PINA). Dimana BPKH telah melakukan penanda tangananan nota kesepahaman (MOU) dengan PINA.

BPKH Menujuk PINA untuk mencarikan proyek-proyek yang jenis retrunnya baik, juga resikonya terjaga dengan baik karena ini uang umat, PINA sangat menekankan agar Faktor risiko menjadi perhatian penting saat ini. BPKH sedang melakukan pembicaraan dengan PINA mengenai proyek apa yang akan diinvestasikan dengan dana haji. Yang mana sudah sekitar 23 proyek yang sudah dikaji Oleh PINA dan BPKH.

23 proyek tersebut terdiri dari berbagai macam bidang mulai dari perkebunan, dengan produk industri hulu sampai ke hilir, proyek infrastruktur yang menjadi utama dan dari pelabuhan sampai jalan tol.

Yang mana dalam bentuk instrumennya sudah pasti syariah tidak dalam bentuk direct investment tapi near equity jadi Rekasadana Penyertaan Terbatas (RDPT) syariah, perpetual loan syariah, ataupun yang terkait

4 Danang Sugianto, DetikFinance, http://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-

bisnis/d-3916548/investasikan-rp-19-triliun-bpkh-buka-seleksi-manajer-investasi-syariah, diakses Rabu 14 Maret 2018 , 16:54 WIB

dengan syariah. Dan alokasi dana yang dikerjasamakan dengan PINA sebesar Rp 13 triliun untuk tahun ini. 5

Badan Pengelola Keuangan Haji Juga memiliki Rencana Startegi, Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Tenaga Ahli Sekretariat Badan Pengelola Keuangan Haji Bapak Dece Kurniadi mengatakan:

“Pertama Badan Pengelola Keuangan Haji mempunyai rencana strategi yaitu ada jangka pendek, menengah dan jangka panjang, rencana strategi itu harus di presentasikan di hadapan DPR komisi VIII sehingga di awal sebelum BPKH melakukan pekerjaan khusus investasi kita sudah sampaikan dulu bahwa di rencana strategi jangka pendek, menengah, dan panjang Badan Pengelola Keuangan Haji akan melakukan investasi apa kita laporkan ke DPR. Dengan demikian, itulah sarana verifikasi pertama untuk layak atau tidak rencana strategi ini, ini dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat, ketika itu sudah ada keputusan oke rencana strategi bisa diterima maka kita lakukan, sebelum kita laksanakan kita melakukan sosialisasi yang akan kita lakukan seperti apa, sosialisasi ini penting untuk menyamakan presepi agar masyarakat paham bahwa BPKH selalu menjaga keamanan, Imbal hasil yang cukup dan syariah. Ketiga parameter ini lalu kita masukan untuk menjadi acuan setiap kali melakukan investasi, yang ketiga tentu saja bukti nantinya pada saat nanti kita melakukan investasi. Di intern sendiri kita memiliki komite komite itu nanti yang akan ikut memutus layak atau tidaknya setelah itu baru bisa diajalankan, sisi lain sarana kontrolnya adalah BPKH harus memberikan laporan 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan.

laporan itu harus reguler kita serahkan dan di pertengahan tahun ini

5 Fakhrul Jayadiputra, http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal- haji/18/05/23/p95go1385-bpkh-incar-proyek-PINA, diakses 23 Mei 2018, Pukul 05:03

kita serahkan laporan ke presiden tentang apa yang kita lakukan jadi sebagai kontrol, rencana strategi dan pengawasan di tengah jalan kemudian laporannya diverifikasi dengan clear jadi kita melaporkan apa yang kita lakukuan. Di sisi lain diakhir tahun kita juga diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sehingga benar-benar terverifikasi apa yang kita lakukan layak atau tidak menjunjung tinggi amanah dari jamaah haji atau tidak. Jadi tiga itu mulai dari perencanaan, kontrol –kontrolnya itu laporan–laporan disampaikan ke lembaga yang terkait. Jadi itu yang kita gunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat dari sisi lain kita juga kerja sama dengan KPK kita kerja sama untuk pertimbangan –pertimbangan terhadap proyek –proyek baru yang akan kita masuki. Sehingga semua paham pada saat kepolisian dan KPK itu kita ajak bicara agar dalam prosesnya sendiri itu benar –benar tingkat keamanan yang tinggi yang sesuai dngan prosedur jadi jangan sampai ada proses yang menyalahi prosedur umum dan menyebabkan terjadinya kerugian, kita mengandeng lembaga itu untuk ikut serta dalam mengawasi pengelolaan keuangan haji.”6

Dengan demikian masyarakat tidak perlu khawatir terhadap uang yang sudah dimereka setorkan yang tersimpan di BPKH karena sudah benar-benar terjamin, diawasi oleh berbagai lembaga seperti KPK, polisi dan OJK juga lembaga-lembaga lain sehingga BPKH benar-benar sangat hati-hati dalam berinvestasi.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 122 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Dana BPIH dan BPIH Khusus Berdasarkan Prinsip Syariah yang mana obyek atau pekerjaan yang dikuasakan (mahall al-

6 Wawancara dengan Tenaga Ahli Sekretariat Badan Pengelola Keuangan Haji di kantor Kementerian Agama Republik Indonesia, Dece Kurniadi, Jakarta Pusat, 10 Juli 2018 Lantai 4

wakalah) kepada Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pengelola Keuangan Haji harus jelas dan tertentu antara lain:

1. Pengembangan Dana Biaya Penyelenggaran Ibadah Haji dan Biaya Penyelenggara Ibadah Haji Khusus melalui penempatan dan investasi yang dibatasi (Al-Muqayyadah) dengan kegiatan investasi yang sesuai dengan prinsip syariah, kehati-hatian, dan keamanan.

2. Pembagian hasil investasi kepada Calon Jamaah Haji.

3. Pembayaran biaya penyelenggaraan ibadah haji.

4. Pengembalian Selesih lebih dana pada rekening Calon Jamaah Haji dalam hal saldo Dana Biaya Penyelenggara Ibadah Haji atau Biaya Penyelenggara Haji Khusus lebih besar dari pada penempatan Biaya Penyelenggara ibadah Haji dan Biaya penyelengaara Ibadah Haji Khusus tahun berjalan.

5. Pengembalian seluruh dana Biaya Penyelenggara Ibadah Haji atau Biaya Penyelenggara Ibadah Haji Khusus dalam hal Calon Jamaah Haji meninggal dunia atau membatalkan keberangkatan.7

Begitu pula dana-dana lain, seperti dana efisiensi, manfaat dana haji, dan Dana Abadi Umat (DAU) yang berpotensi dikembangkan manfaatnya. Dana ini diinvestasikan agar memberikan imbalan hasil kepada pemilik dana, yaitu jamaah haji. Mereka mendapatkan imbal hasil dari pokok setorannya yang bisa meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji yang bersangkutan kebolehan investasi dana tersebut juga sesuai dengan maqashid syariah. Di antaranya, Hifzul Maal dimana dana dari calon jamaah haji harus dikelola dan dijaga dengan baik sesuai dengan prinsip syariah dalam rangka peningkatan kulitas penyelenggaraan haji pada khususnya.

7 Fawta Dewa Syariah Nasional No. 122/DSN-MUI/II/2018 Tentang Pengelola Keuangan Haji BPIH dan BPIH Khusus berdasarkan Syariah, h. 108

B. Kesesuaiaan Pengelolaan Dana Haji Dengan Fatwa Dewan Syariah