BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
4. Materi Ajar
Pengertian Lingkaran
Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tetap yang dinamakan titik pusat lingkaran. Perhatikan gambar tersebut titik A, B dan C terletak sama jauh terhadap titik O. Titik O ini disebut titk pusat lingkaran.
Perhatikan gambar diatas Panjang garis lengkung yang bertemu kedua ujungnya disebut keliling. Daerah yang diarsir disebut bidang lingkaran, yang selanjutnya disebut luas lingkaran.
Bagian-bagian lingkaran
Dari benda-bendanya kita lihat, sering terdapat benda pada bagian tepinya berbentuk lingkaran. Contohnya pada gambar di bawah.
Selain benda-benda tersebut, masih banyak benda lain bagian tepinya berbentuk lingkaran. Selanjutnya, untuk memahami unsur-unsur yang terdapat pada lingkaran. Perhatikan gambar dibawah.
1. Titik pusat lingkaran
Titik pusat dalah sebuah titik yang letaknya tepat berada di tengah-tengah lingkaran. Pada gambar diatas, titik pusat lingkaran berada pada huruf O.
2. Jari-jari lingkaran
Perhatikan gambar diatas, garis OA, OB, dan OC disebut jari-jari. Jari-jari adalah sebuah garis yang menghubungkan antara titik pusat dengan titik pada keliling lingkaran.
3. Diameter lingkaran
Garis AB disebut diameter lingkaran. Diameter lingkaran adalah panjang garis lurus yang menghubungkan antara dua titik pada lingkaran melalui titik pusat lingkaran.
4. Tali busur
Tali busur adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada keliling lingkaran dan tidak melalui titik pusat lingkaran. Peda gambar diatas, tali busur terletak pada garis AC.
5. Busur lingkaran
Busur adalah garis lengkung yang meruapakn bagian dari keliling lingkaran. Perhatikan gambar diatas, busur lingkaran terletak pada garis lengkung AC dan CB. Busur pada lingkaran terbagi menjadi dua, yaitu busur besar dan busur kecil. Disebut busur besar jika panjangnya lebih dari setengah lingkaran sedangkan busur kecil jika panjangnya kurang dari setengah lingkaran.
6. Juring lingkaran
Juring lingkaran adalah daerah yang dibatasi oleh dua garis jari-jari dan dibatasi oleh sebuah busur lingkaran yang letaknya diapit oleh dua jari-jari tersebut. Perhatikan gambar diatas, daerah juring lingkaran terletak pada juring BOC. Juring lingkaran terbagi menjadi dua yaitu juring besar dan juring kecil.
7. Tembereng lingkaran
Tembereng lingkaran adalah daerah yang berada di dalam lingkaran yang dibatasi oleh busur lingkaran dan tali busur lingkaran. Perhatikan gambar diatas, tembereng lingkaran dibatasi oleh busur AC dan tali busur AC.
Tembereng lingkaran terbagi menjadi dua yaitu tembereng besar dan tembereng kecil.
8. Apotema lingkaran
Apotema lingkaran adalah jarak terpendek antara tali busur dengan titik pusat lingkaran. Garis apotema biasanya berada tegak lurus dengan tali busur.
Perhatikan gambar diatas, garis apotema terletak pada garis OD.
Keliling lingkaran
Cara untuk mencari keliling lingkaran:
• Gambarlah sebuah lingkaran diameter sembarang diatas kertas karton
• Gunting gambar lingkaran tersebut kelilingi lingkaran dengan tali atau pita
• Potong tali yang mengelilingi lingkaran tersebut
• Rentangkan tali tersebut, maka panjang tali tersebut akan sama dengan keliling lingkaran
• Hitunglah panjang tali dengan menggunakan alat ukur ( pengggaris)
• Hitunglah (ukur) diameter lingkaran
• Bandingkan panjang tali tersebut dengan diameter lingkaran
Apabila:
Keliling lingkaran = 22 cm dan diameter = 7 cm Jadi bandingkan 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
=
227
Maka keliling lingkaran = 22
7 × diameter (dimana 22
7 = π) = π × diameter
= π × d
= πd (Karena d = 2r ) = π × 2r
= 2πr
Jadi keliling lingkaran = 2πr atau keliling lingkaran = πd Ket:
K = keliling lingkaran d = diameter lingkaran r = jari-jari
Contoh :
Diketehui sebuah lingkaran memiliki jari-jari 10 cm. tentukanlah keliling lingkaran?
Jawab:
Dik: r = 10 cm Dit: K….?
Penye: K = 2πr
= 2 × 3, 14 × 10 cm = 62, 8 cm
Jadi keliling lingkaran adalah 62, 8 cm.
Luas lingkaran
Luas lingkaran adalah luas daerah yang dibatasi oleh keliling lingkaran.
Untuk menemukan luas lingkaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan persegi panjang. Langkah-langkah sebagai berikut:
• Coba kamu buat lingkaran pada kertas
• Buat juring-juring lingkaran yang sama besar sedemikian sehingga mendapat juring-juring kecil
• Lingkaran dipotong-potong menjadi 6 atau 8 atau 10 juring. semakin banyak juring maka akan semakin membentuk persegi panjang yang lebih mendekati dengan syarat jumlahnya genap dan jangan lupa salah satu juring dibagi dua sama menurut jari-jari
• Juring-juring kecil kamu susun sedemikian sehingga menyerupai (mendekati) bentuk persegi panjang seperti gambar
Perhatikan gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa susunan 8 potong juring lingkaran tersebut mendekati bentuk persegi panjang. Sekarang, anggap bangun datar yang telah kita bentuk tadi adalah persegi panjang dengan panjang =
1
2 keliling lingkaran dan lebar = r . dari data tersebut kita dapat membuktikan luas lingkaran dengan uraian sebagai berikut :
L = luas persegi panjang L = panjang × lebar L = 1
2 keliling lingkaran × r L = 1
2 × 2πr × r L = πr × r L = 𝜋𝑟2
Jadi 𝑳 = 𝝅𝒓𝟐 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑳 = 𝟏
𝟒𝝅𝒅𝟐, 𝒅 = 𝟐𝒓 Ket:
L = luas lingkaran d = diameter r = jari-jari Contoh :
Hitunglah luas lingkaran yang berjari-jari 8 cm.
Jawab:
Dik: r = 8 cm Dit: luas lingkaran ? Penye: L = πr2
= 3, 14 × (8 cm)2 = 3, 14 × 64 cm2 = 200, 96 cm2
Jadi luas lingkaran adalah 200, 96 cm2
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian Ariska Azmi (2019) berjudul “ Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP”. Hasil penelitian diperoleh (1) thitung
= 17,68 > ttabel = 1,70 maka pendekatan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis SMP, (2) berdasrkan uji-t hipotesis kedua, maka diperoleh thitung = 4,07 > ttabel = 1,67 sehingga kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis SMP yang diajarkan dengan non inkuiri terbimbing.
Penelitian Tuti Alawiyah (2014) berjudul “ Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Metode Inquiry pada Siswa Kelas VIIIB MTs Aisyiyah Sungguminasa Kab. Gowa”. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode inquiry efektif diterapkan terhadap pembelajaran matematika siswa kelas VIIIb
MTS Aisyiyah Sungguminasa Kab. Gowa.
Penelitian Syamsir (2016) berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Metode Inquiry pada Siswa Kelas VII3 SMP Muhammadiyah Limbung Kab. Gowa. Hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisis adalah ketuntasan hasil belajar siswa ≥80%, peningkatan hasil belajar ≥0, 03%, aktivitas siswa ≥75% dan prestasi respon siswa ≥75%. Dari hasil analisis menunjukan bahwa penerapan metode inquiry pada siswa kelas VII3 SMP Muhammadiyah Limbung Kab. Gowa efektif digunakan dalam pembelajaran matematika.
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola yang ada didalamnya. Pembelajaran matematika adalah salah satu beban berat bagi siswa pasalnya siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang paling sulit dan paling dihindari. Hal ini, membuat siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Karena pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang aktif dan cenderung diam dalam pembelajaran jarang bertanya tentang materi yang belm di mengerti. . Selain itu siswa diberikan soal yang berbeda dengan contoh banyak siswa yang tidak mampu mengerjakan soal tersebut. Karena siswa tersebut kurang terlatih berpikir kreatif dalam menemukan jawaban sendiri dalam pemecahan masalah.
Selama pembelajaran berlangsung guru hanya membaca materi kepada siswa sehingga siswa merasa bosan dan susah dalam memahami materi tersebut.
Untuk itu, diperlukan suatu metode yang membangun pengetahuan siswa dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi terasa menyenangkan.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu metode inquiry terbimbing. Metode yang dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran matematika dan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-idenya sendiri dan pengetahuannya sendiri.
Metode inquiry terbimbing digunakan dalam pembelajaran matematika dengan tujuan membantu siswa mengatasi masalah-masalah belajar matematika
seperti ketuntasan hasil belajar, aktivitas siswa, dan respon siswa. Dengan hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa melalui metode inquiry terbimbing efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
Pembelajaran matematika
• Siswa merasa bosan dan susah memahami pelajaran
• Siswa belum mampu menemukan jawaban sendiri dalam pemecahan masalah
• Pendekatan yang selama ini dipakai oleh guru cenderung monoton
Metode Inquiry terbimbing
Respon siswa positif Aktivitas
siswa baik Hasil belajar
matematika (KKM, klasikal, gain) tuntas
Metode Inquiry terbimbing efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini ada 2 yaitu:
1. Hipotesis Mayor
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah: “Metode inquiry terbimbing efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bajeng Kabupaten Gowa”.
2. Hipotesis Minor
a. Hasil belajar matematika siswa
1) Rata-rata hasil belajar siswa setelah diajar dengan menggunakan metode inquiry terbimbing mencapai nilai KKM yaitu 70.
2) Ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan metode inquiry terbimbing tercapai secara klasikal (minimal 75% siswa yang tuntas belajar)
3) Rata-rata gain ternomalisasi siswa yang diajarkan dengan metode inquiry terbimbing lebih dari 0,29 atau minimal berada pada kategori sedang.
b. Aktivitas Siswa
Aktivitas kelas VIII SMP Negeri 3 Bajeng Kabupaten Gowa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan metode inquiry terbimbing minimal 75% berada pada kategori baik.
c. Respon Siswa
Respon kelas VIII SMP Negeri 3 Bajeng Kabupaten Gowa dalam mengelolah pembelajaran matematika dengan penerapan metode inquiry terbimbing minimal 75% yang merespon positif.
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang melibatkan satu kelompok atau satu kelas yang dikenal dengan desain pra eksperimen. Dengan tujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas pembelajaran matematika melalui metode inquiry terbimbing pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bajeng Kabupaten Gowa.
B. Variabel Penelitian dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa, aktivitas siswa, dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan metode inquiry terbimbing.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Desain. Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Pertama-tama dilakukan pengukuran lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Design pada penelitian One-group pretest-posttest design.
Pretest T1
Perlakuan X
Posttest T2
Sumber : Sanjaya, 2013:103
Keterangan:
X = perlakuan (treatmen)
T1 = hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan metode pembelajaran inquiry terbimbing
T2 = hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan metode pembelajaran inquiry terbimbing
C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bajeng Kabupaten Gowa ada 6 kelas yakni VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Random Sampling untuk memilih satu kelas sebagai kelas eksperimen. Dikatakan simple karena pengambilan sampelnya secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Dengan pengambilan sampel secara acak dari seluruh kelas VIII yang ada yakni sampel yang diambil adalah kelas VIII B.
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai beriktu:
1. Hasil belajar siswa adalah tingkat keberhasilan seorang siswa terhadap pembelajaran matematika yang dilihat dari kriteria ketuntasan minimal hasil
belajar matematika siswa dengan menggunakan metode inquiry terbimbing dalam pembelajaran matematika. Ketuntasan hasil belajar adalah hasil dari proses belajar mengajar atau setelah proses belajar mengajar. Apabila siswa di katakan tuntas belajar apabila siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah yakni 70. Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai ≥ 75% siswa di kelas tersebut telah mencapai nilai paling sedikit 70.
2. Aktivitas siswa adalah kegiatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran matematika dengan menerapkan metode inquiry terbimbing. Keberhasilan aktivitas siswa diukur dari hasil observasi yang ditinjau dengan sekurang- kurangnya 75% siswa terlihat aktif dalam proses pembelajaran.
3. Respon siswa adaalah ukuran kesukaan, minat, ketertarikan, atau pendapat siswa tentang proses pembelajaran matematika dengan menerapkan metode inquiry terbimbing. Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah minimal 75%.
Siswa yang memberikan respon positif terhadap jumlah aspek yang ditanyakan.
E. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam penelitian meliputi :
a. Meminta izin kepada kepala sekolah VIII SMP Negeri 3 Bajeng Kabupaten Gowa.
b. Melakukan kesepakatan dengan guru bidang studi matematika.
c. Melakukan observasi awal
d. Membuat perangkat pembelajaran.
e. Membuat lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa f. Membuat angket respon siswa untuk mengetahui respon siswa
g. Membuat lembar tes hasil belajar siswa yang berupa soal essai dan kemudian di validasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam penelitian diantaranya : a. Melaksanakan tes awal (pretest),
b. Melaksanakan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing,
c. Melaksanakan observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung
d. Memberikan angket respon siswa mengenai tanggapan siswa tentang kegiatan pembelajaran matematika dengan metode inquiry terbimbing
e. Memberikan tes dalam bentuk uraian untuk melakukan evaluasi (posttest) 3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir diantaranya : a. Mengolah hasil data penelitian,
b. Menganalisis dan mendeskripsikan data hasil penelitian, c. Membuat kesimpulan.
F. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tes Hasil Belajar Matematika Siswa
Tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan siswa terhadap pembelajaran matematika setelah diterapkan metode inquiry terbimbing dalam bentuk soal essai yang telah di validasi. Soal tes ini dibuat oleh peneliti berdasarkan tujuan pembelajaran, koordinasi dengan guru mata pelajaran serta koreksi dari dosen pembimbing.
2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran di kelas dengan metode inquiry terbimbing.
3. Angket Respon Siswa
Angket ini digunakan untuk mengetahui respon dan minat siswa terhadap metode inquiry terbimbing yang diterapkan selama penelitian, motivasi belajar, dan aspek efektif lainnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Teknik Tes
Teknik tes dilaksanakan dengan memberikan instrument tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) pembelajaran matematika dengan metode inquiry terbimbing.
2. Teknik Observasi
Teknik ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan berdasarkan lembar observasi. Data tentang aktivitas siswa diambil dengan menggunakan instrumen lembar observasi aktivitas siswa selama pembelajaran matematika dengan metode inquiry terbimbing.
3. Teknik Pemberian Angket
Teknik ini dilaksanakan dengan memberikan instrumen angket respon siswa.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh adalah dengan menggunakan analisis statistika deskriptif dan analisis inferensial.
1. Analisis statistik deskriptif
Sugiyono (2015 : 207) menyatakan bahwa “statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi”.
1) Aktivitas Siswa
Untuk menentukan persentase jumlah siswa yang terlibat aktif dalam semua aktivitas digunakan rumus sebagai berikut :
𝑆𝑛 = 𝑋𝑛
𝑁 × 100%
Keterangan :
Sn = persentase siswa yang melakukan aktivitas ke-n setiap pertemuan
Xn = banyaknya siswa yang melakukan aktivitas ke-n setisp pertemuan N = jumlah siswa yang hadir setiap pertemuan
Kriteria keberhasilan aktivitas siswa dalam penelitian ini dikatakan baik apabila minimal 75% siswa yang terlibat aktif dalam aktivitas positif selama pembelajaran.
2) Hasil Belajar Siswa
a) Analisi Data Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemahaman materi matematika siswa setelah diterapkan metode inquiry terbimbing. Data mengenai hasil belajar matematika siswa digambarkan mengenai nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi. Kriteria digunakan untuk menentukan kategori-kategori skor hasil belajar matematika adalah kategorisasi standar penilaian dan ketuntasan hasil belajar matematika.
Tabel 3.2 Kategorisasi Hasil Belajar Siswa Nilai Hasil Belajar Kategori
0 ≤×≤ 54 Sangat Rendah 54˂ × ≤69 Rendah 69 ˂× ≤79 Sedang 79 ˂ × ≤89 Tinggi 89˂× ≤ 100 Sangat Tinggi
Tabel 3.3 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Bajeng Kabupaten Gowa
Nilai Kriteria
0 ≤ × < 70 Tidak Tuntas
70≤ × ≤ 100 Tuntas
Berdasarkan Tabel 3.3 tersebut bahwa siswa yang memperoleh nilai sama dengan 70 hingga 100 maka dapat dinyatakan tuntas belajar dalam proses pembelajaran matematika, dan siswa yang memperoleh nilai nol sampai 69 maka siswa dinyatakan tidak tuntas dalam proses pembelajaran matematika.
Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yakni 70 sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal 75% siswa di kelas tersebut telah mencapai skor ketuntasan minimal.
Ketuntasan belajar klasikal =Banyaknya siswa dengan skor ≥70
banyaknya seluruh siswa x 100%
b) Analisis data peningkatan hasil belajar
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gain (peningkatan) hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen. Gain diperoleh dengan cara membandingkan hasil pretest dengan hasil posttest. Gain yang digunakan untuk menghitung peningkatan hasil belajar matematika siswa adalah gain ternormalisasi (normalisasi gain). Adapun rumus dari gain ternormalisasi adalah:
𝑔 = 𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒 𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠− 𝑆𝑝𝑟𝑒
dengan:
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 : Rata-rata skor tes akhir 𝑆𝑝𝑟𝑒 : Rata-rata skor tes awal
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 : Skor maksimum yang mungkin dicapai
Untuk klasifikasi gain ternormalisasi terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Kriteria tingkat Gain Ternormalisasi
Nilai Gain Kategori
𝑔 < 0,30 Rendah
0,30 ≤ 𝑔 < 0,70 Sedang
𝑔 < 0,70 Tinggi
3) Respon Siswa
Data tentang tentang respon siswa diperoleh dari angket respon siswa yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Data respon siswa terhadap pembelajaran matematika dianalisis dengan melihat persentase dari respon siswa. Persentase ini dapat dihitung dengan rumus:
𝑃 = 𝑓
𝐵 × 100%
Keterangan :
P : persentase respon siswa yang menjawab ya F : banyaknya siswa yang menjawab ya B : banyaknya siswa yang mengisi angket
Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode inquiry terbimbing dikatakan positif,jika persentase respon siswa yang menjawab “ya”
minimal 75 %.
2. Analisis statistik inferensial
Sugiyono (2015 : 209) menyatakan bahwa “statistik inferensial adalah teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Teknik statistika ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.
Sebelum pengujian hipotesis, dilakukan uji normalitas sebagai uji prasyarat.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini akan digunakan uji kolmogorov-smirnov dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1: Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteia yang digunakan yaitu jika p ≥ α maka terima H0 dengan data berasal dari populasi berdistribusi normal dan jika P < α maka terima H1 dengan data tidak berdistribusi normal. Dengan taraf signifikan α = 0,05.
b. Pengujian Hipotesis Penelitian
1. Pengujian hipotesis Minor berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menggunakan uji kesamaan rata-rata yaitu dengan menerapkan teknik uji-t satu sampel (One Sample t-test).
One Sample t-test merupakan teknik analisis untuk membandingkan satu variabel bebas.Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah sampel.Pada uji hipotesis ini, diambil satu sampel yang kemudian dianalisis apakah ada perbedaan rata- rata dari sampel tersebut. Uji hipotesis dibuat dalam situasi ini, yaitu:
H0= µ ≤ 70 melawan H1= µ > 70 Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 ditolak jika P-Value>α dan H1 diterima jika P-Value ≤ α, dimana α = 5%. Jika P-
Value < α berarti hasil belajar matematika siswa bisa mencapai KKM 70.
2. Pengujian Hipotesis Minor berdasarkan Ketuntasan Klasikal menggunakan uji proporsi.
Pengujian hipotesis proporsi adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah proporsi yang dihipotesiskan didukung informasi dari data sampel (apakah proporsi sampel berbeda dengan proporsi yang dihipotesiskan).Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan pengujian hipotesis satu populasi. Uji hipotesis dibuat dalam situasi ini, yaitu
H0 : π ≤ 75 melawan H1 : π > 75
Dengan rumus
𝑍 = 𝑥 𝑛 − 𝜋0
√𝜋0(1 − 𝜋0) 𝑛
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 ditolak jika z >z(0,5-α) dan H1 diterima jika z ≤ z(0,5-α), dimana α = 5%. Jika z <
z (0,5-α) berarti hasil belajar matematika siswa bisa mencapai 75%.
3. Pengujian hipotesis berdasarkan Gain (peningkatan) menggunakan uji-t satu sampel
Pengujian Gain digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar matematika yang terjadi pada siswa kelas eksperimen, diperoleh dengan membandingkan skor rata-rata pretest dan posttest. Uji hipotesis dibuat dalam situasi ini, yaitu
H0: µg ≤ 0,29 melawan H1 : µg > 0,29
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 ditolak jika t > thitung dan H1 diterima jika t ≤ thitung dimana α = 5%. Jika t < t
hitung berarti hasil belajar matematika siswa bisa mencapai 0,30.
43 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial.
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Berikut ini akan diuraikan hasil analisis statistik deskriptif pada penerapan metode inquiry terbimbing. Pengumpulan data dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung melalui observasi aktivitas siswa dan hasil tes. Proses pembelajaran dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dan 2 kali tes yakni tes awal dan tes akhir.
a. Deskriptif Hasil Belajar Matematika
1) Deskriptif Data Hasil Tes Belajar Matematika Siswa Sebelum Diberikan Perlakuan (pretest)
Dari hasil analisis deskriptif sebagaimana terlampir pada lampiran, maka statistika skor hasil belajar matematika siswa pada kelas VIII B sebelum diberikan perlakuan (pretest) yang dirangkum dalam tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1. Statistik Skor Data Hasil Pretest Matematika Statistik Nilai Statistik Ukuran Sampel
Skor Tertinggi Skor Terendah
Skor Ideal Rentang Skor Skor Rata-rata Standar Deviasi
26 69 10 100
59 38,15 15,58
Pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Bajeng Kabupaten Gowa sebelum proses pembelajaran melalui penerapan metode inquiry terbimbing (pretest) sebesar 38,15 dari skor ideal 100 dengan standar deviasi 15,58 sehingga dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata semakin mewakili data dan memiliki sebaran data yang bervariasi. Jika hasil belajar matematika siswa dikelompokan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentase yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Siswa
Skor Rata-rata Jumlah
Kategori Frekuensi Presentase
0 ≤×≤ 54 20 76,92% Sangat Rendah 54˂ × ≤69 6 23,06% Rendah
69 ˂× ≤79 - 0% Sedang
79 ˂ × ≤89 - 0% Tinggi 89˂× ≤ 100 -- 0% Sangat Tinggi
Jumlah 26 100 %