BAB I PENDAHULUAN
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
3) Menyelesaikan masalah sesuai perencanaan
Tahap ini adalah tahap solusi yang telah diremcakan pada tahap sebelumnya. Diagram, tabel atau urutan dibangun secara seksama sehingga siswa pemecah masalah matematika tidak akan bingung.
4) Melihat kembali hasil yang diperoleh.
Selama tahap ini berlangsung, rencana penyelesaian masalah harus dipertimbangkan. Perhitungan harus dicek kembali. Melakukan pengecekan kebelakang akan melibatkan penentuan ketepatan perhitungan dengan cara menghitung ulang dan melihat kembali jawaban dan proses pengerjaan.
Menurut Sumarno (Fauzan: 2011) indicator pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan dan kecukupan unsur yang diperlukan.
b. Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika.
c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam atau luar matematika
d. Menjelaskan dan menginterprestasikan hasil permasalahan menggunakan matematika secara bermakna.
Berdasarkan beberapa uraian di atas Ayu Yaryamani dalam penelitiannya mengemukakan bahwa indicator kemampuan pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan
b. Merumuskan masalah matematika
c. Menjelaskan hasil permasalahan menggunakan matematika.
Ketiga indicator tersebut dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan baik. Melalui ketiga indicator tersebut
“secara langsung siswa telah melatih cara berpikir secara tepat dalam penyelesaian soal-soal matematika.”14
Begitu pula Surya (2013) mengemukakan bahwa :
“Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa untuk dapat memahami masalah melalui identifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, membuat atau menyusun strategi penyelesaian dan merepresentasikan (berupa simbol, gambar, grafik, tabel diagram model dll), memilih atau menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dan memeriksa kebenararan solusi dan menafsirkanya.”15
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan dalam memahami masalah dengan melakukan indentifikasi terhadap unsur-unsur yang ada, mampu menemukan solusi penyelesaian yang memuat prosedur untuk
14Ayu Yaryamani, “Analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas XI Mipa SMA Negeri 1 Kota Jambi”, Jurnal Ilmiah DIKDAYA, Hlm. 15-16.
15Asep Aman, Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP”, .Jurnal Teori Dan Riset Matematika (Teorema), September 2017.Vol 2.No. 1, hlm.42.
mendapatkan jawaban, mampu menerapkan solusi penyelesaian, dan melihat kembali prosedur penyelesaiannya secara detail.
3. Pemecahan masalah matematika
Menurut Gough (2003) Masalah berarti “Suatu tugas yang apabila kita membacanya, melihatnya, atau mendengarnya pada waktu tertentu, dan kita tidak mampu untuk segera menyelesaikannya pada waktu itu.”16 Memecahkan masalah termasuk dalam metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya (Discovery) tanpa bantuan khusus, memberi hasil yang lebih unggul, yang digunakan dalam situasi-situasi lain.17
Runtukkahu dalam bukunya mengungkapkan bahwa “Dalam pengajaran matematika, kemampuan pemecahan masalah berarti serangkaian operasi mental yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”18 Berdasarkan beberapa pemaparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika merupakan proses menemukan jawaban dari masalah matematika.
16Syahruddin, “Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dalam Hubungannya Dengan Pemahaman Konsep Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kela VIII SMP 4 Binamu Kabupaten Jeneponto”, (Skripsi, Universitas Negeri Makasar, 2016) , hlm. 38.
17Nasution.Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. (Jakarta: PT Bumi aksara,2008). Hlm. 170-173.
18Runtukahu, dkk, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta:Arr-Ruz Media,2014), hlm. 192.
Hudgson dan Sullivan dalam Nurman (2008) membagi masalah matematika berdasarkan jenjang kesulitan, sebagai berikut:
1) Jenis soalVery easy problem-exercise (masalah sederhana- latihan). Soal yang tergolong dalam masalah ini adalah semua jenis soal yang penyelesaiannya menggunakan algoritma yang sudah jelas dan sudah dipelajari. Jadi suatu soal dapat diklasifikasikan sebagai latihan, bergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian suatu soal bisa menjadi masalah bagi siswa, namun bagi siswa yang lain mungkin hanya sebagai latihan, atau sebagai masalah untuk hari ini, tetapi besok mungkin tidak jadi masalah lagi.
2) Jenis soalProblem with a clear context (masalah dengan konteks yang jelas). Masalah dengan konteks yang jelas memerlukan kemampuan untuk melihat algoritma sesuai untuk menyelesaikannya. Pada umumnya masalah dengan konteks yang jelas banyak ditemui pada bagian akhir setiap bahasan di dalam buku teks matematika. Dikatakan masalah dengan konteks yang jelas, karena masalah tersebut hanya dalam konteks materi pada bahasan tersebut.
Pemecahan masalah jenis ini hanya menggunakan konsep, operasi, atau prinsip yang terdapat pada topik bahasan tersebut.
3) Jenis SoalProblems without a clear context (masalah tanpa konteks yang jelas). Masalah seperti ini bisa timbul dari berbagai situasi, terutama dalam kehidupan sehari-hari.
Pemecahan masalah seperti ini tidak tertentu algoritma yang harus digunakan dan tidak kepada konteks matematika yang harus digunakan. Untuk memecahkan masalah seperti ini, siswa harus memiliki kemampuan tertentu untuk melihat konsep matematika yang perlu dan cocok digunakan. Masalah tanpa konteks yang jelas banyak dipergunakan sebagai alat bantu untuk penemuan maupun pengembangan konsep matematika baru.19
Pemecahan masalah dapat dibedakan atas dua jenis berikut:
1) Pemecahan rutin atau masalah abstrak adalah soal yang menyerupai soal nyata. Dalam pemecahan masalah rutin, siswa mengaplikasikan penyelesaian matematika yang hampir sama dengan penyelesaian yang telah dijelaskan oleh guru, contohnya adalah soal cerita.
2) Pemecahan masalah non-rutin atau pemecahan masalah nyata yaituSoal dimulai dari situasi nyata dan penyelesaiannya ialah dengan penerjemahan masalah dengan model matematika dan selanjutnya masalah dikembalikan kepada masalah dunia nyata. Berlainan
19Syahruddin, “Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dalam Hubungannya Dengan Pemahaman Konsep Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kela VIII SMP 4 Binamu Kabupaten Jeneponto”, (Skripsi, Universitas Negeri Makasar, 2016) , hlm. 38-40.
dengan soal cerita rutin, soal ini membutuhkan pemikiran yang lebih tinggi untuk memilih prosedur pemecahannya.20 Indikator-indikator yang digunakan dalam menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematika siswa disesuaikan dengan langkah-langkah pemecahan masalah berdasarkan teori polya dapat di lihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2
Indikator Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Polya No Langkah-Langkah
Pemecahan Masalah Polya
Indikator
1 Memahami Masalah 1. Siswa dapat menentukan hal yang diketahui
2. Siswa dapat menentukan hal yang ditanyakan dari soal
2 Menyusun rencana peneyelesaian
1. Siswa dapat menentukan syarat lain yang tidak diketahui dari soal seperti rumus atau informasi lainnya jika ada.
2. Siswa dapat menggunakan semua informasi yanga ada pada soal.
3. Siswa dapat membuat rencana atau langkah-langkah penyelesaian dari soal yang diberikan.
3 Meneyelesaikan 1. Siswa dapat menyelesailan soal
20Runtukahu, dkk, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta:Arr-Ruz Media,2014), hlm. 193.
masalah sesuai perencanaan
ada sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibuat sejak awal.
2. Siswa dapat menjawab soal dengan tepat.
4 Melihat kembali 1. Siswa dapat melihat kembali jawaban yang telah diperoleh dengan menggunakan langkah yang benar.
2. Siswa dapat meyakini kebenaran dari jawaban yang telah dibuat.
4. Kedisiplinan siswa
Disiplin berasal dari kata “disipcilan” yang berarti ajaran dari guru yang mengandung pengertian positif dan membangun bagi siswa. Disiplin diartikan sebagai “Penataan perilaku dan peri kehidupan, maksudnya seseorang yang dikatakan disiplin apabila setia dan patuh terhadap aturan- aturan yang berlaku.”21
Asy Mas‟ud mengemukakan bahwa disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun.22 Keith Davis mengemukakan bahwa
“Disiplin diartikan sebagai pengawasan terhadap diri pribadi untuk
21Puji rahmawati, “pengembangan buku kendali disiplin tata tertib siswa SD triharjo sleman.(Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan universitas negeri Yogyakarta). Hlm.12.
22 Sugeng Haryono.“Pengaruh Kedisiplinan Siswa Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi” Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 3, No. 3, November 2016, hlm 264.
melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui atau diterima sebagai tanggung jawab.”23
Soegeng Prijodarminto mengatakan bahwa disiplin adalah “Suatu kondisi yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.”24 Menurut Ho (2009) kedisiplinan adalah “Sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar- benarmenghargai waktu.”25
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu kondisi sadar untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, serta menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan yang dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab.
Terdapat beberapa macam kedisiplinan sebagai wujud dari nilai- nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, dan keteraturan sebagai bentuk tanggung jawab, macam-macam kedisiplinan tersebut sebagai berikut:
a. Disiplin dalam Belajar
Belajar juga membutuhkan kedisiplinan dan keteraturan. Dengan disiplin belajar setiap hari, lama kelamaan kita akan menguasai bahan
23Santoso Sastropoetra, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, DanDisiplin Dalam Pengembangan Nasional, (Bandung: Penerbit Alumni, Tt),hlm. 747.
24Soegeng Prijodarminto,Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Jakarta:Pradnya Pratama,1994), hlm. 23.
25Sopia Ratna Alawiyah Fitri, Nilai-Nilai Pendidikan Kedisiplinan Dalam Al-Qur‟an Surat Al-„Ashr Ayat 1-3 Menurut Tafsir Al-Maraghi. Jurnal Tarbiyah Al-Aulad, Vol. 2, No.1, 2017. Hlm. 8.
itu. Keteraturan ini hasilnya akan lebih baik daripada belajar hanya pada saat akan ujian saja.
b. Disiplin Waktu
Disiplin waktu menjadi sorotan utama terhadap kepribadian seseorang, sehingga menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Waktu yang kita miliki itu terbatas hanya 24 jam dalam satu hari satu malam. “Jika waktu itu tidak kita gunakan dengan sebaik- baiknya, maka tidak terasa waktu itu telah habis dan terbuang sia- sia.”26
c. Disiplin Ibadah
Menjalankan ajaran agama juga menjadi parameter utama dalam kehidupan dan menjadi bagian penting bagi setiap insan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Ketaatan seseorang kepada Tuhannya dapat dilihat dari “seberapa besar ketaatan mereka dalam menjalankan ibadah.”27
d. Disiplin Sikap
Disiplin mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting point untuk menata perilaku orang lain. Misalnya, disiplin untuk tidak marah, tergesa-gesa dan gegabah dalam bertindak.28
26Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, danInovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2010), hlm. 94.
27 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadits-haditsHukum 1, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 283-284.
28Jamal Ma‟mur Asmani, op.cit. hlm. 95.
G. Metode penelitian 1. Pendekatan penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Di dalam Moloeng, Bogdan dan Taylor mendefiisikan peelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis orang-orang maupun perilaku yang diamati dari feomena yang terjadi, dan menekankan pada kata- kata dan gambar sebagai penerapan dari penelitian kualitatif.
Hubungan penelitian deskriptif dan penelitian kualitatif menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada obyek tertentu secara jelas dan sistematis, melakukan eksplorasi untuk menerangkan dan memprediksi suatu gejala yang terjadi atas dasar data kualitatif yang diperoleh,29 sehingga mengidentifikasi dan menganalisis pemecahan masalah matematika yang dilihat dari tingkat kedisiplinan siswa.
2. Kehadiran peneliti
Instrument utama dalam penelitian adalah kehadiran peneliti.
Kelebihan peneliti sebagai instrument utama adalah, pertama peneliti dapat langsung melihat dan merasakan apa yang terjadi pada subjek penelitiannya. Kedua, peneliti mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi dan penelitian diberhentikan.
29Nanang Supriyadi,dkk, “Analisis keMampuan Komunikasi Matematis Siswa Lamban Belajar Dalam Menyelesaikan Soal Bangun Datar,” (Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 7, no. 1 2016), hal.2
Peneliti sebagai instrument utama pada penelitian ini mampu menggali berbagai data yang diperlukan selama penelitian. Peneliti melaksanakan prosedur pegumpulan data dengan cara memberikan angket dan tes, wawancara, dan observasi, kemudian menganalisis data dan mengecek keabsahan data.
3. Sumber data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari objek penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang di dapatkan dari pihak lain.
a. Dalam penelitian ini data primer adalah hasil jawaban angket siswa kelas VIIA SMP Islam Plus Darul Hukumaini Jonggat yang mewakili Tingkat kedisiplinan siswa. Responden ini didapatkan dari hasil pemberian angket untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa, tes kemampuan pemecahan masalah, dan wawancara dengan siswa mengenai proses menjawab soal tes.
b. Data sekunder dalam penelitian ini adalah absensi kelas VII SMP Islam Plus Darul Hukumaini Jonggat. Data ini digunakan untuk mengetahui nama-nama siswa kelas VII SMP Islam Plus Darul Hukumaini Jonggat.
4. Prosedur pengumpulan data
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pada penelitian ini juga digunakan instrumen pendukung lainnya yaitu:
a. Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa kelas VIIA di SMP Islam Plus Darul Hukumaini Jonggat, sehingga peneliti dapat memilih beberapa siswa sebagai subjek penelitian.Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan empat pilihan jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang- kadang (KD), dan tidak pernah (TP). Angket ini diambil dari skripsi dari Intan Ayuningtyas yang berjudul “Studi korelasi antara hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran aqidah akhlaq dengan kedisiplinan siswa kelas VIII di MTs Negeri Ketanggungan Brebes tahun ajaran 2016/2017”.30 Uji Validasi dilakukan di MTs Nahdlatul Mujahidin Jempong, sehingga didapatkan 24 butir pertanyaan valid atau diterima dari 39 butir pertanyaan.
b. Tes kemampuan pemecahan masalah. Tes diberikan untuk tiga orang siswa yang sudah terpilih sebagai subjek penelitian. Tes yang diberikan berupa soal uraian yang terdiri dari tiga soal materi system persamaan linier satu variabel yang disesuaikan dengan
“buku siswa Matematika kelas 7 kurikulum 2013 revisi 2017”.31 Soal tes yang digunakan dikembangkan oleh peneliti sendiri.
c. Pedoman wawancara. Instrument pedoman wawancara ini disusun berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah Polya. Pedoman
30Intan Ayuningtyas, “Studi Korelasi Antara Hasil Belajar Ranah Kognitif Pada Pembelajaran Aqidah Akhlaq Dengan Kedisiplinan Siswa Kelas VIII Di Mts Negeri Ketanggungan Brebes Tahun Ajaran 2016/2017”. (Skripsi, FITK UIN Walisongo,2016).
31Abdur Rahman As‟ari, dkk. Buku Siswa Matematika Kelas 7 Kurikulum 2013 Revisi 2017.(Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang, Kemendikbud, 2017). Hal. 249.
wawancara yang digunakan bersifat tak berstruktur diambil dari skripsi Miftahul Ilmiyana yang berjudul “Analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA ditinjau dari tipe kepribadian dimensi Myer Briggs Type Indicator ( MBTI )”.32 Wawancara dilakukan setelah siswa menyelesaikan tes.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika, sehingga peneliti mengetahui gambaran kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika sesuai dengan tingkat kedisiplinan siswa.
d. Rekaman suara siswa pada saat wawancara.
5. Teknik analisis data
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
a. Reduksi Data
Tahap reduksi data yang dilakukan disini adalah proses analisis data secara mendalam mengenai kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan dari tingkat kedisiplinan, analisis data secara mendalam terhadap hasil tes soal pemecahan masalah matematika dan rekaman hasil wawancara berdasarkan langkah-langkah Polya, Memahami masalah, Menyusun
32Miftahul Ilmiyana, “ Analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA ditinjau dari tipe kepribadian dimensi Myer Briggs Type Indicator ( MBTI )”, (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, 2018), hlm. 199-201.
perencanaan, Menggunakan strategi untuk pemecahan masalah, dan Melihat kembali terhadap solusi yang diperoleh.
b. Penyajian Data
Penyajian data yang dilakukan adalah menggunakan tabel seperti tabel 1.3 bawah ini:
Tabel 1.3
Data kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Valid dengan tingkat kedisiplinan tinggi, sedang, dan rendah.
Tingkat kedisiplinan siswa
Tahapan pemecahan masalah Polya 1. Tahap memahami masalah
Siswa disiplin Tinggi
…
Siswa disiplin sedang
Siswa disiplin
rendah
2. TahapMenyusun perencanaan Siswa disiplin tinggi …
Siswa disiplin sedang
…
Siswa disiplin rendah
…
3. Tahap menyelesaikan masalah sesuai strategi
Siswa disiplin tinggi … Siswa disiplin
sedang
…
Siswa disiplin rendah
…
4. Tahap melihat kembali Siswa disiplin tinggi …
Siswa disiplin …
sedang
Siswa disiplin rendah
…
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan sesuai dengan isi tabel pada tahap penyajian data. Kesimpulan yang didapatkan adalah hasil analisis kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan tingkat kedisiplinan siswa kelas VIIA di SMP Islam Plus Darul Hukumaini Jonggat dan tahap pemecahan masalah sesuai dengan tahap polya.
6. Pengecekan keabsahan data
Untuk memperoleh keabsahan data diperlukan teknik pengecekan data, maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Tringulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data yang bersangkutan.33
Jenis teknik Tringulasi yang digunakan peneliti adalah tringulasi metode. Tringulasi metode adalah tringulasi yang dapat ditempuh dengan cara menggali data yang sejenis.34 Tringulasi metode pada penelitian ini dilakukan dengan caramengecek dan membandingkan data yaitu dengan membandingkan jawaban dari tes soal yang diberikan dengan hasil wawancara sehingga mendapatkan data yang
33Farida nugrahani, “Metode penelitian kualitatif dalam metode penelitian bahasa”, (Surakarta,2014). hlm.115.
34Ibid. hlm. 116
valid untuk kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan tingkat kedisiplinan siswakelas VIIA di SMP Islam Plus Darul Hukumaini Jonggat.
H. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahasan pada penelitian ini meliputi pendahuluan, paparan data, pembahasan dan penutup.
BAB II
Paparan Data dan Temuan A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Pemaparan temuan dilakukan terhadap data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan tingkat kedisiplianan siswa kelas VIIA. Data yang diberikan dalam bab ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan kepada tiga subjek. Satu subjek mewakili tiap tingkat kedisiplinan siswa.
Penentuan subjek penelitian berdasarkan pada hasil penyebaran angket tingkat kedisiplinan siswa yang telah diisi oleh siswa kelas VIIA di SMP Islam Plus Darul Hukumaini Jonggat yang terdiri dari 26 siswa. Namun akibat pandemic virus korona, peneliti hanya dapat melakukan penyebaran angket kepada 9 orang siswa yang dapat di jangkau.
Subjek penelitian terpilih kemudian diminta untuk mengerjakan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, kemudian setelah tes tertulis dilaksanakan kemudian dilanjutkan dengan tes wawancara pada masing-masing subjek. Hasil pengerjaan tes tertulis dan hasil wawancara peserta didik yang menjadi data untuk dianalisis pada bab ini. Data kemudian diuraikan menurut langkah pemecahan masalah matematika menurut teori polya yang meliputi memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, dan melihat kembali. Kemampuan pemecahan masalah matematika dilakukan berdasarkan langkah-langkah penyelesaian soal.
Selanjutnya data tersebut dianalisis berdasarkan kedisiplinan subjek dan kemampuan pemecahan masalah matematika yang diberikan.
Adapun subjek penelitian yang diperoleh dari angket tingkat kedisiplinan siswa adalah sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.1
Daftar nama subjek penelitian
No. Nama Subjek Kode Subjek Tingkat kedisiplinan
1 Afipah Hasani AH Tinggi
2 Inggit Nurhidayati IN Sedang
3 Fatma wati FW Rendah
Tabel 2.1 merupakan tampilan nama subjek, inisial subjek dan masing- masing dari tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh subjek AH adalah tingkat kedisipinan tinggi, subjek IN adalah tingkat kedisiplinan sedang, dan subjek FW adalah tingkat kedisiplinan rendah. Pengelompokan subjek dengan ketiga kategori didasarkan atas hasil angket yang telah diisi oleh Sembilan orang siswa kelas VIIA, dimana dari angket tersebut menunjukkan 5 siswa dengan tingkat kedisiplinan tinggi, 3 siswa dengan tingkat kedisiplinan sedang dan 1 siswa dengan tingkat kedisiplinan rendah sesuai dengan hasil persentase perhitungan angket tingkat kedisiplinan siswa.
Pada BAB ini dideskripsikan, dianalisis, dan disimpulkan data kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan tingkat kedisiplinan siswa.
B. Paparan data hasil tes dan wawancara subjek inisial AH dalam memecahkan masalah persamaan linier satu variabel.
1. Tahap memahami masalah
Pada tahap memahami masalah, kemampuan pemecahan masalah yang diungkap ialah siswa dapat menentukan apa yang diketahui dari soal, dan dapat menentukan hal apa yang ditanyakan dari soal. Berikut adalah gambar hasil tes tertulis dan wawancara subjek AH pada tahap memahami masalah dari no.1 sampai 3:
Gambar 2.1Hasil jawaban tes subjek inisial AH tahap memahami masalah soal Nomor 1
Gambar 2.2 Hasil jawaban tes subjek inisial AH tahap memahami masalah soal Nomor 2
Gambar 2.3 Hasil jawaban tes subjek inisial AH tahap memahami masalah soal Nomor 3
Keterangan : P : Peneliti
AH : Afipah Hasani (Subjek dengan tingkat kedisiplinan tinggi) P : “ Silahkan di baca dulu soalnya “
AH : “ Sudah “
P : “ Apakah kamu memahami maksud dari kalimat dalam soal ini ?”
AH : “ paham ”
P : “ Berapa kali kamu membacanya ?”
AH :“ beberapa kali karenano. 3 saya sulit memahaminya “ P :“apakah kamu kesulitan menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan dari soal ini ?”
AH :“ tidak ”.
P :“ Apakah kamu menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakandalam soal?”
AH :” iya saya menulisnya dari no. 1 sampai no.3”
P :“Coba sebutkan apa saja yang diketahui untuk soal no.3?”
AH :”diketahui keliling tanah sama dengan 860 m dan lebar tanah tersebut 46 m lebih pendek daripada panjangnya.
Ditanyakan luas tanah petani”
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa subjek membaca soal terlebih dahulu beberapa kali terutama no. 3. Subjek dapat menyebutkan hal apa saja yang diketahui dan ditanyakan di dalam soal