BAB III. METODE PENELITIAN
F. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistic deskriptif, regresi linear berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Semua pengujian pada penelitian ini menggunakan software SPSS.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menjelaskan nilai minimum, maksimal, mean, dan deviasi standar dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini 2. Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas.
a. Uji normalitas
Menurut (Ghozali, 2012) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel residual memiliki distribusi normal atau tidak. untuk melihat model regresi normal atau tidak maka dilakukan uji One sample Kolmogrov-Smirnoy adalah lebih dari 0,5 maka Ha diterima, sehingga data residual tidak berdistribusi normal. Sebaliknya apabila nilai sigifikan Kolmogrov-Smirnov aalah lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak, sehingga data residual berdistribusi normal.
Dalam penelitian ini pengujian normalitas juga dapat dilihat dalam normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Data dapat dikatakan normal jika data atau titik-titik tersebar sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi terdapat kolerasi antar variabel independen. Model regresi dikatakan bebas multikolinearitas jika Variance Faktor (VIF) disekitar angka 1, dan mempunyai angka toleransi mendekati 1. Jika korelasi antar variabel lemah (dibawah 0,5) maka dapat dikatakan bebas multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamtan lain. Penelitian ini menggunakan Uji Glejser untuk membuktikan ada tidaknya heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terdapat korelasi, maka terjadi gejala autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi dalam perhitungan regresi ats penelitian ini, maka digunakan tes Durbin Waston (DW-tes). Jika D-W terletak pada -2<D-W<2 maka tidak terjadi autokorelasi.
37
3. Regresi Linear Sederhana
Penelitian ini menggunakan metode analisi regresi sederhana yaitu metode statistik untuk menguji hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis ini bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel penelitian dan mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Model persamaan yang diperoleh dari regresi sederhana adalah :
TA = α + βEO + e
Dimana :
TA = Tax Avoidance α = konstanta
β = Angka arah koefisien regresi EO = Earning Opacity
e = Standar eror
4. Uji Determinasi (R Square atau R Kuadrat)
Menurut (Ghozali, 2012) Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Squere). Koefisien determinasi atau biasa disimbolkan denagn (R2) yang bermakna sebagai sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas atau variabel independen (X) terhadap variabel terikat atau variabel dependent (Y), atau dengan kata lain, nilai koefisien determinasi atau R Squere ini berguna untuk memprediksi dan melihat seberapa besar kontribusi pengaruh yang diberikan variabel X secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel Y.
5. Uji Hipotesis a. Uji t
Uji Hipotesis dilakukan melalui uji t dengan cara membandingkan antara t hitung dengan t tabel dari koefisien regresi tiap variabel independen. Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari tiap variabel independen memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikan (Sig.) T yang dibandingkan dengan batas signifikan yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Jika nilai probabilitas signifikan < 0,05 maka secara parsial masing-masing variabel terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum objek penelitian
Sejarah pasar modal indonesia dimulai sejak pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan Bursa Efek Batavia pada tanggal 14 Desember 1912, yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor De Effecten Handel. Tujuan pendirian Bursa Efek di Batavia adalah dalam rangka menampung efek-efek yang dimiliki oleh orang Belanda yang sering diperjualbelikan di Bursa Amsterdam. Sehingga kehadiran Bursa Efek di Indonesia pada jaman kolonial merupakan pelengkap dari Bursa Amsterdam. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda serta efek-efek Belanda yang lain.
Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga semakin mengukuhkan peran BEJ dan BES sebagai bagian dari SelfRegulatory Organization (SRO) Pasar Modal Indonesia. Sejak itu, BEJ tumbuh pesat berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan, antara lain dengan diterapkannya Jakarta Automated Trading System (JATS) di tahun 1995, perdagangan tanpa warkat di tahun 2001 dan remote trading system pada tahun 2002. Sementara itu, BES mengembangkan pasar obligasi dan derivatif. Pada akhir tahun 2007, melalui persetujuan para pemegang saham kedua Bursa, BES digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi BEI. Penggabungan menjadi 59 satu Bursa yang terintegrasi ini menandai sebuah era baru dalam perkembangan Pasar
Modal Indonesia yang diharapkan dapat semakin berperan dalam perkembangan ekonomi nasional yang berkelanjutan di masa mendatang.
Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchage (IDX) adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system juga sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain dengan memperdagangkan efek diantara mereka. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan bursa resmi di Indonesia, sehingga bagi para perusahaan yang ingin go public di Indonesia harus melalui BEI. Bursa Efek Indonesia pun mampu dengan adil dan efisien.
Penelitian ini mengambil populasi dan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dalam penelitian ini sampel penelitian ini digunakan cara Purpose Sampling dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan sehingga jumlah sampel yang di peroleh sebanyak 42 perusahaan dengan 3 laporan tahunan setiap perusahaan sehingga di peroleh 126 sampel.
Menurut (Reni, 2018) perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengelolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi yang siap dijual dan dipasarkan ke konsumen. Perusahana ini memiliki standar operasional yang harus dipatuhi oleh semua karyawan.
Perusahaan manufaktur ini merupakan kelompok eminte terbesar dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan manufaktur memiliki beberapa karakteristik dan juga ciri-ciri diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengolahan material dan hasil produksi
Perusahaan manufaktur melakukan proses pengolahan bahan-bahan mentah menjadi barang yang memiliki nilai jual. Produk yang dihasilkan
41
terlihat secara kasat mata atau berwujud, berbeda dengan perusahaan jasa yang produknya tidak berwujud.
b. Menggunakan mesin dan SDM Skala besar
Dalam proses produksinya, perusahaan manufaktur biasanya menggunakan mesin dan tenaga manusia dalam skala besar, yang mengerjakan proses manufacturing berdasarkan SOP yang telah dibuat c. Terdapat biaya produksi
Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan manufaktur, umumnya dari 3 elemen yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik/ BOP
B. Hasil Penelitian 1. Deskriptif Data
Uji deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Data ini meliputi nilai minimum, nilai maximum, mean dan standa deviriasi. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel independen, variabel kontrol, dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah earning opacity (EO). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (UP) dan leverage (LV). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance (TA). Berikut hasil deskriptif pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EO 126 -,43 ,51 ,1567 ,16619
UP 126 21,02 32,20 28,9180 1,69571
LV 126 ,01 6,49 ,4400 ,57333
TA 126 -2,77 ,23 -,2706 ,25200
Valid N (listwise) 126
Sumber : Data SPSS 2020
a. Variabel earning opacity (EO) memiliki nilai terendah -0,43 dan nilai tertinggi sebesar 0,51. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui perusahaan dengan nilai terendah dimiliki oleh perusahaan Merck Tbk.
(MERK) yang terjadi pada tahun 2018, sedangkan nilai tertinggi earning opacity diperoleh oleh perusahaan Kirana Megatara Tbk. (KMTR) pada tahun 2017. Rata-rata nilai earning opacity sebesar 0,1567 dengan standar deviasi sebesar 0,16619
b. Variabel ukuran perusahaan (UP) memiliki nilai terendah 21,02 dan nilai tertinggi sebesar 32,20. Nilai terendah ukuran perusahaan dimiliki oleh perusahaan Delta Djakarta Tbk. (DLTA) pada tahun 2017, sedangkan nilai tertinggi ukuran perusahaan dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. pada tahun 2018. Rata-rata ukuran perusahaan yang dimiliki seluruh perusahaan sampel sebesar 28,9180 dengan standar deviasi sebesar 1,69571.
c. Variabel Leverage (LV) memiliki nilai terendah sebesar 0,001 dan nilai tertinggi sebesar 6,49. Nilai terendah leverage dimiliki oleh perusahaan
43
Industri Jamu dan Farmasi Sido (SIDO) pada tahun 2017, sedangkan nilai tertinggi leverage dimiliki oleh perusahaan Fajar Surya Wisesa Tbk.
(FASW) pada tahun 2017. Rata-rata leverage yang dimiliki seluruh perusahaan sampel sebesar 0,4400 dengan standar deviasi sebesar 0,57333
d. Variabel tax avoidance (TA) memiliki nilai terendah -2,77 dan nilai tertinggi 0,23. Nilai terendah tax avoidance dimiliki oleh Fajar Surya Wisesa Tbk. (FASW) pada tahun 2017, sedangkan nilai tertinggi tax avoidance dimiliki oleh perusahaan Delta Djakarta Tbk. (DLTA) pada tahun 2019 . Rata-rata tax avoidance yang dimiliki seluruh perusahaan sampel sebesar -0,2706 dengan standar deviasi sebesar 0,25200
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji regresi, peneliti harus memastikan bahwa uji regresi yang dilakukan adalah bebas dari uji asumsi klasik yang dimana dilihat dari variabel sebagai syarat uji regresi. Yaitu dengan melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, Heteroskedasitas, Uji Multikonieritas dan Uji Autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen, variabel independen dan kontrol, atau ketiganya memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk melihat model regresi normal atau tidak maka dapat dilakukan uji One sample Kolmogrov-Smirnov adalah lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak, sehingga residual berdistribusi tidak normal (Ghozali, 2016)
Kemudian untuk meningkatkan uji normalitas dapat melihat grafik
“Normal Probabolity Report Plot” yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Distribusi Normal akan membentuk garis diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonalnya.
Hasil pengujian One Kolmogrov-Smirnov pada tabel 4.2 dibawah ini menunjukan hasil signifikan 0,066. Nilai jauh diatas nilai signifikan sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai.
Tabel 4.2
Uji One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 126
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 122.87398189
Most Extreme Differences
Absolute .116
Positive .063
Negative -.116
Kolmogorov-Smirnov Z 1.306
Asymp. Sig. (2-tailed) .066
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data SPSS 2020
45
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Dengan Analisis Grafik Plot
Sumber : Data SPSS 2020
Hasil pengujian normalitas dengan analisis grafik plot yang terdapat pada gambar 4.1 menunjukan bahwa terdapat penyebaran data yang merata dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui bahwa apakah terjadi multikolonieritas pada suatu model terlihat dari tolerance dan Variance Inflation Faktor (VIF). Dan
multikolonieritas adalah apabila nilai Tolerance di atas 0,10 dan VIF di bawah dari 10
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
1 EO ,955 1,047
UP ,972 1,029
LV ,977 1,024
a. Dependent Variable: TA Sumber : Data SPSS 2020
Hasil perhitungan uji multikolonieritas pada tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa earning opacity, ukuran perusahaan, dan leverage memiliki nilai tolerance di atas 0,10 sehingga hasil yang didapat menunjukan tidak terjadi korelasi antara variabel independen, dan hasil perhitungan variance inflation factor (VIF) menunjukan bahwa variabel dependen dan variabel kontrol memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamtan lain. Penelitian ini menggunakan Uji Glejser untuk
47
membuktikan ada tidaknya heterokedastisitas. Hasil Uji Heterokedastisitas pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4
Hasil Uji Glanjer Heteroskedatisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) ,283 ,138 2,053 ,042
EO -,002 ,049 -,003 -,031 ,975
UP -,007 ,005 -,138 -1,535 ,127
LV ,024 ,014 ,158 1,760 ,081
a. Dependent Variable: ABRESID Sumber : Data SPSS 2020
Dari tabel 4.4 ini menunjukan bahwa variabel dependen yaitu earning opacity dan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan leverage lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
d. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka terdapat problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain.
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,873a ,762 ,756 ,12438 1,516
a. Predictors: (Constant), LV,UP,EO b. Dependent Variable: TA
Sumber : Data SPSS 2020
Tabel 4.5 menunjukan hasil uji autokorelasi pada angka durbin-watson pada model regresi data adalah sebesar 1,516. Data ini berkisran -2 sampai 2. Kemudian nilai ini dibandingkan dengan tabel signifikan 5%
dengan jumlah sampel N=126 dan jumlah variabel dependen K=1 maka diperoleh nilai du 1,7252. Nilai DW = 1,516.
-2<dw<2 Hasil
1,516 Bebas autokorelasi
3. Regresi Linear Sederhana.
Analisis regresi sederhana dilakukan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linear sederhana yang dimaksud yaitu menguji sejauh mana dan arah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu earning opacity sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance. Tabel 4.5 berikut ini adalah hasil dari uji regresi linear sederhana.
49
Tabel 4.6
Hasil Uji Analisi Regresi Sederhana Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,012 ,195 -,064 ,949
EO -,221 ,068 -,146 -3,222 ,002
UP -,002 ,007 -,012 -,276 ,783
LV -,388 ,020 -,882 -19,746 ,000
a. Dependent Variable: TA Sumber : Data SPSS 2020
Berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel 4.6, Didapat persamaan Regresi Linear Sederhana sebagai berikut:
TA= -0,012 - 0,221 + e
Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat dianalisis pengaruh variabel bebas terhadap tax avoidance, yaitu :
Nilai Koefisien regresi EO sebesar -0,221 artinya tanda negative menunjukan hubungan yang sama antara variabel EO dengan tax avoidance. Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan satu persen dari tax avoidance maka akan menyebabkan terjadinya penurunan pada tax avoidance yang diterima sebesar nilai koefisiennya.
4. Uji Determinasi (R Squere atau R Kuadrat)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0<R<1). Semakin besar koefisien determinasinya maka semakin besar variasi variabel independennya mempengaruhi variabel dependennya.
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinan
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,873a ,762 ,756 ,12438 1,516
a. Predictors: (Constant), LV, UP, EO
b. Dependent Variable: TA Sumber : Data SPSS 2020
Berdasarkan table 4.7 di atas pada kolom Adjusted R Square, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,756 yang berarti 75,6%. Hal ini menunjukan bahwa 75,6% perubahan variabel dependen tax avoidance (TA) dapat dipengaruhi oleh variasi variabel independen earning opacity (EO) dan variabel bebas ukuran perusahaan (UP) dan leverage (LV). Sedangkan sisanya 24,4% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
51
5. Uji Hipotesis a. Uji t
Tabel 4.8
Uji Signifikasi Secara Parsial Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,012 ,195 -,064 ,949
EO -,221 ,068 -,146 -3,222 ,002
UP -,002 ,007 -,012 -,276 ,783
LV -,388 ,020 -,882 -19,746 ,000
a. Dependent Variable: TA Sumber : Data SPSS 2020
Pengaruh negative signifikan earning opacity terhadap tax avoidance.
Pada output regresi menunjukan bahwa angka signifikan pada variabel earning opacity 0,002, dimana nilai yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa earning opacity berpengaruh negative signifikan terhadap tax avoidance, dan dapat dilihat nilai beta yaitu sebesar -0,221. Berdasarkan hasil uji hipotesis disimpulkan bahwa H1 diterima.
C. Pembahasan
Dari hasil tersebut menunjukan bahwa variabel earning opacity dalam hal ini menunjukan pengaruh negative yang signifikan terhadap tax avoidance.
Hasil tersebut menunjukan bahwa semakin agresif earning opacity atau
semakin kaburnya informasi laba yang dilaporkan maka yang dilakukan oleh perusahaan maka tax avoidance yang dilakukan menjadi rendah, hal ini dikarenakan kemungkinan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak lebih kecil karena perusahaan tidak perlu lagi melakukan atau memanfaatkan celah peraturan perpajakan yang ada untuk memilimalkan beban pajak karena informasi laba perusahaan sudah dikaburkan manajemen. Lebih lanjut earning opacity yang dilakukan manajemen perusahaan merupakan perilaku opportunistic yang tujuannya adalah memaksimalkan keuntungan secara individual sehingga diyakini bahwa untuk melakukan penghindaran pajak lebih kecil, hal itu dikarenakan tax avoidance dilakukan untuk kepentingan perusahaan.
Tindakan pengkaburan laba dimana manajemen melaporkan laba yang telah diatur dengan cara dikaburkan dengan tujuan melakukan income decreasing atauoun income smoothing sebagai bentuk agresivitas pajak. Bila perusahaan semakin besar melakukan income decreasing atau income smoothing maka semakin kecil pajak yang harus dibayarkan perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan yang semakin agresif melakukan pengkaburan laba perusahaan berupa income decreasing maupun income smoothing maka perusahaan tersebut juga meningkatkan agresivitas pajak, namun sebelaiknya jika perusahaan kurang begitu agresif untuk mengkaburkan informasi laba perusahaan maka dinilai tindakan agresivitas pajak menurun.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Septiady (2017) yang menemukan bahwa praktek pengkaburan laba melalui income dreasing memiliki hubungan negative signifikan terhadap praktek atau tindakan tax avoidance perusahaan.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Earning opacity memiliki pengaruh negative terhadap tax avoidance dan terbukti signifikan, hal ini berarti bahwa perusahaan yang semakin agresif melakukan pengkaburan laba perusahaan berupa income decreasing maupun income smoothing maka perusahaan tersebut juga meningkatkan agresivitas pajak, namun sebaliknya jika perusahaan kurang begitu agresif untuk mengkaburkan informasi laba perusahaan maka dinilai tindakan agresivitas pajak menurun.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini :
1. Pihak OJK maupun Pasar Modal dapat terlebih dahulu melakukan analisis laporan keuangan gabungan untuk memetakan hubungan dari masalah yang ada agar hasilnya analisis tersebut bermanfaat untuk meningkatkan kewaspadaan serta kepercayaan investor maupun kreditur terhadap iklim investasi di Indonesia.
2. Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat menguji beberapa faktor lainnya yang diduga memiliki pengaruh terhadap tax avoidance seperti pengaruh manajemen laba, karakteristik perusahaan dan sebagainya.
54
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A. (2019). Pengaruh Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2013-2017). Skripsi Thesis, Universitas Mercu Buana Yogyakarta .
Altamuro, J., Beatty, A. L., & Webr, J. (2005). The Effects Of Accelerated Revenue Recognition On Earnings Management And Earnings Informativeness: Evidence From Sec Staff Accounting Bulletin No. 101.
The Accounting Review Vol.80, No.2.
Amalia, S. (2015). Pengaruh Earnings Opacity Dan Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan. Adln - Perpustakaan Universitas Airlangga.
Anggoro, ST., dan Septiani, A. (2015). Analisis Pengaruh Perilaku Penghindaran Pajak terhadap Nilai Perusahaan dengan Transparansi sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Vol. 4, No.4
Annuar, H. A., & Dkk. (2014). Goverment Ownership And Corporate Tax Avoidance: Empiral Evidence From Malaysia. Proceedings Book Of Icetsr, 2014, Malaysia Handbook On The Emerging Trends In Scientific Research.
Athana, N. R. (2016). Pengaruh Earning Opacity Terhadap Likuiditas Saham (Studi Pada Perusahaan Lq-45 Selama Periode 2012 – 2014). Adln- Perpustakaan Universitas Airlangga.
Bhattacharya, U., Daouk, H., & Welker, M. (2003). The World Price Of Earnings Opacity. The Accounting Review, Issn 0001-4826. Vol 78(3): 641-678.
Budiarto, M. T., & Madya, W. (2018). Sudut Pandang Perpajakan Atas Pengalihan Hak Tanah Dan Bangunan Dengan Mekanisme Perjanjian Nominee. Snkn 2018 | Simposium Nasional Keuangan Negara.
Darma , R., Tjahjadi, Y. D., & Mulyani, S. D. (2018). Pengaruh Manajemen Laba, Good Corporate Governance , Dan Risiko Perusahaan Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 5 No. 2 September 2018 : 137-164.
Fahmi, I. (2012). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
55
Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Ibm Spss.
Yogyakarta: Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Undip
Hanum, H. R., & Zulaikha. (2013). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Effective Tax Rate (Studi Empiris Pada Bumn Yang Terdaftar Di Bei 2009-2011). Diponegoro Journal Of Accounting Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1- 10.
Henny. (2019). Pengaruh Manajemen Laba Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis Vol. 3, No. 1, April 2019 : Hlm 36-46.
Hidayat, W., & Nugroho, A. A. (2010). Studi Empiris Theory Of Planned Behavior Dan Pengaruh Kewajiban Moral Pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 12, No.
2, November 2010: 82-93.
Jonathan, & Tandean, V. A. (2016). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi. Isbn:
978-979-3649-96-2.
Kerr, J. N. (2013). The Real Effects Of Opacity : Evidance From Tax Avoidance . Kurniasih, T., & Sari, M. M. (2013). Pengaruh Return on Assets , Leverage ,
Corporate Governance , Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi,18(1).
Lestari, N., & Ningrum, S. A. (2018). Pengaruh Manajemen Laba Dan Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi. Journal Of Applied Accounting And Taxation Vol. 3, No. 1, March 2018, 99-109.
Malau, M., Murnawingsari, E., Mayangsari, S., & Aryati, T. (2019). Pengaruh Opasitas Laba, Asimetri Informasi, Dan Keinformatifan Laba Terhadap Biaya Ekuitas Di Perusahaan Manufaktur. Jurnal Akuntansi Trisakti Volume. 6 Nomor. 1 Februari 2019:43-54.
Moh., N. (2014). Kualitas Laba Dan Likuiditas Saham: Studi Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Tahun Xxiv , No. 1 Apri 2014 . Mustikasari, E. (2007). Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di
Perusahaan Industri Pengolahan Di Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi X.