BAB III METODE PENELITIAN
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif komparatif. Pendekatan kuantitatif penelitian ini menggunakan metode data panel dengan menggunakan E-views 10. Selanjutnya data hasil regresi tersebut dianalisis secara deskriptif menggunakan metode analisis deskriptif untuk melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi dinegara berkembang APEC dan negara maju APEC.
1. Metode Regresi Data Panel
Metode analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan menggunakan alat analisis E-views10 untuk mengetahui pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dengan Pendidikan Tinggi, Gross Fixed Capital Formation, Economic Freedom Index terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada masing-masing kelompok negara. Data panel adalah kombinasi dari data time series (runtut waktu) dan cross-section (individual). Gujarati (2010) menyebutkan adanya keuntungan dalam penggunaan metode regresi data panel sebagai alat analisis dibandingkan dengan metode lain.
Penelitian ini menggunakan dua model analisis. Model Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
πππ‘ = πΌπ+ π½1π1ππ‘+ π½2π2ππ‘+ π½3π3ππ‘+ πππ‘
Keterangan:
πππ‘ = Pertumbuhan Ekonomi di negara i tahun t
π½1π1ππ‘ = TPAK dengan Pendidikan Tinggi di negara i tahun t
71
π½2π2ππ‘ = Gross Fixed Capital Formation di negara i tahun t π½3π3ππ‘ = Economic Freedom Index di negara i tahun t πΌπ = Konstanta
πππ‘ = Eror term di negara i tahun t
Model ini digunakan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dengan Pendidikan Tinggi, Gross Fixed Capital Formation, Economic Freedom Index terhadap Pertumbuhan Ekonomi di masing-masing kelompok negara, baik middle-income APEC dan high-income APEC.
a. Estimasi Model Data Panel
Penelitian ini menggunakan estimasi regresi data panel. Dengan begitu, terdapat tiga macam pendekatan yang umum digunakan dalam estimasi regresi data panel ini. Pendekatan tersebut adalah Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM).
(a) Common Effect Model (CEM)
Common Effect Model merupakan model pendekatan yang tidak memperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku individu sama dalam berbagai kurun waktu yang artinya intersepnya diestimasikan tetap karena menggunakan teknik kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square. Model pendekatan ini merupakan
72
model pendekatan data panel yang paling sederhana karena hanya mengkombinasakan data time series dan cross-section.
(b) Fixed Effect Model (FEM)
Fixed Effect Model merupakan model pendekatan data panel yang menggunakan dummy variable untuk melihat perbedaan intersep. Meskipun intersepnya berbeda-beda untuk tiap subyek, akan tetapi untuk intersep tiap entitas tidak berubah seiring waktu yang biasa dikenal dengan time-variant (Gujarati, 2010).
(c) Random Effect Model (REM)
Random Effect Model adalah model pendekatan yang menggunakan error term dan random untuk mengasumsikan perbedaan intersep antar variabel. Dalam model ini, variabel gangguan dimungkinkan untuk saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Model ini disebut juga dengan Error Component Model (ECM) dan teknik Generalized Least Square (GLS).
b. Pemilihan Model Data Panel
Dalam estimasi regresi data panel, terdapat tiga pendekatan yang digunakan yakni pendekatan Common Effect Model, Fixed Effect Model, serta Random Effect Model. Ketiga model pendekatan ini selanjutnya akan dipilih sebagai model yang digunakan dalam
73
penelitian. Proses pemilihan dan penentuan model estimasi yang tepat dapat dilakukan melalui beberapa uji, yakni dengan Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Langrange Multiplier (LM). Tujuan dari pelakasanaan uji tersebut adalah untuk menentukan model estimasi yang terbaik untuk digunakan dalam penelitian.
1) Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk menentukan model yang lebih baik diantara Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM) dalam melakukan estimasi data panel. Adapun hipotesis dalam Uji Chow adalah sebagai berikut:
H0: Common Effect Model H1: Fixed Effect Model
H0 akan ditolak apabila hasil yang ditemukan dalam probabilitas redundant fixed effect lebih kecil dari 0.05. Artinya model yang lebih baik digunakan untuk mengestimasi adalah Fixed Effect. Sebaliknya H1 akan ditolak jika probabilitasnya lebih besar dari 0.05 yang artinya model yang paling tepat untuk digunakan adalah model Common Effect.
2) Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk menentukan model mana yang lebih tepat untuk digunakan antara Random Effect Model (REM) dan Fixed Effect Model (FEM) dalam melakukan estimasi data panel. Uji Hausman digunakan untuk memberi tahu apakah
74
error term gabungan berkorelasi dengan variabel penjelas, atau dengan kata lain apakah ECM merupakan model yang tepat atau tidak (Gujarati, 2003). Uji Chow memiliki hipotesis sebagai berikut:
H0: Random Effect Model H1: Fixed Effect Model
H0 akan ditolak apabila hasil yang ditemukan dalam probabilitas Correlated Random Effect lebih kecil dari 0.05 atau model yang lebih tepat digunakan untuk mengestimasi adalah Fixed Effect. Sebaliknya H1 akan ditolak jika probabilitas lebih besar dari 0.05 yang artinya model yang paling tepat untuk dipilih adalah model Random Effect.
3) Uji Langrange Multiplier
Uji LM dilakukan untuk menentukan model mana yang lebih tepat diantara Common Effect Model dan Random Effect Model dalam melakukan estimasi data panel. Uji ini juga dikenal sebagai Uji Breush- Pagan untuk menguji hipotesis bahwa tidak adanya random effect pada penelitian. Uji LM memiliki hipotesis sebagai berikut:
H0: Common Effect Model H1: Random Effect Model
Apabila ditemukan hasil dalam probabilitas Breusch- Pagan lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau model yang lebih tepat digunakan untuk mengestimasi adalah Random Effect.
75
Sebaliknya jika probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H1 ditolak.
Artinya model yang paling baik untuk digunakan adalah model Common Effect.
2. Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu (ππ) didistribusikan secara normal atau tidak (Ghozali, 2013). Hasil dari uji normalitas dapat dilihat melalui grafik distribusi dan analisis statistiknya apakah data terdistribusi normal melalui nilai probabilitas yang tertera.
Penggunaan grafik distribusi ini merupakan cara yang paling sederhana untuk melakukan uji normalitas. Cara ini dilakukan karena bentuk data yang terdistribusi secara normal akan mengikuti pola distribusi normal di mana bentuk grafiknya mengikuti bentuk lonceng. Kemudian untuk analisis statistik dapat menggunakan analisis tingkat kemiringan kurva dibandingkan dengan indikatornya.
a) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang melihat apakah dalam model regresi terdapat hubungan atau korelasi antar variabel bebas (independen). Ketika ada hubungan di antara variabel independen dalam penelitian maka model regresi yang digunakan
76
tidak baik, hubungan antar variabel harus dihindari (Ghozali, 2013).
Cara untuk mendeteksi apakah terdapat korelasi di antara variabel independen dapat dilihat dari nilai tolerance pada Variance Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah mengartikan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Jika nilai tolerance > 0,8 maka terjadi multikolinearitas pada variabel independen dalam penelitian.
b) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas merupakan pengujian untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013).
Cara untuk mendeteksi apakah terdapat heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen). Selain itu, cara untuk mendeteksi multikolinearitas dapat dilakukan dengan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variable dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas dan berlaku juga kondisi sebaliknya.
c) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan uji korelasi pada tempat yang berdekatan datanya yaitu cross section. Uji autokorelasi menjelaskan korelasi yang terjadi antara time series, apakah terdapat
77
hubungan yang membentuk suatu pola tertentu antara data penelitian tahun ini dengan tahun sebelumnya. Uji autokorelasi lebih menekankan kepada dua data penelitian berdasarkan rentetan waktu yang digunakan. Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah terdapat autokorelasi dalam suatu penelitian adalah dengan melihat nilai DW (Durbin-Watson), kriterianya adalah ketika nilai DW > dU maka penelitian bebas dari autokorelasi negatif dan ketika nilai DW
< dU maka penelitian bebas dari autokorelasi positif. Nilai dU sendiri dapat dilihat pada table Durbin-Watson.
3. Uji Hipotesis
Uji yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dari variabel- variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan software Eviews 10.
a. Uji t-statistik (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variable bebas bernilai konstan. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.
78 b. Uji F-statistik (Uji Fisher)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 5% (0.05).
Apabila nilai F hitung lebih besar dari pada F tabel, maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan garis regresi menerangkan variasi-variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X. Koefisien Determinasi pada intinya mengukur kebenaran model regresi. Dimana analisisnya adalah apabila nilai R2 mendekati angka 1, maka variabel independen semakin mendekati hubungan dengan variabel dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat dibenarkan. Model yang baik adalah model yang meminimumkan residual berarti variasi variabel independen dapat menerangkan variabel dependennya dengan Ι sebesar 0,05%, sehingga diperoleh korelasi yang tinggi antara variabel dependen dan variabel independen.
79 4. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Satuan Sumber Data
Gross Domestic Product (GDP)
Laju Pertumbuhan ekonomi atas dasar konstan dengan tahun dasar 2015. Laju Pertumbhan GDP ini didapatkan dari GDP tahun sekarang dikurangkan dengan GDP tahun sebelumnya dibagi dengan GDP pada tahun sebelumnya. GDP ini dihitung dari total seluruh nilai tambah bruto dari seluruh resident disuatu negara.
Persen (%) (Tahunan)
World Bank
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dengan Pendidikan Tinggi (TPAKADV)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah ukuran proporsi penduduk usia kerja di suatu negara yang terlibat secara aktif di labour market, baik yang bekerja atau mencari pekerjaan. TPAK ini mengindikasikan ukuran pasokan tenaga kerja yang tersedia untuk terlibat dalam produksi barang dan jasa.
Data dipilah menurut jenjang pendidikan yang mengacu pada jenjang pendidikan tertinggi (Short- cycle Tertiery / Diploma, Bachelorβs, Masteβsr, Doctoralβs) yang diselesaikan, yang diklasifikasikan menurut
Persen (%) (Tahunan)
International Labor Organization
80
Variabel Definisi Satuan Sumber Data
International Standard Classification of Education (ISCE).
Angkatan kerja ini telah dibekali dengan high-skilled yang lebih terspesialisasi dan lebih mudah mengikuti perkembangan zaman serta inovasi, memiliki daya saing yang sangat competitive di labour market.
Gross Fixed Capital Formation (GFCF)
Laju Pertumbuhan Tahunan GFCF/PMTB. Pembentukan modal tetap bruto/gross fixed capital formation (sebelumnya penanaman modal tetap domestik bruto) meliputi perbaikan lahan (pagar, parit, saluran air, dan sebagainya);
pembelian pabrik, mesin, dan peralatan; dan pembangunan jalan raya, rel kereta api, dan sejenisnya, termasuk sekolah, kantor, rumah sakit, tempat tinggal pribadi, dan bangunan komersial dan industri.
Menurut SNA 1993, akuisisi bersih barang berharga juga dianggap sebagai pembentukan modal.
Persen (%) (Tahunan)
World Bank
Economic Freedom Index (EFI)
Economic Freedom diukur berdasarkan 12 faktor kuantitatif dan kualitatif, yang dikelompokkan menjadi empat kategori besar atau pilar kebebasan ekonomi: (1) Rule
Skala 0-100 (Tahunan)
Heritage Foundation
81
Variabel Definisi Satuan Sumber Data
of Law; (2) Government Size; (3) Regulatory Efficiency; (4) Open Market
Masing-masing dari ke dua belas economic freedom dinilai pada skala 0 sampai 100. Keseluruhan diperoleh dengan ke dua belas kebebasan ekonomi ini, dengan merata-ratakan bobot yang sama diberikan untuk masing-masingnya.
Heritage Foundation
mempublikasikan laporan economic freedom dihitung berdasarkan second half tahun sebelumnya dengan middle half tahun setelahnya. Sebagai contoh, Indeks 2019 mengacu pada second half 2017 dengan pertengahan 2018, sehingga untuk perbandingan data pertumbuhan GDP berdasarkan pada tahun 2018.
82 BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Gambaran Umum APEC
Asia-Pasific Economic Coorperation (APEC) adalah forum kerjasama antar 21 Ekonomi di Kawasan Samudra Pasifik yang berdiri pada tahun 1989 di Canberra, Australia. APEC terbentuk atas Prakarsa dari Robert Hawke, Perdana Menteri Australia yang menjabat saat itu.
Pembentukan kerja sama regional di Kawasan Asia-Pasifik disebabkan oleh adanya faktor perubahan dalam konstelasi politik dunia, seperti munculnya berbagai kelompok regional trade. Mengutip dari History State, sejarah berdirinya APEC dimulai bersamaan dengan organisasi perdagangan multilateral yang juga mulai banyak muncul setelah era pasca perang dingin.
Pasca perang dingin, tatanan dunia baru ditandai dengan adanya globalisasi ekonomi dan pertumbuhan blok perdagangan regional. Sehingga terbentuklah Kerjasama antar Kawasan di dunia. Konsep Kawasan merupakan konstruksi dari negara yang memiliki power untuk memenuhi kepentingannya (Mc Daugall, 2014).
83
Gambar 4.1 Peta Kawasan Asia-Pasifik, meliputi Benua Asia, Benua Oceania dan Benua Amerika
Sumber: APEC.org
Kawasan APEC meliputi tiga Kawasan, yaitu Asia, Oceania dan Amerika:
β’ Kawasan Asia: Korea Selatan, Jepang, China-Taipei, Hong Kong, PRC, Thailand, Viet Nam, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia.
β’ Kawasan Amerika: Kanada, USA, Mexico, Peru dan Chile.
β’ Kawasan Oceania: Papua New Guinea, Australia dan New Zealand.
APEC terbentuk sebagai regional organization untuk mempercepat hubungan Kerjasama antara negara di Kawasan Asia-Pasifik. APEC merupakan bentuk Kerjasama new regionalism, yaitu bloc free-trade yang berfokus untuk menyejahterahkan negara anggotanya di tengah kompetisi global. Selian itu terdapat 12 negara pembetuk APEC yang terdiri dari Australia, USA, Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Jepang, Canada, Korea Selatan, Malaysia, New Zealand, Singapura dan Thailand. Kemudian
84
pada tahun 1991, China, Hong Kong. Taipei bergabung, diikuti oleh Mexico dan Papua New Guinea pada tahun 1993, Chile pada tahun 1992.
Dilanjutkan oleh Peru, Rusia dan VietNam pada tahun 1998 yang melengkapi formasi APEC hingga saat ini.
Berdasarkan Kementerian Luar Negeri Indonesia (2021), Secara khusus, tujuan APEC adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan di Asia-Pasifik. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong dan memfasilitasi perdagangan dan investasi yang lebih bebas dan terbuka di Kawasan dan juga meningkatkan Kerjasama dalam pengembangan kapasitas perekonomian anggota. Sehingga ditetapkan suatu target yaitu βThe Bogor Goalsβ sebagai salah satu KTT APEC pada tahun 1994, di Bogor. Dengan komitmen ββ¦with the industrialized economies achieveing the goal of free and open trade and investment no later than the year 2010 and developing economic no later than the year 2020.β
(β¦dengan ekonomi industri mencapai tujuan kebebasan dan keterbukaan perdagangan serta investasi paling lambat tahun 2010 dan perkembangan ekonomi paling lambat tahun 2020).
KTT pada tahun 2020, menghasilkan βAPEC Putrajaya Vision 2040β melanjutkan dari The Bogorβs Goals 2020 yaitu mendorong pembangunan SDM yang berkualitas, mendorong pembangunan konektivitas, pemberdayaan UMKM dan perempuan dalam ekonomi digital. Serta, kedua mengenai βKuala Lumpur Declarationβ komitmen pemimpinan APEC dalam penanganan pandemi, pemulihan ekonomi
85
seperti pemanfaatan digital economics, dan mendorong sustainable development yang inklusif dan inovatif (Sekertariat Kabinet Republik Indonesia, 2020).
Sistem politik dan Kerjasama di Kawasan Asia-Pasifik ini berbeda dengan Kawasan Eropa Barat, hal tersebut dikarenakan karakteristik dari negara anggota APEC berbeda-beda, mulai dari sistem sosialis, demokratis bahkan kerajaan. Sehingga membuat Kerjasama antar negara di APEC begitu unik dan memiliki pertimbangan posisi yang menarik. Selain itu, APEC beroperasi atas dasar komitmen yang tidak mengikat dan dengan open dialogue. Keputusan yang dibuat dalam APEC dicapai melalui consensus dan komitmen yang dilakukan atas dasar sukarela. Sekertariat APEC yang berbasisis di Singapura dan juga merupakan penyedia koordinasi, dukungan teknis dan konsultasi manajemen informasi, komunikasi dan layanan penjangkauan publik. APEC juga merupakan suatu forum internasional dengan fokus perhatian pada permasalahan ekonomi di negara anggota bukan politik.
Pada tahun 2020, mitra APEC menyumbang lebih dari 2,9 Miliar atau setara dengan 38 persen dari total penduduk dunia, dengan total GDP mencapai 62 persen sebesar US$ 52 Triliun dari GDP Dunia, serta total perdagangan anggota APEC mencapai 48 persen dari total perdagangan dunia. Hal tersebut memberikan potensi keuntungan bagi setiap anggota APEC dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi bagi negaranya. Lima dari 10 negara memiliki kekuatan perekonomian terbesar di dunia ada di
86
APEC, yaitu USA, Jepang, China, Canada, dan Mexico (Sekertariat APEC, 2021).
Objek dalam penelitian ini menggunkaan negara berkembang yang termasuk kedalam middle-income countries dengan GNI mulai dari US$ 3.500 keatas dan Negara maju yang termasuk dalam high-income countries. Pengelompokan negara ini berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan oleh World Bank, 2021. Pengelompokkan tersebut dimaksudkan bahwa negara tersebut memiliki struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang tidak jauh berbeda.
2. Gambaran Pertumbuhan Ekonomi di Negara APEC
Pada penelitian ini menggunakan data laju pertumbuhan ekonomi di negara APEC pada tahun 2015-2020 dari World Bank. Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan dalam bidang ekonomi diperlukan evaluasi dan perencanaan dalam ekonomi makro yang biasanya dilihat dari pertumbuhan gross domestic bruto. Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan dalam output barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara, yang didapatkan dari gross domestic product atas dasar harga kostan 2015. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu target ekonomi untuk mengukur takaran dan kesuksesan suatu negara dalam kurun waktu tertentu.
Selain itu, Pengukuran pertumbuhan ekonomi menggunakan satuan persen (%), berikut pertumbuhan ekonomi di negara APEC berdasarkan kelompok pendapatannya:
87
Gambar 4.2 Pertumbuhan Ekonomi di Negara Middle Income APEC
Sumber: World Bank, 2022 (data diolah)
Pada grafik diatas menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara anggota APEC mengalami perubahan yang berfluktuasi pada setiap negaranya dari tahun 2015-2020. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi global berada pada negara Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Negara Middle-Income APEC yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi berada di Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan selama periode 2015-2020 sebesar 3,9%. Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,88%, meningkat pada tahun 2016 sebesar 5,03%, tahun 2017 sebesar 5,07% dan puncaknya tertinggi pada tahun 2018 sebesar 5,17, sehingga tidak salah bahwa Indonesia pada tahun 2019 berhasil masuk kedalam negara upper-middle income. Namun menurun menjadi negara lower-middle income pada tahun 2020, hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2020 terkontrkasi hingga sebesar -2,07%. Pertumbuhan ekonomi terendah berada di Mexico, dengan
88
rata-rata pertumbuhan dari 2015-2020 sebesar 0,3%. Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Mexico sebesar 3,29%, menurun sebesar 2,63%
tahun 2016, 2,11% pada tahun 2017, berhasil meningkat pada tahun 2018 sebesar 2,19%, namun menurun hingga sebesar -0,18% tahun 2019 dan diperparah lagi pada tahun 2020 sebesar -8,31%. Perekonomian yang mengalami peningkatan dari tahun-ketahun berada di negara Rusia, dari tahun 2015-2018 mengalami peningkatan sebesar -1,97% tahun 2015 hingga 2,81% pada tahun 2018. Pada tahun 2020, setiap negara mengalami kontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi akibat pandmei Covid-19 yang melanda belahan dunia, tidak hanya di negara anggota APEC namun perekonomian global juga mengalami pertumbuhan yang minus.
Pertumbuhan terendah selama pandemic Covid-19 berada di negara Peru hingga sebesar -10,95%.
Gambar 4.3 Pertumbuhan Ekonomi di Negara High Income APEC
Sumber: World Bank, 2022 (data diolah)
89
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan tertinggi di negara high income hanya ada di negara New Zealand, dengan rata-rata petumbuhan ekonomi dari tahun 2015-2020 sebesar 2,56%, meskipun pertumbuhan ini lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi di negara middle income. Pertumbuhan ekonomi di New Zealand pada tahun 2015 sebesar 3,74%, meningkat pada thaun 2016 sebesar 3,77%, dan mengalami penurunan pada tahun 2017, 2018, 2019 sebesar 3,58%, 3,36% dan 2,19%
puncak penurunannya pada tahun 2020 hingga terkontraksi sebesar -1,25%.
Menurunnya pertumbuhan ekonomi di negara New Zealand tersebut tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan negara-negara anggota APEC lainnya, bahkan masih lebih rendah dari pada penurunan ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi terendah berada di negara Jepang, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015-2020 sebesar -0,03%. Pertumbuhan ekonomi di negara Jepang mengalami stagnasi ekonomi, tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di jepang sebesar 1,56%, menurun tahun 2016 sebesar 0,75%, pada tahun 2017 sebesar 1,68%, tahun 2018 sebesar 0,58%, 2019 sebesar -0,24%, serta -4,51 pada tahun 2020.
3. Gambaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dengan Pendidikan Tinggi di Negara APEC
Pendidikan merupakan salah satu human capital untuk mencapai pembangunan ekonomi yang sustainable. Pendidikan membuat sumber daya manusia menjadi lebih handal dan cepat mengerti serta siap dalam menghadi perubahan dan pembangunan di suatu negara. Terlebih
90
pendidikan tinggi memiliki pedidikan yang lebih terspesialisasi dan sangat kompetitif di labor market. Seberapa besar ketersedian tenaga kerja terdidik, bisa dilihat dalam tingkat partisipasi angkatan kerja yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi. Selian itu, higher education merupakan salah satu hal penting untuk mencapai sustainable development pada tahun 2030. Berikut TPAK dengan pendidikan tinggi berdasarkan kelompok negaranya:
Gambar 4.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dengan Pendidikan Tinggi di Negara Middle Income APEC
Sumber: International Labour Organization, 2022 (data diolah)
Berdasarkan grafik diatas, tingkat pendidikan tinggi Angkatan kerja di negara anggota APEC terus mengalami perubahan pada setiap negara.
Tingkat partisipasi Angkatan kerja dengan tingkat pendidikan tinggi lebih banyak di negara Peru dan Indonesia dengan rata-rata dari tahun 2015-2020 sebesar 84,3% dan 84%. TPAK dengan Pendidikan Tinggi di negara Peru pada tahun 2015 sebesar 85,85%, tahun 2016 meningkat sebesar 86,01%, tahun 2018 menigkat hingga sebesar 87,19%, kemudian mengalami