• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode-metode yang digunakan guru PAI dalam Membina Akhlak 30

BAB 1 PENDAHULUAN

G. Kerangka Teori

3. Metode-metode yang digunakan guru PAI dalam Membina Akhlak 30

3. Metode-metode yang digunakan Guru PAI dalam Membina Akhlak

pembicara yang baik dan berwibawa hendaklah merangsang anak didik untuk melaksanakan pekerjaan,bila bahan yang akan disampaikan merupakan intruksi.52

Kelebihan metode ini adalah dalam waktu yang singkat guru dapat menyampaikan bahan sebanyak banyaknya dan kelemahannya adalah metode ceramah dalam proses belajar mengajar siswa hanya bersifat pasif dan guru lebih bersifat aktif dan bukan berarti ceramah ini tidak mempunyai makna dalam pembelajaran.

Dalam metode ceramah ini juga tidak lepas dari pendekatan individual yang dilakukan oleh guru, dimana setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dalam memberikan ceramah harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa itu sendiri.53 Selain itu, dengan ceramah juga dapat bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya sikap kerjasama atau sikap sosial terhadap sesama dalam kehidupan sehari-hari.

Ceramah juga dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi seperti bahasa, mimik dan lainnya terutama dalam memberikan edukasi (pendidikan) kepada siswa di sekolah. Ceramah juga dapat digunakan untuk menanamkan pemahaman terhadap pentingnya membiasakan diri pada sesuatu yang baik, sebab sesuatau yang baik dapat membentuk emosional yang positif dan pola fikir yang rasional

52 Ibid.

53 Ibid.

sehingga mampu mendayagunakan ilmu yang diperoleh untuk kepentingan hidupnya.

b. Melalui Metode Diskusi

Adapun yang dimaksud dengan metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.54 Adapun materi yang cocok menggunakan metode diskusi seperti materi pelajaran tentang

“Memahami Asmaul Husna” .

Dalam metode diskusi juga tidak lepas dari pendekatan individual sebab setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dalam diskusi muncul perbedaan pada siswa terutama dalam mengeluarkan ide atau pendapatnya dalam berdiskusi di kelas55. Diskusi juga dapat bermanfaat untuk menanamkan sikap saling kerjasama dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi baik dalam belajar maupun dalam membina akhlak siswa itu sendiri.

Diskusi juga dapat dilakukan dengan secara yang bervariasi seperti mendiskusikan materi pelajaran yang berkaitan dengan akhlak secara bergiliran sehingga dapat membentuk akhlak siswa. Selain itu, dapat memberikan edukasi (pendidikan) akhlak kepada siswa di sekolah dan mendiskusikan pentingnya membiasakan diri dengan

54 Ibid.

55 Ibid.

perbuatan dan perkataan yang baik. Diskusi juga dapat membentuk emosional yang positif dan cara berfikir yang lebih rasional dan kritis terhadap masalah yang dihadapi dan mampu didiselesaikan dengan ilmunya.

c. Melalui Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.56 Metode ini dilakukan dengan cara guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa baik secara individu maupun kelompok.

Adapun materi pelajaran yang menggunakan metode pemberian tugas ini adalah materi pelajaran tentang “hukum bacaan Al Syamsiyah dan Al Qamariyah”. Kemudian materi tentang “hukum bacaan nun mati/

tanwin dan mim mati”.

Metode pemberian tugas tidak lepas dari pendekatan individual yang dilakukan oleh guru, dimana setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dalam memberikan tugas harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa itu sendiri. Selain itu, dengan ceramah juga dapat bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya tugas yang diberikan dalam upaya memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.57

56 Ibid., hlm. 85..

57 Ibid., hlm. 89.

Pemberian tugas juga dapat dilakukan dengan bervariasi seperti pemberian tugas secara individu dan kelompok kepada siswa terutama dalam memberikan edukasi (pendidikan) tentang pentingnya tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh seorang siswa.

Pemberian tugas juga dapat digunakan untuk menanamkan pemahaman terhadap pentingnya membiasakan diri untuk tepat waktu dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah, sebab kebiasaan tersebut dapat membentuk emosional yang positif dan pola fikir yang rasional sehingga mampu mendayagunakan ilmu yang diperoleh untuk kepentingan hidupnya sehari-hari.

Jadi metode resitasi ini disebut juga sebagai metode pemberian tugas, dimana guru memberikan tugas kepada siswa baik secara kelompok maupun sendiri-sendiri.

d. Melalui Metode Tanya Jawab

Adapun metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang dijawab terutama dari guru, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.58 Jadi dapat dipahami bahwa metode tanya jawab adalah suatu cara interaksi edukatif dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban sebagai sarana komunikasinya.

Metode tanya jawab dalam pendekatan individual bertujuan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan yang terjadi pada anak didik secara individual maupun kelompok. Sebab permasalahan yang dihadapi oleh

58 Ibid., hlm. 94

setiap anak didik cukup bervariasi sehingga perlu dilakukan tanya jawab dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Adapun pendekatan edukatif dalam tanya jawab ini adalah untuk meningkatkan interaksi antara guru dan siswa sehingga terjalin hubungan yang baik dan membiasakan siswa untuk terbiasa berinteraksi dengan semua guru dan lingkungannya59.

Tanya jawab juga dapat membentuk emosional siswa menjadi lebih matang dengan memberikan berbagai tanggapan dan rangsangan di sekolah sehingga siswa mampu berfikir secara rasional dan memanfaatkan ilmunya untuk menjalani kehidupannya.

e. Mendidik melalui keteladan

Pada umum Nya manusia memerlukan figure (uswah al hasanah) yang dapat membimbing manusia ke arah kebenaran, untuk memenuhi keinginan tersebut. Allah mengutus Muhammad menjadi tauladan bagi manusia, kemudian kita diperintah untuk mengikutinya, diantaranya memberikan tauladan yang baik. Untuk menjadi sosok yang di tauladani, Allah memerintahkan kepada manusia selaku khalifah di bumi mengerjakan perintah allah dan rasul sebelum mengajarkannya kepada orang yang dipimpinnya, termasuk dalam hal ini sosok pendidik yang dapat ditauladani oleh anak didik.60 Sebegaimana firman allah SWT dalam al quran surat al ahzab ayat 21 yang berbunyi:

59 Ibid., hlm 95.

60Ramayulis, Ilmu Pendidikan ..., hlm. 198.

َهاللَّ َشَكَرَو َشِخٰلاا َوْىَيْناَو َ هاللَّ ىُجْشَي ٌَاَك ًٍَِْن ٌتََُسَح ٌةَىْسُأ ِ هاللَّ ِلْىُسَس ْيِف ْىُكَن ٌَاَك ْذَقَن ااشْيَِِك

Artinya:“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”61

Ayat diatas adalah Allah SWT telah mengabarkan bahwa wahai kaum muslimin ketahuilah bahwa dalam diri rasulullah SAW itu terdapat banyak qudwah shalihah (sisi keteladanan yang layak) seperti dalam perjuangannya, kesabarannya dan keteguhan diatas prinsip Islam, oleh karena itu contohlah beliau wahai orang yang selalu berharap rahmat Allah, dan kedatangan hari akhir serta selalu banyak berdzikir kepadaNya.

Keteladanan pendidik merupakan alat penddikan yang sangat penting, bahkan yang paling penting, bahkan yang paling utama. Dapat diketahui bahwa sejak kecil manusia itu terutama anak-anak telah mempunyai dorongan meniru, dan suka mengindentiikasikan diri terhadap orang lain atau tingkah laku orag lain, terutama terhadap orang tua dan gurunya.

Oleh karena itu guru harus selalu mencerminkan akhlak yang mulia dimanapun dia berada baik di sekolah, di keluarga, maupun di lingkungan masyarakat, karena sifat-sifat guru dapat dijadikan sebagai teladan bagi murid, maka dalam hal ini posisi guru sebagai alat yakni alat yang ditiru oleh murid. Di sini guru sebagai teladan bagi anak didiknya dalam lingkungan sekolah di samping orang tua di rumah.

61Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Indah Perss, 1996), hlm. 195.

Guru hendaknya menjaga dengan baik perbuatan maupun ucapan sehingga naluri anak yang suka meniru dan mencontoh dengan sendirinya akan turut mengerjakan apa yang disarankan baik itu orang maupun guru.62 Sebagaimana pendapat salah seorang tokoh psikologi terapi yang sesuai dengan ajaran Islam ”si anak yang mendengar orangtuanya mengucapkan asma Allah, dan sering melihat orang tuanya atau semua orang yang dikenal menjalankan ibadah, maka yang demikian itu merupakan bibit dalam pembinaan jiwa anak”.63

Dalam metode keteladanan, pendekatan individual sangat baik digunakan untuk menanamkan akhlak yang baik kepada siswa. Selain itu juga sangat baik digunakan dalam membina akhlak siswa secara berkelompok di sekolah. Sebab permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik cukup bervariasi sehingga perlu diberikan keteladanan yang baik. Pendekatan edukatif dalam metode keteladanan juga sangat bermanfaat dalam menanamkan sikap bergaul yang baik dengan sesama terutama dengan guru dan lingkungannya.64

Keteladanan juga dapat membentuk emosional siswa menjadi lebih matang dengan memberikan berbagai tanggapan dan rangsangan di sekolah sehingga siswa mampu berfikir secara rasional dan memanfaatkan ilmunya untuk menjalani kehidupannya dengan tetap berpegang pada nilai-nilai moral/akhlak mulia.

f. Mendidik melalui kebiasaan.

62Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al Maarif, 2017), hlm. 85.

63Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 2018), hlm. 61.

64 Ibid., hlm. 62.

Menjadikan pembiasaan sebagai sebuah metode pendidikan memang sangat tepat, dalam pembiasaan peserta didik tidak dituntut secara serta merta menguasai sebuah materi dan melaksanakannya, memang dalam pemahaman sangat gampang namun dalam pengamalan yang agak sulit untuk terealisasikan, maka dari itu dibutuhkan sebuah proses dalam mencapainya, yaitu, melalui pembisaan. Al-Qur‟an telah mengisyaratkan mengenai metode pembiasaan ini, seperti contoh, dalam kasus menghilangkan kebiasaan minum khamar, al-Qur‟an memulai dengan menyatakan bahwa hal itu merupakan kebiasaan orang-orang kafir Quraisy, (Q.S al-Baqarah 2:219)

اَطْيهشنا ِمًََع ٍِْي ٌسْجِس ُو َلاْصَ ْلْاَو ُباَصََْ ْلْاَو ُشِسْيًَْـناَو ُشًَْخـْنا اًَهَِإ اىَُُيآ ٍَيِزهنا اَهُّيَأ اَي ُِىُبَُِتْجاَف ٌِ

ٌَىُحِهْفُت ْىُكههَع َن Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.

Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”65

Penjelasan ayat di atas adalah bahwa adanya sebuah seruan dari Allah kepada orang-orang yang beriman yaitu mereka yang membenarkan Allah dan rasulNya. Seruan itu berupa pemberitahuan bahwa khamr (setiap yang menghilangkan kesadaran akal), berjudi, mengundi nasib dengan murahanah, berkorban untuk anshab adalah termasuk dosa karena perbuatan tazayyun (bujuk rayu) syetan. Dalam ayat ini juga ada perintah untuk menjauhi perbuatan-perbuatan

65 Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Indah Perss, 1996), hlm. 195.

tersebut. Demikianlah al-Qur‟an menggambarkan tentang metode pembiasaan yang mana hal ini merubah dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik.

Muhammad Quthb dengan analisisnya terhadap ajaran Islam dalam hubungan dengan kebiasaan mengatakan bahwa setiap kebisaan tidak ada hubungannya dengan asas-asas konsepsi, akidah dan hubungan langsung dengan Allah, telah digunting oleh Islam secara radikal terlebih dahulu, karena ia tak ubahnya seperti borok-borok busuk dibadan yang harus dibuang, bila tidak, hidup akan berakhir.66

Maka dari itu strategi ini mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan dan pembinaan akhlak yang baik. Karena dalam pembiasaan ini menjadi tumbuh dan berkembang dengan baik dan tentunya dengan pembiasaan-pembiasaan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga muncul suatu rutinitas yang baik yang tidak menyimpang dari ajaran Islam.67

Mendidik melalui kebiasaan ini perlu diterapkan pada peserta didik sejak dini. Contoh sederhana misalnya membiasakan mengucapkan salam pada waktu masuk dan keluar rumah, membaca basmalah ketika memulai pekerjaan dan mengucapkan hamdalah setelah menyelesaikan pekerjaan68.

66 Muhammad Quthb, System Pendidikan Islam, (Bandung: PT. al-Ma‟arif, Cet. 1, 2015.), hlm. 25.

67 Ibid., hlm. 198

68 Ibid.

Pembiasaan ini hendaknya dilakukan secara kontinyu dalam arti dilatih dengan tidak jemu-jemunya, dan inipun harus dilakukan dengan menghilangkan kebiasaan buruk. Ada dua jenis kebiasaan yang perlu ditanamkan melalui proses pendidikan yaitu kebiasaan yang bersifat otomatis dan kebiasaan yang dilakukan atas dasar pengertian dan kesadaran akan manaat dan tujuannya.69

Dalam metode pembiasaan ini pendekatan individual juga sangat baik digunakan untuk menanamkan kebiasaan yang baik pada siswa. Selain itu juga sangat baik digunakan dalam membina akhlak siswa secara berkelompok di sekolah. Sebab permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik cukup bervariasi sehingga perlu diberikan pembiasaan-pembiasaan yang baik. Pendekatan edukatif dalam metode pembiasaan juga sangat bermanfaat dalam menanamkan kebiasaan yang positif pada siswa seperti sikap hormat kepada guru dan lainnya.

Pembiasaan juga dapat membentuk emosional siswa menjadi lebih baik seperti siswa terbiasa mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru maupun sesama temannya di sekolah. Dengan pembiasaan juga dapat menjadikan siswa berpikir lebih dewasa karena terbiasa dengan hal-hal yang positi dan mampu mengaplikasikannya dengan berpegang pada nilai-nilai moral/akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

69 Ibid.

g. Mendidik melalui nasehat dan cerita

Dalam mewujudkan intraksi antara pendidik dan peserta didik, nasihat dan cerita merupakan cara mendidik yang bertumpu pada bahasa, baik lisan maupun tulisan. Cara ini banyak sekali dijumpai dalam alquran, karena nasehat dan cerita pada dasarnya bersifat penyampaian pesan dari sumbernya kepada pihak yang dipandang memerlukannya. Banyak dalam alquran berupa nasehat dan cerita mengenai para rasul atau nabi terdahulu sebelum nabi Muhammad yang bertujuan menimbulkan kesadaran bagi yang mendengarkan atau yang membacanya, agar meningkatkan iman dan berbuat amal kebaikan dalam menjalani hidup dan kehidupan masing-masing.

Demikian alquran berfungsi sebagai penerang bagi seluruh manusia, petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.

Dalam surah Luqman ayat 13 s.d 19, merupakan contoh menarik dalam menasehati anaknya. Demikian juga dalam surah al maidah ayat 27 s.d. 30, cerita yang mengandung petunjuk dan pelajaran. Sekali lagi, demikian banyak cerita yang mengandung nasehat efektif untuk menciptakan suasana intraksi pendidikan. Cerita-cerita dan nasehat itu sangat besar pengaruhnya pada perkembangan psikologis peserta didik, bila disampaikan secara baik.70

70 Ibid., hlm. 199.

Dalam pendidikan agama Islam, yakni sebagai suatu bidang studi, kisah sebagai metode pendidikan amat penting. Dikatakan amat penting, alasannya antara lain sebagai berkut:

1) Kisah selalu memikat kerena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengkuti peristiwanya, merenungkan maknanya.

Selanjutnya, makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut.

2) Kisah dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh, pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau merasakan isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya, kisah itu, sekalipun menyeluruh, terasa wajar, tidak menjijikkan pendengar atau pembaca. Bacalah kisah yusuf, misalnya inilah salah satu keistimewaan kisah Qurani, tidak sama dengan kisah kasih yang ditulis orang sekarang yang isinya banyak ikit mengotori hati pembacanya Adapun materi pelajaran yang menggunakan qisah ini adalah materi seperti “Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW.”71

Dalam metode nasehat dan kisah-kisah ini juga sangat perlu dilakukan berbagai pendekatan seperti pendekatan individual dalam upaya untuk mengetahui perbedaan-perbedaan yang terjadi pada anak didik secara individual dan bagaimana cara mengatasinya. Pendekatan

71Lubna, Mengurai Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam (Mataram: LKIM Mataram, 2009), hlm. 87.

kelompok dengan tujuan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik dan juga pendekatan bervariasi, dimana permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar dan bergaul cukup kompleks.

Kemudian pendekatan edukatif yaitu memberikan pendidikan tentang nilai-nilai moral atau akhlak mulia kepada siswa, sehingga siswa terbiasa melakukan perbuatan yang baik dan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula dan sebaliknya.

Emosional siswa juga menjadi lebih matang dengan kemampuan berfikir yang rasional, sebab siswa tetap memegang etika atau nilai akhlak mulia dalam hidupnya. Artinya mampu mendayagunakan nilai- nilai akhlak dan ilmu yang diperoleh tersebut untuk kepentingan hidupnya.72

h. Mendidik melalui disiplin

Kehidupan ini penuh dengan berbagai pelaksanaan kebiasaan dan pengulangan kegiatan secara rutin dari hari kehari yang berlangsung tertib. Di dalam kebiasaan dan kegiatan yang dilakukan secara rutin itu, terdapat nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi tolak ukur tentang benar tidaknya sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Norma- norma itu terhimpun menjadi aturan yang harus dipatuhi, karena setiap penyimpanan atau pelanggaran, akan menimbulkan keresahan, keburukan, dan kehidupan pun berlangsung tidak efektif atau bahkan

72 Ibid.

tidak efisien.73 Dengan demikian berarti manusia di tuntut untuk mampu mematuhi berbagai ketentuan atau hidup secara berdisiplin, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Peserta didik sejak dini harus di kenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing agar berlangsung tertib, efisien, dan efektif.

Kedisiplinan dalam pendekatan edukatif dilakukan dengan cara menanamkan kedisiplinan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sedangkan pembiasaan dilakukan dengan membiasakan siswa untuk hormat kepada guru, sehingga siswa terbiasa melakaukan perbuatan yang baik. Kedisiplinan dalam pendekatan emosional juga dilakukan dengan cara memberikan suatu masalah untuk diselesaikan secara baik dan tenang sehingga mampu berfikir secara rasional. Artinya mampu mendayagunakan nilai-nilai akhlak dan ilmu yang diperoleh tersebut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.74

Mendidik melalui kedisiplinan juga sangat perlu dilakukan dimana dalam pendekatan individualnya dilakukan dengan cara tepat waktu masuk sekolah atau disiplin dalam mentaati kode etik sekolah.

Begitu pula dengan pendekatan kelompok ini kedisiplinan sangat penting ditanamkan pada diri siswa seperti tepat waktu dalam mengerjakan tugas kelompok dan lainnya. Kedisiplinan dalam pendekatan bervariasi dilakukan dengan cara memberikan tugas yang

73Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2017), hlm. 199.

74 Ibid., hlm. 200.

berbeda-deda kepada siswa karena siswa memiliki kemampuan yang berbeda.

j. Mendidik melalui partisipasi

Manusia adalah makhluk social yang tidak mungkin hidup sendiri tanpa manusia lain. Ia saling membutuhkan satu dengan yang lain, sehingga perlu bekerjasama dan saling hormat menghormati.75 Sehubungan dengan itu Allah SWT berfirman dalam surah an-nahl ayat 125 sebagai berikut: Ajaklah mereka kejalan Tuhanmu dengan penuh hikmah (dengan bijaksana) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”.76 kata ud’u dapat diartikan, memberikan kesempatan berpartisipasi antara lain melalui proses bertukar pikiran, antara pendidik dan peserta didik.77 Untuk itu ia diberikan kesempatan, sesuai dengan taraf umur dan perkembangan, untuk ikut serta memikirkan masalah, baik yang datang dari anak maupun dari lingkungan keluarga dan bahkan masyarakat disekitarnya.

Persesuaian dengan ungkapan di atas sebagai pendidik, hendaknya pandai-pandai dan selektif dalam memilih jenis kegiatan untuk mengikut sertakan peserta didik sebagai dimaksud dengan firman Allah di atas, yaitu: “ajaklah dengan penuh kebijaksanaan, agar memperoleh pengajaran78”.

75 Ibid., hlm. 199.

76Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Indah Perss, 1996), hlm. 419.

77 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam … 201.

78 Ibid., hlm. 202.

Partisipasi dalam pendekatan edukatif dilakukan dengan cara menanamkan kerjasama yang baik dalam setiap tugas yang diberikan di sekolah, sedangkan partisipasi dalam pendekatan pembiasaan dilakukan dengan membiasakan siswa untuk hormat kepada guru, sehingga siswa terbiasa melakaukan perbuatan yang baik. partisipasi dalam pendekatan emosional juga dilakukan dengan cara memberikan suatu masalah untuk diselesaikan secara bersama-sama dan mampu diselesaikan dengan pola berfikir yang rasional. Artinya ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.79

Mendidik melalui partisipasi juga sangat perlu dilakukan dimana dalam pendekatan individualnya dilakukan dengan cara siswa ikut aktif dalam setiap kegiatan di sekolah. Begitu pula dengan pendekatan kelompok ini partisipasi siswa juga dilakukan seperti ikut aktif dalam mengerjakan tugas kelompok dan lainnya. Kedisiplinan dalam pendekatan bervariasi dilakukan dengan cara memberikan tugas yang berbeda-deda kepada siswa karena siswa memiliki kemampuan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

k. Mendidik melalui pemeliharaan.

Setiap anak yang lahir dalam keadaan lemah dan tak berdaya, dalam keadaan belum dewasa, sedangkan kedewasaan merupakan syarat mutlak dalam kehidupan manusia baik secara indivdual maupun sebagai anggota masyarakat, salah satu bentuk pemeliharaan adalah

79 Ibid.

bahwa sang ibu agar menyusukan bayinya termasuk masalah pembinaan akhlak pada anak itu sendiri. 80

Mendidik melalui pemeliharaan juga sangat perlu dilakukan dimana dalam pendekatan individual dan kelompok dilakukan dengan cara siswa ikut memelihara kebersihan sekolah. pemeliharaan dalam pendekatan bervariasi dilakukan dengan cara memberikan tugas yang berbeda-deda kepada siswa untuk mejaga dan memelihara sikap dan sopan santun di sekolah.

Pemeliharaan dalam pendekatan edukatif dilakukan dengan cara menanamkan rasa memiliki sehingga siswa menjaga nama baik sekolahnya. Selain itu juga membiasakan siswa untuk memelihara sikap dan sopan satun yang baik seperti hormat kepada guru, sehingga siswa terbiasa melakaukan perbuatan yang baik. Pemeliharaan dalam pendekatan emosional juga dilakukan dengan cara menjaga sikap atau emosi yang tidak baik seperti marah, berkelahi dan lainnya.

Pemeliharaan juga dilakukan dengan menjaga dan memelihara pola fikir siswa yang positif sehingga tidak menimbulkan masalah terhadap setiap persoalan yang dihadapinya.81

Itulah beberapa teknik yang telah di kemukakan di atas tidak berdiri sendiri secara berpisah. Penggunaannya dapat dilakukan bersama-sama atau saling menunjang satu dengan yang lain. Misalnya mendidik melalui disiplin akan lebih efektif akan bisa diikuti dengan

80 Ibid.

81 Ibid., hlm. 203.