• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAHMI FADIL NIM: 180101061s ini d - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "FAHMI FADIL NIM: 180101061s ini d - etheses UIN Mataram"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

FAHMI FADIL

NIM: 180101061s ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar

Magister Pendidikan Agama Islam JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2021

(2)

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar serjana pendidikan

DOSEN PEMBIMBING Dr. Akhmad Asyari, M.Pd

Muslehuddin, M.Pd

Oleh:

FAHMI FADIL

NIM: 180101061s ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2021

(3)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM

2021

(4)
(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : FAHMI FADIL NIM : 180101061

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh sarjana di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Mataram, 10 September 2022 Saya yang menyatakan,

FAHMI FADIL NIM 180101061

(6)
(7)

NIM.180101061s

ABSTRAK

Penerapan strategi oleh guru pendidikan agama Islam dalam proses pembelajaran lebih khususnya dalam membina akhlak siswa masih belum sesuai dengan apa yang kita harapkan sehingga dalam penelitian ini akan menekankan pada aspek Bagaimana strategi guru PAI dalam membina akhlak siswa, Bagaimana pembinaan akhlak siswa dan Bagaimana peranan strategi guru PAI dalam membina akhlak siswa di SMA Negeri 10 Mataram, sehingga untuk menjawap rumusan masalah tersebut, metode penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah metode kualitatif sehingga tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi.

Strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa di SMA Negeri 10 Mataram dilakukan melalui metode keteladanan, melalui metode nasehat, melalui metode pembiasaan, melalui metode kisah qurani dan nabawi, melalui metode amstal, melalui metode ceramah dan metode diskusi. Pembinaan akhlak siswa di SMA Negeri 10 Mataram dilakukan dengan cara melakukan kegiatan pembinaan keagamaan, pemberian hukuman, meningkatkan kerjasama guru dalam membina akhlak siswa dan meningkatkan kerjasama antara guru dengan orang tua.

Peranan strategi guru PAI dalam membina akhlak siswa di SMA Negeri 10 Mataram diantaranya peran strategi sebagai alat motivasi, peran strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan, peran strategi sebagai metode dalam kegiatan belajar mengajar dan peran strategi sebagai alat bantu dalam membina akhlak siswa. Dengan peran strategi tersebut diharapkan siswa memiliki akhlak atau budi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Semua peran strategi ini tentu dapat menjadikan siswa lebih aktif dan membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti setiap kegiatan keagamaan di sekolah sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai yaitu siswa memiliki aklak atau budi pekerti yang luhur.

Kata Kunci: Strategi, Guru Pendidikan Agama Islam, dan Akhlak

(8)

Motto:

ِ ِناَوَه ْ

لاا َذ ْى ِف ى ِتُب ْثاَف َّ ِاِلّ َو # ىِواَوَّتلاَو َل ُساَكَّتلا ى ِ سْفَه ْى ِعَد

ِ

ىِوا َم َ ْاِلّ ِناَمْر ِحَو ِمَدَه ىَو ِس #ىَطْعُي َّظَحْلا لا َسُكلِل َرَا ْمَلَف

ِ

Wahai jiwaku, tinggalkanlah bermalas-malasan dan menunda-nunda supaya kamu tidak menetap di dalam kehinaan. Aku tidak melihat bagian yang diberikan kepada para pemalas kecuali penyesalan karena gagal meraih cita-cita.”1

1 Syeikh Az-Zarnuji. Terjemah Ta’lim Muta’allim. (Surabaya: Mutiara Ilmu. 2009)

(9)

PERSEMBAHAN

skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tuaku sebagai bukti keihklasan beliau di dalam mendoakan demi kesuksesanku. Serta buat istri dan anakku yang selalu menemani ku dan memotivasi setiap langkah yang saya tempuh.

(10)

ت = T س = S ق = Q

ث = Th ش = Sh ك = K

ج = J ص = S{ ل = L

ح = H{ ض = D{ م = M

خ = Kh ط = T{ ن = N

د = D ظ = Z{ و = W

ذ = Dh ع = ي = Y

ر = R غ = Gh

Short : a = I = ِ

Long : a< = ا i> = ي u = و

Diphthong : ay = يا aw = وا

(11)

salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripasi ini peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk lebih sempurnanya dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya. Dengan selesainya penyusunan skripasi ini, peneliti mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat berharga kepada peneliti, yaitu1 mereka antara lain:

1. Dr. Akhmad Asyari, M.Pd sebagai Pembimbing/Promotor I dan Muslehuddin, M.Pd sebagai pembimbing/Promotor II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai;

2. H. M. Taisir, M.Ag, sebagai Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam FTK UIN Mataram.

3. Dr. Jumarim, M.HI selaku Dekan FTK UIN Mataram, dan seluruh jajarannya yang telah melakukan pembinaan kepada peneliti.

4. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

5. Bapak Ibu Dosen yang tidak disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bimbingan, mengajar dan mendidik selama masa perkuliahan dan menyelesaikan studi pada program pendidikan agama Islam UIN Mataram.

(12)

penulisan skripsi ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Amin

Mataram, 2021 Penulis

Fahmi Fadil NIM.180101061

(13)

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PENGESAHAN PENGUJI ... v

ABSTRAK ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 9

F. Telaah Pustaka ... 10

G. Kerangka Teori ... 12

1. Kajian Tentang Strategi Guru PAI ... 12

2. Pendekatan dalam Strategi Guru ... 20

3. Metode-metode yang digunakan guru PAI dalam Membina Akhlak 30 4. Faktor-faktor Pemilihan Strategi Guru PAI dalam Membina Akhlak ... 50

5. Pembinaan Akhlak ... 54

6. Bentuk-Bentuk Pembinaan Akhlak ... 56

7. Dasar-dasar Pembinaan Akhlak ... 63

8. Tujuan Pembinaan Akhlak ... 64

9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ... 66

H. Metode penelitian ... 71

(14)

4. Sumber Data ... 74

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 76

6. Teknik Analisis Data ... 80

7. Pengecekan Keabsahan Data... 82

8. Sistematika Pembahasan ... 84

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 86

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 86

B. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram ... 88

C. Pembinaan Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram ... 112

D. Faktor Peranan Strategi Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram ... 127

BAB III PEMBAHASAN ... 133

A. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram ... 133

B. Pembinaan Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram ... 146

C. Peranan Strategi Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram ... 155

BAB IV PENUTUP ... 160

A. Kesimpulan ... 160

B. Saran-saran ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 163 Lampiran-Lampiran

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu misi utama agama Islam adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak yang diajarkan dalam Islam merupakan orientasi yang harus dipegang oleh setiap muslim. Seseorang yang hendak memperoleh kebahagiaan sejati, hendaknya menjadikan akhlak sebagai landasannya dalam bertingkah dan berperilaku. Sebaliknya orang yang tidak memperdulikan pembinaan akhlak adalah orang yang tidak memiliki arti dan tujuan hidup. Akhlak merupakan pondasi yang utama dalam pembentukan pribadi manusia seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang berakhlak merupakan hal pertama yang harus dilakukan.

Pembinaan akhlak di sekolah harus dilakukan secara teratur dan terarah agar siswa dapat mengembangkan dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Manusia memiliki sejumlah potensi atau kemampuan, untuk mengembangkan potensinya tersebut manusia memerlukan pendidikan.

Pendidikan berusaha untuk menampakkan (aktualisasi) potensi-potensi tersebut yang dimiliki oleh setiap peserta didik.

Pendidikan merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan secara terencana sehingga terwujud sikap dan perilaku yang baik pada diri seseorang dan mampu menemukan jati dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk

(16)

mengembangkan kepribadian dan kemampuannya dan berlangsung seumur hidup1. Lebih jauh dijelaskan “pendidikan adalah suatu usaha untuk membantu anak didik supaya memiliki kecakapan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas hidupnya dan atas tanggung jawabnya sendiri”.2

“Dalam undang-undang No/20/2003 sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa: “Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berbudi pekerti yang luhur, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap, cerdas, kreatif, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab”.3

Sebagai implementasi dari undang-undang tersebut maka strategi guru pendidikan agama Islam tidak hanya dalam meningkatkan pengetahuan siswa, tetapi yang lebih utama juga dalam membina akhlak atau budi pekerti yang luhur (sikap dan prilaku) serta pola fikir yang positif bagi siswa baik di sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Strategi merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Atau bisa dikatakan strategi adalah suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya

1Uhbiayati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: PT. Pustaka Setia.2017), hlm. 70.

2Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm. 1.

3Depdiknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan dan Kebudayaan, 2003), hlm. 6., lihat juga di I Wayan Cong Sujana, “Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia” ADI WIDYA: Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 4, No. (1 April 2019), hlm. 30-31.

(17)

atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Terkait dengan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa ini, sangatlah sejalan dengan apa yang dijelaskan dalam al- Qur‟an Surat an-Nahl ayat 125:















































Artinya:”serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. 4

Makna ayat di atas sangat erat kaitannya dengan strategi pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa, di mana guru sebagai pendidik memberikan pelajaran kepada siswa dengan berbagai strategi dengan penuh bijaksana serta keteladanan budi pekerti yang luhur. “Strategi adalah merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik, peralatan dan bahan,dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan”.5 Dengan demikian, startegi guru PAI yang baik dan tepat tentu dapat memberikan perubahan pada akhlak siswa. Begitu pula sebaliknya strategi guru PAI yang tidak baik dan tidak tepat dapat menjadi faktor penyebab kegagalan pendidikan Islam dalam membina akhlak siswa di sekolah selama ini, karena anak didik banyak yang kurang atau masih rendah

4Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Indah Perss, 2017) hlm. 419.

5Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2016), hlm. 20.

(18)

akhlaknya. Hal ini karena kegagalan dalam menanamkan dan membina akhlak pada siswa.

Akhlak adalah “segala bentuk perbuatan dan tingkah laku seseorang yang timbul dari ikhtiar yang dilakukan dengan sengaja dan tau apa yang telah diperbuatnya”6. Akhlak memiliki kaitan yang erat dengan pendidikan agama Islam, sebab akhlak merupakan bentuk implementasi dari ajaran agama Islam itu sendiri, oleh karena itu menanamkan akhlak pada siswa sangat penting dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pendidikan kurang pahamnya siswa terhadap pendidikan akhlak (agama) dikarenakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran tidak memakai strategi tertentu sehingga proses pengajaran tidak berjalan dengan meksimal, lain halnya apabila dalam pengajaran guru memakai teknik strategi yang tepat dalam menyampaian materi bisa dipastikan siswa akan lebih bisa mengerti dan memahami serta mampu mengamalkan. Secara keseluruhan pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling kokoh, ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.7

Pembinaan akhlak di SMA Negeri 10 Mataram merupakan suatu misi yang paling utama yang harus dilakukan oleh guru PAI kepada anak didik, Strategi guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa pada dasarnya nantinya juga sangat mempengaruhi tingkat pemahaman dan

6Ahmad Amin, Etika (Ilmu Aqidah akhlak), (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2017), hlm. 3.

7Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2017), hlm. 1.

(19)

pengamalan nilai-nilai akhlak itu sendiri, terlebih apabila pengaruh terhadap tingkat kesadaran siswa dalam mengamalkan nilai-nilai luhur, baik yang ada dalam lembaga atau diluar lembaga, baik yang bersifat formal atau non formal.

Setiap lembaga pendidikan yang berkomitmen untuk membina akhlak pada siswanya seperti di SMA Negeri 10 Mataram, tentu memiliki strategi atau cara tersendiri dalam proses pembinaannya. Keberagamaan strategi guru agama Islam dalam proses pembinaan akhlak bertujuan untuk menarik minat belajar para siswa, dan untuk membentuk suasana belajar yang tidak menjenuhkan dan monoton sehingga kelancaran dan keberhasilan dalam pembinaan akhlak siswa dapat semaksimal mungkin berhasil dengan baik.

Tanpa adanya strategi pembelajaran pendidikan agama Islam sudah barang tentu proses pembinaan akhlak siswa tidak dapat berjalan dengan maksimal, gaya mengajar dan menyampaikan materi pelajaran agamapun harus bervariasi dan disesuaikan dengan keadaan kelas, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan mampu memahami serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.

Tugas guru pendidikan Agama Islam di sekolah khususnya di SMA Negeri 10 Mataram adalah membina dan mendidik siswanya melalui pendidikan agama Islam yang dapat membina akhlak para siswa dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkan hal tersebut maka seorang guru pendidikan Agama Islam mampu berupaya dan menggunakan beberapa strategi dalam upaya pembinaan akhlak siswa, baik

(20)

itu strategi dalam penyampaian materi Agama Islam dengan menggunakan strategi tentang kegiatan apa saja yang harus dilaksanakan dalam membina akhlak siswa, karena dengan menggunakan strategi dapat mengghasilkan tujuan yang diinginkan dalam pendidikan.

SMA Negeri 10 Mataram sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan membina akhlak siswa sebagai modal dasar untuk mengembangkan potensi pada dirinya. Strategi guru pendidikan agama Islam di sekolah seperti SMA Negeri 10 Mataram sangatlah dibutuhkan dalam upaya mendidik dan membina akhlak siswa di sekolah.

Sebab strategi tersebut merupakan komponen penting dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pembinaan akhlak siswa. Selain itu, strategi pembelajaran pendidikan agama Islam juga bertujuan untuk memaksimalkan proses pembinaan akhlak siswa dan peningkatan mutu pendidikan agama Islam di sekolah.

Di SMA Negeri 10 Mataram, pembelajaran pendidikan agama Islam sudah diterapkan akan tetapi penerapan strategi oleh guru pendidikan agama Islam dalam proses pembelajaran lebih khususnya dalam membina akhlak siswa masih belum sesuai dengan apa yang di harapkan. Dalam pembelajaran guru lebih banyak menggunakan ceramah dan proses pembelajaran lebih berpusat pada guru, sehingga proses dan hasil pembelajaran terutama dalam

(21)

membina dan menanamkan nilai-nilai akhlak pada siswa menjadi tidak maksimal.8 sebagaimana dijelaskan oleh Ramdani bahwa:

“Selama guru mengajar di kelas, terkadang saya dan teman-teman ingin keluar pura-pura izin untuk duduk-duduk di kantin, karena kita bosan di kelas, kita bosan karena kita banyak mendengar lalu ujung- ujungnya diberikan tugas.”9

Muhammad Agus juga menjelaskan bahwa:

“lebih baik kita nongkrong diluar dari pada di dalam kelas, karena yang kita lakukan duduk, diam, mendengarkan dan diberikan tugas, coba kita di ajak bermain kuis atau apa, kalo seperti itu terus, siapa yang tidak bosan dan ngantuk, pingin keluar kelas walau jam belajar.”10

Inilah yang kemudian akhlak siswa yang masih jauh dari apa yang diharapkan dan tujuan pendidikan itu sendiri, hal ini tampak dari adanya sebagian siswa di sekolah yang masih melanggar norma-norma atau kode etik sekolah seperti; tidak hormat kepada guru, tidak disiplin waktu, tidak sopan dalam berbicara sesama teman baik di dalam maupun di luar sekolah, mengabaikan nasihat guru.11

Berdasarkan uraian-uaraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang: Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

8Observasi, Mataram, 7 September 2021

9 Ramdani, Wawancara, 14 September 2021

10 Muhammad Agus, Wawancara, 14 September 2021

11 Observasi, Mataram 15 September 2021

(22)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya sebagai berikut :

a.Bagaimana strategi guru PAI dalam membina akhlak siswa di SMA Negeri 10 Mataram Tahun 2021?.

b.Bagaimana pembinaan akhlak siswa di SMA Negeri 10 Mataram tahun 2021?.

c.Bagaimana peranan strategi guru PAI dalam membina akhlak siswa di SMA Negeri 10 Mataram Tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

Setiap pekerjaan yang dilakukan secara sadar dan sistematis pasti mempunyai tujuan yang jelas, begitu pula dalam penelitian ini, adapun tujuan penelitian ingin mengetahui:

1. Strategi Guru PAI dalam Membina Akhlak siswa di SMA Negeri 10 Mataram Tahun 2021.

2. Pembinaan Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram Tahun 2021.

3. Peranan strategi guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian yang dilakukan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis. Adapun uraian kegunaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

(23)

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah khazanah dan wawasan keilmuan kaitannya dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak di Sekolah. Selain itu hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan dalam upaya membina akhlak, sehingga terbentuk kepribadian atau budi pekerti yang luhur pada diri siswa baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi para guru khususnya guru pendidikan agama Islam dalam upaya membina akhlak siswa di sekolah. di samping itu dapat memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan berfikir kepada siswa sehingga ia mampu berinteraksi dengan budi pekerti atau akhlak yang mulia baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya. Kemudian juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya yang lebih komprehensif.

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi strategi yang digunakan oleh guru PAI dalam membina ahlak siswa, bagaimana pembinaan ahlak siswa dan peranan strategi guru PAI dalam membina ahlak siswa di SMA Negeri 10 Mataram. Sedangkan setting penelitian ini meliputi tempat atau lokasi penelitian yaitu di SMA Negeri 10 Mataram. Alasan pemilihan lokasi

(24)

penelitian ini adalah karena SMA Negeri 10 Mataram ini terdapat mata pelajaran PAI akan tetapi masih banyak siswa yang berperilaku atau berakhlak yang kurang baik itu disebabkan karena kurang tepatnya strategi yang digunakan dalam penyampaian materi pada saat proses belajar mengajar berlangsung, ini menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam masalah tersebut sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah yang diteliti.

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dilakukan untuk menghindari duplikasi serta menjamin keaslian penelitian yang dilakukan. Usaha penelusuran yang peneliti lakukan dari beberapa hasil penelitian sebelumnya yaitu:

Jiddi Masyfu, strategi guru PAI dalam mengembangkan budaya religius di sekolah (studi kasus di SMA Negeri 3 malang), Skripsi, UIN maulana malik Ibrahim malang12. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis. Pertama, sumber data primer yaitu kepala sekolah dan guru. Kedua, sumber data sekunder, yaitu karyawan dan dokumen. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan budaya religius ini sudah diterapkan di SMAN 3 Malang. Hal ini dapat dilihat dari beberapa temuan yang ada seperti salat zuhur berjamaah

12Jiddi Masyfu, Strategi guru PAI dalam mengembangkan budaya religius di sekolah (studi kasus di SMA Negeri 3 malang, 2011), skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

(25)

setiap hari, menutup aurat, menjalin kerjasama dengan orang tua murid dan lain sebagainya.

Mustafa Ali, strategi guru PAI dalam membina komunikasi dengan siswa dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 1 Soko Tuban, tesis.13. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini focus pada bagaimana strategi guru PAI dalam membina komunikasi, demi terwujudnya siswa yang berakhlak terpuji. Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis. Pertama, sumber data primer yaitu Kepala Sekolah dan guru. Kedua, sumber data sekunder, yaitu karyawan dan dokumen. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru PAI memiliki peran penting dalam membina komunikasi yang baik terhadap siswa baik di dalam maupun di luar kelas.

Miftahul Munir, strategi guru PAI dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di SMA Negeri 2 surakarta, tesis.14. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Adapun masalah yang diteliti adalah strategi peningkatan kualitas/mutu pendidikan di madrasah. Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis. Pertama, sumber data primer yaitu Kepala Sekolah dan guru. Kedua, sumber data sekunder, yaitu karyawan dan dokumen. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah observasi,

13Mustafa Ali, Strategi Guru PAI dalam Membina Komunikasi dengan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 1 Soko Tuban, 2009. Tesis.

14Miftahul Munir, Strategi Guru PAI dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Surakarta, 2018, Tesis, UIN Malang.

(26)

wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMAN 2 Surakarta sudah dilaksanakan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari strategi yang sudah diterapkan seperti model strategi PAKEM.

Dengan demikian jelaslah bahwa penelitian yang saya lakukan dengan judul: Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram, memiliki keterkaitan dengan ketiga penelitian tersebut di atas yakni sama-sama fokus kepada strategi guru PAI, walaupun demikian penelitian yang saya angkat ini memiliki perbedaan yang jelas, di mana penelitian pertama lebih fokus kepada bagaimana mengembangkan budaya religius, dan penelitian yang kedua hanya membahas tentang bagaimana strategi guru PAI dalam membina komunikasi di dalam kelas saat proses belajar berlangsung, dan penelitian yang ketiga fokus bagaimana strategi guru PAI dalam meningkatkan mutu Pendidikan Islam.

Sedangkan penelitian saya fokus kepada bagaimana Strategi Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa di SMA Negeri 10 Mataram.

G. Kerangka Teori 1. Strategi Guru PAI

a. Pengertian Strategi Guru PAI

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dikaitkan dengan pendidikan, strategi bisa diartikan

(27)

sebagai pola umum kegitan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar guna mencapai tujuan yang telah digariskan.15 Artinya dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien diperlukan suatu strategi yang baik dan tepat sehingga tujuan yang sudah ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Pemakaian istilah strategi dalam pendidikan juga dimaksudkan sebagai daya upaya dalam menciptakan suatu system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. Maksudnya agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai. Oleh karena itu, guru dituntut agar memiliki kemampuan dalam menguasai berbagai strategi dalam kegiatan belajar mengajar, sebab strategi itu sendiri merupakan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif.

Strategi tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya. Strategi terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai. Tiap tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, maka jenis

15Abu ahmadi, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2016), hlm. 12.

(28)

kegiatan yang harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.

Menurut Apriani Fitri bahwa strategi adalah cara yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan hasil yang telah ditetapkan.16 Sedangkan Menurut Harli Dawi bahwa strategi adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Atau bisa dikatakan strategi merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran.

Adapun konsep dasar strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) ini, telah dijelaskan dalam al-qur‟an. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang strategi guru PAI tersebut yaitu Al- Qur‟an Surat An-Nahal (16): 125;















































Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.17

Makna ayat di atas sangat erat kaitannya dengan konsep dasar strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu memberikan

16Afriani Fitri, Strategi Guru Dalam Memotivasi Siswa Meningkatkan Prestasi Belajar (FKIP Universitas Abulyatama Aceh Besar, 2014), hlm. 59.

17 QS. An-Nahl [16]:125

(29)

pelajaran dan peringatan (arahan) dengan cara yang baik dan benar serta penuh bijaksana. Jika membantah, maka bantahlah pula dengan pelajaran yang baik pula yaitu (bilhikmah) dengan bijaksana dan (walmau‟izatil hasanah) dengan pelajaran dan bimbingan yang baik pula.18

Adapun makna yang lebih jelas ayat ini dijelaskan bahwa:

Ada 3 (tiga) strategi atau cara yang harus dilakukan dalam memberikan pelajaran maupun membina akhlak siswa yaitu: a). Al- Hikmah yaitu kata-kata dengan bijaksana sesuai dengan kepandaian atau tarap kemampuan mereka. Hikmah juga berarti yang utama dari segala yang utama. Maksudnya adalah memberikan peringatan dengan pengetahuan dan perbuatan/tindakan yang baik sesuai dengan kemampuna mereka sehingga mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan serta terhindar dari kesalahan dan kekeliruan. b). Al- Mau‟izah yaitu memberikan nasehat, peringatan dan perumpamaan yang dapat menyentuh jiwa mereka sesuai dengan tarap serap dan kemampuan yang mereka miliki sehingga mampu mengantarnya kepada kebaikan. c). Al-Jidal yaitu membantah mereka dalam perdebatan atau menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang baik, dengan logika dan retorika (keterampilan berbahasa yang efektif), cara

18Ahmad Mustafa al - Marogi, Tafsir al - Marogi - Volume ke 20 (Semarang: PT. Toha Putra, 1992), hlm. 289.

(30)

yang halus dan lemah lembut serta lepas dari kekerasan dan perbuatan tercela.19

Jadi, dapat dipahami bahwa konsep dasar strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam memberikan pelajaran maupun membina akhlak siswa haruslah dilakukan dengan penuh hikmah (bijaksana) dan pelajaran yang baik yaitu sikap dan keteladanan serta budi pekerti yang luhur. Selain itu, guru juga tidak hanya sekedar memberi contoh tetapi juga bisa menjadi contoh bagi siswa terutama dalam sikap, tutur kata, perbuatan, pola fikir serta berbudi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari

Dengan demikian, strategi adalah teknik, metode, cara dan pendekatan yang digunakan oleh guru pendidikan agama Islam baik dalam membina akhlak siswa maupun dalam melakukan kegiatan belajar mengajar untuk mecapai sesuatu yang diinginkan dan dicita- citakan. Selain itu, strategi ini juga digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih optimal. Artinya strategi tersebut, tidak hanya menjadikan siswa mampu menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki emosional yang baik dan akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur) serta keterampilan dalam hidup.

Adapun yang dimaksud dengan guru PAI adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing, dimana dia tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan materi pelajaran kepada peserta

19Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al - Misbah - Volume ke 7 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm. 125.

(31)

didik tetapi juga bertanggung jawab membentuk keperibadian (akhlak) anak didik bernilai tinggi.20 Lebih jauh dijelaskan bahwa guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifatullah, makhluk sosial, dan sebagai individu yang mampu berdiri sendiri.21

Pengertian yang lain dijelaskan bahwa guru adalah orang yang diberi amanah dan tanggung jawab untuk membimbing.22 Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali dalam buku Mukhtar mengatakan bahwa guru adalah orang yang berilmu atau orang yang mengemban amanah dalam pembelajaran agama Islam dan memiliki keperibadian yang soleh.23 Dalam Undang-undng RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga dijelaskan bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan dan pengabdian kepada masyarakat.24

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa guru PAI adalah orang dewasa yang memegang amanah dan tanggung jawab untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan peserta didik agar memiliki

20Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Kalam Mulia, 2017), hlm. .36.

21Nur Uhkbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2018), hlm. 65.

22Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama..., hlm. 19.

23Muktar, Desain Pembelajaran Aqidah akhlak (Jakarta: PT. Misaka Galia Aksara, 2013), hlm. 92.

24Depdiknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Direktorat Jendral Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta, 2003), hlm. 24.

(32)

pengetahuan, keterampilan dan budi pekerti yang luhur berdasarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Selain itu, guru sebagai pendidik juga memiliki tugas merencakanan membimbing dan mengarahkan anak didik hendaknya memiliki disiplin ilmu yang luas dan relevan dengan bidang keahliannya dan memiliki moral/budi pekerti yang luhur sebagai contoh bagi anak didik serta profesional dalam merencanakan dan melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran baik terhadap peserta didik maupun pengabdian terhadap masyarakat.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkannya dan menjadikannya sebagai pandangan hidup atau way of life.25.

Menurut Direktorat pembinaan Pendidikan Agama Islam menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan suatu usaha terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya yang pada akhirnya dapat mengamalkanya dan menjadikan ajaran agama Islam yang di anutnya sebagai pandangan hidup sehingga dapat mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat.26

Definisi yang lain juga dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu usaha yang dilakukan secara sistematis dan

25Zakiah Derajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) , hlm.

88.

26Ibid., hlm. 88.

(33)

pragmatis dalam upaya membantu anak didik agar hidup sesuai dengan ajaran atau norma-norma Agama Islam27. Pendidikan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sangat penting artinya untuk ditumbuh kembangkan. Sebab pendidikan agama Islam tidak hanya berperan di lingkungan masyarakat, tetapi juga sangat berperan pada lingkungan keluarga dan sekolah serta lingkungan yang lebih luas. Pentingnya pendidikan agama Islam ditengah-tengah masyarakat diharapkan mampu memberikan perubahan baik dalam sikap, prilaku maupun fola fikir yang positif terutama dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam mengembangkan potensi anak didik yang dilandasi oleh ajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam juga merupakan proses penanaman nilai-nilai ajaran Islam berdasarkan al-qur‟an dan hadits. Sedangkan strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menyampaikan bahan pelajaran, sehingga siswa memiliki pengetahuan dan perubahan sikap, perilaku atau akhlak sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh guru itu sendiri.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru dalam

27Zuahairini, Metodik Didaktik Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 2016), hlm. 27.

(34)

menginformasikan, mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) secara terencana dan sistematis sehingga dapat membentuk kepribadian (akhlak) anak didik yang seutuhnya. Artinya dengan strategi tersebut dapat menjadikan siswa tidak hanya memiliki pengetahuan yang mendalam tetapi juga memiliki akhlak (budi pekerti yang luhur) kehidupan sehari-hari.

2. Pendekatan dalam Strategi Guru PAI

Ada beberapa pendekatan dalam melakukan strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam hal ini diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan interaksi dalam kegiatan belajar-mengajar yaitu:

a. Pendekatan individual b. Pendekatan kelompok c. Pendekatan bervariasi d. Pendekatan edukatif e. Pendekatan pembiasaan f. Pendekatan emosional g. Pendekatan rasional h. Pendekatan fungsional.28

Adapun uraian masing-masing pendekatan dalam strategi guru PAI di atas adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan Individual

28Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama ..., hlm. 20.

(35)

Pendekatan individual adalah pendekatan yang dilakukan oleh seseorang guru untuk mengetahi perbedaan-perbedaan yang terjadi pada anak didik secara individual dan bagaimana cara mengatasinya.29 Definisi lain dijelaskan bahwa pendekatan individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.30

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan mampu membimbing sekelompok anak didik dalam satu kelas yang akan diajarkannya. Secara individual, siswamemiliki perbedaan-perbedaan, karakteristik baik cara bersikap, cara berpakaian, cara mengemukakan pendapat, cara belajar, dan memiliki tingkat kecerdasan yang berdedaan individual anak didik ini akan memberikan wawasan kepada guru pada strategi pengajaran untuk betul-betul memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individualnya dengan melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar-mengajar, paling tidak dengan pendekatan ini guru dapat mengatasi kasus-kasus yang terjadi pada anak didik saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung sehingga akan tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien dan penguasaan anak didik pada materi dapat mencapai optimal.

29Ibid.

30Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:

Rineka Cipta, 2005), hlm. 62.

(36)

b. Pendekatan Kelompok

Pendekatan kelompok adalah pendekatan yang digunakan seorang guru dengan tujuan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik.31 Pengertian ini memberikan pengertian bahwa jika anak didik dibiasakan bekerja sama dalam satu kelompok dalam kegiatan belajar mengajar, akan dapat menyadarkan anak didik bahwa dirinya ada kekurangan sedangkan mereka yang mempunyai kekurangan dengan senag hati belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder.32

Lebih jauh dijelaskan bahwa pendekatan kelomok adalah pendekatan yang digunakan seorang guru dalam upaya menumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik agar mampu mengendalikan dan mengembangkan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.33

Dengan demikian, pendekatan kelompok ini dapat menjadikan persaingan yang positif pun akan terjadi di kelas dalam rangka mencapai prestasi belajar yang optimal dan dapat menciptakan anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri. Jika pendekatan ini dapat dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar maka tercipta suasana kelas yang kondusif, efektif dan efisien.

31 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam...,. hlm. 20.

32 Ibid.

33 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm.

63.

(37)

c. Pendekatan bervariasi

Dalam kegiatan belajar mengajar guru dihadapkan permasalahan anak didik yang bermasalah dan setiap masalah yang dihadapi anak didik dalam kegiatan belajar mengajar tidak selalu sama terkandung ada perbedaan pada tiap-tiap dini anak didik34. Misalnya dalam belajar pada satu sisi anak didik memiliki motivasi tinggi tetapi anak didik yang lain memiliki motivasi rendah, dan ada kalanya anak yang satu bergairah.

Kaitannya dengan pendekatan bervariasi ini dijelaskan bahwa pendekatan bervariasi adalah pendekatan yang dapat mengatasi atau memecahkan segala persoalan yang berbeda yang terjadi pada anak didik dalam belajar-mengajar.35 Lebih jauh dijelaskan bahwa dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali, akibatnya proses pembelajaran menjadi kurang efektif, efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu, sebab anak didik kurang mampu berkonsentrasi. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran di sekolah.36

34 Ibid.

35Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., hlm. 21.

36Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:

Rineka Cipta, 2016), hlm. 62.

(38)

Jadi, dapat dipahami bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik cukup bervariasi. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.

Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam belajar berbeda-beda.

d. Pendekatan Edukatif

Adapun yang dimaksud dengan edukatif adalah hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai alatnya, sehingga interaksi tersebut memiliki hubungan yang bermakna dan kreatif.37 Sedangkan menurut menurut Ahmadi dalam Djamarah mengatakan bahwa Interaksi edukatif adalah gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan untuk mencapai tujuan pendidikan.38

Definisi lain di jelaskan bahwa interaksi edukatif merupakan jembatan yang menghidupkan hubungan antara pengetahuan dan perbuatan yang mengantarkan kepada perubahan tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima oleh anak didik39. Jadi dapat dipahami bahwa interaksi edukatif merupakan hubungan interaksi yang dilakukan oleh guru dan anak didik dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran pendidikan Islam yang diinginkan dapat tercapai. Apabila interkasi edukatif dapat dilakukan dengan baik maka, proses dan hasil belajarpun dapat diperoleh secara maksimal.

37Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Strtegi Belajar-Mengajar..., hlm. 12.

38Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik..., hlm. 64.

39 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak…, 68.

(39)

e. Pendekatan Pembiasaan

Pendekatan pembiasaan adalah “suatu pendekatan, dimana anak akan terbiasa melakaukan perbuatan yang baik dan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula dan sebaliknya.40 Sedangkan menurut Watson dalam Djamarah dan Zain mengatakan pendekkatan pembiasaan adalah “reaksi-reaksi kodrati yang dibawa dari sejak lahir. Kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk dalam perkembangan belajar dan latihan atau kebiasaan.41

Menurut Suardi Edi dalam bunya dijelaskan bahwa Pendekatan pembiasaan adalah suatu pendekatan yang dilakukan oleh guru agar siswa memiliki kebiasaan untuk berbuat hal-hal yang baik (positif) sesuai dengan ajaran agama Islam. Kebiasaan itu juga merupakan suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi.42

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendekatan pembiasaan merupakan salah satu cara dalam menanamkan kebiasaan yang baik dan benar pada siswa. Selain itu, dengan pembiasaan juga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terbiasa dalam melakukan perbuatan yang baik dan terbiasa mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan pembiasaan juga paling tepat untuk dikembangkan pada diri anak didik dalam kegiatan belajar mengajar

40 Ibid., hlm. 70.

41 Ibid..

42 Suardi, Edi, Pedagogik 2-Cetakan ke 2 (Bandung: Angkasa, 2015),. hlm. 123.

(40)

guna untuk menciptakan anak didik yang kreatif dan berkualitas.

Dengan pendekatan ini juga anak didik diberikan kesempatan untuk mengamalkan apa yang diperolehnya dari pendidikan tersebut baik secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari- hari.

f. Pendekatan Emosiaonal

Pendekatan emosional adalah gejala kejiwaan yang ada pada diri seseorang yang berhubungan dengan perasaan, dimana emosi akan memberikan tanggapan apabila ada rangsangan dari diri seseorang.43

Menurut Hasan dalam Djamarah dan Zain bahwa emosional adalah “aktualisasi kerja dari hati sebagai materi dalam struktur tubuh manusia dan emosi sebagai aktivitas kejiwaan ini merupakan adalah suatu pernyataan jiwa yang bersifat subyektif. Hal ini dilakukan dengan mengemukakan suatu kesan rasa senang, yang pada umumnya tidak tergantng pada pengamatan yang dilakukan oleh indra.44

Emosional merupakan gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan masalah perasaan.

Karena itu pendekatan emosional merupakan usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.45

Dengan demikian, emosi adalah sesuatu perasaan yang peka, sebab emosi akan memberikan tanggapan/respon dari luar diri

43Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Strtegi Belajar-Mengajar..., hlm. 13.

44 Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Strtegi Belajar-Mengajar..., hlm. 14.

45Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., hlm. 129.

(41)

seseorang dengan rangsangan verbal dan mempengaruhi kadar seseorang. Rangsagan tersebut misalnya ceramah, cerita dan sebagainya. Sedangkan rangsangan non verbal dalam bentuk prilaku berupa sikap dan perbuatan.

Dari uraian di atas, dapat diapahami bahwa pendekatan emosional mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan sikap, perilaku dan pola fikir siswa dalam belajar terutama pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah.

g. Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional adalah usaha guru untuk memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi agama.46. Definisi lain dijelaskan bahwa pendekatan rasional merupakan sutu pendekatan yang mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima suatu ajaran agama.47 Dengan mempergunakan akalnya seseorang bisa membedakan mana yang baik, mana yang lebih baik, atau mana yang tidak baik. Pendekatan rasional, juga dapat memberikan akal untuk memahami dan menerima kebenaran ajaran atau tuntunan agama.48

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa dengan pendekatan rasional ini anak didik di sekolah dapat diberikan pemahaman dengan ilmu yang dimiliki secara rasional dan

46 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif..., 64.

47 Ibid.

48Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., 129

(42)

perkembangan berfikir anak didik dapat dibimbing kearah yang lebih baik sesuai dengan tingkat usia anak. Perkembangan berfikir anak dimulai dari hal-hal yang abstrak sampai pada yang kongkrit. Jadi dengan demikian pendekatan rasional dapat dipakai guna untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran di sekolah.

i. Pendekatan Fungsional

Yang dimaksud dengan pendekatan funsional adalah suatu pendekatan dengan mendayagunakan nilai-nilai dan ilmu yang diperoleh oleh siswa di sekolah untuk kepentingan hidupnya dan dapat merasakan manfaat ilmu yang diperolehnya.49

Lebih jauh dijelaskan bahwa pendekatan funsional merupakan upaya memberikan materi pembelajaran dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik terutama dalam memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.50 Pembelajaran dan bimbingan untuk melakukan shalat misalnya, diharapkan berguna bagi kehidupan seseorang, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosial. Melalui pendekatan fungsional ini berarti peserta didik dapat memanfaatkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pendekatan fungsional ini merupakan upaya guru dalam menanamkan ilmu pengetahuan dalam interaksi edukatif khusunya dalam membina akhlak anak didik di sekolah, dimana dengan ilmu yang dipelajarinya

49 Ibid.

50 Ibid., hlm. 130.

(43)

itu tidak hanya dibidang kongnitifnya saja, tetapi diharapkan dapat berguna bagi kehidupan anak baik sebagai individu maupun sebagai mahluk soaial. Bahkan yang lebih penting adalah anak dapat memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk kehidupannya sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannnya dan dapat membentuk kepribadian atau budi pekerti yang luhur.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan fungsional dapat digunakan untuk pencapaian tujuan dan kepentingan pendidikan dan pengajaran yang dilakukan baik di sekolah maupun di madrasah.

Untuk memperlancar jalan kearah hal tersebut, maka sangat diperlukan metode pengajaran yang sangat tepat seperti metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab dan demontrasi.

Dari berbagai pendekatan di atas, sangatlah tepat jika dipergunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini seorang guru juga hendaknya dapat memberikan layanan yang baik bagi siswanya dengan menciptakan suasana lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan dalam melakukan dalam pembelajaran. Bagi seorang guru harus berusaha untuk menjadi pembimbing dan pendidik yang baik dengan peranan yang arif dan bijak sana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan siswa demi tercapainya proses pengajaran yang efektif dan efesien serta pencapaian tujuan pendidikan yang optimal.

(44)

3. Metode-metode yang digunakan Guru PAI dalam Membina Akhlak Adapun Strategi guru PAI yang dilakukan dalam upaya pembinaan akhlak siswa, terdapat beberapa strategi atau metode yang digunakan diantaranya ialah:

a. Melalui Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.51 Jadi metode ceramah ini merupakan penerangan atau penuturan yang dilakukan secara lisan oleh guru terhadap peserta didik di dalam kelas.

Dalam implementasinya pada pembelajaran pendidikan agama Islam, guru dituntut lebih banyak memberikan informasi lisan secara sepihak. Di mana guru lebih aktif untuk mengemukakan fakta dan informasi yang pokok yang akan dibahas seperti materi pelajaran tentang “Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. melalui pemahaman sifat-sifat-Nya”, kemudian materi tentang “membiasakan akhlak terpuji (tawadlu, taat, qana‟ah, dan sabar)” dan juga materi tentang “Memahami ketentuan-ketentuan thaharah (bersuci)”.

Perlu diketahui bahwa dalam metode ceramah ini yang menjadi peran utama adalah guru. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan metode ini bergantung pada guru. Metode ini digunakan apabila: bila menyampaikan sesuatu kepada orang banyak, bila guru seorang

51Djamarah dan Zaen, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 97.

(45)

pembicara yang baik dan berwibawa hendaklah merangsang anak didik untuk melaksanakan pekerjaan,bila bahan yang akan disampaikan merupakan intruksi.52

Kelebihan metode ini adalah dalam waktu yang singkat guru dapat menyampaikan bahan sebanyak banyaknya dan kelemahannya adalah metode ceramah dalam proses belajar mengajar siswa hanya bersifat pasif dan guru lebih bersifat aktif dan bukan berarti ceramah ini tidak mempunyai makna dalam pembelajaran.

Dalam metode ceramah ini juga tidak lepas dari pendekatan individual yang dilakukan oleh guru, dimana setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dalam memberikan ceramah harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa itu sendiri.53 Selain itu, dengan ceramah juga dapat bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya sikap kerjasama atau sikap sosial terhadap sesama dalam kehidupan sehari-hari.

Ceramah juga dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi seperti bahasa, mimik dan lainnya terutama dalam memberikan edukasi (pendidikan) kepada siswa di sekolah. Ceramah juga dapat digunakan untuk menanamkan pemahaman terhadap pentingnya membiasakan diri pada sesuatu yang baik, sebab sesuatau yang baik dapat membentuk emosional yang positif dan pola fikir yang rasional

52 Ibid.

53 Ibid.

(46)

sehingga mampu mendayagunakan ilmu yang diperoleh untuk kepentingan hidupnya.

b. Melalui Metode Diskusi

Adapun yang dimaksud dengan metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.54 Adapun materi yang cocok menggunakan metode diskusi seperti materi pelajaran tentang

“Memahami Asmaul Husna” .

Dalam metode diskusi juga tidak lepas dari pendekatan individual sebab setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dalam diskusi muncul perbedaan pada siswa terutama dalam mengeluarkan ide atau pendapatnya dalam berdiskusi di kelas55. Diskusi juga dapat bermanfaat untuk menanamkan sikap saling kerjasama dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi baik dalam belajar maupun dalam membina akhlak siswa itu sendiri.

Diskusi juga dapat dilakukan dengan secara yang bervariasi seperti mendiskusikan materi pelajaran yang berkaitan dengan akhlak secara bergiliran sehingga dapat membentuk akhlak siswa. Selain itu, dapat memberikan edukasi (pendidikan) akhlak kepada siswa di sekolah dan mendiskusikan pentingnya membiasakan diri dengan

54 Ibid.

55 Ibid.

(47)

perbuatan dan perkataan yang baik. Diskusi juga dapat membentuk emosional yang positif dan cara berfikir yang lebih rasional dan kritis terhadap masalah yang dihadapi dan mampu didiselesaikan dengan ilmunya.

c. Melalui Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.56 Metode ini dilakukan dengan cara guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa baik secara individu maupun kelompok.

Adapun materi pelajaran yang menggunakan metode pemberian tugas ini adalah materi pelajaran tentang “hukum bacaan Al Syamsiyah dan Al Qamariyah”. Kemudian materi tentang “hukum bacaan nun mati/

tanwin dan mim mati”.

Metode pemberian tugas tidak lepas dari pendekatan individual yang dilakukan oleh guru, dimana setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga dalam memberikan tugas harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa itu sendiri. Selain itu, dengan ceramah juga dapat bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya tugas yang diberikan dalam upaya memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.57

56 Ibid., hlm. 85..

57 Ibid., hlm. 89.

(48)

Pemberian tugas juga dapat dilakukan dengan bervariasi seperti pemberian tugas secara individu dan kelompok kepada siswa terutama dalam memberikan edukasi (pendidikan) tentang pentingnya tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh seorang siswa.

Pemberian tugas juga dapat digunakan untuk menanamkan pemahaman terhadap pentingnya membiasakan diri untuk tepat waktu dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah, sebab kebiasaan tersebut dapat membentuk emosional yang positif dan pola fikir yang rasional sehingga mampu mendayagunakan ilmu yang diperoleh untuk kepentingan hidupnya sehari-hari.

Jadi metode resitasi ini disebut juga sebagai metode pemberian tugas, dimana guru memberikan tugas kepada siswa baik secara kelompok maupun sendiri-sendiri.

d. Melalui Metode Tanya Jawab

Adapun metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang dijawab terutama dari guru, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.58 Jadi dapat dipahami bahwa metode tanya jawab adalah suatu cara interaksi edukatif dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban sebagai sarana komunikasinya.

Metode tanya jawab dalam pendekatan individual bertujuan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan yang terjadi pada anak didik secara individual maupun kelompok. Sebab permasalahan yang dihadapi oleh

58 Ibid., hlm. 94

(49)

setiap anak didik cukup bervariasi sehingga perlu dilakukan tanya jawab dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Adapun pendekatan edukatif dalam tanya jawab ini adalah untuk meningkatkan interaksi antara guru dan siswa sehingga terjalin hubungan yang baik dan membiasakan siswa untuk terbiasa berinteraksi dengan semua guru dan lingkungannya59.

Tanya jawab juga dapat membentuk emosional siswa menjadi lebih matang dengan memberikan berbagai tanggapan dan rangsangan di sekolah sehingga siswa mampu berfikir secara rasional dan memanfaatkan ilmunya untuk menjalani kehidupannya.

e. Mendidik melalui keteladan

Pada umum Nya manusia memerlukan figure (uswah al hasanah) yang dapat membimbing manusia ke arah kebenaran, untuk memenuhi keinginan tersebut. Allah mengutus Muhammad menjadi tauladan bagi manusia, kemudian kita diperintah untuk mengikutinya, diantaranya memberikan tauladan yang baik. Untuk menjadi sosok yang di tauladani, Allah memerintahkan kepada manusia selaku khalifah di bumi mengerjakan perintah allah dan rasul sebelum mengajarkannya kepada orang yang dipimpinnya, termasuk dalam hal ini sosok pendidik yang dapat ditauladani oleh anak didik.60 Sebegaimana firman allah SWT dalam al quran surat al ahzab ayat 21 yang berbunyi:

59 Ibid., hlm 95.

60Ramayulis, Ilmu Pendidikan ..., hlm. 198.

Referensi

Dokumen terkait