METODE PENALARAN
5.1 Metode Penalaran
Sesuai dengan kodratnya, manusia dibekali dengan hasrat ingin tahu. Hasrat ingin tahu dalam diri manusia akan selalu memunculkan berbagai macam pertanyaan. Sebagai akibatnya, manusia juga selalu berusaha mencari jawaban terhadap pertanyaan yang muncul tadi. Hasrat ingin tahu tersebut akan terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan baru atau mampu memecahkan masalah sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sendiri. Penalaran didefinisikan sebagai proses mental yang bergerak dari apa yang kita ketahui kepada apa yang tidak kita ketahui sebelumnya berdasarkan bukti-bukti dan fakta-fakta untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Soal-soal tes dalam penalaran kritis disusun untuk menguji kemampuan sobat mengambil serangkaian fakta yang ditampilkan dalam kalimat dan memahaminya, serta memanipulasi informasi untuk menyelesaikan suatu masalah khusus. Tes Penalaran kritis terbagi menjadi dua, yaitu tes penalaran logis (silogisme) dan tes penalaran analitis. Namun kami di sini hanya akan menitikberatkan pembahasan pada materi penalaran logis (silogisme).
Definisi lain Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi- proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Biasanya manusia selalu berpikir jika berhadapan dengan banyak permasalahan. Akan tetapi, tidak semua
masalah membuat kita terdorong untuk memikirkannya secara sungguh-sungguh. Kegiatan berpikir tentang sesuatu secara sunguh-sungguh dan logis inilah yang disebut Penalaran.
Ciri-ciri Penalaran
Secara detail penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
2. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
2. Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
Dua sumber peagetahuan dimaksud telah menjadi landasan yang kokoh dalam ruang kajian keilmuan modern.
Ilmu yang dihasilkan dari sumber tadi selalu melakukan observaasi dan melakukan penjelajahan baru terhadap masalah yang dihadapi dan pra anggapan (hipotesis/deduksi) dan pengujiannya melalui studi di lapangan (empiris/induksi). Ia selalu mencari arti terhadap hakekat permasalahan sambil terus melakukan antisipasi yang mungkin terjadi. Dengan demikian adalah ekspresi tentang cara berpikir yang diharapkan dapat menghasilkan karaktenstik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah. Karakteristik dimaksud bersirat rasional (deduktif) dan teruji sehingga memungkinkan lahirnva pengctahuan yang disusunnya menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan. Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empirik) dalam membangun tubuh pengetahuan.
Bermacam-macam cara atau metode yang ditempuh dalam proses mencapai kebenaran ilmiah, tergantung kepada objek atau sifat dan jenis ilmu itu sendiri. Tetapi secara garis besarnya, metode ilmiah biasanya terbagi kepada dua macam yaitu:
a. Metode induktif, yakni suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus (individual) menuju kepada hal-hal yang bersifat umum (universal), metode ini berdasarkan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya. Sebagai contoh ahli sains melakukan eksperimen ringkas mengenai pemanasan logam besi, timah, tembaga dan beberapa logam yang lain. Mereka mendapati logam logam tersebut mengalirkan panas. Oleh hal yang demikian mereka membuat kesimpulan bahawa semua logam menghantarkan panas.
b. Metode deduktif, yakni suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus (individual). Pembuktian yang menggunakan penalaran deduktif biasanya menggunakan kalimat implikatif yang berupa pernyataan jika …, maka ….
Kemudian, dikembangkan dengan menggunakan pola pikir yang disebut silogisme, yaitu sebuah argumen yang terdiri atas tiga bagian. Di dalamnya terdapat dua pernyataan yang benar (premis) yang menjadi dasar dari argument itu, dan sebuah kesimpulan (konklusi) dari argument tersebut. Di dalam logika, sebagai cabang (inti) matematika yang banyak membahas tentang silogisme terdapat beberapa aturan yang menyatakan apakah silogisme itu valid (sahih) atau tidak.
Contoh 1
Premis Mayor : Semua serangga termasuk vertebrata Premis Minor : Semua semut termasuk serangga
Konklusi : Jadi, semua semut termasuk vertebrata Contoh 2
Premis Mayor : Jumlah ketiga sudut segitiga besarnya 1800
Premis Minor : Dua pasang sudut segitiga ukurannya sama besar
Konklusi : Jadi, pasangan sudut ketiga dari dua segitiga itu sama.
Cara penalaran dengan deduktif di antaranya dapat dilakukan secara aturan inferensi, bukti langsung, bukti tidak langsung, dan induksi matematika. Berikut beberapa contoh sederhana tentang beberapa aturan dalam penalaran deduktif.
Inferensi argumen yang tepat tanpa berdasar kemungkinan disebut inferensi deduksi.
Contoh 3
Premis mayor : Semua manusia akan meninggal dunia Premis minor : Ratna adalah seorang manusia
Konklusi : Jadi, Ratna juga akan meninggal dunia
Dalam metode ilmiah, penelitian dituntun dalam proses berpikir yang menggunakan analisa. Karena itu, dalam metode ilmiah hipotesis juga diperlukan. Hipotesis berguna untuk memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai atau ingin dibuktikan, sehingga hasil yang hendak diperoleh akan mencapai sasaran dengan tepat.
Universal, artinya berpikir secara menyeluruh, tidak terbatas pada bagian- bagian tertentu, tetapi mencakup keseluruhan
aspek, baik yang kongkrit maupun yang
abstrak. muatan kebenarannya bersifat
universal, mengarah pada realitas kehidupan
manusia secara keseluruhan.
3